umiutami420
pendidikan dan mobilitas sosial
umiutami420
6 tahun yang lalu
Iklan
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pendidikan pada hakekatnya merupakan tali untuk mengantarkan peserta
didik menuju pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum ia mengenyam
pendidikan. Namun, kadang dalam perjalanannya pendidikan kerap malah
memisahkan peserta didik dari kehidupan sosialnya. Hal ini terjadi karena
pendidikan yang diberikan bukan lagi berbasis akan realitas masyarakat. Akan
tetapi lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. Sehingga peserta didik
setelah selesai mendapatkan pendidikan bukan peka akan realitas sosial malah
hilang dari realitas sosial. Melihat realitas tersebut perlu kiranya merubah akan
orientasi dari pendidikan tersebut. Agar pendidikan dapat memainkan perananya
sebagai motor penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk
intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam
perubahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan dalam
masyarakat tergantung akan pendidikan apa yang diterima oleh peserta didiknya.
Sebagai contoh, apabila pendidikam mengajar bahwa komunis, kapitalisme, dan
anakirisme tidak baik. Maka peserta didik tidak akan melakukan hal tersebut.
Misalnya juga, bahwa untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan harus dengan
peka terhadap realitas sosial maka peserta didik yang dihasilkan akan selalu
melakukan analisa sosial.
RUMUSAN MASALAH
Apa Pengertian pendidikan dan fungsi pendidikan?
Apa Pengertian mobilitas sosial dan jenis-jenis mobilitas sosial?
Bagaiman faktor-faktor mobilitas sosial?
Bagaimana Dampak mobilitas sosial?
Bagaimana saluran mobilitas sosial?
TUJUAN MASALAH
Kita dapat mengetahui tentang pengertian dan fungsi pendidikan
Kita dapat mengetahui tentang pengertian mobilitas sosial dan jenis-jenis
mobilitas sosial
Kita dapat mengetahui faktor-faktor mobilitas sosial
Kita dapat mengetahui dampak mobilitas sosial
Kita dapat mengetahui saluran mobilitas sosial
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan pendidikan
Pendidikan merupakan kegiatan manusia yang paling utama yang
berkaitan dengan tujuan, pola kerja sumber dan orang. Agar pendidikan itu dapat
mencapai tujuannya maka diperlukan pengaturan atau upaya tentu seperti
penetapan tujuan yang akan dicapai, pola kerja yang produktif pemanfaatan
sumber yang efisien dan kerja sama orang-orang yang terpadu. Upaya tersebut
dapat diberi batasan sebagai administrasi pendidikan. Jelas bahwa setiap orang
yang terlibat dalam pendidikan seharusnya memahami sekaligus mahir dalam
administrasi pendidikan sehingga pemuatannya dalam itu tidak sia-sia bahkan
sebaliknya menjadi lebih produktif. Apalagi bagi guru yang merupakan ujung
tombak upaya pendidikan.
secara garis besar pemikiran dan penetapan tujuan pendidikan itu dapat
dikemukakan, sebagai berikut:
Tujuan nasional dan ditetapkan oleh DPR/MPR dan Presiden (PP) (UU.
NO. 2 Th 1989 pasal 4 Bab II)
Tujuan institusional ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) sesuai
dengan jenjang yang termasuk jalur pendidikan sekolah, seperti PP No. 28, 29 dan
30 tahun 1990, masing-masing untuk jenjang pendidikan dasar, menengah dan
tinggi.Tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran dan tujuan pengajaran umum
dirumuskan dalam kurikulum sekolah-sekolah yang bersangkutan dan ditetapkan
oleh menteri-menteri yang bersangkutan.
Tujuan pengajaran khusus dirumuskan dan ditetapkan oleh guru yang
bersangkutan.
Dengan demikian itu diharapkan tujuan pendidikan nasional itu dapat
terlaksana dan tercapai secara efektif. Artinya hasil pendidikan secara aktual itu
diharapkan sama dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan secara nasional.
