Disusun Oleh :
1. Ririn Sri Lestari (2016004047)
2. Hana Hakim (2016004075)
3. Cika
Penulis
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karakteristik remaja merupakan suatau ciri khas yang menetap pada diri
seseorang remaja dalam berbagai situasi dan dalam berbagai kondisi, yang mampu
membedakan antara remaja yang satu dengan remaja yang lain. Karakteristik
remaja ini misalnya ada remaja yang tinggi, gemuk, periang, pemalu, pemberontak
dan sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, sebagai seorang pendidik penting untuk mengenali
dan memahami karakteristik kepribadian remaja (siswa), ada siswa-siswa yang
menyenangkan, periang, mau terbuka terhadap permasalahan yang sedang
dihadapinya, aktif dalam berbagai organisasi yang ada di sekolah dan sebaliknya
ada siswa-siswa yang terkesan membosankan , pendiam, tidak terbuka, tidak hangat
dan lain sebagainya. Tentu saja sebagai seorang pendidik dituntut untuk memahami
karakteristik kepribadian setiap siswa, sehingga sebagai pendidik dapat
memberikan perlakuan yang sesuai tipe kepribadian siswa yang dihadapi. Dengan
perlakuan yang sesuai yang diberikan pendidik kepada siswa akan mengantarkan
siswa kepada suatu kondisi yang optimal, baik dalam bidang prestasi akademik dan
non akademik. Tetapi akan menjadi kebalikannya jika perlakuan yang diberikan
tanpa pertimbangan aspek karakteristik siswa, justru akan mengantarkan peserta
didik kedalam kondisi siswa kesulitan belajar, tidak bisa berkonsentrasi dalam
belajar sehingga menyebabkan siswa tidak berprestasi.
Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk mengetahui karakteristik remaja dan
mengenali karakteristik siswa, yang diharapkan sebagai pendidik bisa memahami
kepribadian siswa tersebut dalam kaitannya untuk keberhasilan pembelajaran di
sekolah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara kontinue, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependent, saling bergantung satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan (tidak
bisa berdiri sendiri), akan tetapi dapat dibedakan (Kartono, K., 1979).
Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran
badan dan fungsi fisik yang murni. Perubahan ukuran akibat bertambah banyaknya
atau bertambah besarnya sel (Edwina, 2004) Misalnya : bertambahnya tinggi badan,
bertambahnya berat badan, otot-otot tubuh bertambah pesat (kekar).
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yaitu proses yang menuju
kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi
perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi.
Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang
bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A., 1991).
Dalam makalah ini, akan membahas mengenai tumbuh dan kembang masa
remaja khususnya anak usia Sekolah Menengah yaitu antara usia 1218 tahun dan
pentingnya pendidik (guru) mengenali karakteristik siswa sekolah menengah.
5
2.2 Karakteristik Remaja Sekolah Pertumbuhan Dan Perkembangan Menengah.
2.2.2Perkembangan seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja.
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi
spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa
sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah
bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada
lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah
wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit
menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak
perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon
dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari
membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara
membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi
lebih penuh dan merdu.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis
dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-
tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis
hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan
pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing
Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang
pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak
lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating
Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat
dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang,
dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya
yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan
berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.
6
2.2.3 Cara berfikir kausalitas
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai
berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis.
Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil
berkata pantang. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak
boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan
maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak
memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja
berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi
apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan
pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi,
prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini,
para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat
banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai
tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang
digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai
dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak
banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya
perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga
diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja
sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah
harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah
menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan
mencari solusi terbaik.
7
atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung
perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran
yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa
memikirkan resiko yang akan terjadi.
8
baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk
menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.
Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu
kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya
sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya
dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan
untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan
lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.
Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan
jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang
mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja
cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara
biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.
9
pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.Peranan orangtua atau
pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang
dipertanyakan oleh putra-putri remajanya.
( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal dari :
1) Sekolah, antara lain
a) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
b) Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)
c) Metode mengajar yang kurang memadai
d) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
10
b) Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
c) Keadaan ekonomi.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru
yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka
memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan
perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri
dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri
yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki
penilaian diri yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai
usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan
mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu
akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan
peserta didiknya.
