Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TEORI BELAJAR

TEORI BEHAVIORISTIK

DISUSUN OLEH :
1. Aisyah Nururrohmah L. (22080324002)
2. Kayla Zaidah An Najwa (22080324006)
3. Kurnia Fithri Arrahma (22080324010)
4. Rista Nabilluziyah (22080324017)
5. Julia Visca Elfira Rachman (22080324022)
6. Desi Putri Nabillah (22080324027)
7. Muflichatul Mukarromah (22080324034)
DOSEN PENGAMPU :
Putri Hestiningrum, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA NIAGA
2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Teori Behavioristik” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Dengan karya ini kami berharap dapat membantu tenaga pendidik untuk
meningkatkan kualitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan penjelasan
atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Penggunaan
teori belajar dengan langkah-langkah pengembangan yang benar dan pilihan materi pelajaran
serta penggunaan unsur desain pesan yang baik dapat memberikan kemudahan kepada siswa
dalam memahami sesuatu yang dipelajari. Selain itu, suasana belajar akan terasa lebih santai
dan menyenangkan. Proses belajar pada hakikatnya adalah kegiatan mental yang tidak
tampak. Artinya, proses perubahan yang terjasdi dalam diri seseorang yang sedang belajar
tidak dapat disaksikan dengan jelas, tetapi dapat dilihat dari gejala-gejala perubahan perilaku.
Teori belajar yang menekankan terhadap perubahan perilaku siswa adalah teori
belajar behavioristik. Dilihat dari pengertiannya teori belajar behavioristik merupakan suatu
teori psikologi yang berfokus pada perilaku nyata dan tidak terkait dengan hubungan
kesadaran atau konstruksi mental. Ciri utama teori belajar behavioristik adalah guru bersikap
otoriter dan sebagai agen induktrinasi dan propaganda dan sebagai pengendali masukan
perilaku.
Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan perubahan tingkah laku. Teori
belajar behavioristik mengakui pentingnya input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respons. Pada teori ini menekankan kajiannya pada pembentukan tingkah laku yang
berdasarkan hubungan antara stimulus dengan respon yang bisa diamati dan tidak
memungkinkan dengan kesadaran. Berdasarkan komponennya, teori ini relevan dengan
pembelajaran di zaman sekarang. Penerapan teori belajar ini mudah ditemukan di berbagai
sekolah, dikarenakan mudahnya penerapan teori ini untuk meningkatkan kualitas peserta
didik

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan
dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud teori belajar behavioristik?
2. Bagaimana pendapat beberapa pakar mengenai teori belajar behavioristik?
3. Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik?
4. Bagaimana pengaplikasian teori behavioristik dalam pembelajaran?
5. Bagaimana contoh kasus pelaksanaan pembelajaran menurut teori belajar
behavioristik?

III. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar behavioristik
2. Untuk mengetahui teori belajar behavioristik menurut para ahli
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik
4. Untuk mengetahui pengaplikasian teori behavioristik dalam pembelajaran
5. Untuk mengetahui contoh kasus pelaksanaan pembelajaran menurut teori belajar
behavioristik

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teroi yang mempelajarai tingkah
laku manusia. Menurut Desmita (2009:44). Teori ini menggunakan pendekatan
objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan perilaku seseorang dapat
dilakukan dengan upaya pengkondisian. Dengan ini, mempelajari tingkah laku
seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan yang terlihat,
bukan mengamati dengan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini menitikberatkan
pada pengamatan, sebab pengamatan merupakan hal penting untuk mengetahui
terjadinya sebuah perubahan tingkah laku seseorang.
Menurut Slavin belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respons. Seseorang dapat dikatakan telah belajar apabila ia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus merupakan sesuatu
yang diberikan oleh guru dan respon merupakan reaksi atau tanggapan siswa
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Proses yang terjadi antara stimulus dan
juga respons tidak penting untuk di perhatikan karena tidak dapat diamati dan
diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan juga respons, oleh karena itu apa
yang telah diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respons)
harus dapat diamati dan diukur (Putrayasa, 2013:42)
Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai
respons perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, perilaku memusatkan pada
interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-prinsip
perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah
perilakunnya ke arah yang lebih baik. Teori belajar behavioristik adalah teori belajar
yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respons. Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap
perkembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal dengan aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilkau yang tampak
sebagai hasil belajar.

2.2. Teori Behavioristik Menurut Para Ahli


1. John B. Watson
Menurut watson belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respons,
namun stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan
dapat diukur.
Jadi, walaupun dia mengakui adanya perubahan mental dalam diri seseorang
selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagi hal yang
tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
2. Clark Hull
Menurut Hull kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive
reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan
manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajar pun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respons yang akan muncul
mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk
dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
3. B.F. Skinner
Menurut B.F. Skinner teori belajar behavioristik adalah hubungan antara stimulus
dengan respon yang ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui interaksi
dengan lingkungan. Teori ini menekankan bahwa tingkah laku yang ditunjukkan
seseorang merupakan akibat dari interaksi antara stimulus dengan respon
4. Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan
respons adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat
pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkret,
yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkret yaitu yang tidak dapat diamati,
meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak
dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat
diamati.
5. Edwin Ray Guthrie
Menurut Edwin hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat
sementara. Oleh sebab itu dalam kegiatan belajar siswa perlu secara terus
menerus di berikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan juga respon
bersifat lebih tetap.
2.3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik

Kelebihan:
1. Membantu guru agar memiliki sikap yang teliti dan lebih peka terhadap keadaan
pembelajaran.
2. Membuat siswa terbiasa belajar mandiri.
3. Dapat membentuk suatu tingkah laku yang diharapkan mendapatkan penilaian
positif dan tingkah laku yang kurang pantas mendapat pengakuan negatif yang
mendasar atas prilaku yang terlihat.
4. Dengan pembelajaran yang berulang, pelatihan yang berkelanjutan, bisa
memaksimalkan kecerdasan dan bakat yang sudah terbangun dalam diri siswa.
5. Mampu merubah stimulus yang satu dengan stimulus lain dan seterusnya sampai
respon yang diharapkan tampak.
6. Teori behavioristik sangat tepat untuk mendapatkan kemampuan yang
memerlukan praktek dan penyesuaian yang memuat komponen kecepatan,
spontanitas, dan juga ketahanan.
7. Teori behavioristik sangat tepat dikenakan pada anak yang masih memerlukan
pengaruh dari orang dewasa, senang mengulang dan perlu pembiasaan, senang
meniru, dan senang dengan berbagai penghargaan secara langsung.

Kekurangan:

1. Menjadi sebuah konsekuensi untuk membuat bahan ajar dengan bentuk yang
telah siap digunakan.
2. Tidak semua pelajaran bisa memakai metode ini.
3. Siswa dalam hal ini berkedudukan menjadi pendengar pada saat pembelajaran
berlangsung dan mengingat apa yang di dengar dengan apa yang di pandang
menjadi cara ampuh.
4. Untuk menertibkan siswa para tokoh behavioristik memiliki metode yang paling
efektif, yaitu dengan menghindari penggunaan hukuman.
5. Siswa yang dianggap pasif, memerlukan dorongan dari luar, dan penguatan yang
diberikan guru sangat berpengaruh.
6. Siswa hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru, dengan
mendengarkan apa yang harus didengar dan apa yang harus dilihat menjadi
sistem pembelajaran yang ampuh sehingga inisiatif siswa dalam menghadapi
masalah yang timbul secara temporer tidak dapat dibereskan oleh siswa.
7. Proses pembelajaran yang lebih terpusat kepada guru (teacher centered learning)
memiliki sifat sistematis dan cenderung hanya kepada hasil saja yang bisa
diperhatikan.
8. Penggunaan metode yang tidak tepat pada proses pembelajaran dapat berakibat
berjalannya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan untuk siswa, guru
menjadi pusat, otoriter, komunikasi berjalan searah, guru hanya melatih, dan
memutuskan apa yang perlu dipelajari dan tidak perlu dipelajari oleh siswa.

2.4. Aplikasi Teori Behavioristik


Aliran psikologi belajar berpengaruh besar terhadap perkembangan pendidikan dan
teori dan praktik pembelajaran hingga saat ini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada pembentukan tingkah laku yang muncul sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-respons menempatkan pembelajar pada
peran individu yang pasif. Munculnya perilaku siswa akan lebih kuat apabila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila diberi hukuman.
Teori belajar behavioristik yang berpengaruh terhadap masalah belajar, karena
belajar dipahami sebagai latihan latihan pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon. Dengan merangsang, siswa bereaksi dan menanggapi rangsangan tersebut.
Hubungan stimulus-respons menciptakan kebiasaan-kebiasaan otomatis belajar. Oleh
karena itu, tingkah laku siswa terdiri dari reaksi-reaksi tertentu terhadap rangsangan
tertentu. Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan belajar tergantung dari beberapa
tujuan seperti: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik siswa, sarana dan
fasilitas pembelajaran, lingkungan dan penguatan (Sugandi, 2007:35).

Teori belajar behavioristik cenderung membimbing siswa untuk berfikir. Pandangan


teori belajar behavioristik adalah sebuah proses pelatihan, yaitu membawa siswa untuk
mencapai target atau tujuan tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak bebas untuk
berkreasi dan berimajinasi dan mengembangkan kemampuannya.Karena sistem
pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan
respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin. Akibatnya siswa kurang mampu untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Pembelajaran yang
dirancang pada teori behavioristik memandang pengetahuan secara objektif. Oleh karena
itu, pemahaman siswa diharapkan sama dengan pengetahuan yang telah diajarkan . Dengan
kata lain, apa yang dijelaskan oleh guru maka itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian pula dalam pembelajaran, siswa dianggap sebagai objek yang pasif, selalu
membutuhkan dorongan dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, pendidik
mengembangkan kurikulum terstruktur yang menggunakan standar tertentu dalam proses
pembelajaran yang harus dicapai peserta didik. Demikian pula dalam proses penilaian
pembelajaran, siswa hanya diukur pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati, sehingga hal-
hal yang tidak teramati akan kurang dapat diperhatikan dalam proses penilaian.

2.5. Kasus Penerapan Teori Behavioristik


Penerapan teori belajar perilaku di sekolah biasanya berupa:

Program kerja dari guru untuk siswa. Misalnya, sekolah menengah menyelenggarakan
program klub debat untuk siswanya. Dengan adanya program ini, diharapkan siswa yang
berminat dapat merespon dengan melihat dan belajar bagaimana berdebat dan membuat
perubahan positif.

Program seperti ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih


mengeksplorasi kemampuannya di luar ranah akademik. Dari contoh kasus penerapan di
atas, dapat kita ambil beberapa hal dalam pembelajaran teori behavioristik, yaitu:

1) Menganalisis lingkungan belajar dan menyajikan pengetahuan yang lebih luas kepada
siswa

2) Memecah materi pembelajaran menjadi beberapa bagian, yang meliputi topik, tiap pokok
bahasan serta sub topik
3) Memberikan stimulus kepada siswa

4) Mengamati dan mengeksplorasi jawaban yang dimiliki siswa kata

5) Memberikan stimulasi yang berulang-ulang.

BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai