Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan

terhadap semua kemamampuan dan potensi manusia. Pendidikan juga dapat diartikan

sebagai suatu ikhtiyar manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-

nilai kebudayaan yang ada di dalam masyarakat.1 Pendidikan dalam satatusnya

dipengaruhi oleh berbagai aspek, salah satunya yaitu golongan sosial. Dalam tiap

masayarakat modern terdapat mobilitas sosial atau perpindahan golongan yang cukup

banyak. Orang naik atau turun statusnya dalam berbagai sistem dalam msayarakat itu

didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekuasaan, dan sebagainya.

Mobilitas sosial ini berarti bahwa individu itu memasuki lingkungan sosial yang

berbeda dengan sebelumnya.2

Proses terjadinya mobilitas sosial melalui tipe-tipe gerak sosial yang terdiri dari

dua macam, yaitu Gerak social horizontal yang merupakan peralihan individu atau

objek-objek social lainnya dari suatu kelompok social ke kelompok social lainnya

yang sederajat, dan gerak sosial vertikal adalah perpindahan individu dari objek sosial

dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.

1
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam:Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKiS, 2009), h. 15.
2
Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Bumi Aksara, 1983), h.35.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Apa pengertian mobilitas sosial?

2. Bagaimana mobilitas sosial melalui pendidikan?

3. Bagaimana pendidikan menurut perbedaan sosial?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian mobilitas sosial.

2. Untuk mengetahui mobilitas sosial melalui pendidikan.

3. Untuk mengetahui pendidikan menurut perbedaan sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian mobilitas sosial

1. Pengertian mobilitas sosial

Secara bahasa mobilitas berasal dari bahasa latin “mobilis” yang berarti mudah

dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Asal kata

sosial mulanya berasal dari bahasa latin ”socius” yang mempunyai arti segala sesuatu

yang lahir, tumbuh, serta berkembang dalam kehidupan bersama. Itu artinya seorang

individu memang sudah ditentukan tidak bisa hidup terlepas dari bantuan orang lain

karena dia tetap membutuhkan bantuan dan perhatian dari orang lain.

Secara istilah Mobilitas social adalah sebuah gerakan masyarakat dalam kegiatan

menuju perubahan yang lebih baik. Henry Clay Smith mengatakan mobilitas social

adalah gerakan dalam struktur social (gerakan antar individu dengan kelompoknya).3

Pauul B Horton dan Chester L Hunt mengatakan mobilitas social adalah suatau gerak

perpindahan dari satu kelas social ke kelas social lainnya. 4 Jadi yang dikatakan

mobilitas social adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status

dan peran anggotanya. Proses keberhasilan ataupun kegagalan setiap orang dalam

3
Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 36.
4
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 195.

3
melakukan gerak social seperti inilah yang dikatakan mobilitas social (social

mobility).5

B. Mobilitas sosial melalui pendidikan

Pendidikan merupakan anak tangga paling penting pada banyak dunia usaha

perusahaan industri. Yang pertama berakhir pada jabatan mandor, dan yang lainya

bermula dari kedudukan “program pengembangan eksekutif” dan berakhir sebagai

pimpinan. Menaiki tangga mobilitas kedua tanpa ijazah pendidikan tinggi adalah

sesuatu hal yang jarang terjadi. Hal ini diduga karena bertambah tingginya taraf

pendidikan maka makin besar kemungkinan mobilitas bagi anak golongan rendah

menengah. Hal ini tidak selalu benar bila pemdidikan terbatas pada tingkat

menengah. Walaupun ditingkatkan sampai SMU masih jadi pertanyaan apakah

mobilitas akan meningkat dengan sendirinya. Akan tetapi perguruan tinggi masih

dapat memberi perluasan mobilitas, walau jaminan ijazah belum tentu meningkat

untuk status social.

Pada dasarnya pendidikan itu hanya salah satu standar pendidikan dari tiga

“jenis” yaitu pendidikan informal, formal, dan nonformal. Tampaknya dua jenis

terakhir lebih diandalkan, karena kepemilikan tanda lulus seseorang untuk naik

jabatan. Pada pendidikan formal dunia kerja dan dunia status kebih mempercayai

kepemilikan ijazah tanda lulus untuk naik jabatan atau status. Akan tetapi seiring

5
Tim Dosen Unimed, Dasar-Dasar Antropologi/Sosiologi, (Medan , 2011), h. 118.

4
dengan perkembangan mereka kemudian mempercayai skill atau kemampuan yang

bersifat praktis dari pada harus menghormati pemegang ijazah yang tidak sesuai

dengan kompetensi tanda lulus tersebut.

