Disusun Oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan sistemik terbadap pengembangan melalui pendidikan adalah
pendekatan di mana masyarakat tradisional sebagai input dan pendidikan sebagai
suatu lembaga pendidikan masyarakat sebagai pelaksana proses pengembangan dan
masyarakat yang dicita-citakan sebagai outputnya yang dicita-citakan. Menurut Ki
Hajar Dewantoro ada tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Dari ketetapan MPR No. 1!/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara kita mengetahui bahwa pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama
antara orang tua, pemerintah dan masyarakat.
Dari dua penjelasan tersebut di atas maka bentuk pendidikan dibagi menjadi
tiga bentuk yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal
(Undang-Undang nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pelaksanaan ketiga bentuk pendidikan adalah lembaga pemerintah, lembaga
keluarga, lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan lain. Lembaga keluarga
menyelenggarakan pendidikan informal, lembaga pemerintah, lembaga keagamaan,
lembaga pendidikan yang lain menyelenggarakan pendidikan formal maupun
pendidikan nonfonnal. Bentuk-bentuk pendidikan nonformal cukup banyak jenisnya,
seperti berbagai macam kursus kcterampilan yang mempersiapkan tenaga terampil.
Bertolak dari penyelenggaraan sistem pemerintahan yang berupa
desentralistik, maka hal ini berdampak pula terhadap reorintasi Visi dan Misi
Pendidikan Nasional yang di dalamnya menyangkut pula tentang Standar Pengelolaan
Sistem Pendidikan Nasional. Yang berimbas pula pada Prinsip Penyelenggaraan
Pendidikan, Pendanaaan, dan Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional.I
2
Implementasi otonomi terhadap lembaga pendidikan terwujud dalam School
Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan Manajemen
Berbasis Sekolah ini adalah upaya kemandirian, kreativitas sekolah dalam
peningkatan kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam peningkatan
mutu melalui kerjasama atau pemberdayaan pemerintah dan masyarakat, maka
diperlukan pula administrasi pendidikan di bidang hubungan sekolah dengan
masyarakat.
Dari paparan di atas, maka melalui makalah ini kami mencoba mengupas
hubungan antara pendidikan dan masyarakat dan masyarakat
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Peranan Pendidikan Dalam Masyarakat?
2. Apa Fungsi Sekolah dalam Masyarakat?
3. Bagaimana Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat?
4. Bagaimana Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat terhadap
pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Peranan Pendidikan Dalam Masyarakat
2. Mengetahui Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
3. Untuk mengetahui Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat
4. Menjelaskan Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat terhadap
pendidikan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Fungsi peningkatan sosial, dan (10) Fungsi modifikasi sosial. ( Wuradji, 1988, p. 31-
42).
Jeane H. Ballantine (1983) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam
masyarakat itu sebagai berikut: (1) fungsi sosialisasi, (2) fungsi seleksi, latihan dan
alokasi, (3) fungsi inovasi dan perubahan sosial, (4) fungsi pengembangan pribadi
dan sosial (Jeanne H. Ballantine, 1983, p. 5-7).
Meta Spencer dan Alec Inkeles (1982) menyatakan bahwa fungsi pendidikan
dalam masyarakat itu sebagai berikut: (1) memindahkan nilai-nilai budaya, (2) nilai-
nilai pengajaran, (3) peningkatan mobilitas sosial, (4) fungsi stratifikasi, (5) latihan
jabatan, (6) mengembangkan dan memantapkan hubungan hubungan sosial (7)
membentuk semangat kebangsaan, (8) pengasuh bayi.
Dari tiga pendapat tersebut di atas, tidak ada perbedaan tetapi saling
melengkapi antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain.
1. Fungsi Sosialisasi.
Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola
perilaku generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti
sekarang ini. Pada masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan
mengikuti atau melibatkan diri dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa.
