Anda di halaman 1dari 54

BAB 1

PENDAHULUAN

A. DASAR PEMIKIRAN

Salah satu unsur penting bagi guru PAK untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi
pembelajaran yang direncanakan dan dikelolanya ialah pemahaman tentang konsep
atau teori belajar. Jika guru PAK telah memahami bagaimana individu dapat belajar
secara lebih efektif, maka ia dapat membantu peserta didiknya mengalami kegiatan
belajar dengan hasil optimal. Kalau guru hanya menguasai bahan pengajarannya
namun kurang mengerti cara efektif anak didik belajar, maka hasil kegiatan yang
dikelolanya tentu bisa kurang memuaskan. Untuk tujuan itu, guru perlu terus belajar
dari berbagai teori belajar, dan meninjau secara kritis dan konstruktif manfaatnya
dalam pembelajaran PAK.

Oleh sebab itu pada kesempatan ini, kita akan belajar Teori-teori Belajar, Tokoh,
Analisa dan aplikasinya dalam pembelajaran PAK, Teori Belajar Aktif, Ketrampilan
proses dan Pembelajaran tuntas. Mengingat dalam teori belajar: mendengar cepat
lupa, melihat ingat dan melakukan paham, maka supaya pembelajar menjadi efektif
dan menyenangkan maka media alat peraga, metode dan strategi pembelajaran aktif
menjadi hal yang perlu mendapat perhatian.

B. HAKEKAT DAN ARTI BELAJAR


Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam
pembentukan pribadi dan perilaku seseorang.Nana Syaodih Sukmadinata (2005)
Sebagaian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.

APAKAH BELAJAR?
 Moh Surya (1999) = Satu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan prilaku baik secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri melalui kegiatan belajar.

 Crow dan Crow: belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan pengetahuan


dan sikap baru.

 Di Vesta dan Thompon (1970): Belajar adalah perubahan prilaku yang relatif
menetap bagi hasil dari pengalaman.

 Gege dan Beliner: Belajar adalah suatu proses perubahan prilaku yang muncul
karena pengalaman.

 B. Samuel Sidjabat: belajar pada dasarnya merupakan peristiwa kompleks sama


halnya kompleksitas manusia itu sendiri. Seluruh aspek dalam diri individu relatif turut
terlibat.

 AD Rooijakkers (1984) belajar merupakan proses, artinya kegiatan belajar


senantiasa dinamis, dan mengarah kepada terjadinya perubahan dalam diri si pelajar.

1|TeoriBelajardalamPAK
Kesimpulan:

Kunci dari belajar adalah PERUBAHAN PRILAKU


Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :

1. Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya


secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional,sosial dan sebagainya.
2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa,
lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
4. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas.
5. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi membei
dorongan yang mengerakan seluruh organisme.
7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu
bejana yang diisi.

Belajar sangat menguntungkan untuk kegiatan memecahakan masalah. Hal ini


nampaknya juga relevan dengan konsep teori belajar yang diawali dengan suatu
pengamatan. Belajar memecahkan masalah diperlukan suatu pengamatan secara
cermat dan lengkap. Kemudian bagaiman seseorang itu dapat memecahknan masalah
mrnurut J. Dewey ada 5 upaya pemecahannya yakni:

1. Realisasi adanya masalah. Jadi harus memehami apa masalahnya dan juga
harus dapat merumuskan
2. Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah
pemecahan masalah.
3. Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber lain.
4. Menilai dan mencobakan usah pembuktian hipotesa dengan keterangan-
keterangan yang diperoleh.
5. Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau membuat sesuatu dengan
hasil pemecahan soal itu.

C. PERUBAHAN PRILAKU

Menurut Gagne (2003)

 Informasi Verbal
 Kecakapan Intelektual
 Strategi kognitif
 Sikap
 Kecakapan motorik

D. HASIL BELAJAR AKAN TAMPAK


Menurut Moh Surya: Hasil Belajar Nampak pada;

1. Kebiasaan
2. Keterampilan

2|TeoriBelajardalamPAK
3. Pengamatan
4. Berfikir asosiatif
5. Berfikir rasional dan kritis
6. Sikap yakin/menetap
7. Indibisi (Menghindari hal yang mbazh)
8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu)
9. Prilaku efektif

E. CIRI-CIRI BELAJAR (Perubahan)

1. Perubahan yang disadari dan disengaja


2. Perubahan yang berkesinambungan
3. Perubahan yang Fungsional
4. Perubahan yang bersifat positif
5. Perubahan yang bersifat aktif
6. Perubahan yang bersifat permanen
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah
8. Perubahan secara keseluruhan

F. PROSES DALAM BELAJAR

1. Motivasi
2. Konsentrasi
3. Mengolah
4. Menyimpan
5. Menggali 1
6. Menggali 2
7. Prestasi
8. Umpan Balik

G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BALAJAR EFEKTIF

1. Motivasi
2. Kualitas dan kuantitas perhatian
3. Kemampuan (daya menerima dan mengingat)
4. Kemampuan menerapkan
5. Kemampuan memetik dan mengajukan prinsip

3|TeoriBelajardalamPAK
BAB II
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

A. Arti dan Hakekat Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1].
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang


yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu
apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon)
harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon
akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative
reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

B. Tokoh-tokoh Teori Behavioristik

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull,


Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran
behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

1. Teori Belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat
kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit
yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan
pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku
yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme

4|TeoriBelajardalamPAK
(Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2)
hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini
menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

2. Teori Belajar Menurut Watson


Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan
dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut
sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah
seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-
ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik
semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur

3. Teori Belajar Menurut Clark Hull


Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi
Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab
itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis
(drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan
manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin
dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini,
tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

4. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie


Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-
stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan
diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.
Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus
sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan
respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh
karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus
agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses
belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon
secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam
mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh
anak (Bell, Gredler, 1991).

5. Teori Belajar Menurut Skinner (1904-1990)


Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep
para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana,
namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon
yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan

5|TeoriBelajardalamPAK
perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh
sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu,
karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini
memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami
tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang
satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga
mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai
alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan
belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol
tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi
sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. .
Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai
keinginan.

Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri
individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal.
Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai
reaksi pada psikologi ”mentalistik”.

C. Analisis Tentang Teori Behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang
pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka
behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan
menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu.
Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai
yang komplek (Paul, 1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari
semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti
Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi
belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus
dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

6|TeoriBelajardalamPAK
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi
pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan
ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan
pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu
pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya.
Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat
diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang
mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier,


konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar
merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau
mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan
berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar
tidak sekedar pembentukan atau shaping.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak


menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa
yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung
membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.

Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun
ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;
Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si
terhukum) bila hukuman berlangsung lama;

Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan
buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si
terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan
yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat
negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman
harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon
yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar
respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum
karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan
kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan
pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan
pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah
yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan
positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun
bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah
mengurangi agar memperkuat respons.

D. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

7|TeoriBelajardalamPAK
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada
teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran
adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir
yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir
seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-
standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar.
Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang
nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau
dalam proses evaluasi.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang


memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem
pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan
respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang
mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan
teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan
yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi
sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan
penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan
pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan
belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi
hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan
belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri
pebelajar.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan


pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada
ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke

8|TeoriBelajardalamPAK
keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas
belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada
ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran
dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang
benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran,
dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan
evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

9|TeoriBelajardalamPAK
BAB III
TEORI BELAJAR HUMANISTIK

A. Pendahuluan

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan


dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses
belajar, ialah :

1. Proses pemerolehan informasi baru


2. Personalia informasi ini pada individu.

B. Tokoh-tokoh Teori Behavioristik Humanistik

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur
W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

1. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian


pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering
digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.

Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka
enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia
persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus
berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan s ebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa
si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran

10 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap
perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah
hal itu terlupakan.

2. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :

1. suatu usaha yang positif untuk berkembang


2. kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi


kebutuhan yang bersifat hirarkis.

Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut
untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang
juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah
berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar
dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila


seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow
ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia
mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin
berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

3. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat
dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah
ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan
mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di
Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.Gelar profesor diterima di
Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and
Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.

Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti


memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning
menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar
experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif,
evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

11 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. Siswa akan mempelajari hal-hal yang
bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa

Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru


sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar
humanistik yang penting diantaranya ialah :

1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid


mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai


dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh


dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam
dan lestari.

9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah


dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik
dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang
penting.

10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses
perubahan itu.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,
penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

1. Merespon perasaan siswa


2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
12 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan
7. kebutuhan segera dari siswa)
8. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi
akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai,
mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan
pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat
berpikir yang lebih tinggi.

C. Implikasi Teori Belajar Humanistik

1. Guru sebagai Fasilitator


Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
guidenes(petunjuk):

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana


awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas

2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan


perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.

3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk


melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang


paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka.

5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan


menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok

7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur


dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang
individu, seperti siswa yang lain.

13 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa

9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan


adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

C. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.

Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas


2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas, jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar
atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku
yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini
adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan
menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan

14 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Sumber:
1. Psikologi Belajar: Dr. Mulyati, M.Pd
2. Psikologi Belajar: Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono
3. Psikologi Pendidikan: Sugihartono,dkk
4. Psikologi Pendidikan: Rochman Natawidjaya dan Moein

15 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
BAB IV
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

A. Teori Perkembangan Piaget

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut
teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut
berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan
intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi
ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan
atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).

Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159)
menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran.
Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya
informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988:
133).

Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi
pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi
skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7)
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak
bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses
berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan
(Poedjiadi, 1999: 61).

Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami
bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu
berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.

Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan


konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222)
mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu
yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal
mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari
luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi
pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah
sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang
dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi
sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk
mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan
bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5).

16 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor
ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.

Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan
intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap
perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan; (1) perkembangan
intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang
sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan
dengan urutan yang sama, (2) tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster
dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis
dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan (3)
gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration),
proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman
(asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).

Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang


dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi
dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih
mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam
penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah
interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan
sosial dalam belajar.

Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi,
1999: 63) adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar
konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan
berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang
sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan
keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan
masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah
dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat
menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai
mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya
konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

B. Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,


pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak
diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan
sesuai dengan kehendak guru.

Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan
dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya
membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga
adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

17 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip
utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama,
pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur
kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian
melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak


secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu
pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4)
mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu
didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk
mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang
akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.

Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar
konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya
dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna
karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai
kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan
dengan temannya.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20)


mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai
berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya
dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk
memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif.

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang


mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan
siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam
refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain,
siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi.

Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan ( persepsi ) dan mencapai


sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan
latar belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara
fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak dapat di bantah.
Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah
belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat / sukses dalam penelitian mengenai
pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai belajar . Karena asumsi bahwa
hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat
ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu
memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.

18 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi
(organized form) dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan persepsi tentang
hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar.
Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut
cognitive field theory. Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni suatu
prinsip dasar bahwa pengalaman manusia memiliki kekayaan medan yang memuat
fenomena keseluruhan lebuh dari pada bagian- bagiannya.

Teori medan ini mengibaratkan pengalaman manusia sebagai lagu atau melodi yang
lebih daripada kumpulan not, demikian pila pengalaman manusia tidak dapat
dipersepsi sebagai sesuatu yang terisolasi dari lingkungannya. Dengan kata lain
berbeda dengan teori asosiasi maka toeri medan ini melihat makna dari suatu
fenomena yang relatif terhadap lingkungannya. Sesuatu dipersepsi sebagai pendek
jika objek lain lebih panjang. Warna abu-abu akan terlihat lebih cerah pada bidang
berlatar belakang hitam pekat. Warna abu-abu akan terliaht biru pada latar berwarna
kuning.

Belajar melibatkanproses mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kedalam pola-


pola yang sistematis dan bermakna. Belajar bukan merupakan penjumalahan (aditif),
sebaliknya belajar mulai dengan mempersepsi keseluruhan, lambat laun terjadi proses
diferensiasi, yakni menangkapbagian bagian dan detail suatu objek pengalaman.
Dengan memahami bagian / detail, maka persepsi awalakan keseluruhan objek yang
semula masih agak kabur menjadi semakin jelas. Belajar menurut paham ini
merupakan bagian dari masalah yang lebih besar yakni mengorganisasikan persepsi
kedalam suatu struktur yang lebih kompleks yang makin menambah pemahaman akan
medan. Medan diartikan sebagaikeseluruhan dunia yang bersifat psikologis.

Seseorang meraksi terhadap lingkungan seauai dengan persepsinya terhadap


lingkungan pada saat tersebut. Manusia mempersepsi lingkungan secara selektif, tidak
semua objek masuk kedalam fokus persepsi individu, sebagian berfungsi hanya
sebagai latar.

Tekanan ke-2 pada psikologi medan ini adalah sifat bertujuandari prilaku manusia.
Individu menetaokan tujuan berdasarkan tilikan (insight) terhadap situasi yang
dihadapinya. Prilakunya akan dinilai cerdas atau dungu tergantung kepada memdai
atau tidaknya pemahamanya akan situasi

Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz,
dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok
itu,yaitu hukum –hukum keterdekatan , ketertutupan, kesamaan , dan kontinuitas.
Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat secara social dalam
dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan pengalaman. Pembentukan makna
adalah dialog antar pribadi.dalam hal ini pebelajar tidak hanya memerlukan akses
pengalaman fisik tetapi juga interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu
lain. Pembelajaran yang sifatnya kooperatif (cooperative learning) ini muncul ketika
siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar yang diinginka oleh siswa.

Pengelolaan kelas menurut cooperative learning bertujuan membantu siswa untuk


mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengna siswa yang lain.
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas yaitu:
pengelompokan, semangar kooperatif dan penataan kelas. (Pranata,

19 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.

Pengetahuan berjenjang tersebut dapat digambarkan seperti pada skema berikut:


Secara singkat teori Peaget dan Vygotsky dapat dikemukakan dalam table berikut ini.
Pembelajaran konstruktivistik dan pembelajaran behavioristik yang dikemukakan oleh
Degeng dapat dilihat pada table-tabel berikut.

Table 2
Pandangan Konstruktivistik dan behavioristik tentang belajar dan pembelajaran.

Konstruktivistik Behavioristik
Pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak
menentu. Pengetahuan adalah objektif, pasti, dan tetap , tidak berubah. Pengetahuan
telah terstruktur dengan rapi.

Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif,


dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata lingkungan agar si belajar
termotivasi dalam menggali makna seta menghargai ketidakmenentuan. Belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke
orang yang belajar.

Si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung


pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Si
belajar akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar itulah yang harus dipahami oleh si belajar.

Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa, objek, atau perspektif
yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik dan
individualistic. Fungsi mind adalah menjiplak struktur pengetahuan melalui proses
berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan.

Table 3
Pandangan Konstruktivistik dan Behavioristik tentang
Penataan Lingkungan Belajar

Konstruktivistik Behavioristik
Ketidakteraturan, ketidakpastian, kesemrawutan, Keteraturan, kepastian, ketertiban
Si belajar harus bebas. Kebebasan menjadi unsure yang esensial dalam lingkungna
belajar. Si belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan
lebih dahulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial.

Pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.


Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai
interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan
keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas
diberi hadiah.

Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Si belajar adalah subjek


yang harus memapu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri

20 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
dalam belajar. Ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.
Si belajar adalah objek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan.
Control belajar dipegang oleh si belajar. Control belajar dipegang oleh system yang
berada di luar diri si belajar.

Table 4 Pandangan Konstruktivistik dan behavioristik tentang Tujuan Pembelajaran

Konstruktivistik Behavioristik
Tujuan pembelajaran ditekankan pada belajar bagaimana belajar (learn how to learn)
Tujuan belajar ditekankan pada penambahan pengetahuan.

Tabe 5 pandangan Konstruktivistik dan behavioristik tentang strategi


pembelajaran

Konstruktivistik Behavioristik
Penyejian isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna mengikuti
urutan dari keseluruhan-ke-bagian.

Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan si


belajar.

Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif
dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis.

Pembelajaran menekankan pada proses. Penyajian isi menekankan pada keterampilan


yang terisolasi dan akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian-ke-keseluruhan.

Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat.

Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks dengan penekanan pada
keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks.

Pembelajaran menekankan pada hasil

Tabe 6 Pandangan Konstruktivistik dan Behavioristik tentang evaluasi

Konstruktivistik Behavioristik
Evaluasi menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan
keterampilan terintegrasi, dengan menggunakan masalah dalam konsteks nyata.

Evaluasi yang menggali munculnya berpikir divergent, pemecahan ganda, bukan


hanya satu jawaban benar

Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas-tugas
yang menuntut aktivitas belajar yang bermkana serta menerapkan apa yang dipelajari
dalam konteks nyata. evaluasi menekankan pad aketerampilan proses dalam
kelompok. Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan „paper and pencil test‟

21 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Evaluasi yang menuntu satu jawaban benar. Jawaban benar menunjukkan bahwa si-
belajar telah menyelesaikan tugas belajar.

Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan
biasnaya dilakukan setelah kegiatan belajar dengan penekanan pada evaluasi
individual.

22 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
BAB V
TEORI
KOGNITIF

1. Teori Belajar Piaget

Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak


membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan.
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator
dan buku sebagai pemberi informasi.

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memusatkan


perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada
hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada
hasil tersebut. Pengalaman – pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap
Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah
dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2)
mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan
jadi ( ready made knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu
melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan
individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa
seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus
melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu –
individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam
bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut
Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan
penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung,
perkembangannya dapat disimulasi.

2. Teori Belajar Vygostky


Tokoh kontruktivis lain adalah Vygotsky. Sumbangan penting teori Vygotsky adalah
penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah
menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pebelajaran dan
penekanannya pada lingkungan sosial pebelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi
kognitif berasal dari interaksi sosial masing – masing individu dalam konsep budaya.
Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas
– tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal
development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat
perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan
masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada
seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap – tahap awal pembelajaran dan
kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak

23 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia

24 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan
siswa dapat mandiri.

Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu 1) menghendaki


setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling
memunculkan strategi – strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing –
masing zone of proximal development mereka; 2) Pendekatan Vygotsky dalam
pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu
teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif
karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi
antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan
konsep – konsep dan pemecahan masalah.

A. Pengertian Perilaku

Perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap


rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang
diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku
manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Perbedaan-perbedaan Perilaku Individu


Mengapa manusia itu berbeda dalam bertindak diantaranya adalah:

1. Manusia berbeda karena berbeda kemampuannya.


Setiap manusia memiliki perbedaan dalam berperilaku karena proses penyerapan
informasi yang berbeda dari setiap individu tersebut yang kemudian mempangaruhi
perilaku seseorang dalam bertindak.

2. Manusia berbeda perilakunya karena adanya perbedaan kebutuhan.


Hal ini merupakan bagian dari teori motivasi yang ditemukan oleh para ilmuwan
psikologi seperti, Maslow, Mcleland, McGregor, dll. Kebutuhan manusia menjadi motif
secara intrinsik individu tersebut dalam berperilaku.

3. Manusia berbeda karena mempunyai lingkungan yang berbeda


dalam mempengaruhinya.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada manusia, suatu keputusan yang dibuat
oleh individu dapat dipengaruhi dengan apa yang terjadi diluar dari dirinya dengan kata
lain motivasi eksternal berperan disini. Lingkungan membentuk manusia menjadi lebih
baik atau menjadi jahat, ramah, atau sombong.

4. Faktor Like or Dislike with Something


Percaya atau tidak faktor ini juga mempengaruhi seseorang dalam berperilaku,
apabila seseorang tidak suka pada atasannya dalam memimpin, maka apapun yang
dikatakan atasan hanya merupakan masukan tidak langsung dilakukan.

