Anda di halaman 1dari 2

1.

Perlu adanya pengkajian ilmu psikologi adalah untuk mengkaji proses akal manusia berupa reaksi
jika sebuah rangsangan terjadi dan selanjutnya mengontrol perilaku tersebut. Seorang linguistik
belajar bahasa bukan sebagai tujuan utama agar mahir menggunakan bahasa tersebut namun untuk
mengetahui kaidah struktur bahasa dan juga berbagai aspek serta segi yang berhubungan dengan
bahasa tersebut. Sedangkan seseorang yang pandai dan lancar dalam beberapa bahasa belum tentu
merupakan seorang linguis jika belum mendalami teori tentang bahasa.

2. Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik perilaku yang tampak
maupun perilaku yang tidak tampak.
Definisi psikolinguistik menurut para ahli.
Harley (Dardjowidjojo, 2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses
mental-mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa
terlebih dahulu memperoleh bahasa.
Levelt (Marat, 1983: 1) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu studi mengenai
penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia.
Emmon Bach (Tarigan, 1985: 3) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang
meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai bahasa membentuk/ membangun kalimat-
kalimat bahasa tersebut.
Slobin (Chaer, 2003: 5) mengemukakan bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses
psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada
waktu
berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia. Secara lebih rinci
Chaer (2003: 6) berpendapat bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa,
dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami
kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.
Dari berbagai teori oleh para ahli dapat dipahami bahwa psikolinguistik membahas tentang
bagaimana orang mempergunakan bahasa sebagai sebuah sistem dan bagaimana orang dapat
memperoleh bahasa tersebut sehingga dapat digunakan untuk komunikasi.

3. Ciri bahasa manusia Pertama ialah Displacement artinya bebasnya ialah “penggantian”.
Misalnya, seekor kucing sambal mengeong duduk di pangkuan dengan manjanya. Lalu kita tanya
baru dari mana. Dia tetap akan mengeluarkan suara “ngeong”. Tampaknya komunikasi binatang
tidak mampu menjangkau waktu yang sudah lewat dan tempat yang jauh dari keberadaannya.
Sebaliknya, bahasa manusia dapat menjangkau peristiwa masa lalu dan masa depan. Misalnya, karena
ciri displacement, bahasa manusia dapat berbicara tentang malaikat, surga, neraka, setan, dewa dan
lain-lain yang keberadaannya sebagian manusia tidak meyakininya. Komunikasi binatang sama
sekali tidak mampu menjangkau hal tersebut.
Ciri bahasa manusia yang kedua ialah Arbitrariness, yakni tidak ada hubungan antara bentuk
bahasa (tanda) dengan makna (yang ditandai). Tentu kita bisa membuat mainan kata yang cocok
ketika diucapkan dengan maknanya. Dalam bahasa Inggris ada sejumlah kata yang ketika diucapkan
sama dengan artinya, misalnya cuckoo, crash, slrup, squelch, dan whirr. Kata-kata demikian disebut
anomatopoeia, yakni kata-kata yang merangsang indera pendengaranuntuk memberikan gambaran
obyek yang dipresentasikannya. Sebab, kata memiliki keterbatasan dalam menyampaikan detail
indrawi. Dibantu oleh suara, penerima pesan bisa lebih memahaminya. Karena sifat arbitrernya, maka
setiap kelompok masyarakat bisa membuat kata atau symbol sendiri sesuai kesepatakan mereka
masing-masing. Itu pula sebabnya setiap kelompok masyarakat, suku atau bangsa memiliki bahasa
mereka sendiri sehingga kehidupan ini menjadi demikian indah. Suku Jawa dengan bahasa Jawanya,
suku Bali dengan Bahasa Balinya, demikian pula bangsa Arab dengan bahasa Arabnya, bangsa
Inggris dengan Bahasa Inggrisnya, dan seterusnya. Bisa dibayangkan apa yang terjadi andai saja
semua manusia di muka bumi hanya memiliki satu bahasa. Keanekaragaman bahasa ternyata telah
memperkaya khasanah kehidupan manusia.
Ciri bahasa manusia Ketiga ialah Productivity, yakni kemampuan manusia untuk menciptakan
ungkapan baru atau kata baru secara terus menerus untuk menggambarkan obyek atau siatuasi
baru. Sifat ini disebut productivity (atau kreativitas atau sifat terbuka), dan jumlah ungkapan
manusia dalam semua bahasa manusia tidak terbatas. Sistem komunikasi makhluk lain tidak seperti
itu. Jangkrik, misalnya, memiliki empat sinyal untuk dipilih, monyet memiliki 36 jenis panggilan
suara. Keterbatasan komunikasi binatang ditemukan oleh Frisch pada lebah madu bahwa ternyata
lebah tidak punya kemampuan menyampaikan keberadaan sari bunga yang ada di atas (jarak
vertikal). Kemampuan lebah hanya menyampaikan keberadaan sumber makanan pada tempat yang
berjarak horisontal, tidak vertikal.

4. 1. Psikolinguistik Teoretis
Subdisiplin ini membahas teori-teori bahasa yang berkaitan dengan proses-proses mental manusia
dalam berbahasa, misalnya dalam rancangan fonetik, rancangan pilihan kata, rancangan sintaksis,
rancangan wacana, dan rancangan intonasi.

2. Psikolinguistik Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan dengan pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama (B1)
maupun pemerolehan bahasa kedua (B2). Subdisiplin ini mengkaji proses pemerolehan fonologi,
proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan sintaksis secara berjenjang, bertahap, dan
terpadu.

3. Psikolinguistik Sosial
Subdisiplin ini berkenaan dengan aspek-aspek sosial bahasa. Bagi suatu masyarakat bahasa, bahasa
itu bukan hanya merupakan suatu gejala dan identitas sosial, tetapi juga merupakan suatu ikatan
batin dan nurani yang sukar ditinggalkan.

5. Berbicara Merupakan Ekspresi Diri

Kepribadian seseorang dapat dilihat dari pembicaraannya. Ketika seseorang berbicara pada saat itu
dia sedang mengekspresikan dirinya. Dari bahasa yang digunakan pembicara, dapat diketahui kondisi
mentalnya. Kemarahan, kesedihan, kebahagiaan, bahkan ketidakjujuran seseorang tidak dapat
disembunyikan selama dia masih berbicara. Hal ini sejalan dengan pendapat Ton Kartapati yang
mengatakan bahwa berbicara merupakan ekspresi diri. Dengan berbicara seseorang dapat
menyatakan kepribadian dan pikirannya, berbicara dengan dunia luar, atau hanya sekedar
pelampiasan uneg-uneg (1981: 9).

6. Bahasa dan Pikiran saling mempengaruhi Hubungan timbal balik antara bahasa dan pikiran
dikemukakan oleh Benyamin Vygotsky. Ia mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada tahap
permulaan berkembang secara terpisah dan tidak saling mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikiran
berkembang tanpa bahasa, dan bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu pada tahap
berikutnya, keduanya bertemu dan saling bekerja sama, serta saling mempengaruhi.

Anda mungkin juga menyukai