Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

TRI SENTRA PENDIDIKAN

A. Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan


Lembaga pendidikan adalah suatu tempat institusi pendidikan yang
menawarkan kegiatan dalam proses pendidikan baik itu pendidikan formal ataupun
non formal dari mulai tingkat pra sekolah hingga ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Lembaga pendidikan juga merupakan suatu institusi sosial yang menjadi
sebuah agen sosialisasi setelah lembaga keluarga. Di dalam lembaga pendidikan
pulalah terjadinya proses pendidikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan belajar
manusia.
Secara spesifik proses pendidikan dilakukan tidak hanya dilingkungan sekolah
melainkan juga dalam keluarga dan masyarakat. Inilah yang disebut Ki Hajar
Dewantara dengan Tri Sentra Pendidikan (keluarga, sekolah dan Masyarakat). Siapa
pun yang berada dalam lembaga pendidikan tersebut (keluarga, sekolah, dan
masyarakat), pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut warna dan
corak dari masing-masing institusi tersebut. Ketiga lembaga ini sangat berperan dalam
membentuk pribadi seseorang sehingga orang tersebut mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai warna dan corak dari masing-masing lembaga tersebut. Namun
demikian dalam mendidik ketiganya tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri,
melainkan harus bekerja sama baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
kata lain, perbuatan mendidik yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dalam
keluarga harus diperkuat dengan pendidikan di sekolah serta dikontrol oleh
masyarakat sebagai lingkungan sosial anak.
Fungsi lembaga pendidikan terbagi menjadi dua yaitu secara nyata (manifes)
dan tersembunyi (laten). Secara nyata terbagi ke dalam 4 fungsi yaitu: (1)
mempersiapkan anggota masyarakat agar lebih mampu dalam mencari nafkah, (2)
mengembangkan minat dan bakat perseorangan demi memenuhi kepuasan pribadi. (3)
melestarikan dan melindungi kebudayaan, dan (4) menanamkan keterampilan dan
sikap yang perlu bagi setiap orang/partisipasi dalam demokrasi. Sementara secara
tersembunyi juga terbagi ke dalam 4 fungsi yaitu; (1) mengurangi pengendalian dan
dominasi orang tua, sebab melalui pendidikan sekolah orang tua melimpahkan tugas
dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah, (2) memperpanjang masa
remaja, sebab melalui pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa
seseorang karena siswa secara umum secara ekonomi masih tergantung pada orang
tua, (3) mempertahankan sistem kelas sosial, sebab pendidikan sekolah. Diharapkan
dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan
prestise, privilese dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan
menjadi saluran, mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak
sesuai dengan status orang tuanya, dan (4) menyediakan sarana untuk
pembangkangan, sebab sekolah juga memiliki potensi untuk menanamkan nilai
pembangkangan di masyarakat. Hal itu tercermin dengan adanya perbedaan
pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan
sex dan sikap terbuka (Horton dan Hunt, 1984).
Peran lembaga pendidikan secara umum juga terbagi ke dalam dua kelompok
yaitu: (1) sebagai tempat mendidik, mengajar serta memperbaiki tingkah laku anak
didik, dan (2) sebagai sarana belajar mempersiapkan anak didik untuk menjadi
anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Guna memperjelas fungsi dan peran dari masing-masing sentra dapat dilihat
sebagaimana uraian berikut:
 Lembaga Pendidikan Keluarga
Sebagai orang tua dalam keluarga tentunya memiliki kewajiban
untuk mendidik anak. Proses pendidikan itu sendiri bisa berlangsung dari
lahir sampai anak tersebut mampu membangun rumah tangganya sendiri
atau memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Namun tidak sedikit juga
orang tua yang masih terus membantu pendidikan walaupun anaknya
tersebut sudah memiliki keluarga sendiri. Lain halnya bila anaknya
tersebut gagal atau putus di tengah jalan dalam membangun rumah
tangganya, sehingga orang tuanya tersebut merasa memiliki tanggung
jawab kembali. Dengan kondisi demikian menurut Slamet.S. (2016:13),
maka peranan keluarga juga harus mendapat pressure (tekanan), karena
peserta didik/warga belajar paling banyak meluangkan waktunya di
keluarga, apalagi sewaktu kecil, waktu tersebut dianggap paling tepat
untuk membentuk karakter anak. Peranan pendidikan dalam keluarga,
yaitu : (1) memberikan pengalaman pada anak, (2) memberikan jaminan
perkembangan emosional anak, (3) menanamkan dasar pendidikan moral,
(4) memberikan dasar pendidikan sosial, (5) peletakan dasar-dasar agama.
Kedudukan orang tua dalam keluarga juga memiliki tanggung
jawab terhadap pendidikan anak. Beberapa tanggung jawab yang keluarga
lakukan terhadap pendidikan anak, yaitu tanggung jawab atas dasar
hubungan batiniah yang kuat untuk mendorong orang tua dalam
mewujudkan cinta kasih antara orang tua dan anak, memiliki tanggung
jawab moral dalam memotivasi sebagai wujud kasih sayang maupun
konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya, memiliki
tanggung jawab sosial dalam pengembangan kepribadian anak yang pada
gilirannya akan berlanjut menjadi tanggung jawab masyarakat bangsa dan
negara, memiliki tanggung jawab dalam memelihara dan membesarkan
anak yang sesuai kebutuhan dan minat yang dimiliki anak, memiliki
tanggung jawab dalam memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak baik
untuk saat ini maupun kedepannya sehingga wilayah dewasa akan mampu
mandiri.
 Lembaga Pendidikan Sekolah
Pendidikan disekolah dan pendidikan dalam keluarga merupakan
bagian dari sistem pendidikan yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan di
sekolah dapat menjadi sebuah tambahan pengetahuan yang didapat dalam
pendidikan keluarga dan sebaliknya, pendidikan di sekolah merupakan
lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Oleh sebab itu proses
pembelajaran disekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan
kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam aktivitas
bermasyarakat. Pendidikan di sekolah biasanya di kenal dengan sebutan
pendidikan formal.
Pada prinsipnya pendidikan di sekolah juga merupakan bagian dari
pendidikan keluarga itu sendiri, atau merupakan lanjutan dari proses
pendidikan dalam keluarga. Keberadaan sekolah mengingat tidak
mampunya keluarga atau para orang tua untuk memberikan pendidikan
lanjutan kepada anak-anaknya baik itu dalam hal pengetahuan maupun
keterampilan. Di samping itu keberadaan sekolah juga sebagai legitimasi
kompetensi maupun kualifikasi yang harus dikuasai peserta didik pada
jenjang tertentu. Sekolah memiliki posisi yang sangat sentral dalam
pendidikan keluarga, hal in mengingat pendidikan telah berimbas pada
pola pikir ekonomi. Ini juga yang telah masuk dan menjadi ideologi
pendidikan di sekolah yaitu selalu memperhatikan efektivitas dan efisiensi.
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 13 ayat (1) disebutkan bahwa jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang
fungsinya saling melengkapi dalam mewujudkan pendidikan yang lebih
baik. Menurut Robert Dreeben (1968) sekolah tidak hanya mengajarkan
membaca, menulis. Dan berhitung, tetapi juga mengajarkan hal-hal lainnya
seperti:
a. Kemandirian
b. Kemampuan berprestasi
c. Spesifikasi
d. Pengembangan kepribadian
 Lembaga Pendidikan Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan
ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam
masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah
lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah.
Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih
luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam
masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan
kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan).
Sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Lembaga pendidikan yang dalam istilah UU Nomor 20 Tahun 2003
disebut dengan jalur pendidikan nonformal ini, bersifat fungsional dan
praktis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidupnya.
Pendidikan luar sekolah/Pendidikan nonformal itu mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Pendidikan diselenggarakan dengan sengaja diluar sekolah
2) Peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah atau
drop Out.
3) Pendidikan tidak mengenal jenjang, dan program
pendidikan untuk jangka waktu pendek.
4) Peserta tidak perlu homogen
5) Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang
sistematis
6) Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus
7) Ketrampilan kerja sangat di tekankan sebagai jawaban
terhadap kebutuhan meningkatkan taraf hidup.

Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau yang


dikenal dengan jalur pendidikan luar sekolah memiliki beberapa istilah di
dalam kerangka pelaksanaan pendidikannya, sebagai berikut: (1)
pendidikan sosial, (2) pendidikan masyarakat, (3) pendidikan luar sekolah,
(4) mass education, (5) adult education, (6) extension education, (7)
fundamental education. Dalam perspektif pendidikan seumur hidup, semua
orang secara potensial merupakan anak didik dalam berbagai tahap dalam
perkembangan hidupnya. Karena itu anak didik yang dapat menjadi
sasaran pendidikan jalur luar sekolah/masyarakat tersebut sangat luas dan
bervariasi. Dalam konteks ini paling tidak mereka dapat diklasifikasikan
ke dalam enam kategori, yang masing-masing dengan prioritas
programnya berikut ini:
1. Para Petani dan Buruh
2. Para Remaja Putus sekolah
3. Para Pekerja yang Berketerampilan
4. Golongan teknisi dan Profesional
5. Para Pemimpin Masyarakat
6. Anggota Masyarakat yang Sudah Tua
Untuk melaksanakan sebuah program pendidikan masyarakat atau
pendidikan luar sekolah diperlukan keterampilan khusus, sebagaimana
pendapat Kenny (2010) tentang ketrampilan yang perlu dimiliki seseorang
untuk menjalankan sebuah program kemasyarakatan, yaitu ketrampilan
memfasilitasi, ketrampilan organisasi, ketrampilan strategi, ketrampilan
jaring, ketrampilan komunikasi, ketrampilan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai