Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus
kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life education). Secara
konsep, pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan
terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Pendidikan
adalah suatu proses transfer of knowledge (ilmu pengetahuan, teknologi dan seni)
yang dilakukan oleh guru kepada anak didiknya. Selain itu, pendidikan adalah alat
untuk merubah cara berpikir kita dari cara berpikir tradisional ke cara berpikir
ilmiah (modern).
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari adanya
peran keluarga, sekolah, maupun masyarakat di dalamnya yang biasa dikenal
dengan istilah Tri Pusat Pendidikan, yang meliputi: keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Tiga badan tersebut memiliki sifat, fungsi, serta peran masing-masing
yang mana sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak itu sendiri.
Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena
sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling
banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam
tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga
pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan
kepribadian anak dan mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam
mendukung pendidikan di sekolah.
Kualitas pendidikan dasar di Indonesia saat ini masih menempati urutan
bawah untuk negara-negara yang berada di kawasan Asia Pasifik (Unesco, 2009).
Hal ini terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah jumlah laju
pertumbuhan anak di Indonesia tidak seimbang dengan laju pertumbuhan
pembangunan sarana dan prasarana fisik sekolah.

1
Sekolah juga merupakan pemegang peranan yang tak kalah penting dalam
pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka di samping
keluarga sebagai pusat pendidikan yang membentuk akhlak seorang anak,
sekolahpun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan formal (legal) untuk
pembentukan pribadi anak. (abu Ahmadi, 1991:180)
Selain itu, masyarakat juga memiliki peranan penting dalam lingkungan
pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan terencana
kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis tanpa dukungan masyarakat,
pendidikan tidak akan berhasil dengan maksimal. Sekarang hampir semua sekolah
mempunyai komite sekolah yang merupakan wakil masyarakat dalam membantu
sekolah, sebab masyarakat dari berbagai lapisan sosial ekonomi sudah sadar betapa
pentingnya dukungan mereka untuk keberhasilan pembelajaran di sekolah. Dengan
demikian keluarga, pemerintah, dan masyarakat sangat berperan penting dalam
pembentukan pendidikan yang berkualitas.

BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan suatu kesatuan hidup
(sistem sosial) dan keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan
hidup bersama (system sosial) keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan
kekeluargaan membentuk anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih,
hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta
pengakuan akan kewibawaan. Sumbangan keluarga bagi pendidikan anak adalah :
1. Melatih anak menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan,
berbicara, berjalan, berdoa dan yang lainnya. Hal ini berkaitan erat dengan
perkembangan diri anak sebagai seorang pribadi.
2. Sikap orang tua kepada anak sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Sikap menerima atau menolak, sayang atau acuh tak acuh, sabar atau
terburu-buru, melindungi atau membiarkan anak, secara langsung
memberikan pengaruh kepada anak dalam hal reaksi emosional anak.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam
masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan. Berkembang menjadi
dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian
tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan
digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di
sekolah.
Hal ini berarti keluarga memiliki tanggung jawab kepada anak dalam hal
pendidikan. Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan di bina oleh
kedua orang tua terhadap anak antara lain :
1. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini alami untuk
dilaksanakan.
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun
rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang
dapat membahayakan dirinya.
3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu
berdiri sendiri dan membantu orang lain.

3
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama. Sebagai tujuan akhir hidup manusia.
Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah peletak dasar bagi
pendidikan, namun perlu didasari oleh teori pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Artinya keluarga juga harus memahami masalah atau hal-
hal yang berkaitan dengan bagaimana mendidik anak sesuai dengan perkembangan
anak. Bila hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang tua, maka generasi mendatang
telah mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat.
Untuk berbuat demikian, tentu saja orang tua perlu meningkatkan ilmu dan
keterampilannya sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga.
Di samping itu keluarga dalam mendidik tidak boleh memaksakan
kehendak kepada anak, namun harus memberikan kebebasan kepada anak untuk
memilih, dengan tetap mendampingi agar anak tidak salah dalam memilih.
Peran orang tua dengan memberikan kebebasan untuk anak (pola asuh
(demokrasi) dengan tidak mengekang si anak.

2.2 PERAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN


Sebagai akibat dari perkembangan ilmu teknologi dan terbatasnya orang tua
akan mengenai kedua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi mendidik anaknya.
Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli, oleh
karena itu orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah.
Di dalam dunia pendidikan istilah sekolah sudah sangat lazim. Sekolah
merupakan salah satu pusat pendidikan yang diharapkan bisa mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu
manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiiki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian mantab dan mandiri serta tanggungjawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Di dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional,
sekolah didefinisikan sebagai “Satuan Pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar”. Sekolah
melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas
kepercayaan dan tuntutan jaman.