Susunan sistem tujuan tersebut juga memberikan kemungkinan penyesuaian
administrasi yang sepadan dengan kepentingan dan ciri-ciri tingkat tujuan.
Untuk memperluas wawasan tentang tujuan di tingkat lembaga atau
institusi dan juga sebagai haluan dalam mengelola suatu lembaga pendidikan,
berikut ini dikemukakan beberapa jenis tujuan lain yang mempunyai hubungan
dengan pendidikan. Mauritt Johnson mengatakan lembaga pendidikan sering
menerima atau diberi fungsi yang tidak langsung bersifat pendidik. Oleh karena
itu tujuan pengajaran pada dasarnya terdiri dari tujuan pendidikan dan tujuan non
pendidikan, ini merupakan tujuan yang tidak tercapai melalui belajar mengajar.
Namun demikian tercapai tujuan ini akan meningkatkan efektivitas proses belajar
mengajar. Pada umumnya tujuan non pendidikan lebih bersifat administrative,
instrumental dan kemasyarakatan. Sebagai contoh tujuan masyarakat adalah;
Pemerataan kesempatan pendidikan, mengurangi tingkat kenakalan remaja dan
kriminal, membina fisik anak-anak, memenuhi kebutuhan tenaga kerja terlatih,
memperbaiki kebugaran jasmani anak-anak, memadukan sumber budaya
masyarakat, menghambat laju pengangguran.
Selain itu terdapat juga tujuan jenis lainnya. Yaitu tujuan instrumental,
tujuan ini semata-mata untuk memperlancar proses pendidikan. Membina iklim
suasana belajar. Tetapi suasana tersebut tidak menunjukan hakikat hasil belajar
termasuk pada tujuan jenis ini antara lain: Penggunaan material elektronik
canggih – memperbaiki penataran tenaga edukatif – memperluas dan
mempermodern komplek sekolah – meningkatkan efisiensi pengelolaan sekolah –
memperluas program – program sekolah.
Pengertian Mobilitas sosial
Mobilitas sosial adalah sebuah menggerakkan masyarakat dalam kegiatan
dan mengalamai perubahan yang lebih baik.
Mobilitas intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas sosial yang dialami seseorang
selama masa hidupnya ( dalam satu generasi ). Atau dengan kata lain , mobilitas
intragenerasi adalah perubahan status sosial seseorang sepanjang usianya, mulai
dari lahir hingga meninggal dunia. Misalnya seorang tenaga kuli bangunan
berpindah kelas sosial menjadi seorang mandor, pengecer koran yang berhasil
menjadi agen utama koran, seorang staf pengajar berhasil menjadi kepala sekolah
tempat dia mengajar dan sebagainya.
Keadaan Ekonomi
Terdapat perbedaan latar belakang ekonomi keluarga dari setiap individu.
Tetapi, masing-masing individu pasti berusaha untuk memprbaiki dan
meningkatkan keadaan ekonominya menjadi lebih baik dari semula. Jadi, mobiltas
sosialdisebabkan oleh suatu sikap yang tidak menerima keadaan ekonomi yang
sudah dimiliki sebelumnya.
Situasi Politik
situasi politik dalam suatu masyarakat sangat di pengaruhi aspek-aspek
lain sehingga perubahan dan kebijakan politik akan memberikan peluang untuk
melakukan mobiltas vertikal maupun horizontal.
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang tdak di imbangi dengan penyediaan atau
pengembangan kebutuhan dapat menjadi beban. Hal ini mudah di mengerti karena
sejumlah kebutuhan harus dibagi-bagi untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang
semakin banyak jumlahnya sehingga tingkat kesejahteraan berkurang, bahkan
mengarah pada kemiskinan.
Pernikahan
Pernikahan masih dianggap cara yang cepat untuk meningkatkan status
sosial dan masih banyak orang yang melakukannya. Namun, hal ini tidak dapat
dilakukan oleh semua orang karena adanya keterbatasan-keterbatasan.
b) Diskriminasi Kelas
1) Angkatan Bersenjata
Jasa seorang prajurit bagi sebuah Negara, baik dalam keadaan peran
maupun damai, sangat dihargai tanpa memperhatikan status (kedudukan)
sosialnya walaupun berasal dari kelas social yang lebih rendah seorang prajurit
dapat naik ke kelas atau kedudukan yang lebih tinggi karena telah memberikan
jasa yang besar dikalangan rekan-rekannya dan karirnya jadi meningkat.