2.4 Faktor Pendukung Keberhasilan Guru dalam Memahami Karakteristik Siswa (Remaja)
Usaha memahami peserta didik berhasil dengan baik, jika guru memiliki sifat-
sifat, kemampuan, dan keterampilan tertentu yang merupakan faktor pendukung
keberhasilannya. Oleh karena itu guru perlu memiliki faktor-faktor pendukung tersebut.
Faktor-faktor pendukung yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
a. Kasih sayang yang dalam kepada anak didik, terutama anak yang mengalami
kegagalan dan menampilkan tingkah laku yang menyimpang dalam belajar. Kasih
sayang tanpa pamrih, menjadi tenaga pendorong yang sangat kuat bagi guru untuk
membantu anak didik, sehingga keseriusan dalam melaksanakan usaha memahami anak
terjadi.
b. Kesadaran akan tanggung jawabnya untuk membantu perkembangan anak
didik. Guru menyadari bahwa tugasnya adalah menjadikan anak didiknya berkembang
optimal, maka ia pun menyadari bahwa salah satu tugasnya yang penting adalah
membantu anak agar dapat mengatasi kesulitan yang dialami dalam mencapai
perkembangan yang optimal.
c. Kesabaran yang tinggi dalam melakukan usaha memahami, maupun
menunggu hasil usaha. Memahami anak memerlukan waktu yang relatif panjang dan
ketekunan. Hal ini disebabkan guru bekerja dengan jiwa, atau tingkah laku yang
sangat kompleks. Tingkah laku anak yang ditampilkannya sekarang bukanlah terbentuk
semalam, tetapi melalui sejarah perkembangan yang panjang. Itu pula sebabnya guru
perlu melakukan berbagai cara untuk memahami anak, sehingga data dan informasi
yang lengkap dapat diketahui guru.
d. Keterampilan untuk melaksanakan berbagai cara atau teknik memahami anak
didik seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Misalnya keterampilan
melaksanakan wawancara; pengamatan dan pendekatan terhadap anak. Untuk itu guru
perlu latihan terus menerus tanpa mengenal bosan, kecewa atau putus asa.
11
e. Keterampilan dalam mengadministrasikan data peserta didik, dan
kemampuan menerjemahkan data sehingga menjadi informasi yang jelas tentang
peserta didik.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karakteristik remaja merupakan suatu ciri khas yang menetap pada diri
seseorang remaja dalam berbagai situasi dan dalam berbagai kondisi, yang mampu
membedakan antara remaja yang satu dengan remaja yang lain. Karakteristik remaja ini
misalnya ada remaja yang tinggi, gemuk, periang pemalu, pemberontak dan sebagainya.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja sekolah menengah ditandai
dengan pertumbuhan fisik, pertumbuhan seksual, perkembangan emosi, moral, dan
social.
Dalam pendidikan, sebagai seorang guru yang profesional harus memahami
betul karakteristik siswa, karena setiap antara satu dan lainnya. Disinilah peran dan
fungsi serta tanggung jawab guru, selain mengajar juga perlu memperhatikan
keragaman karakteristik perilaku siswa, sehingga peran guru bukan hanya sebagai
pendidik akan tetapi guru juga mempunyai tugas sebagai motivator. Untuk mengenali
karakteristik siswa dapat dilakukan mengetahui sifat/ karakter siswa, mengetahui latar
belakang siswa, mendidik tanpa pamrih, membantu anak didik agar dapat mengatasi
kesulitan yang dialami dalam mencapai perkembangan yang optimal, keterampilan
untuk melaksanakan berbagai cara atau teknik memahami anak didik seperti
keterampilan melaksanakan wawancara; pengamatan dan pendekatan terhadap anak.
Dengan memahami karakteristik kepribadian setiap siswa, pendidik dapat memberikan
perlakuan yang sesuai dengan karakteristik kepribadian siswa yang dihadapi.
3.2 Saran
3.2.1 Untuk Mengenali karakteristik siswa diharapkan guru melakukan berbagai cara
dan melalui pendekatan kepada peserta didik.
13
Daftar Pustaka
http://didindyah.blogspot.co.id/2013/04/makalah-karakteristik-remaja-dan.html
Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Syamsuddin, Abin. 2012. Psikologi Kependidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
14