Anda di halaman 1dari 7

1. A.

Pendekatan Individu
Pendekatan Individu merupakan pendekatan yang tertuju pada psikologi dan watak
pada setiap Individu tersebut. Untuk memahami karakter setiap Individu perlu
memahami tingkah laku dan cara berfikir setiap Individu. Dalam pendekatan individu
lebih fokus kepada faktor biologi dan psikologi. Sedangkan faktor lingkungan fisik
dan lingkungan sosial hanya sebagai faktor tambahan dari faktor-faktor intern.
B. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang berfokus pada lingkungan sekitar
dan lingkungan tempat tinggal setiap individu yang dalam fase berkembang.
Pendekatan sosial membahas kelompok-kelompok masyarakat beserta aktivitasnya.
Pendekatan ini lebih memperhatikan aspek-aspek dan komponen kebudayaan
manusia. Menururt pendekatan ini tingkah laku manusia dalam masyarakat lebih
ditentukan oleh faktor fisik dan kultural.
2. Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses
pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan
meliputi lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pendidikan pertama
sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selanjutnya lingkungan sekolah, pada
masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai
masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan
demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya
sebagai pendidik yaitu sekolah. Yang terakhir adalah lingkungan masyarakat.
Terdapat beberapa pranata sosial yang terdapat dalam lingkungan sosial dan memiliki
hubungan erat dengan pendidikan. Di antaranya yaitu pranata ekonomi yang bertugas
mengatur upaya pemenuhan kemakmuran, pranata politik yang bertugas menciptakan
integritas dan stabilitas masyarakat dan pranata moral yang bertugas mengurus nilai
dan penyikapan dalam pergaulan masyarakat. Lingkungan masyarakat merupakan
tempat berbaurnya semua komponen masyarakat. Pengaruh yang ada di masyarakat
dapat mempengaruhi anak terhadap dunia pendidikan. Dengan demikian dalam
pergaulan sehari-hari antara anak dengan anak dalam masyarakat juga jangan sampai
salah memilih teman yang tidak beretika dan tidak sopan sesuai dengan norma yang
ada di masyarakat. Kontrol dari masyarakat juga akan membantu dalam
meningkatkan peran dan minat dalam pendidikan. Demikian pula status sosio–
ekonomi, dalam banyak kasus menjadi sangat dominan pengaruhnya. Ini sekaligus
menjadi latar mengapa anak-anak memutuskan terjun ke jalanan. Selain itu pada
lingkungan sekolah, hubungan harmonis harus tercipta diantara para personil sekolah
dalam rangka untuk menciptakan iklim sekolah yang positif. Lingkungan sekolah
memberikan perlindungan terhadap gangguan yang bisa menghambat kelancaran
proses belajar mengajar. Pada intinya, lembaga pendidikan adalah proses yang
menyangkut hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Tanpa lembaga
pendidikan manusia akan terpisah dari lingkungannya. Namun tanpa lingkungan,
lembaga pendidikan menjadi kegiatan yang tidak relevan. Dengan kata lain, manusia
membentuk lembaga pendidikan karena perlu mengadakan hubungan dengan
lingkungannya, meskipun caranya berbeda tergantung lingkungan yang dihadapi.
3. Sebagai hasil budaya memiliki relevansi dengan cara pandang masyarakat mengenai
pendidikan. Sebagian masyarakat ada yang memandang bahwa pendidikan
merupakan keharusan sosia dan kultur. Sebagian lain memandang bahwa pendidikan
adalah keharusan teologis, kewajiban agama sehingga dosa dan pahala. Terdapat juga
yang memandang bahwa pendidikan adalah tuntutan kehidupan ekonomi, karena
menyangkut kualitas kehidupan ekonomi mereka. Dunia profesi menghendaki
individu-individu yang memilikii kualifikasi pengetahuan dan atribut-atribut formal
tertentu. Dikalangan masyarakat industri, pendidikan dianggap sebagai sarana untuk
membentuk para profesional yang membutuhkan dunia kerja. Oleh sebab itu,
pendidikan dianggap sebagai aktivitas ekonomi yang berorientasi ekonomi. Dapat
dinyatakan bahwa peran antropologi pendidikan pada dasarnya adalah mediator
(perantara) antara peserta didik dengan dinamika beserta pernik-pernik budaya yang
ada di sekitarnya. Untuk memediasinya langkah dasar yang harus ditanamkan adalah
pengenalan terhadap aneka budaya. Meskipun penanam itu memerlukan kiat dan
strategi yang dinamis sesuai dengan objek budaya setara berkesinambungan.