25 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Variabel – Variabel yang Mempengaruhi Perilaku Individu

Kelompok variable individu terdiri dari variable kemampuan dan keterampilan, latar
belakang pribadi dan demografis.

Menurut Gibson ( 1987 ) : Variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan factor


utama yang mempegaruhi perilaku kerja dan kinerja individu . Sedangkan variabel
demografis mempunyai pegaruh yang tidak langsung .

Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi , sikap, kepribadian , belajar,
dan motivasi.

Variabel ini menurut Gibson ( 1987 ) : banyak di pengaruhi oleh keluarga, tingkat
sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.

Teori – Teori yang Mempengaruhi Perilaku

1. Teori Kepemimpinan ( Leadership )


Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang
mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sukarela berpartisipasi guna
mencapai tujuan organisasi.Salah satu contoh teori kepemimpinan :

Teori LPC dari Fielder


Fielder mengembangkan suatu ukuran orientasi pemimpin yang disebut rekan sekerja
yang kurang disukai dan rekan kerja yang disukai ( LPC ).
• Pemimpin yang Memberi Nilai LPC Rendah
o Dianggap terutama berorientasi pada pekerjaan
o Pemimpin yang Memberi Nilai LPC Tinggi
 Dianggap terutama berorintasi terhadap hubungan.

Teori Kemungkinannya
• Pemimpin mempunyai hubungan yang baik dengan anggota – anggota kelompok,
sebagaimana dapat diukur dari tingkat penerimaan mereka terhadap pemimpin itu.
• Kekuasaan serta kedudukan pemimpin itu sedemikian tingginya sehingga
bermenangu untuk memberi imbalan ( Reward ) atau menghukum
anggotanya.
• Tugasnya memiliki struktur yang baik sehingga ada tujuan yang jelas, beberapa cara
untuk menyelesaikan tugas dan kritera yang jelas mengenai keberhasilan.

Teori Behaviorisme
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang
dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan
nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar
artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak
mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-
faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal
ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah
mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
26 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang
diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang
menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi
terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.

Skinner (1904-1990)
Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan
belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol
tingkah laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga
anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. . Operans
conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai
keinginan.

Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri
individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal.
Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai
reaksi pada psikologi ”mentalistik”.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Faktor Personal :

1. Faktor Biologis
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan
faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-
aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.

1. Faktor Sosiopsikologis
Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen.
• Komponen Afektif
merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat
kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.
• Komponen Kognitif
Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
• Komponen Konatif
Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

Faktor Situsional
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor situasional.
Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-
faktor situasional ini berupa:
• faktor ekologis, misal kondisi alam atau iklim
• faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang
• faktor temporal, misal keadaan emosi
• suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara

27 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
• teknologi
o faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu
o lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya
o stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manusia itu unik dan berbeda, dari
perbedaan itu pula yang menyebabkan adanya interaksi social diantara manusia.
Teori – teori diatas juga menunjukkan pada kita bahwa perilaku itu didorong dan
diarahkan ketujuan. Mereka juga menunjukkan pada kita bahwa perilaku yang ingin
mencapai tujuan cenderung untuk menetap.
Terkadang manusia merasa nyaman dengan perbedan tetapi ada juga yang tidak
merasa nyaman dalam perbedaan yang ada dikarenakan lingkungan tempat manusia
tersebut.

28 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
BAB VI
BELAJAR TUNTAS

A. Arti Belajar Tuntas (Matery Learning)

Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran
dikuasai secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh. Belajar tuntas ini
merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan
pendekatan kelompok. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar
mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat
diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien. Tingkat
ketuntasan bermacam-macam dan merupakan persyaratan yang harus dicapai siswa.

Persyaratan penguasaan bahan tersebut berkisar antara 75% sampai dengan 90%.
Bloom (1968) mengidentifikasi adanya lima variabel yang sangat penting dalam
program mastery learning, yaitu: kualitas pembelajaran, kecakapan untuk memahami
pelajaran, ketekunan, waktu, dan kecerdasan. Menurut Bloom (1968) didasarkan atas
hasil kajiiannya menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki kecerdasan yang
tinggi dapat mengerjakan secara baik setiap tugas yang diberikannya, bahkan ia dapat
terlibat belajar walaupun untuk bahan ajar yang sangat komplek, sedangkan peserta
didik yang memiliki kecerdasan yang rendah hanya dapat mempelajari bahan ajar yang
sederhana sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan John Carroll (1963)
menjelaskan bahwa jika kondisi peserta didik memiliki kecerdasan yang berdistribusi
normal dan mereka memperoleh kualitas pembelajaran dan jumlah waktu belajar yang
sama maka pengukuran hasil belajar akan menunjukan distribusi normal pula.

Menurutnya, bahwa kecerdasaan dan jumlah waktu belajar merupakan persyaratan


bagi peserta didik untuk dapat memperoleh hasil belajar secara tuntas.
Landasan konsep dan teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory ) adalah
pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B. Carroll pada
tahun 1963 berdasarkan penemuannya yaitu “Model of School Learning” yang
kemudian dirubah oleh Benyamin S. Bloom menjadi model belajar yang lebih
operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model tersebut lebih disempurnakan
lagi. Sedangkan menurut Carroll bakat atau pembawaan bukanlah kecerdasan
alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai suatu
materi pelajaran tertentu.

Benyamin melaksanakan konsep belajar tuntas itu ke dalam kelas melalui proses
belajar mengajar pelaksanaaannya sebagai berikut :
1. Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti
2. Tingkat penguasaan materi dirumuskan sebagai tingkat penguasaan tujuan
pendidikan yang essensial.

Untuk lebih menggalakkan konsep belajar tuntas James H. Block mencoba


mengurangi waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran di dalam
waktu yang tersedia, yaitu dengan cara meningkatkan semaksimal mungkin kualitas
pengajaran.
Jadi pelaksanaan oleh James H Block mengandung arti bahwa :
1. Waktu yang sebenarnya digunakan diusakan diperpanjang semaksimal mungkin.
2. Waktu yang tersedia diperpendek sampai semaksimal mungkin dengan cara
memberikan pelayanan yang optimal dan tepat

29 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
B. Ciri Belajar Tuntas

a. Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat sesuai
dengan harapan pengajar.
b. Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat diramalkan, baik
tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan
tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan sebagai
suatu ukuran satuan waktu
c. Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata oleh
siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan
untuk mempelajarinya.
d. Carroll, Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar bakat,
kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
e. siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan kualitas
pengajaran yang berdiferensiaisi pula.

C. Prinsip Belajar Tuntas


Para pengembang konseb belajar tuntas mendasarkan pengembangan pengajarannya
pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat
menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan. Tugas guru untuk
merancang pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar
siswa dapat menguasai hampir seluruh bahan ajaran
b. Guru menyusun strategi pengajaran tuntan mulai dengan merumuskan tujuan-
tujuan khusus yang hendak dikuasai oleh siswa.
c. Sesuai dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar menjadi
satuan-satuan bahan ajaran yang kecil yang medukung pencapaian
sekelompok tujuan tersebut.
d. Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun
bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas
sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik.
e. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan
acuan patokan.
f. belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual.
Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu, yaitu siswa
yang pandai atau cepat belajar bisa maju lebih dahulu pada satuan pelajaran
berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat menggunakan waktu lebih
banyak atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang diberikan.

D. Pelakansanaan Belajar Tuntas

Dalam pelaksanaan konsep belajar tuntas apabila kelas itu belum biasa
mengguanaakan strategi belajara tuntas, maka guru terlebih dahulu memperkenalkan
prosedur belajar tuntas kepada siswa dengan maksud memberikan motivasi,
menumbuhkan kepercayaan diri, dan memberikan petunjuk awal.

30 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Pelaksanaan belajar tuntas terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
Kegiatan orientasi Kegiatan ini megorientasikan setiap siswa terhadap belajar tunta
yang berkenaan terhadpa orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dalam
jangka waktu satu semester dan cara belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Guru
menjelaskan keseluruhan bahan yang telah dirancang, lalu melanjutkan dengan pra
test. Kegiatan belajar mengajar? Guru mengenalkan TIK pada satuan pelajaran yang
akan dipelajari dengan cara: Memperkenalkan tabel spesifikasi tentang arati dan car
mempergunakannya untuk kepentingan belajar. Mengajukan pertanyaan yang
menonjolkan isi bahan yang disajikan. Mengajukan topik umum/konsep umum yang
akan dipelajari.

Penyajian rencana kegiatan belajar berdasarkan standar kelompok. Tujuannya adalah


menjelaskan apa yang akan dilakuakan siswa dalam kegoiatan kelompok.
penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan pelajaran. Guru
menyampaikan pelajaran sambil memberi peringatan secara periodik untuk menarik
perhatian siswa.? Mengidentifikasikan kemajuan belajar siswa yang telah memuaskan
dan yang belum. Tes dilakukan setelah satu satuan pelajaran selesai diajarkan.
Menetapkan siswa yang hasil pelajarannya telah memuaskan. Mereka diminta untuk
membantu temen-temannya sebagai tutor atau diberi tugas pengayaan bahan baginya
sendiri.Memberikan kegiatan kolektif kepada siswa ang hasil belajarnya belum
memuaskan. Menetapkan siswa yang hasil belajaranya memuaskan.

Penentuan tingkat penguasaan bahanSetelah satuan pengajaran selesai diberikan,


diadakan tes sumatif, dan diperiksa oleh temannya sendiri berdasarkan petunjuk guru.
Mereka sendiri yang menentukan tingkat penguasaan bahan berdasarkan kriteria
penguasaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Memberikan atau melaporkan tingkat
penguasaan setiap siswa yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengayaan
mereka, bahan yang sudah dikuasai ditandai dengan M (mastery) dan yang belum
dikuasai ditandai dengan NM (non mastery)? Pengecekan keefektifan seluruh
programKeefektifan strategi belajar tuntas ditandai dengan hasil yang dicapai siswa,
yakni persen siswa yang mampu tingkat mastery (standar A). Ada dua cara untuk
menetukannya yang dapat dilakukan oleh guru:
• Membandingkan hasil yag dicapaioleh kelas yang menggunakan strategi belajar
tuntas dengan kelas yang menggunakan strategi lain.
• Membuat hipotesis tentang hasil belajar, lalu dibuktikan berdasar hasil belajar kelas
(membandingkan tes awal dan tes akhir).

