Lembaga pendidikan adalah suatu tempat institusi pendidikan yang menawarkan kegiatan dalam proses pendidikan baik itu pendidikan formal ataupun non formal dari mulai tingkat pra sekolah hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Lembaga pendidikan juga merupakan suatu institusi sosial yang menjadi sebuah agen sosialisasi setelah lembaga keluarga. Di dalam lembaga pendidikan pulalah terjadinya proses pendidikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan belajar manusia. Secara spesifik proses pendidikan dilakukan tidak hanya dilingkungan sekolah melainkan juga dalam keluarga dan masyarakat. Inilah yang disebut Ki Hajar Dewantara dengan Tri Sentra Pendidikan (keluarga, sekolah dan Masyarakat). Siapa pun yang berada dalam lembaga pendidikan tersebut (keluarga, sekolah, dan masyarakat), pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut warna dan corak dari masing-masing institusi tersebut. Ketiga lembaga ini sangat berperan dalam membentuk pribadi seseorang sehingga orang tersebut mengalami perubahan dan perkembangan sesuai warna dan corak dari masing-masing lembaga tersebut. Namun demikian dalam mendidik ketiganya tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus bekerja sama baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, perbuatan mendidik yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dalam keluarga harus diperkuat dengan pendidikan di sekolah serta dikontrol oleh masyarakat sebagai lingkungan sosial anak. Fungsi lembaga pendidikan terbagi menjadi dua yaitu secara nyata (manifes) dan tersembunyi (laten). Secara nyata terbagi ke dalam 4 fungsi yaitu: (1) mempersiapkan anggota masyarakat agar lebih mampu dalam mencari nafkah, (2) mengembangkan minat dan bakat perseorangan demi memenuhi kepuasan pribadi. (3) melestarikan dan melindungi kebudayaan, dan (4) menanamkan keterampilan dan sikap yang perlu bagi setiap orang/partisipasi dalam demokrasi. Sementara secara tersembunyi juga terbagi ke dalam 4 fungsi yaitu; (1) mengurangi pengendalian dan dominasi orang tua, sebab melalui pendidikan sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah, (2) memperpanjang masa remaja, sebab melalui pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa secara umum secara ekonomi masih tergantung pada orang tua, (3) mempertahankan sistem kelas sosial, sebab pendidikan sekolah. Diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran, mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya, dan (4) menyediakan sarana untuk pembangkangan, sebab sekolah juga memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal itu tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan sex dan sikap terbuka (Horton dan Hunt, 1984). Peran lembaga pendidikan secara umum juga terbagi ke dalam dua kelompok yaitu: (1) sebagai tempat mendidik, mengajar serta memperbaiki tingkah laku anak didik, dan (2) sebagai sarana belajar mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Guna memperjelas fungsi dan peran dari masing-masing sentra dapat dilihat sebagaimana uraian berikut: Lembaga Pendidikan Keluarga Sebagai orang tua dalam keluarga tentunya memiliki kewajiban untuk mendidik anak. Proses pendidikan itu sendiri bisa berlangsung dari lahir sampai anak tersebut mampu membangun rumah tangganya sendiri atau memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Namun tidak sedikit juga orang tua yang masih terus membantu pendidikan walaupun anaknya tersebut sudah memiliki keluarga sendiri. Lain halnya bila anaknya tersebut gagal atau putus di tengah jalan dalam membangun rumah tangganya, sehingga orang tuanya tersebut merasa memiliki tanggung jawab kembali. Dengan kondisi demikian menurut Slamet.S. (2016:13), maka peranan keluarga juga harus mendapat pressure (tekanan), karena peserta didik/warga belajar paling banyak meluangkan waktunya di keluarga, apalagi sewaktu kecil, waktu tersebut dianggap paling tepat untuk membentuk karakter anak. Peranan pendidikan dalam keluarga, yaitu : (1) memberikan pengalaman pada anak, (2) memberikan jaminan perkembangan emosional anak, (3) menanamkan dasar pendidikan moral, (4) memberikan dasar pendidikan sosial, (5) peletakan dasar-dasar agama. Kedudukan orang tua dalam keluarga juga memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan anak. Beberapa tanggung jawab yang keluarga lakukan terhadap pendidikan anak, yaitu tanggung jawab atas dasar hubungan batiniah yang kuat untuk mendorong orang tua dalam mewujudkan cinta kasih antara orang tua dan anak, memiliki tanggung jawab moral dalam memotivasi