Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“ Teori Belajar Behavioristik “


makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah reori belajar dan pembelajaran
DOSEN PENGAMPU : Dr. ALWEN BENTRI M.pd dan Dra. ABNA HIDAYATI M.pd

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3


1. AQSA MAILANDA ( 20004003 )
2. BILQISTI ROHMATUN ALFITRI ( 20004006 )

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Alhamdulillah, puji syukur kehadiran allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul " Teori belajar behavioristik “
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Shalawat beserta salam kami doakan kepada nabi besar MUHAMMAD SAW yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini. kami berterimakasih kepada dosen pengampu yaitu Dr
alwen bentri M.pd dan Dra abna hidayati M.pd yang telah membimbing kami dalam mata
kuliah teori belajar dan pembelajaran.
Seterusnya kepada rekan-rekan kelompok 3 yang bersama sama dalam menyusun makalah ini.
tujuan dari pembuatan makalah ini ialah sebagai pemenuhan tugas diskusi kelompok 3. pada
makalah ini makalah ini kami membahas tentang teori belajar behavioristik. kami berharap
melalui diskusi ini kami sebagai penulis maupun sebagai pembaca dapat memahami kesimpulan
dan pembelajarannya melalui makalah ini.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh karenaitu kritik
dan saran yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat kami terima dengan senang hati
agar kami dapat memperbaikinya dimasa yang akan datang . akhir kata katmi mengucapkan
TERIMAKASIH.

HORMAT KAMI

KELOMPOK 3.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah__________________________________________1
B. Rumusan masalah__________________________________________________1
Tujuan penulisan maakalah________________________________________1

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Konsep teori belajar behavioristik________________________________________
B. Pengertian teori belajar behavioristik menurut para ahli
C. Kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik
D. Implikasi masing maisng teori belajar behavioristik

BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN__________________________________________________________
B. SARAN________________________________________________________________
C. DAFTAR PUSTAKA_____________________________________________________

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal
yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan seseorang
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang
bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan
juga seseorag bisa merumuskan tujuan hidup. Belajar yang di lakukan oleh masing-masing
Individu bisa di lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan
belajar dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam gaya
belajar seseorang. Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang salah satunya
adalah teori belajar behavioristik.
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan
(stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-
hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal
maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau
dampak, berupa reaksi titik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi,
sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifat
mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini
sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyaratan
tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa
memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar
sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:Kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing,
mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini
juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu konsep teori belajar behavioristik
2. Apa itu teori belajar behavioristik menurut para ahli
3. Kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik
4. Implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran

C. Tujuan
1. Mengerti dan memahami konsep teri belajar beavioristik
2. Memahami teori belajar behavioristik menurut para ahli
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik
4. Memahami implikasi maisng-maisng teori belajar behavioristik

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar teori behavioristik


Konsep dasar teori Behavioristik adalah Perilaku manusia ditekankan pada aspek-
aspek yang lebih mekanistis, perilaku diukur dari hal yang dapat diamati. Belajar
adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon. Menurut Corey ( 2013: 193) berpendapat bahwa teori tingkah laku
adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori
tentang belajar. Sedangkan menurut Hartono ( 2013: 124) menjelaskan bahwa teori
behavioristik adalah mengubah atau menghapus perilaku dengan cara belajar
perilaku baru yang lebih dikehendaki.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah pembentukan
asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indera dengan kecendrungan untuk
bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-
kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda, dan lain-lain.
Teori tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian
treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan
masalah-masalah manusia. Terapis tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru,
pengarah, dan ahli dalam mediagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam
menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada
tingkah laku yang baru dan Adjuctive.

B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya Terhadap Teori Belajar Behavioristik


1. John Broadus Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat di amati (observable) dan
dapat di ukur. Jadi meskipun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut
sebagai hal yang tidak perlu di perhitungkan karena tidak dapat diamati.
Watson adalah seorang behavioristik murni, karena kajianya tentang belajar
disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan
diukur
2. Edwin Ray Guthrie
Azas belajar guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar
yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan
menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan
penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.
3. Albert Bandura
Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social Learning Teory)
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal
dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang
sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak meniru
seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kogoitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert
Bandura menyatakao bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan
peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan
siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap
perilaku orang tuanya. Albert Bandura merupakan salah satu peracang teori kognitif
social. Meourut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau
mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan
model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku,
persnn/kogoitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses
pembelajaran. Faktor lingkuogan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi
lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura
tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan
temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran
dan kecerdasan.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan
penting. Faktor person (kognitif) yaog dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau
efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002) meodefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan
pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan
efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses.
Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan
masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang
digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yaog memiliki
efikasi diri yaog tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu
tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan
dirinya.
Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu
bangkit dari kegagalan yang ia alami. Menurut Bandura proses mengamati dan
meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar.
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik
yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi
lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis ini.
Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka
dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggapbahwa judi
itu adalah tidak baik.