Anak-anak mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian menirunya dan
anak-anak belajar dengan berbuat atau melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan
oleh orang-orang yang telah dewasa. Untuk keperluan tersebut anak-anak belajar
bahasa atau simbol-simbol yang berlaku pada generasi tua, menyesuai kan diri
dengan nilai-nilai yang berlaku, mengikuti pandangannya dan memperoleh
keterampilan-keterampilan tertentu yang semuanya diperoleh lewat budaya
masyarakatnya. Di dalam situasi seperti itu semua orang dewasa adalah guru, tempat
di mana anak-anak meniru, mengikuti dan berbuat seperti apa yang dilakukan oleh
orang-orang yang lebih dewasa. Mulai dari permulaan, anak-anak telah dibiasakan
5
berbuat sebagaimana dilakukan oleh generasi yang lebih tua. Hal itu merupakan
bagian dari perjuangan hidupnya. Segala sesuatu yang dipelajari adalah berguna dan
berefek langsung bagi kehidupannya sehari-hari. Hal ini semua bisa terjadi oleh
karena budaya yang berlaku di dalam masyarakat, di mana anak menjadi anggotanya,
adalah bersifat stabil, tidak berubah dan waktu ke waktu, dan statis.
Ketentuan-ketentuan untuk berubah ini sebagaimana telah disinggung di
halaman-halaman situs web ini sebelumnya, mengakibatkan terjadinya setiap
transmisi budaya dan satu generasi ke generasi berikutnya selalu menjumpai
permasalahan-permasalahan. Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga
demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya
menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction).
Lembaga-lembaga pemerintahan mengajarkan bagaimana anak kelak apabila
telah menjadi warga negara penuh, memenuhi kewajiban-kewajiban negara, memiliki
jiwa patriotik dan memiliki kesadaran berwarga negara. Semua ajaran dan
pembiasaan tersebut pada permulaannya berlangsung melalui proses emosional,
bukan proses kognitif.
Dalam proses belajar untuk mengikuti pola acuan bagi tatanan masyarakat
yang telah mapan dan melembaga, anak-anak belajar untuk menyesuaikan dengan
nilai-nilai tradisional di mana institusi tradisional tersebut dibangun. Keseluruhan
proses di mana anak-anak belajar mengikuti pola-pola dan nilai-nilai budaya yang
berlaku tersebut dinamakan proses sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut harus
beijalan dengan wajar dan mulus oleh karena kita semua mengetahui betapa
pentingnya masa-masa permulaan proses sosialisasi. Orang tua dan keluarga berharap
sekolah dapat melaksanakan proses sosialisasi tersebut dengan baik. Dalam lembaga-
lembaga ini guru-guru di sekolah dipandang sebagai model dan dianggap dapat
mengemban amanat orang tua (keluarga dan masyarakat) agar anak-anak- memahami
dan kemudian mengadopsi nilai-nilai budaya masyarakatnya. Willard Waller dalam
6
hubungan ini menganggap sekolah, terutama di daerah-daerah pedesaan sebagai
museum yang menyimpan tentang nilai-nilai kebajikan (mnuseum of virture) (Pardius
and Parelius, 1978; p. 24). Dengan anggapan tersebut, masyarakat menginginkan
sekolah beserta staf pengajarnya harus mampu mengajarkan nilai-nilai kebajikan dari
masyarakatnya (the old viture), atau keseluruhan nilai-nilai yang diyakini dan
menjadi anutan dan pandangan masyarakatnya. Untuk memberikan pendidikan
mengenai kedisiplinan, rasa hormat dan patuh kepada pemimpin, kemauan kerja
keras, kehidupan bernegara dan kehidupan demokrasi, menghormati, nilai-nilai
perjuangan bangsa, rasa keadilan dan persamaan, aturan-aturan hukum dan
perundang-undangan dan sebagainya, kiranya lembaga utama yang paling
berkompeten adalah lembaga pendidikan.
Dalam hubungannya dengan transmisi nilai-nilai, terdapat beragam budaya
antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, dan antara negara yang
satu dengan negara yang lain. Sebagai contoh sekolah-sekolah keguruan di Uni
Soviet dan Amerika. Di Uni Soviet guru-guru harus mengajarkan rasa solidaritas dan
rasa tanggung jawab untuk menyatu dengan kelompoknya dengan mengembangkan
sistem kompetisi di antara mereka. Sementara di Amerika Serikat guru harus
mengembangkan kemampuan untuk hidup mandiri dan kemampuan bersaing dengan
melakukan upaya-upaya kompetisi penuh di antara siswa-siswa.