sebagai wujud kasih sayang maupun konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya, memiliki tanggung jawab sosial dalam pengembangan kepribadian anak yang pada gilirannya akan berlanjut menjadi tanggung jawab masyarakat bangsa dan negara, memiliki tanggung jawab dalam memelihara dan membesarkan anak yang sesuai kebutuhan dan minat yang dimiliki anak, memiliki tanggung jawab dalam memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak baik untuk saat ini maupun kedepannya sehingga wilayah dewasa akan mampu mandiri. Lembaga Pendidikan Sekolah Pendidikan disekolah dan pendidikan dalam keluarga merupakan bagian dari sistem pendidikan yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan di sekolah dapat menjadi sebuah tambahan pengetahuan yang didapat dalam pendidikan keluarga dan sebaliknya, pendidikan di sekolah merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Oleh sebab itu proses pembelajaran disekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam aktivitas bermasyarakat. Pendidikan di sekolah biasanya di kenal dengan sebutan pendidikan formal. Pada prinsipnya pendidikan di sekolah juga merupakan bagian dari pendidikan keluarga itu sendiri, atau merupakan lanjutan dari proses pendidikan dalam keluarga. Keberadaan sekolah mengingat tidak mampunya keluarga atau para orang tua untuk memberikan pendidikan lanjutan kepada anak-anaknya baik itu dalam hal pengetahuan maupun keterampilan. Di samping itu keberadaan sekolah juga sebagai legitimasi kompetensi maupun kualifikasi yang harus dikuasai peserta didik pada jenjang tertentu. Sekolah memiliki posisi yang sangat sentral dalam pendidikan keluarga, hal in mengingat pendidikan telah berimbas pada pola pikir ekonomi. Ini juga yang telah masuk dan menjadi ideologi pendidikan di sekolah yaitu selalu memperhatikan efektivitas dan efisiensi. Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 ayat (1) disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang fungsinya saling melengkapi dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Menurut Robert Dreeben (1968) sekolah tidak hanya mengajarkan membaca, menulis. Dan berhitung, tetapi juga mengajarkan hal-hal lainnya seperti: a. Kemandirian b. Kemampuan berprestasi c. Spesifikasi d. Pengembangan kepribadian Lembaga Pendidikan Masyarakat Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan). Sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Lembaga pendidikan yang dalam istilah UU Nomor 20 Tahun 2003 disebut dengan jalur pendidikan nonformal ini, bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidupnya. Pendidikan luar sekolah/Pendidikan nonformal itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pendidikan diselenggarakan dengan sengaja diluar sekolah 2) Peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah atau drop Out. 3) Pendidikan tidak mengenal jenjang, dan program pendidikan untuk jangka waktu pendek. 4) Peserta tidak perlu homogen 5) Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis 6) Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus 7) Ketrampilan kerja sangat di tekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan meningkatkan taraf hidup.
Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau yang
dikenal dengan jalur pendidikan luar sekolah memiliki beberapa istilah di dalam kerangka pelaksanaan pendidikannya, sebagai berikut: (1) pendidikan sosial, (2) pendidikan masyarakat, (3) pendidikan luar sekolah, (4) mass education, (5) adult education, (6) extension education, (7) fundamental education. Dalam perspektif pendidikan seumur hidup, semua orang secara potensial merupakan anak didik dalam berbagai tahap dalam perkembangan hidupnya. Karena itu anak didik yang dapat menjadi sasaran pendidikan jalur luar sekolah/masyarakat tersebut sangat luas dan bervariasi. Dalam konteks ini paling tidak mereka dapat diklasifikasikan ke dalam enam kategori, yang masing-masing dengan prioritas programnya berikut ini: 1. Para Petani dan Buruh 2. Para Remaja Putus sekolah 3. Para Pekerja yang Berketerampilan 4. Golongan teknisi dan Profesional 5. Para Pemimpin Masyarakat 6. Anggota Masyarakat yang Sudah Tua Untuk melaksanakan sebuah program pendidikan masyarakat atau pendidikan luar sekolah diperlukan keterampilan khusus, sebagaimana pendapat Kenny (2010) tentang ketrampilan yang perlu dimiliki seseorang untuk menjalankan sebuah program kemasyarakatan, yaitu ketrampilan memfasilitasi, ketrampilan organisasi, ketrampilan strategi, ketrampilan jaring, ketrampilan komunikasi, ketrampilan penelitian.