MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Disusun oleh:
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep belajar menurut teori behaviorisme dan teori
kognitif?
2
2. Apa saja ciri-ciri teori belajar behaviorisme dan teori belajar kognitif ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh yang menganut aliran teori belajar
behaviorisme dan kognitif?
4. Bagaimana aplikasi teori behaviorisme dan kognitif dalam proses
pembelajaran?
5. Apa saja kelebihan dan kekurang teori belajar behaviorisme dan
kognitif?
C. Tujuan
1. Memahami konsep belajar menurut teori behaviorisme dan teori
kognitif
2. Mengetahui ciri-ciri teori belajar behaviorisme dan teori belajar
kognitif
3. Mengetahui tokoh-tokoh penganut aliran teori belajar behaviorisme
dan kognitif
4. Memahami aplikasi teori belajar behaviorisme dan kognitif dalam
proses pembelajaran
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar behaviorisme dan
kognitif
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah
satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini
dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang
lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga
menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-
faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol
dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi
behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang
lebih belakangan.
5
gerakan/tindakan. Jadi, perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar
dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu
yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana
cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini
disebut pula dengan teori koneksionisme, koneksi disebut sebagai koneksi
saraf yang disebut sambungan saraf antara stimuli (S) dan respon (R).
Agar tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respons yang tepat sertamelalui percobaan-
percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu (Slavin,
2000).
6
respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan
dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi
stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang
harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan
tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
7
sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon
yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-
konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam
memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami
hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami
konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang
mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengmukakan bahwa
dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk
menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
8
dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat unobservable kurang
dijangkau dalam proses evaluasi.
9
Jangan memberikan penguatan pada perilaku yang tidak diinginkan
Berikan isyarat pada para siswa ketika anda melihat mereka berperilaku
tidak sesuai
Doronglah dan beri penguatan terhadap perilaku yang berlawanan
dengan perilaku yang tidak diinginkan
Jelaskan baik perilaku yang tepat maupun tidak tepat, juga konsekuensi-
konsekuensinya dengan kata-kata yang jelas dan eksplisit.
Tekankan bahwa perilakulah, dan bukan siswa, yang tidak diinginkan.
Bantulah siswa memahami mengapa perilaku tertentu tidak dapat
diterima.
Ketika perilaku yang tidak patut terus berulang kendati telah
mengerahkan segenap usaha untuk memperbaikinya, carilah nasehat
ahli.
Kekurangan :
Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru. Peserta didik
hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru.
Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan
perkembangannya. Peserta didik cenderung pasif dan bosan.
Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru.
Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai salah satu cara
untuk mendisiplinkan.
10
Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Karena menurut
teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa peserta
didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus
menerus tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan
tertekan, tidak menyukai guru dan bahkan malas belajar.
Kelebihan :
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan. Dengan bimbingan yang diberikan secara
terus menerus akan membuat peserta didik paham sehingga mereka
bisa menerapkannya dengan baik.
Materi yang diberikan sangat detail Hal ini adalah proses memasukkan
stimulus yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang
diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti
setiap pembelajarannya.
Membangun konsentrasi pikiran Dalam teori ini adanya penguatan dan
hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan
siswa untuk memperkuat munculnya respon. Hukuman yang diberikan
adalah yang sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu
berkonsentrai dengan baik.
11
respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan
persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku
yang bisa diamati.
12
G. Ciri-ciri Teori Belajar Kognitivisme
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
Mementingkn peranan kognitif
Mementingkan kondisi waktu sekarang
Mementingkan pembentukan struktur kognitif
13
Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan
kognitif anak menjadi empat tahap:
1) Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 0-2 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik
dan persepsi yang masih sederhana.
2) Tahappre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai
digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
3) Tahapconcrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap
ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang
jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif.
4) Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah
anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan
pola pikir “kemungkinan”.
14
mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan
memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian
dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).
15
belajar bermakna Ausubel memandang bahwa justru ada bahaya jika
siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan
teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk
mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu.
Kelebihan :
Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena
mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi
memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat
menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan
membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan
soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa
menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa
bergantung dengan orang lain.
16
Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih
mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif di
dalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik
mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam
ingatannya. Serta menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga
bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
Kekurangan :
Teori tidak menyeluruh untuk semua tisngkat pendidikan.
Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.
17
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Behavioristik adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat
diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.
Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau
mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan
yang diinginkan.
Teori belajar behavioristik menekankan pada perubahan tingkah
laku serta sebagai akibat interaksi antara stimulus dan respon. Belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
Sedangkan teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajar itu sendiri. Meskipun sama-sama mengedepankan
proses berpikir, tidak sertamerta dapat diaplikasikan pada konteks
pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori
belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran
sekarang, maka harus benar-benar diperhatikan antara karakter masing-
masing teori dan kemudian disesuaikan dengan tingkatan pendidikan
maupun karakteristik peserta didiknya.
B. SARAN
Dalam melakukan sebuah penilaian belajar, seorang pendidik
sebaiknya dan seharusnya mempertimbangkan keadaan mental peserta
didiknya di samping tingkah laku yang diamati.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://maskurmuslim.blogspot.co.id/2013/12/teori-belajar-kognitifisme.html
http://academia.edu.com
19