7
Melalui pendidikan semacam ini individu mengadopsi nilai-nilai sosial dan
melakukan interaksi nilai-niiai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari Selanjutnya
sebagai individu sebagai anggota masyarakat ia juga dituntut untuk memberi
dukungan dan berusaha untuk mempertahankan tatanan sosial yang berlaku.
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan dan
mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan program-
program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka ragam, ke dalam nilai-nilai yang
dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi sebagiai masyarakat.
Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup
etnik yang beraneka ragam menjadi satu pandangan yang dapat diterima seluruh
etnik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat
pemersatu dan segala aliran dan pandangan hidup yang dianut oleh para siswa.
Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai Pancasila
yang dianut oleh bangsa dan negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah.
8
mempertahankan nilai-nilai budaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah
mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan
mempersatukan nilai-nilai yang ada yang beragam demi kepentingan nasional.
Untuk memenuhi dua tuntutan itu maka perlu disusun kurikulum yang baku
yang berlaku untuk semua daerah dan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi
dan nilai-nilai daerah tertentu.
Oleh karena itu sekolah harus menanamkan nilai-nilai yang dapat menjadikan
anak itu menjadi yang mencintai daerahnya dan mencintai bangsa dan tanah airnya.
9
Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi
pengajaran untuk menyiapkan tenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang
ditekuninya. Fungsi latihan untuk mendapatkan tenaga yang terampil sesuai dengan
bidangnya, sedang fungsi pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadi yang baik
untuk menjadi seorang pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan ini
merupakan pengembangan pribadi sosial.
10
sikap yang tanggap terhadap perubahan. Cara-cara berpikir dan sikap-sikap tersebut
akan melepaskan diri dari ketergantungan dan kebiasaan berlindung pada orang lain,
terutama pada mereka yang berkuasa. Pendidikan ini terutama diarahkan untuk
mempenoleh kemerdekaan politik, sosial dan ekonomi, seperti yang diajukan oleh
11
Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat
memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian
antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat. Kedua, ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh
lembaga persekolahan akan ditentukan pula o!eh kejelasan perumusan kontrak antara
sekolah selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan
penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan
dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya.
Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian, penghargaan dan tunjangan tertentu seperti
dana, fasilitas dan jaminan objektif lainnya yang memberikan makna penting
eksistensi dan produk sekolahan.
12
Berhasil tidaknya menggunakan televisi sebagai alat media publisitas sekolah,
tergantung pada program yang telah disiapkan sebelumnya di dalam program itu
disusun hal-hal atau pokok-pokok yang akan disajikan kepada penontonnya.
Maka dari itu, informasi melalui televisi memerlukan persiapan yang lebih
cermat daripada informasi melalui radio. Informasi melalui televisi dapat
dilaksanakan dengan cara ceramah biasa, wawancara, ceramah dengan alat-alat
peraga, diskusi, sandiwara, acara cerdas tangkas, kegiatan kesenian dan
sebagainya.
b. Penyebaran informasi melalui radio
Radio merupakan media massa yang penting yang mampu menjangkau publik
yang luas. Karena itu, sekolah dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya
dari radio ini untuk kepentingan publisitas. Beberapa hal yang penting seperti
kapan pendaftaran siswa baru, kegiatan pendidikan dan data sekolah dapat
diinformasikan ke luar melalui radio.
c. Penyebaran informasi melalui media cetak
Yang dimaksud media cetak adalah surat kabar, majalah, buletin dan sebagainya.
Kadang-kadang semuanya ini disebut pers dalam arti sempit. Dalam
hubungannya dengan kegiatan humas, pers dapat dikatakan sebagai penyalur
informasi yang menguntungkan.
d. Pameran sekolah
Pameran sekolah dimaksud untuk menunjukkan hasil pekerjaan para siswa serta
masyarakat pada umumnya.
e. Berusaha sendiri penerbitan majalah atau buletin sekolah dengan maksud
ditunjukkan kepada publik di luar sekolah. Majalah atau buletin ini dapat diisi
berita-berita sekolah dan artikel-artikel karangan warga sekolah yang
bersangkutan.
13
2. Kegiatan Internal
Kegiatan ini merupakan publisitas ke dalam, sasarannya tidak lain adalah
warga sekolah yang bersangkutan yakni para guru, tenaga tata usaha dan seluruh
siswa.
Pada prinsipnya, kegiatan internal bertujuan untuk:
a. Memberi penjelasan tentang kebijaksanaan penyelenggaraan sekolah,situasi dan
perkembangannya.
b. Menampung sarana-sarana dan pendapat-pendapat dari warga sekolah dalam
hubungannya dengan pembinaan dan pengembangan sekolah.
c. Dapat memelihara hubungan yang harmonis dan terciptanya kerja sama antar
warga sekolah sendiri.
Jenis hubungan sekolah dan masyarakat itu sendiri dapat digolongkan menjadi
3 jenis, yaitu:
a) Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal mendidik murid, antara
guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Adanya hubungan ini
dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang
dapat mengakibatkan keragu-raguan pendirian dan sikap pada diri anak.
b) Hubungan kultural, yaitu usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang
memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan
masyarakat tempat sekolah itu berada. Untuk itu diperlukan hubungan kerja sama
antara kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Kegiatan
kurikulum sekolah disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan
masyarakat. Demikian pula tentang pemilihan bahan pengajaran dan metode-
metode pengajarannya.
c) Hubungan institusional, yaitu hubungan kerja sama antara sekolah dengan
lembaga-lembaga atau instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah,
14
seperti hubungan kerja sama antara sekolah satu dengan sekolah-sekolah lainnya,
kepala pemerintah setempat, ataupun perusahaan-perusahaan Negara, yang
berkaitan dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya
(Purwanto, 2005: 193).
Yang paling menarik bagi masyarakat adalah bila lembaga pendidikan itu
sanggup mencetak lulusan yang siap pakai. Artinya bila lulusan itu baik mereka
sebagai tenaga menengah maupun sebagai tenaga ahli tidak membutuhkan latihan
lagi sebelum bekerja, melainkan secara langsung dapat melaksanakan pekerjaan
dalam bidangnya secara relatif baik. Untuk mewujudkan lulusan seperti ini memang
merupakan tantangan berat bagi para manajer pendidikan.
15
Bila manajer berhasil, biasanya imbalannya dari warga masyarakat cukup
besar. Mereka secara antusias akan mendukung lembaga pendidikan bersangkutan
baik secara moral maupun material. Makin banyak orang tua yang merasakan
kepuasan itu, makin banyak dan makin besar pula partisipasi masyarakat terhadap
lembaga pendidikan itu.
Inilah beberapa contoh partisipasi masyarakat dalam pendidikan :
1. Dalam bentuk partisipasi antara lain :
a. Dewan Pendidikan
b. Komite Sekolah
c. Persatuan orang tua siswa
d. Perkumpulan olahraga
e. Perkumpulan Kesenian
f. Organisai-organisasi yang lain
2. Dalam bidang partisipasi antara lain :
a. Kurikulum terutama yang lokal
b. Alat-alat belajar
c. Dana
d. Material untuk bangunan gedung
e. Auditing Keuangan
f. Kontrol terhadap kegiatan-kegiatan sekolah dan sejenisnya.
3. Dalam cara partisipasinya antara lain :
a. Ikut dalam pertemuan
b. Datang ke sekolah
c. Lewat surat
d. Lewat telepon
e. Ikut malam kesenian dan sejenisnya
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik beebrapa kesimpulan antara lain
sebagai berikut:
1. Fungsi pendidikan dalam masyarakat diantaranya adalah Fungsi Sosialisasi,
Fungsi kontrol social, Fungsi pelestarian budaya masyarakat, Fungsi seleksi,
latihan dan pengembangan tenaga kerja, Fungsi pendidikan dan perubahan social
2. Jenis hubungan sekolah dan masyarakat itu sendiri dapat digolongkan menjadi 3
jenis, yaitu:
a. Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal mendidik murid,
antara guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga.
b. Hubungan kultural, yaitu usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat
yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan
kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada.
c. Hubungan institusional, yaitu hubungan kerja sama antara sekolah dengan
lembaga-lembaga atau instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah,
B. Saran
Dalam hal penyusunan makalah ini tentu tidak terlepas dari kesalahan. Ibarat
kata pepatah, tidak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami dari penyusun
meminta saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk mencapai
kesempurnaan makalah kami.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikan.radensomad.com/fungsi-dan-peranan-pendidikan-dalam
masyarakat.html
Mulyasa, Endang. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
18