4. Pendidikan merupakan anak tangga paling penting pada banyak dunia usaha
perusahaan industri, bukan Pendidikan dalam kaitannya dengan mobilitas. Yang
pertama berakhir pada jabatan mandor, dan yang lainya bermula dari kedudukan
“program pengembangan eksekutif” dan berakhir sebagai pimpinan. Menaiki tangga
mobilitas kedua tanpa ijazah pendidikan tinggi adalah sesuatu hal yang jarang terjadi.
Hal ini diduga bertambah tingginya taraf pendidikan maka makin besar kemungkinan
mobilitas bagi anak golongan rendah menengah. Hal ini tidak selalu benar bila
pendidikan terbatas pada tingkat menengah. Walaupun ditingkatkan sampai SMU
masih jadi pertanyaan apakah mobilitas akan meningkat dengan sendirinya. Akan
tetapi perguruan tinggi masih dapat memberi perluasan mobilitas, walau jaminan
ijasah belum tentu meningkat untuk status sosial. Pada dasarnya pendidikan itu hanya
salah satu standar pendidikan dari tiga “jenis” yaitu pendidikan informal, formal, dan
nonformal. Tampaknya dua jenis terakhir lebih diandalkan, karena kepemilikan tanda
lulus seseorang untuk naik jabatan. Pada pendidikan formal dunia kerja dan dunia
status kebih mempercayai kepemilikan ijasah tanda lulus untuk naik jabatan atau
status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan mereka kemudian mempercayai
skill atau kemampuan yang bersifat praktis daripada harus menghormati pemegang
ijasah yang tidak sesuai dengan kompetensi tanda lulus tersebut. Ada beberapa hal
dalam melihat hubungan antara pendidikan dengan mobilitas social yaitu: kesempatan
pendidikan yang banyak ditentukan oleh faktor-faktor tertentu antara lain kedudukan
atau status sosial masyarakat. Kalangan masyarakat bawah menginginkan terjadinya
perubahan atau mobilitas sosial melaui pendidikan. Selain itu juga untk mendapatkan
pekerjaan, kualifikasi pendidikan ada hubungannya dengan jenis pekerjaan, akan
tetapi tidak semua orang yang berkualifikasi tinggi dalam pendidikan mendapatkan
yang cocok dengan pekerjaanya. Kesempatan pakerjaan antara satu daerah dengan
daerah lainnya berbeda-beda karena mobilitas sosial dipengaruhi adanya pendidikan,
maka pendidikan menghasilkan kualifikasi yang lebih banyak. Jadi secara singkat
hubungan pendidikan dengan mobilitas sosial dipengaruhi kesempatan memperoleh
pekerjaan sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sehingga apabila ingin mobilitas
sosial semakin baik maka kesempatan memperoleh pendidikan semakin baik, dan
hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.
5. Diantara manusia hakikatnya terdapat persamaan (equality). Sebaliknya, kenyataan
menunjukkan bahwa di manapun di dalam suatu masyarakat selalu terdapat
ketidaksamaan (inequality) status atau kedudukan anggota masyarakat.
Ketidaksamaan status ini mungkin dalam hal jabatan pekerjaan, jenis pekerjaan,
kekayaan, prestise, tingkat pendidikan, dsb. Pembedaan anggota masyarakat
berdasarkan status yang dimilikinya disebut stratifikasi sosial (social stratification).
Pada hubungan Pendidikan dan Stratifikasi Sosial, banyak tokoh pendidikan yang
menaruh kepercayaan terhadap fungsi pendidikan dalam rangka memperbaiki nasib
seseorang sehingga dapat naik status/golongan dalam tangga sosialnya. Implikasinya,
muncul gagasan dan program perluasan dan pemerataan kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan. Dengan gagasan dan program tersebut diharapkan dapat
dicairkannya batas-batas antar status/kelas/golongan dalam tangga sosial yang ada.
Diharapkan bahwa kesempatan belajar yang sama memerikan peluang bagi setiap
anak untuk mendapatkan pekerjaan yang dicita-citakannya. Program wajib belajar
atau pendidikan universal memberikan kompetensi yang sama bagi setiap orang dari
semua status/golongan. Dengan demikian, perbedaan sosial akan dapat dikurangi,
sekalipun mungkin tidak dapat dihapuskan seluruhnya. Menurut sosiolog bernama
Emile Durkheim, pendidikan bukan hanya memegang peranan dalam proses
sosialisasi untuk terciptanya homogenitas, melainkan juga memegang peranan dalam
proses seleksi untuk terciptanya heterogenitas. Emile Durkheim berpendapat bahwa
makin maju suatu masyarakat maka akan terdapat pembagian kerja (division of labor)
yang menuntut spesialisasi untuk bidang pekerjaan tersebut. Spesialisasi mengandung
arti seleksi, karena spesialisasi menempatkan orang-orang pada posisi tertentu sesuai
dengan bakat, minat, kompetensi dan kesempatan yang tersedia di dalam masyarakat.
Proses ini juga berarti alokasi dan distribusi sumber daya yang ada di dalam
masyarakat. Orang mendapat penghargaan, termasuk imbalam materi, sesuai dengan
peran yang dimainkannya di dalam masyarakat. Seleksi berarti alokasi dan distribusi
sumber kemakmuran, karena setiap bidang spesialisasi mendapat imbalan yang
berbeda. Lebih jauh lagi, peristiwa-peristiwa tersebut dapat melahirkan stratifikasi
sosial. Kurikulum pendidikan di berbagai jenjang dan prodi atau jurusan
diproyeksikan untuk suatu lapangan pekerjaan tertentu, ada yang jabatannya tinggi
ada yang menengah atau rendah, demikian pula gajinya. Melalui lembaga pendidikan
ini anggota masyarakat diseleksi dan mendapatkan pengetahuan, sikap, mental dan
keterampilan tertentu. Sehingga dengan demikian, ketika memasuki lapangan kerja –
yang juga melalui seleksi - mereka akan menempati lapangan kerja tertentu sesuai
dengan pendidikannya. Dari uraian di atas, bahwa pendidikan selain memiliki fungsi
sosialisasi demi terciptanya homogenitas, juga memiliki fungsi seleksi demi
terciptanya heterogenisasi yang berimplikasi bagi lahirnya stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial tidak akan hilang karena pendidikan, sebaliknya pendidikan akan
melahirkan atau melestarikan adanya stratifikasi sosial.
6. Pewariasan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah “Transmisi kebudayaan”.
Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman
untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Usaha
pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material,
melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik
yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat. Tanpa mempertahankan
usaha pewarisan maka masyarakat akan punah dan dilupakan. Usaha pewarisan
budaya dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan cara melibatkan berbagai institusi
sosial yang ada, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan
sekolah sebagai penyalur informasi. Cara untuk mewariskan kebudayaan,
mengajarkan tingkah laku kepada generasi baru, berbeda dari masyarakat ke
masyarakat. Ada tiga cara umum yang dapat diidentifikasikan, yaitu: informal (terjadi
dalam keluarga), nonformal (terjadi dalam masyarakat, dan formal (terjadi dalam
lembaga-lembaga pendidikan formal). Pendidikan formal dirancang untuk
mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik. Masyarakat memegang peranan
dalam mentrasmisi kebudayaan yang mereka miliki kepada generasi penerus.
Masyarakat juga berusaha melakukan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan
kondisi baru, sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai, norma-norma baru
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola
tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma tersebut merupakan transformasi
kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan
transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
Sekolah sebagai lembaga sosial mempunyai peranan yang sangat penting, sebab
pendidikan tidak hanya berfungsi mentransmisi kebudayaan kepada generasi penerus,
tetapi juga mentransformasikannya agar sesuai dengan perkembangan zaman.
7. Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru
dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan
apabila ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan
gurunya maka siswa tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan
membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh
karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru
oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai
tauladan bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.
b. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran
karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik
kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan,
pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain
mengetahui, mengerti, mengaplikasikan, analisis, sintesis (analisis dalam
berbagai sudut), evaluasi. Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan
balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja
melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang
sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi.
Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik.
Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses
evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus terbuka.
c. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Manager mengelola kelas, tanpa kemampuan ini maka performence
dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau
tanpa tujuan. Guru sebagai pengelola kelas, agar anak didik betah tinggal di
kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.
Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas: merancang tujuan pembelajaran
mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran dan memotivasi, mendorong,
serta menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa
dilakukan dengan hukuman atau dengan reward. Mengawasi segala sesuatu
apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran
d. Guru Sebagai Fasilitator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan
juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk
sebagai sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa
mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena
itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar
mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media
pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran
yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik.
Media pembelajaran di dalam kelas banyak macamnya misalkan chart maket,
LCD, dan OHP/OHT.

Anda mungkin juga menyukai