C. Kelebihan dan kekurangan teori behavioristik


1. Kekurangan
✓ Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat
meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
✓ Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
✓ Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar ,
ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
✓ tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel
atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat
diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
✓ tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara
stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya. 
2. Kelebihan 
✓ Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, dan daya tahan.
✓ Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan
tidak produktif.
✓ membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan
peserta didik untuk bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.

D. Implikasi teori behavioristik dalam pembelajaraan


Implikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa
hal, seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media,
dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Gagasan-gagasan yang telah dikemukakan
oleh para pencetus aliran behavioristik seperti Thorndike tentang perlunya bantuan
guru untuk menciptakan perilaku siswa, perlunya keterampilan-keterampilan yang
dilatihkan, dan disiplin mental menjadi dasar bagi pengembangan aliran behavioristik
di sekolah. Disamping itu, gagasan Guthrie tentang perlunya reinforcement dalam
pembelajaran sampai saat ini diakui menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam
kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu, gagasan Skinner tentang perlunya pengaturan
pembelajaran oleh guru, respons aktif dari siswa, adanya feedback setelah adanya
respons dari pembelajar, dan kebebasan siswa dalam mempelajari materi sesuai
dengan ritme pembelajar menjadi dasar bagi pengembangan kurikulum di Indonesia.
Teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur,
maka siswa harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih
dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar,
sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakkan disiplin.
Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan
sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa adalah
objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus
dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa (Degeng, 2006).
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada
keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian
keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga
aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan
pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper
and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya,
apabila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, maka hal ini
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar
dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran dan biasanya
dilakukan setelah kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan siswa secara individual.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran sampai saat ini adalah aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-
responsnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
menghilang jikalau dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa
hal, seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajar,
media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif,
pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga
belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pembelajar. Fungsi mind atau pikiran yaitu untuk menjiplak struktur pengetahuan
yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga
makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan tersebut. Pembelajar diharapkan akan memiliki pemahaman
yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, sesuatu yang dipahami
oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.
Demikian halnya dalam pembelajaran, siswa dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari guru. Para guru mengembangkan
kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam
proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam proses
evaluasi belajar, siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati,
sehingga hal-hal yang bersifat abstrak kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan.
Berdasarkan uraian pada penjelasan sebelumnya dapat dibuat dua kesimpulan.
Pertama, teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada
perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respons. Tokoh pelopor dari teori behavioristik adalah John Broadus Watson ,Edwin
Ray Gutrie, Albert Bandura
Menurut teori behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari interaksi stimulus dan
respons. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan
tingkah lakunya.
Kedua, implikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media, dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Gagasan-gagasan seperti yang telah dikemukakan oleh
para pencetus aliran behaviorisme, seperti Thorndike tentang perlunya bantuan guru
untuk menciptakan perilaku siswa, perlunya keterampilan-keterampilan yang
dilatihkan, dan disiplin mental menjadi dasar bagi pengembangan aliran
behaviorisme di sekolah.
2. Saran
Sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu menciptakan suasana belajar yang
kondusif dan efektif, lalu menerapkan metode dan  teori yang tepat, sehingga proses
belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena itu sebagai calon pendidik (guru)
hendaknya kita mempelajari teori-teori pembelajaran yang ada, agar kita mampu
menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Teori Belajar Behavioristik. [Online]. Tersedia:


https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik. Diakses pada tanggal 09
Oktober 2015 pukul 08.41 WIB.

Blogroll. 2010. Teori Albert Bandura. [Online]. Tersedia:


https://ikhlasia.wordpress.com/materi-kuliah/teori-albert-bandura/ Diakses pada tanggal
09 Oktober 2015 pukul 08.44 WIB.

/https/afidburhanuddin.wordpress.com/2014/07/19/kelemahan-dan-kelebihan-teori-
belajar-behavioristik-dan-humanistik/

https://indranurdianto.gurusiana.id/article/2019/08/teori-behavioristik-dan-implikasinya-dalam-
pembelajaran-2586144/?bima_access_status=not-logged

Anda mungkin juga menyukai