E. Keunggulan dan Kelemahan Belajar Tuntas

Keunggulan belajar tuntas


Strategi belajar tuntas memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

1. Memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan


mengembangakn diri, dan memecahkan masalah sendiri dengan menemukan
dan bekerja sendiri.
2. Sesuai dengan psikologi belajra modern yang berpegang pada prinsip
perbedaan individual dan belajar kelompok.
3. Berorientasi pada peningkatan produktivitas hasil belajar, yakni menguasai
bahan ajar secara tuntas.
4. Guru dan siswa bekerjasama secara partisipatif dan persuasif.

31 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
5. Penilaian yang dilakukan mengandung nilai obyektifitas yang tinggi karena
penilaian dilakukan oleh guru, teman dan diri sendiri.
6. Strategi ini tidak mengenal kegagalan siswa, karena siswa yang kurang mampu
dibantu oleh guru dan temannya.
7. Berdasarkan perencanaan yang sistematik.
8. Menyediakan waktu berdasarkan kebutuhan masing-masing iindividu.
9. Berusaha menutupi kelemahan-kelemahan strategi belajr yang lain
10. Mengaktifkan para guru sebagai regu yang harus bekerjasama secara
efektif sehingga proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara optimal.

Kelemahan belajar tuntas:

1. Sulit dalam pelaksanaan karena melibatkan berbagai kegiatan.


2. Guru-guru masih kesulitan membuat perencanaan karena dibuat dalam satu
semester.
3. Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit beradaptasi
4. Memerlukan berbagai fasilitas, dan dana yang cukup besar.
5. Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar
yang ditetapkan.
6. Diberlakukannya sistem ujian (EBTA atau EBTANAS) yang menuntut
penyelenggaraan program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan
usaha persiapan siswa untuk menempuh ujian.

F. Variabel Mastery Learning

Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang cukup
tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran

Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang


timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien
serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah
instruksional.

Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran merupakan


keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belajar belajar dan mempertahankan
kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran.Kualitas pembelajaran
ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pemanfaatan media pembelajaran.

Dan unsur-unsur tugas belajar. Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for
learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan
instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atu pokok
bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang
ditetapkan.

G. Prinsip-prinsip Utama Belajar Tuntas

1. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang
hirarkis
2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap
kompetensi harus diberikan feedback,

32 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan,
4. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan
belajar lebih awal. (Gentile & Lalley: 2003)

33 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
BAB VII
PEMBELAJARAN
PROSES

A. PENDAHULUAN

Kurikulum yang digunakan sekarang ini yang berorientasi pada materi dan tujuan
nampaknya sudah tidak sesuai lagi. Perlu ditambahkan suatu pemikiran yang berbeda,
yaitu bagaimana memproses hasil belajar berupa konsep dan fakta yang diperoleh
oleh pembelajar untuk mengembangkan dirinya, untuk menemukan sesuatu yang baru.
Dengan fakta dan konsep yang yang tidak banyak, tapi dipahami betul, dapat diproses
untuk menguasai dan/atau menemukan fakta dan konsep yang lebih banyak. Namun
pemberian konsep dan fakta yang terlalu banyak justru dapat menghambat kreatifitas
siswa..

Dalam suatu proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang
baik karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar dientukan
oleh peran dan kompetensi guru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang
diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui
kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penlaian, guru dapat mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta
ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya
adalah untuk mengetahui kedudukan siswa, di dalam kelas ataupun kelompoknya.
Dengan penilaian, guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk
siswa yang pandai, sedang kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan
dengan teman-temannya. Penelaahan pencapaian tujuan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dapat diketahui, apakah proses belajar mengajar yang dilakukan
cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya.

Jadi, jelas bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa
setelah ia melaksanakan proses belajar. Salah satu penilaian yang dapat dilakukan
oleh guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah penilaian keterampilan
proses atau pendekatan ketrampilan proses. Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil
belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah
dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini
merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini
akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus
ditingakatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

B. PEMAHAMAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-


kemampuan mental, fisik,dan social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-
kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah
dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan,
sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik

34 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar

35 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta
keterampilan. Ketiga unsure itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam
bentuk kreatifitas.

Pendekatan pembelajaran proses adalah pendekatan pembelajaranyang menekankan


pada kegiatan ketrampilan proses yang digunakan untukmengungkap dan menemukan
fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilaiyang dilakukan oleh murid dalam
proses pembelajaran.

Jadi, pendekatan keterampilan proses menekankan pada bagaimana siswa belajar,


bagaimana mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai sebagai
bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.

C. TUJUAN KETRAMPILAN PROSES

Tujuan pembelajaran proses adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa,


sehingga siswa bukan hanya mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik,
melainkan juga bukan sekedar ahli menghafal. Berdasarkan penjelasan di atas, pada
keterampilan proses, guru tidak mengharapkan setiap siswa akan menjadi ilmuwan,
melainkan dapat mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung
pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara seperti
yang diperbuat oleh ilmuwan.

Selain itu, melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses
dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat yang potensial untuk membantu
mengembangkan kepribadian siswa, di mana kepribadian siswa yang berkembang ini
merupakan prasyarat untuk melanjutkan ke jalur profesi apapun yang diminatinya.

D. RASIONAL KETRRAMPILAN PROSES

Pendekatan pembelajaran proses karena dengan pendekatan pembelajaran proses


diharapkan siswa dapat mengalami sendiri tentang materi yang disampaikan dengan
berinteraksi langsung dengan obyek nyata atau sebenarnya sehingga siswa dapat
membuat kesimpulan sendiri. Conny Setiawan mengemukakan empat alasan
mengapa pendekatan keterampilan proses harus diwujudkan dalam proses belajar dan
pembelajaran, yaitu:

1. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata
pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.
2. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis
lebih mudah memahami konsep,apalagi yang sulit, bila disertai dengan contoh-
contoh kongkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. J.
Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau aktivitas,
baik fisik maupun mental.
3. Ilmu pengetahuan boleh dikatakan bersifat relative, artinya, suatu kebenaran
teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan
situasi. Suatu teori bias gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan
lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh

36 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
karena I tu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar
kiranya kalau anak-anak atau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya
sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan menggunakan keterampilan proses,
maksud tersebut untuk saat ini pantas diterima.
4. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh
artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi,
pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan
keterampilan memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan
mental.

E. KEMAMPUAN DASAR DALAM KETRAMPILAN PROSES

Ilmuwan-ilmuwan yang menemukan suatu yang baru, menurut pengamatan, tidak


menguasai semua konsep dan fakta dalam suatu bidang ilmu, namun mereka
mempunyai kemampuan dasar untuk mengembangkan konsep dan fakta yang
terbatas itu, sehingga mereka mampu menciptakan dan menemukan sesuatu yang
baru.

Kemampuan-kemampuan dasar yang dimaksud antara lain mengobservasi,


menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang waktu, membuat
hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan verbal,
menafsirkan data, membuat kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan,
mengkomunikasikan(Conny Setiawan, 1987:17-18).

Senada dengan kemampuan dasar yang diajukan di atas, Sriyono membuat suatu
daftar keterampilan proses yang diikuti oleh indicator-indikator.

Ketrampilan Proses INDIKATOR

1. Mengajukan pertanyaan Bertanya mengapa, apa, dan bagaimana Bertanya


untuk meminta penjelasan
2. Bertanya yang berlatar belakang hipotesis
3. Mengamati Menemukan fakta yang relevan dan memadai
4. Menggunakan sebanyak mungkin indra
5. Menafsirkan/pengamatan
6. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
7. Menghubungkan pengamatan-pengamatan yang terpisah
8. Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan
9. Meramalkan dengan menggunakan pola-pola (hubungan-hubungan)
mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.
10. Mengatur alat/bahan.
11. Menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalaman langsung.
12. Merencanakan penelitian 1 Menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan
dipakai untuk digunakan dalam penelitian.
13. Menentukan variable-variabel
14. Menentukan variable yang harus dibuat tetap sama, dan mana yang berubah
15. Menentukan apa yang harus diamati, diukur, dan ditulis.
16. Menentukan cara dan langkah-langkah kerja
17. Menentukan bagaimana mengolah pengamatan
18. Menerapkan Konsep,
19. Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalamsuatu situasi baru
37 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
20. Menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang
sedang terjadi
21. Berkomunakasi
22. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
23. Menjelaskan hasil penelitian
24. Mendiskusikan hasil penelitian
25. Menggambarkan data dengan grafik, table, atau diagram

Berikut ini akan diuraikan mengenai pengertian dari setiap kemampuan atau
keterampilan beserta kata kerja operasional dari masing-masing kemampuan atau
keterampilan tersebut.

1. Mengamati
Yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan
panca indera. Kata kerja operasional : melihat, mendengar, merasa, meraba, membau,
mencicipi, mengecap, menyimak, mengukur, membaca

2. Menggolongkan ( mengklasifikasikan )
Yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan
tertentu. Untuk membuat penggolongan, perlu ditinjau persamaan dan perbedaan
antara benda, kenyataan, atau konsep yang akan digolongkn sebagai dasar
penggolongan.
Kata kerja operasional : mencari persamaan, menyamakan, membedakan,
membandingkan, mengontraskan, mencari dasar penggolongan.

3. Menafsirkan ( menginterpretasikan )
Yaitu keterampilan proses menafsiran sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa,
konsep, atau informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan,
penelitian, atau eksperimen yang telah kita lakukan.
Kata kerja operasional : menafsir, memberi arti, mengartikan, memposisikan, mencari
hubungan ruang waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan, menggeneralisasikan.

4. Meramalkan ( memprediksi )
Yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang
akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau
hubungan antar data atau informasi yang ada.
Kata kerja operasional : mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola atau
hubungan antar data atau informasi.

5. Menerapkan
Yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori,
keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat,
dikembangkan, atau dihayati.
Kata kerja operasional : menggunakan ( informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori,
sikap, nilai, atau keterampilan dalam situasi ), menghitung, menentukan variable,
mengendalikan variable, menghubungkan konsep, merumuskan konsep, pertanyaan
penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.

6. Merencanakan penelitian
Yaitu keterampilan yang amat penting karena menentuken berhasil tidaknya penelitian.
Keterampilan ini perlu dilatih, karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan

38 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
dan kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah atau objek yang akan diteliti,
tujuan, dan ruang lingkup penelitian, sumber dat atau informasi, cara analisis, alat dan
bahan atau sumber kepustakaan yang diperlukan. Jumlah orang yang terlibat, langkah-
langkah pengumpulan dan pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan
penelitian.
Kata kerja operasional : menentukan massalah atau objek yang akan diteliti,
menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan
sumber data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepustakaan, menentukan cara
penelitian.

7. Mengkomunikasikan
Yaitu menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk
tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.
Kata kerja operasonal : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, bertanya,
merenungkan, meragakan, mengungkapkan, melaporkan ( dalam bentuk lisan, tulisan,
gerak atau penampilan ).

Keterampilan proses memerlukan latihan atau penggunaan secara terus menerus agar
dapat dimiliki oleh siswa. Perkembangannya berlangsung sedikit demi sedikit dan
memerlukan waktu lama. Oleh karana itu, penelitian kemampuan keterampilan proses
tidak perlu dilakukan pada tiap pembelajaran, tetapi bias sekali atau dua kali dalam
satu semester untuk melihat perkembangannya.

F. PENILAIAN KETRAMPILAN PROSES

Penilaian merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan


hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa secara keseluruhan, baik dalam bidang
pengetahuan, konsep, sikap, nilai maupun keterampilan proses. Hal ini dapat
digunakan oleh guru sebagai tolak ukur maupun pengambilan keputusan yang sangat
diperlukan dalam menentukan strategi belajar. Untuk maksud tersebut, guru perlu
mengadakan penilaian, baik terhadap proses maupun terhadap hasil belajar siswa.
Penilaian proses ( Usman, 1999 ) dapat diartikan penilaian terhadap proses belajar
yang sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik
secara langsung kepada seorang siswa atau kelompok siswa. Dalam melatih
keterampilan proses sekaligus dikembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti
kreatif, kerjasama, bertanggung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan
bidang studi yang bersangkutan.
Untuk menilai keterampilan proses dapat digunakan cara non tes dengan
menggunakan lembar pengamatan. Agar tidak memberatkan guru, pelaksanaanya
dapat dilakukan secara bertahap lima orang siswa, begitu seterusnya sampai seluruh
siswa mendapat giliran. Hal ini dilakukan oleh guru pada waktu siswa sedang belajar.

Dalam menentukan atau membuat lembar pengamatan, perlu memperhatikan hal-hal


berikut.
1. Menentukan keterampilan yang akan diamati
2. Membuat criteria penilaian untuk masing masing keterampilan.

Penilaian terhadap keterampilan proses dapat pula dilakukan dengan tes tertulis,
namun tidak menjangkau semua kemampuan, karena menggunakan indera
pendengaran dan perabaan tidak mungkin diliai dengan tes tertulis. Di samping itu,

39 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dengan tes perbuatan, tetapi dalam hal
ini diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai tingkah laku yang
diharapkan.

C. PENUTUP

Jadi pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar


yang mengarah kepada pengembangan kemampuan kemampuan mental, fisik, dan
social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri
individu siswa.Yang sebelumnya harus telah memiliki kemampuan-kemampuan
dasar.Kemampuan-kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh siswa diantaranya
adalah mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan menerapkan,
merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.

Dan proses yang tidak kalah pentingnya dalam pendekatan proses adalah
penilaian.Dengan melakukan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran yang kemudian dapat digunakan
sebagai tolak ukur. Peran guru dalam pelaksanaan penilaian keterampilan proses
adalah selaku pengamat yang menentukan penilaian selama proses pembelajaran
berlangsung ( untuk alat ukur non tes ) baik siswa perindividu maupun untuk seluruh
siswa dalam satu kelas. Guru dapat melakukan penilaian keterampilan proses
sebanyak dua atau tiga kali dalam satu semester.

40 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Bagian VII
TEORI BELAJAR AKTIF DALAM PEMBELAJARAN PAK

A. Pendahuluan

Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan dimana guru (pengajar) dan murid
(pembelajar) berinteraksi, membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas,
guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Dr Oemar Hamalik mengartikan
pembelajaran sebagai “suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi
untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Juga dikemukakan bahwa pembelajaran
merupakan “upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi
peserta didik”.
Dalam kesempatan ini diperbincangkan sebuah teori pembelajaran aktif dari Dave
Meier.

B. Tentang belajar aktif

Belajar aktif itu apa? Apakah ada kegiatan belajar tidak aktif atau pasif? Sebenarnya
semua kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif. Tetapi mungkin saja di kelas
seringkali ketika mengajar, guru hanya berbicara, bercerita, dan muridnya mendengar
dan mencatat. Komunikasi satu arah yang terjadi. Guru PAK seringkali bahkan
bertindak seperti pengkotbah yang menyampaikan firman Tuhan di jemaat pada
ibadah hari minggu. Pendeta atau pengkotbath membacakan firman Tuhan lalu
menguraikannya kepada jemaat. Jemaat dalam kondisi itu hanya sebagai penerima,
yang merenung dan mencermati serta mengolah pesan yang didengar bagi dirinya
sendiri. Tidak terlihat apa yang terjadi dalam diri warga jemaat itu. Tetapi kegiatan itu
pun masih dapat dikatakan aktif, setidaknya dalam diri warga jemaat itu sendiri!
Kecuali bila anggota jemaat tertidur. Sebab tidak sedikit juga kegiatan kotbah yang
justru membuat jemaat pulas tertidur.

Kegiatan belajar PAK di sekolah harusnya tidak demikian. Tidak membuat murid
tertidur. Seharusnya kegiatan itu membuat siswa aktif, seperti: mendengar dan
berbicara, melihat dan membaca, bahkan melakukan peragaan atau melakukan suatu
aktifitas. Diantara guru dan murid terjadi komunikasi multi arah. Prof. Mohamad Surya
mengemukakan pengajaran akan bersifat efektif jika:
(1) berpusat kepada siswa yang aktif, bukan hanya guru;
(2) terjadi interaksi edukatif diantara guru dengan murid;
(3) berkembang suasana demokratis;
(4) metode mengajar bervariasi;
(5) gurunya profesional;
(6) apa yang dipelajari bermakna bagi siswa;
(7) lingkungan belajar kondusif serta
(8) sarana dan prasarana belajar sangat menunjang

Sekarang, pertanyaannya ialah: Kegiatan apa sajakah yang termasuk ke dalam


pembelajaran secara aktif? Mengutip gagasan Paul D. Dierich, Dr Oemar Hamalik
mengemukakan delapan kelompok perbuatan belajar aktif.
1 – Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.

41 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
2 – Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
3 – Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan
instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
4 – Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa
karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes,
mengisi angket.
5 – Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta,
pola.
6 – Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan
pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari,
berkebun.
7 – Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
8 – Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang dan
sebagainya. (Hamalik, 1995:90)

C. Mengapa harus kegiatan belajar aktif?

Bahwa guru PAK harus berusaha mengelola kegiatan belajar aktif bersama muridnya
ialah pertama, karena hakekat manusia sebagai pribadi yang dinamis. Alkitab
mengemukakan bahwa Tuhan Allah menciptakan manusia sebagai pribadi
multidimensi, memiliki roh, hati/jiwa (pikiran, perasaan/emosi, dan
kehendak/kemauan), serta fisik (pancaindera) (bd. Kej 2:7; Ibr 4:12; 1 Tes 5:23). Ketika
anak didik berkumpul di kelas, berarti guru harus melayaninya dalam kegiatan belajar
dengan mengaktifkan pontesi dirinya – pancainderanya, pikiran, perasaan, kemauan
bahkan rohnya. Para murid juga harus mengalami kegiatan belajar itu sebagai
kelompok (komunitas) umat beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dimana dua, tiga
orang berkumpul, di situ kehadiran Allah sangat nyata (bd Mat 18:19-20). Sikap
kesatuan dan persatuan harus ditingkatkan, supaya kegiatan kebersamaan itu
bermakna.

Landasan kedua, Tuhan Yesus sendiri sebagai Guru Agung, mengajari dan melatih
murid-murid-Nya dengan kegiatan aktif. Ada banyak kegiatan yang dilakukan Yesus
termasuk: memberikan kotbah atau ceramah, mengemukakan perumpamaan,
melakukan perbuatan kasih, menyatakan perbuatan kuasa dan mujizat, mengutus
murid melakukan tugas tertentu, mendengarkan dan menjawab pertanyaan, bermain-
main dengan anak kecil dan memberkati mereka, berdialog dengan tokoh-tokoh
agama Yahudi. Yesus mengajar murid-Nya tidak hanya pada satu lokasi seperti di
sebuah rumah saja. Ia mengajari mereka ketika di danau, di perahu, di perjalanan, di
bukit, di Bait Allah dan di sinagog, atau di tempat orang menderita (kusta, dirasuk
setan Gerasa), termasuk di taman Getsemane, di pengadilan Pilatus dan di Golgota.
Dia mengajar di malam hari, di pagi, di siang dan sore hari. Dia mengajar secara
individual juga secara kelompok kecil, kelompok sedang (tujuhpuluh murid) dan masa
besar (4000 dan 5000 orang). Jika demikian, kalau guru PAK ingin membimbing murid
lebih mengenal siapa Yesus Kristus, agar menjadi murid-Nya (bd Mat 28:19-20), maka
keteladanan-Nya dalam mengajar harus terus menerus kita renungkan berdasarkan
informasi keempat Injil!