Dalam persektif lain dari sisi intelektualitas, memang orang-orang yang

berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya lebih

terfokus pada jenjang-jenjang hasil belajar dari pendidikan formal tersebut. Makin

tinggi pendidikannya maka makin tinggi pula tingkat penguasaan ilmunya sehingga

dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat.

Hubungan antara pendidikan dengan mobilitas seperti yang dikemukakan Robert

G. Burgess bahwa system pendidikanlah yang menjadi mekanisme mobilitas social.

Pendapat Ivan Reid menyatakan bahwa pendidikan memainkan peranan penting

dalam mobilitas social sekalipun tidak tertuju pada penempatan pekerjaan teertentu.

Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam mobilitas social, kita mengetahui bahwa

kualifikasi pendidikan harus dihubungkan secara langsung dengan jenis pekerjaan.

Jadi secara singkat hubungan dengan mobilitas social dipengaruhi kesempatan

memperoleh pekerjaan sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sehingga apabila

ingin mobilitas social semakin baik maka kesempatan memperoleh pendidikan

semakin baik, dan hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.

5
C. Pendidikan Menurut Perbedaan Sosial

Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat

maju dalam kehidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya. Akan tetapi

sekolah sendiri tidak mampu meniadakan batas-batas tingkatan social itu, karena

disebabkan banyaknya daya-daya diluar sekolah yang memelihara atau

mempertajamnya.

Pendidikan selalu merupakan bagian dari sistem social, dan jika demikian halnya

timbul pertanyaan apakah sekolah harus mempertimbangkan perbedaan dan

didalam kurikulumnya, artinya memberikan pendidikan bagi setiap golongan social

yang sesuai dengan kebutuhan golongan masing-masing, sehingga dapat hidup

bahagia menurut golongan masing-masing. Berhubung dengan itu juga dipilih guru-

guru yang sesuai dengan golongan social murid yang bersangkutan. Pendirian ini

berdiri atas anggapan bahwa sekolah bagaimana pun juga tak dapat mengubah

struktur social dan karena itu menerimanya saja sebagai kenyataan serta

menyesuaikan diri dengan kenyataan itu agar kurikulum relevan.

Pada saat ini sekolah-sekolah meneruskan cita-cita untuk menyebarluaskan ideal

dan norma-norma kesamaan dan mobilitas secara verbal disamping adanya daya-daya

stratifikasi yang berlangsung terus dalam masyarakat. Ini berarti bahwa usaha untuk

mengerjakan kesamaan dna mobiitas akan mengahdapi kesulitan dalam dunia nyata.6

6
Nasution, Sosiologi Pendidikan……, h.41- 42.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang didalamnya memuat tentang

pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok yang diturunkan dari satu

generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan

secara otodidak. Itu artinya seorang individu memang sudah ditentukan tidak bisa

hidup terlepas dari bantuan orang lain karena dia tetap membutuhkan bantuan dan

perhatian dari orang lain.

Proses terjadinya mobilitas sosial melalui tipe-tipe gerak sosial yang dua

macam, yaitu Gerak social horizontal yang merupakan peralihan individu atau

objek-objek social lainnya dari suatu kelompok social ke kelompok social lainnya

yang sederajat dan gerak sosial vertikal adalah perpindahan individu dari objek sosial

dari kedudukan sosial kekedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.

Saat ini sekolah-sekolah meneruskan cita-cita untuk menyebarluaskan ideal dan

norma-norma kesamaan dan mobilitas secara verbal disamping adanya daya-daya

stratifikasi yang berlangsung terus dalam masyarakat. Ini berarti bahwa usaha untuk

mengerjakan kesamaan dna mobiitas akan mengahdapi kesulitan dalam dunia nyata.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

John Dewey, Democracy and Education. The Free Press. 1944.

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam:Pengembangan Pendidikan Integratif di

Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, Yogyakarta: LKiS, 2009.

Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1983.

Tim Dosen Unimed, Dasar-Dasar Antropologi/Sosiologi, Medan , 2011.

Anda mungkin juga menyukai