2) Lembaga Keagamaan
Pertentangan antarkelas
Masing-masing lapisan sosial di dalam masyarakat berisi warga
masyarakat tertentu, yang karena ukuran-ukuran tertentu pula mereka dimasukkan
ke dalam lapisan-lapisan tersebut. Kelompok warga masyarakat yang termasuk
lapisan tertentu tadi disebut “kelas sosial”. Dalam upaya melangsungkan
hidupnya, masing-masing kelas sosial memiliki kepentingan yang berbeda-beda,
sehingga terjadi pertentangan antarkelas. Misalnya, perbedaan kepentingan antara
pengusaha dengan para buruh dalam suatu perusahaan.
Pertentangan antarkelompok
Di bagian terdahulu, kita telah belajar bahwa ada perbedaan tingkat
mobilitas sosial antarkelompok, terutama antarkelas. Perbedaan ini sewaktu-waktu
dapat memicu pertentangan,terutama apabila telah dihadapkan pada persaingan
untuk mendapatkan mata pencarian yang sama atau memaksakan unsur-unsur
kebudayaan, ketika kelompok yang lebih kuat dengan mudah menguasai sumber
mata pencaharian tertentu atau memaksakan kehendak/unsur kebudayaannya
keapda kelompok yang kecil dan lemah.
Pertentangan antargenerasi
Perubahan sikap dan perilaku antara satu generasi dengan generasi yang
lain tidak terlepas oleh pengaruh pendidikan, teknologi, pemerintah, dan
organisasi-organisasi lainnya, sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadi
perbedaan sikap dan perilaku antargenerasi. Apabila perbedaan ini tidak
ditanggapi dengan baik dan bijaksana akan memicu konflik yang merugikan
semua pihak. Misalnya, para remaja yang dibesarkan di dalam pendidikan yang
modern akan mengalami pertentangan dengan orang tua dalam hal cara
menanggapi perubahan situasi lingkungan, sebab orang tua mengalami jenis
sosialisasi dan pendidikan yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan merupakan kegiatan manusia yang paling utama yang
berkaitan dengan tujuan, pola kerja sumber dan orang. Agar pendidikan itu dapat
mencapai tujuannya maka diperlukan pengaturan atau upaya tentu seperti
penetapan tujuan yang akan dicapai, pola kerja yang produktif pemanfaatan
sumber yang efisien dan kerja sama orang-orang yang terpadu. Upaya tersebut
dapat diberi batasan sebagai administrasi pendidikan. Jelas bahwa setiap orang
yang terlibat dalam pendidikan seharusnya memahami sekaligus mahir dalam
administrasi pendidikan sehingga pemuatannya dalam itu tidak sia-sia bahkan
sebaliknya menjadi lebih produktif. Apalagi bagi guru yang merupakan ujung
tombak upaya pendidikan.
secara garis besar pemikiran dan penetapan tujuan pendidikan itu dapat
dikemukakan, sebagai berikut:
Tujuan nasional dan ditetapkan oleh DPR/MPR dan Presiden (PP) (UU.
NO. 2 Th 1989 pasal 4 Bab II)
Tujuan institusional ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) sesuai
dengan jenjang yang termasuk jalur pendidikan sekolah, seperti PP No. 28, 29 dan
30 tahun 1990, masing-masing untuk jenjang pendidikan dasar, menengah dan
tinggi.Tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran dan tujuan pengajaran umum
dirumuskan dalam kurikulum sekolah-sekolah yang bersangkutan dan ditetapkan
oleh menteri-menteri yang bersangkutan.
Tujuan pengajaran khusus dirumuskan dan ditetapkan oleh guru yang
bersangkutan.
Kategori: makalah
Tinggalkan sebuah Koment