42 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Landasan ketiga ialah sifat remaja yang kita layani, sebagai pribadi-pribadi yang
bertumbuh dan berubah dalam segi fisik, kognitif, emosional dan sosial. Siswa remaja
di tingkat SLTP yang berusia sekitar 13/14-15/16 tahun, menginginkan kegiatan aktif
secara fisik, belajar dengan gerakan tubuh atau melakukan sesuatu. Mereka menyukai
kegiatan yang ceria dan menyenangkan (fun activities). Karena tengah berkembang
dalam segi pola pikir dan pemahaman, remaja menginginkan diskusi, tanya jawab,
dialog dengan guru atau diantara sesama rekannya. Didorong oleh rasa ingin tahu
(curiosity), remaja biasanya ingin mencari jawaban atas masalahnya sendiri, melalui
penyelidikannya. Kegiatan belajar aktif melalui penyelidikan sendiri atau bersama
rekan-rekan, cocok bagi mereka. Karena sifat mereka yang labil secara emosional,
remaja membutuhkan variasi kegiatan belajar, termasuk suasana keakraban dan
persahabatan. Seturut dengan perkembangan sosialnya, siswa SLTP membutuhkan
kegiatan kebersamaan dengan rekan-rekannya. Remaja cenderung lebih banyak
menerima masukan dari teman sebayanya.

Akhirnya, pandangan ahli-ahli pendidikan yang dikembangkan berdasarkan ilmu-ilmu


sosial juga patut kita dengarkan. Oemar Hamalik misalnya, mengemukakan ada
sejumlah manfaat atau kegunaan dari kegiatan pembelajaran aktif, antara lain:
1 – Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2 – Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa.
3 – Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada
gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
4 – Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga
sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.
5 – Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan,
musyawarah dan mufakat.
6 – Membina dan memupuku kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan
hubungan antara guru dan orangtua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
7 – Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya
verbalisme.
8 – Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan
dalam masyarakat yang penuh dinamika. (1995: 91).

D. Pembelajaran Aktif kreatif dan menyenangkan (Pakem).

Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan dimana guru (pengajar) dan murid
(pembelajar) berinteraksi, membicarakan suatu bahan atau melakukan
1. J.M.Price, Yesus Guru Agung, lembaga Literatus Baoptis, Bandung hlm, 94
suatu aktivitas, guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Dr Oemar Hamalik
mengartikan pembelajaran sebagai “suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Juga dikemukakan bahwa
pembelajaran merupakan “upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan
kondisi belajar bagi peserta didik”.

Salah satu unsur penting bagi guru PAK untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi
pembelajaran yang direncanakan dan dikelolanya ialah pemahaman tentang konsep
atau teori belajar. Kalau guru memahami bagaimana individu dapat belajar secara
lebih efektif, maka ia dapat membantu peserta didiknya mengalami kegiatan belajar

43 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
dengan hasil optimal. Kalau guru hanya menguasai bahan pengajarannya namun
kurang mengerti cara efektif anak didik belajar, maka hasil kegiatan yang dikelolanya
tentu bisa kurang memuaskan. Untuk tujuan itu, guru perlu terus belajar dari berbagai
teori belajar, dan meninjau secara kritis dan konstruktif manfaatnya dalam
pembelajaran PAK.

Kegiatan belajar PAK di sekolah harusnya dalam suasana kelas yang aktif, kreatif dan
menyengkan (Pakem) sehingga tidak membuat murid tertidur. Seharusnya kegiatan itu
membuat siswa aktif, seperti: mendengar dan berbicara, melihat dan membaca,
bahkan melakukan peragaan atau melakukan suatu aktifitas. Diantara guru dan murid
terjadi komunikasi multi arah.

Prof. Mohamad Surya mengemukakan pengajaran akan bersifat efektif jika (1)
berpusat kepada siswa yang aktif, bukan hanya guru; (2) terjadi interaksi edukatif
diantara guru dengan murid; (3) berkembang suasana demokratis; (4) metode
mengajar bervariasi; (5) gurunya profesional; (6) apa yang dipelajari bermakna bagi
siswa; (7) lingkungan belajar kondusif serta (8) sarana dan prasarana belajar sangat
menunjang

Mengapa harus kegiatan belajar aktif?

Bahwa guru PAK harus berusaha mengelola kegiatan belajar aktif bersama muridnya
ialah pertama, karena hakekat manusia sebagai pribadi yang dinamis. Alkitab
mengemukakan bahwa Tuhan Allah menciptakan manusia sebagai pribadi
multidimensi, memiliki roh, hati/jiwa (pikiran, perasaan/emosi, dan
kehendak/kemauan), serta fisik (pancaindera) (bd. Kej 2:7; Ibr 4:12; 1 Tes 5:23). Ketika
anak didik berkumpul di kelas, berarti guru harus melayaninya dalam kegiatan belajar
dengan mengaktifkan pontesi dirinya – pancainderanya, pikiran, perasaan, kemauan
bahkan rohnya. Para murid juga harus mengalami kegiatan belajar itu sebagai
kelompok (komunitas) umat beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dimana dua, tiga
orang berkumpul, di situ kehadiran Allah sangat nyata (bd Mat 18:19-20). Sikap
kesatuan dan persatuan harus ditingkatkan, supaya kegiatan kebersamaan itu
bermakna.

Landasan kedua, Tuhan Yesus sendiri sebagai Guru Agung, mengajari dan melatih
murid-murid-Nya dengan kegiatan aktif. Ada banyak kegiatan yang dilakukan Yesus
termasuk: memberikan kotbah atau ceramah (Luk.6 ), mengemukakan perumpamaan
(Luk. 14, 15, 16, 18, 20 dll), melakukan perbuatan kasih (Luk. 19: 10), menyatakan
perbuatan kuasa dan mujizat (Luk. , mengutus murid melakukan tugas tertentu (Luk.
9), mendengarkan dan menjawab pertanyaan (Luk. 18: 18-26), bermain-main dengan
anak kecil dan memberkati mereka (Luk. 18: 15-17), berdialog dengan tokoh-tokoh
agama Yahudi (Luk. 20: 1- 8). Yesus mengajar murid-Nya tidak hanya pada satu lokasi
seperti di sebuah rumah saja. Ia mengajari mereka ketika di danau, di perahu, di
perjalanan, di bukit, di Bait Allah dan di sinagog, atau di tempat orang menderita
(kusta, buta, dirasuk roh jahat), termasuk di taman Getsemane, di pengadilan Pilatus
dan di Golgota. Dia mengajar di malam hari, di pagi, di siang dan sore hari. Dia
mengajar secara individual juga secara kelompok kecil, kelompok sedang (tujuh puluh
murid) dan masa besar (4000 dan 5000 orang).

Jika guru PAK ingin membimbing murid lebih mengenal siapa Yesus Kristus, agar
menjadi murid-Nya (bd Mat 28:19-20), maka keteladanan Yesus dalam mengajar harus

44 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
terus menerus kita renungkan berdasarkan informasi dari Injil Lukas serta ketiga Injil
yang lain (Matius, Markus dan Yohanes)

Cara belajar siswa aktif adalah merupakan tantangan selanjutnya bagi para pendidik.
Sebab ruh dari KTSP yang diberlakukan sekarang ini adalah pembelajaran aktif.
Dalam pembelajaran aktif baik guru dan siswa sama-sama menjadi mengambil peran
yang penting.

Guru sebagai pihak yang;

 merencanakan dan mendesain tahap skenario pembelajaran yang akan


dilaksanakan di dalam kelas
 membuat strategi pembelajaran apa yang ingin dipakai (strategi yang umum
dipakai adalah belajar dengan bekerja sama
 membayangkan interaksi apa yang mungkin akan terjadi antara guru dan
siswa selama pembelajaran berlangsung.
 Mencari keunikan siswa, dalam hal ini berusaha mencari sisi cerdas dan
modalitas belajar siswa dengan demikian sisi kuat dan sisi lemah siswa menjadi
perhatian yang setara dan seimbang
 Menilai siswa dengan cara yang tranparan dan adil dan harus merupakan
penilaian kinerja serta proses dalam bentuk kognitif, afektif, dan skill
(biasa disebut psikomotorik)
 Melakukan macam-macam penilaian misalnya tes tertulis, performa
(penampilan saat presentasi, debat dll) dan penugasan atau proyek
 Membuat portfolio pekerjaan siswa.

Siswa menjadi pihak yang;


• menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
• melakukan riset sederhana
• mempelajari ide-ide serta konsep-konsep baru dan menantang.
• memecahkan masalah (problem solving),
• belajar mengatur waktu dengan baik,
• melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok
(belajar menerima pendapat orang lain, siswa belajar menjadi team player)
• mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan atau action.
• Melakukan interaksi sosial (melakukan wawancara, survey, terjun ke
lapangan, mendengarkan guest speaker)
• Banyak kegiatan yang dilakukan dengan berkelompok.
4.2.3. Keteladanan dalam menggunakan Metode
Metode belajar aktif atau sekarang lumrah disebut sebagai metode PAKEM
(pembelajaran kreatif, aktif dan menyenangkan) saat ini mulai dirasakan pentingnya
dikalangan praktisi pendidik. Dikarenakan metode ini agaknya menjadi jawaban bagi
suasana kelas yang kaku, membosankan, menakutkan, menjadi beban dan tidak
membuat betah dan tidak menumbuhkan perasaan senang belajar bagi anak didik.
Alih-alih membuat anak mau menjadi pembelajar sepanjang hayat yang terjadi malah
kelas dan sekolah menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.

Ada contoh-contoh tentang cara Yesus dalam pemakaian metode, misalnya Diskusi,
kita lihat dalam contoh Yesus diurapi oleh perempuan bedosa (Luk. 7:1-50), Metode
Ceramah dipakai dalam kotbah di Bukit (Luk. 6:20-26), Ada metode cerita seperti

45 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
terdapat dalam Lukas 15 dan masih ada cara lain yang memakai alat peraga, seperti
menaruh seorang anak kecil di tengah-tengah mereka (Luk. 18:15-17 ) Metode Tanya
jawab seperti pada waktu percakapan dengan ahli taurat (Luk. 15)

Dari contoh-contoh di atas, ada banyak hal yang bisa dipakai dalam pembelajaran aktif
dan kreatif serta inovatif. Yesus ahli sekali dalam hal memakai metode-metode dalam
pengajaraNya. J.M Price, dalam Buku Yesus Guru Agung mengatakan bahwa tentang
pengajaran, metode-metode itu rupanya hal yang biasa bagiNya, dan tumbuh dari
keadaan dan kebutuhan1 Dan metode-metode yang kita pakai sekarang semuanya
telah dipakai Yesus walaupun saat itu dalam bentuk yang sederhana. Metode
pengajaran Tuhan Yesus merupakan sumbanngan yang besar bagi pembelajaran di
masa kini dan yang akan datang.

4.2.4. Keteladanan dalam Evaluasi


Dalam proses pembelajaran, sepertinya belum sempurna jika belum ada Evaluasi atau
penilaian. Sebab Evaluasi adalah sauatu alat untuk melihat apakah program yang
direncanakann telah tercapai, berharga atau tidak dan untuk melihat efisiensi
pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan
umpan balik bagi guru untuk mengukur kompetensi serta profesionalitas diri sendiri
sebagai Guru PAK 1

Evaluasi atau menguji hasil merupakan bagian dari kegiatan mengajar. Oleh sebab itu
pelaksanaannya harus dipersiapkan sedemikian rupa, sehingga hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Ada beberapa macam cara mengevaluasi, salah satu cara
yang kuno yang dipakai Yesus dalam pengajaranNya ialah dengan tanya jawab,
dengan memilih jawaban benar diantara dua atau tiga jawaban yang telah disediakan
(Lukas 10: 36).
1. J.M.Price, Yesus Guru Agung, lembaga Literatus Baoptis, Bandung hlm, 99
2. Janse Belandina Non Serrano, Profesionalisme Guru dan Bingkai materi
Pendidikan Agama Kristen ( Bandung, Bina Media Informasi, 2005) hlm. 19

Walaupun tidak begitu jelas dalam Yesus menggunakan evaluasi, namun Yesus juga
mencari jalan bagaimana untuk mengetahui hasil pengajaranNya. Dalam Injil Lukas
kita menemukan satu perikop, yaitu Lukas 10:1-12,17. Yesus menerima laporan
tentang perjalanan pengutusan Injil ke-70 muridNya ketika mereka kembali.
Menurut Janse Belandina Non-Serrano, dalam Buku Profesionalisme Guru dan Bingkai
materi memberikan gambaran atau bentuk evaluasi, yaitu : Pertama Elavuasi dilakukan
dengan cara kerja mandiri dengan mengambil contoh dari beberapa bagian teks
Alkitab, dan yang kedua mengisi kota potensi dan kelemahan yang berkaitan dengan
kopetensi dan karakter guru.

Sedangkan Prinsip penilaian dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan),


antara lain harus valid, obyektif, tranfaran/terbuka, adil, terpadu, menyeluruh dan
kberkesinambungan, bernakna, sistematis, akutanbel serta beracuan kriteria.
Jenis penilaian hasil belajarnya berdasarkan cakupan kompetensi yang diukur, yaitu
melalui: Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester dan
Ulangan kenaikkan Kelas. Berdasarkan sasaran, yaitu penilaian individu dan
kelompok. Untuk lebih jelasnya mengenai teknik penilaian, skala sikap dan angket,
lihat lampiran yang telah penyusun lampirkan.

46 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Singkat kata, kita tidak boleh mengambaikan penilaian atau evaluasi, karena Evaluasi
atau penilaian itu sebagai umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui
kemampuan dan kekurangan. Evaluasi juga untuk memantau kemajuan dan
mendiagnosa kesulitan belajar siswa. Sedangkan bagi guru, Evaluasi juga sebagai
umpan balik untuk memperbaiki Proses Belajar Mengajar (PBM), sebagai informasi
untuk orang tua, komite sekolah tentang efektifitas pendidikan. Evaluasi juga berfungsi
sebagai alat untuk menetapkan penguasaan siswa, sebagai bimbingan, alat diagnosa,
alat predisi dan alat seleksi.

E. Teori belajar aktif Dave Meier

Belakangan ini ada sebuah teori belajar aktif yang dinamakan teori holistik. Dave Meier
dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook (Kaifa, 2002), mengemukakan
bahwa konsep guru mengenai siapa manusia yang diajarinya (murid) menentukan
sekali terhadap kegiatan belajar yang direncanakan dan dikelolanya. Meier mengkritik
kecenderungan pendidikan di Barat yang memandang manusia hanya sebagai tubuh
dan pikiran. Aktivitas tubuh dan pikiran dipisahkan dalam kegiatan belajar.
Pembelajaran sangat kaku. Selain itu pembelajaran individual amat ditekankan. Cara
berpikir ilmiah pun sangat diutamakan. Peranan media cetak dalam belajar seperti
buku sumber utama sangat ditekankan.

Dari penelitiannya, Dave Meier berpendapat bahwa manusia memiliki empat dimensi
yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual
(V), dan pemikiran atau intelek (I). Bertolak dari pandangan ini ia mengajukan model
pembelajaran aktif yang disingkat SAVI – somatis, auditori, visual dan intelektual.
Dengan pemahaman ini beliau mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar,
yakni:
1 – Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran
2– Belajar adalah berkreasi, bukan
mengkonsumsi. 3 – Kerjasama membantu proses
belajar.
4 – Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5 – Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
6 – Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7 – Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Sekarang, marilah kita simak pokok-pokok pikiran Meier, bagaimana prinsip kegiatan
belajar berdasarkan prinsip SAVI itu.
Pertama, belajar somatis, belajar dengan bergerak dan berbuat. Apa sajakah yang
dapat dilakukan? Jawabnya ialah:
* Membuat model dalam suatu proses.
* Secara fisik menggerakkan berbagai komponen dalam suatu proses atau sistem
* Menciptakan bagan, diagram, piktogram.
* Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep.
* Mendapatkan pengalaman, lalu membicarakannya dan merefleksikannya.
* Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik.
* Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan lain-lain)
* Melakukan tinjauan lapangan. Lalu menuliskan, menggembar dan membicarakan apa
yang dipelajari.
* Mewawancarai orang di luar kelas.
* Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh kelas.
Kedua, belajar auditori (A), kegiatan mendengar dan berbicara. Apa saja
47 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
yang

48 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
dilakukan dalam kegiatan?
* Membaca keras dari bahan sumber.
* Membaca paragraf dan memberikan maknanya.
* Membuat rekaman suara sendiri.
* Menceritakan buku yang dibaca.
* Membicarakan apa yang dipelajari dan bagaimana menerapkannya.
* Meminta pelajar memperagakan sesuatu dan menjelaskan apa yang dilakukan.
* Bersama-sama membaca puisi, menyanyi.

Ketiga, belajar visual (V), kegiatan melihat, mengamati, memperhatikan. Apa sajakah
kegiatan dalam pendekatan ini?
* Mengamati gambar dan memaknainya.
* Memperhatikan grafik atau membuatnya
* Melihat benda tiga dimensi.
* Menonton video, film.
* Kreasi piktogram
* Pengamatan lapangan
* Dekorasi warna-warni

Keempat, belajar intelektual (I), kegiatan mencipta, merenungkan, memaknai,


memecahkan masalah. Ada sejumlah kegiatan terkait dengan pendekatan ini, antara
lain:
* Pemecahan masalah
* Menganalisis pengalaman, kasus
* Mengerjakan rencana strategis
* Melahirkan gagasan kreatif
* Mencari dan menjaring informasi
* Merumuskan pertanyaan
* Menciptakan model mental
* Menerapkan gagasan bagus pada pekerjaan.
* Menciptakan makna pribadi
* Meramalkan implikasi suatu gagasan.

F. Manfaat Pembelajaran Aktif bagi guru PAK

Teori dan prinsip belajar aktif di atas, perlu kita responi secara positif. Adalah benar
bahwa dalam kegiatan belajar berbagai aspek kedirian (persona) manusia harus
dilibatkan. Allah sendiri berbicara (mengajari) manusia dengan berbagai cara dan
dalam pelbagai kesempatan (bd. Ibr 1:1-2; Ul 6:6-9). Allah menghendaki kita kreatif
dalam merencanakan dan mengelola kegiatan pembelajaran. Menilai hasil kegiatan itu
tentunya juga jangan hanya dari satu aspek, seperti dari segi intelektual anak didik.

Karena PAK terkait dengan masalah kerohanian atau spiritualitas, maka ia sedikit
berbeda dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran lainya. Alkitab mengajarkan
manusia juga memiliki roh, hati dan suara hati dalam dirinya. Jika roh manusia
“dijamah” Allah yang adalah Roh (bd Yoh 4:24), maka kegiatan belajar menjadi sangat
aktif dan penuh makna. Kegiatan belajar menjadi transformatoris, membawa
perubahan dari dalam keluar (proses inside out). Jika tidak demikian, yang terjadi ialah
proses outside in atau dari luar ke dalam. Anak didik hanya bersifat konformis terhadap
apa yang diajarkan oleh guru kepadanya, dalam arti menerima supaya mendapat nilai
(angka) bagus! Bagaimana caranya supaya murid mengalami kehadiran Roh Allah?

49 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Jawabnya, jika mereka menyambut Yesus ke dalam kehidupannya, karena
mendengarkan berita Injil secara jelas (bd Ef 1:13,14; 1 Kor 15:3,4; Rom 8:9-11).
Karena itu PAK perlu terus menjelaskan berita pengampunan dosa, berita anugerah
kepada para siswa.

Kegiatan belajar PAK bersifat spiritual. Karena itu bersama murid, guru harus giat
berdoa, beribadah, memuji dan menyembah Dia. Guru PAK hanyalah hamba Tuhan.
Dia hanya perantara (imam) Sang Raja Kristus dengan murid (1 Ptr 2:9,10). Roh
Kuduslah menjadi pengajar sesungguhnya dalam diri orang percaya (Yoh 16:11-13; 1
Yoh 2:20,27). Pengakuan kita sebagai guru, kepada Pribadi Roh Tuhan ini sangat
penting. Kita juga berdoa supaya dipenuhi oleh-Nya (Ef 5:18), dipimpin dan berjalan
menunaikan karya bersama Dia (Gal 5:16-18). Kita juga harus menjaga diri supaya
tidak mendukakan Dia (Ef 4:30). Atau supaya tidak menghambat pekerjaan-Nya (1 Tes
5:20). Kitab Kisah Para Rasul menyatakan bahwa ketika Roh Kudus hadir dan bekerja
dalam hidup komunitas orang percaya, maka proses pembelajaran berlangsung
dengan baik dan membawa perubahan hidup.

Guru PAK hendaknya jangan memandang rendah pengalaman spiritual siswanya juga
pergumulan yang dihadapinya. Iman Kristen yang diperlukan oleh siswa remaja
dewasa ini ialah yang sifatnya praktis, termasuk bagaimana menghadapi krisis dan
konflik kehidupan di rumah, di sekolah dan diantara kawan-kawan. Guru harus
bersedia mendengar apa yang mereka alami dan pergumulkan. Bahkan bersedia
menyimak masalah mereka lebih dari yang diucapkan. Selanjutnya guru menuntun
mereka menemukan jawaban dari firman Tuhan. Mengajak murid berdoa dengan
sungguh-sungguh kepada Tuhan, mendoakan mereka, juga membukakan hati mereka
kepada Dia.

Menjadikan diri teladan iman, adalah menjadi kerinduan siswa remaja yang kita layani.
Siswa di usia ini sangat gemar mengamati kehidupan tokoh-tokoh di sekitarnya,
menilai apakah layak didengar, diikuti atau tidak. Firman Tuhan sendiri mengatakan
bahwa dalam melayani kaum muda, para pelayan harus menjadi teladan, model
kehidupan (live model) (bd. Ti 2:6,7). Guru PAK harus menanamkan pengaruh melalui
keteladanan hidupnya baik dalam perkataan dan perbuatan mengajar.

Penutup :
Mempelajari teori belajar menurut konsep-konsep keilmuan dan teori pendidikan
adalah penting. Memahmi kebiasaan belajar yang kita amati dan terima dari
masyarakat dan budaya juga harus kita cermati. Budaya kita menekankan pengamatan
dan peniruan dalam kegiatan belajar. Begitu pula dengan pentingnya kelompok atau
peran orang lain. Kita banyak belajar di dalam kelompok.

Namun, hal itu jangan membuat kita meremehkan peran Roh Tuhan yang datang ke
dunia menyaksikan pekerjaan dan pribadi Yesus Kristus. Roh Kudus yang membuat
orang mengerti pengajaran Alkitab, yang kita perbincangkan bersama anak didik.
Dimana Roh Kudus bekerja di situ terdapat aktivitas pembaruan (2 Kor 3:17,18).
(SAM)

50 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Bagian X
MOTIVASI DAN
PRESTASI

Bagian 10
PANGGILAN UNTUK BELAJAR TEORI DARI TUHAN YESUS

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku
lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk
yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." Yesus
Ada panggilan dari hati Yesus kepada setiap orang untuk datang kepada-Nya dan
belajar dari pada-Nya. Yesus tidak hanya datang untuk orang-orang tertentu di Timur
Tengah tetapi Dia datang untuk semua orang di dunia. Dia juga tidak datang untuk
mendirikan suatu agama tetapi membawa gaya hidup Kerajaan di dunia ini seperti di
Surga. Jadi Dia memanggil kita untuk belajar dari pengalaman-Nya akan suatu gaya
hidup yang mengubah dunia.
Tuhan mau kita belajar dari Yesus yang datang untuk memanifestasikan gaya hidup
Tuhan kepada manusia. Kenapa kita harus belajar dari Yesus? Karena Yesus adalah
seorang pembelajar atau murid yang baik dan dalam proses pembelajaran-Nya, Dia
telah menunjukkan kemampuan untuk menjadi taat, mau dan rela untuk mengerjakan
kehendak Tuhan, anugerah dibawah penderitaan dan dengan kasih memanifestasikan
Bapa kepada dunia yang Dia kasihi.

Untuk belajar dari Yesus kita perlu untuk meresponi panggilan-Nya PERTAMA-TAMA
dan membiarkan Dia membawa damai dalam saudara mempunyai arti bahwa saudara
perlu berdamai dengan Tuhan, diri saudara sendiri dan dengan yang lain BARU
KEMUDIAN saudara bisa masuk ke dalam proses pembelajaran yang alami tapi penuh
kuasa. Hal ini dimulai dengan memikul kuk-Nya yang punya arti bahwa kita perlu
mendisiplinkan diri kita untuk jalan dalam suatu kehidupan yang membawa beban yang
sama dengan Yesus. Artinya ada proses penyesuaian dari hidup kita kepada hidup
Yesus melalui perjanjian atau covenant kita dengan Dia. Kita tidak dapat belajar dari
Dia kecuali kita hidup dalam covenant dengan Dia. Marilah kita memeluk Salib itu dan
memikulnya setiap hari. Hal inilah yang mendasari dasar panggilan kita yang
sesungguhnya.

Kita perlu untuk mengerti bahwa tidak ada seorang pun yang dapat hidup melebihi
kedisiplinannya dan covenant dengan Tuhan adalah suatu disiplin untuk fokus dalam
melakukan bagian kita sebagai tanggungjawab kita sehingga Tuhan akan melakukan
bagian-Nya dengan yang terbaik dari pada-Nya. Jika saudara tidak bisa menerapkan
kedisiplinan dari dalam melalui salib maka yang saudara perlukan adalah kedisiplinan
dari luar. Lebih baik menyerah pada proses salib yang datang dari dalam sehingga
saudara mati pada diri saudara sendiri dan mulai hidup dalam kesesuaian dengan
Yesus dari pada mencoba tanpa hasil untuk menyembunyikan keangkuhan dan
kenyamanan hidup kita di dalam. Karena jika kita memberi hidup kita pada Tuhan,
maka ini berarti tidak seorang pun yang akan dapat mengambilnya dari kita.
Hukumnya adalah ini bahwa tidak seorang pun akan dapat mengambil sesuatu dari
apa yang saudara telah beri. Lagi, kita perlu untuk membiarkan salib mengerjakan
hidup kita sampai tuntas supaya kita bisa belajar dari pada-Nya.

51 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
Yesus datang untuk mambagi hidup. Ini adalah pokok mendasar yang kita perlu
untuk belajar: BAGAIMANA HIDUP. Jadi ini tentang belajar kehidupan dan bukan
belajar pengetahuan. Jadi untuk belajar bagaimana hidup adalah dengan cara hidup
dengan orang lain. Dan hidup dengan orang lain kita perlu punya sikap hati yang
benar dan hanya Yesus yang dapat mengajar kita tentang kelemah-lembutan dan
kerendahan- hati, Dia tidak hanya menjelaskan arti katanya dalam teori tetapi melalui
praktek kehidupan dalam cara yang sangat alamiah tentang kelemah-lembutan dan
kerendahan-hati yang keluar dari dalam.

Mencoba untuk mendefinisikan kelemah-lembutan dan kerendahan-hati diluar


komunitas atau hidup bersama adalah sama sekali salah sebab kelemah-lembutan dan
kerendahan-hati hanya datang secara alamiah melalui hubungan dengan sesama. Jadi
kelemah-lembutan adalah kemampuan untuk membawa kuasa dibawah kendali
sehingga kita tidak akan memaksa apa yang kita mau untuk orang lain tapi
membiarkan Tuhan mengerjakan jalan-Nya sendiri dalam segala sesuatu yang terjadi.
Dan kerendahan-hati adalah kemampuan untuk menerima apa yang Tuhan ijinkan
terjadi dalam hidup kita, dalam aspek horisontal adalah kemampuan untuk menerima
dan mengakomodasi kesalahan orang lain tanpa menghakimi orang tersebut.
Saya kira tidak akan ada orang yang akan memandang rendah apa yang Yesus
berikan karena kita semua rindu untuk hidup dalam hubungan yang damai satu dengan
yang lain.

Yesus memanggil setiap orang tanpa melihat agama, kebangsaan, bahasa dan suku
untuk datang dan belajar dari Dia. Saya pun ingin menyatakan undangan-Nya kepada
semua orang tanpa melihat agama dan falsafah yang dianutnya, ataupun latar
belakangnya, dan bahkan Generasi X untuk datang pada Yesus dan belajar dari Dia.
Saudara punya hak untuk datang sebab Yesus memanggil semua untuk belajar dari
Dia gaya hidup Kerajaan. Selamat datang pada Pemuridan.

52 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
DAFTAR PUSTAKA

G. ^ [Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second


Edition, Chicago: Rand Mc. Nally]

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali

Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and


Application of Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press

Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta:


Depdikbud

Gagne, E.D., (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto:
Little, Brown and Company

Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and Teaching ini Higher Education. London: Paul
Chapman Publising

Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston:
Allyn and Bacon

• Model Mastery Learning - http://andieirfan.multiply.com/


• Rancang Bangun Konsep Teknologi Pendidikan – ttp://re-searchengines.com/
ishak1108.html
• Mastery learning - http://one.indoskripsi.com/node

Block, James H. (1971) Mastery learning : Theory and practice. New York : Holt,
Rinehart and Winston, Inc.

Suwatno, Dr, M.Si. 2008, Mengatasi kesulitan belajar melalui klinik pembelajaran :
Disampaikan pada Workshop Evaluasi dan Pengembangan Teaching Klinik bagi
dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, Januari 2008

Suratin GM, Drs. 2000. Pengaruh pendekatan andragogi mastery learning secara
terpadu terhadap prestasi belajar mahasiswa penyetaraan D II PGSD guru kelas
pada mata kuliah evaluasi pengajaran : Lemlit UT

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik"


Kategori tersembunyi: Artikel yang perlu dirapikan | Artikel yang belum dirapikan
Juni 2009

53 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K
TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA
DALAM PAK

DI SUSUN OLEH: SONTI SINAGA,M.Pd

54 | T e o r i B e l a j a r d a l a m P A K

Anda mungkin juga menyukai