4
Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab atas tiga
faktor:
a. Tanggung Jawab Formal
Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan sesuai fungsi, tugas dan
tujuan pendidikan, harus melaksanakan pembinaan menurut ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
b. Tanggung Jawab Keilmuan
Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab
mentransfer pengetahuan kepada anak didik.
c. Tanggung jawab fungsional
Sekolah atau madrasah selain harus melakukan pembinaan sesuai ketentuan
yang berlaku, sekolah juga harus bertanggungjawab melalui pendidik (guru)
untuk melaksanakan program yang terstruktur di dalam kurikulum
Fungsi sekolah menurut Suwarno yang diperinci dalam bukunya Pengantar
Umum Pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan; Di
samping bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara
menyeluruh, fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah
menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan. Fungsi
sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan fungsi keluarga
dalam pendidikan moral.
2) Spesialisasi; Di antara ciri makin meningatnya kemajuan masyarakat ialah
makin bertambahnya diferensiasi dalam tugas kemasyarakatan dan lembaga
sosial yang melaksanakan tugas tersebut. Sekolah mempunyai fungsi sebagai
lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
3) Efisiensi; Terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di
bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien, sebab: Seumpama tidak
ada sekolah, dan pekerjaan mendidik hanya harus dipikul oleh keluarga, maka
hal ini tidak akan efisien karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya,
serta banyak orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan yang di
maksud. Karena pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu
dan sistematis. Di sekolah dapat dididik sejumlah besar anak secara sekaligus

5
4) Sosialisasi; Sekolah mempunyai peranan yang penting di dalam proses
sosialisasi, yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi mahluk
sosial, mahluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat. Sebab
bagaimanapun pada akhirnya ia berada di masyarakat.
5) Konservasi dan transmisi cultural; Fungsi lain dari sekolah adalah memelihara
warisan budaya yang hidup dalm masyarakat dengan jalan menyampaikan
warisan kebudayaan tadi (transmisi cultural) kepada generasi muda, dalam hal
ini tentunya anak didik.
6) Transisi dari rumah ke masyarakat
7) Ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri pada
orang tua, maka memasuki sekolah di mana ia mendapat kesempatan untuk
melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke
masyarakat.
Sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya
sebagai berikut;
a. Sekolah membantu anak mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta
menanamkan budi pekerti yang baik.
b. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang
sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
c. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan, pengetahuan dan wawasan yang bersifat
universal baik yang ilmiah maupun teknolgi.
d. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar
atau salah, dan sebagainya.
e. Dengan sekolah, pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadi seorang ahli
yang sesuai dengan bidang dan bakatnya masing-masing anak. Dengan sekolah,
golongan atau partai mendidik kader-kadernya untuk meneruskan dan
memperjuangkan cita-cita dari golongan atau partainya. Dengan sekolah, kaum
beragama mendidik putra-putranya untuk menjadi orang yang melanjutkan dan
memperjuangkan agama.

Lamanya pendidikan di sekolah juga ikut menentukan berhasil tidaknya


pembentukan pribadi, yaitu:
6
a) Sejak umur antara 2 – 4 tahunan sebagian anak ada yang dimasukkan ke
dalam PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Pada waktu tersebut anak
diberikan bimbingan seperti halnya menyanyi, senam, menggambar,
mewarnai, melipat, dll oleh gurunya. Pada tahap tersebut, seorang anak
diajari dan dididik dalam tahap-tahap awal dengan penuh kesabaran dan
kelembutan, karena pada tahap itulah seorang anak mulai meniru dan
melakukan apa yang orang lain lakukan. Jadi, pada tahap ini seorang
pendidik harus lebih berhati-hati dan mendidik dengan penuh kasih sayang.
b) Selanjutnya umur 5 atau 6 tahun anak dimasukkan ke dalam Sekolah
Taman kanak-kanak atau Bustanul Atfal. Tahap ini merupakan kelanjutan
dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tetapi, dalam mendidik pada
tahap ini harus dimulai dari awal lagi seperti halnya PAUD karena sebagian
siswa ada yang pernah PAUD dan ada juga yang tidak PAUD. Akan tetapi,
bagi yang pernah paud akan kelihatan lebih cakap dalam melakukan suatu
hal dari pada yang lainnya.
c) Kemudian umur enam tahun (6 tahun) anak disekolahkan ke Sekolah Dasar
atau Ibtidaiyah. Mulailah anak diberi ilmu pengetahuan dasar di camping
pendidikan. Selama enam tahun, yaitu sampai dengan umur 12
tahun,anak terus menerus diberi pendidikan dan pengajaran.
d) Sekitar umur 13 tahun anak meneruskan ke Sekolah tingkat Menengah
Pertama atau Tsanawiyah. Sampai dengan umur 15 tahun, jadi selama
tiga tahun anak mendapat didikan yang berbeda dengan pendidikan di
Sekolah Dasar, karena para pendidik tahu bahwa pada anak sudah ada
pengetahuan dasar dan pada masa ini anak telah kritis dan tahu akan nilai-
nilai kesusilaan, keindahan, kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan.
e) Sekitar umur 16 tahun anak melanjutkan Sekolah Menengah Atas atau
Aliyah selama tiga tahun lagi. Pendidikan di sini bersifat pematangan
dengan adanya pembagian sesuai dengan bakat si anak. Selesai di sekolah
tingkat ini anak berumur kurang lebih 18 tahun, yang berarti sudah mulai
masuk ke periode adoliscensi (masa dewasa).
Jadi selama 14 tahun anak hidup di dalam pendidikan sekolah. Waktu 14
tahun adalah cukup lama untuk bisa ikut menentukan pribadi anak.
f) Bagi anak yang masih besar minatnya untuk melanjutkan kuat fikirnya serta
mampu biayanya, masih bisa melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi
7
selama empat tahun. Pada masa ini, anak telah dapat menyelesaikan
pembentukan pribadi sendiri, karena telah memasuki dunia kemahasiswaan
dan telah berada atau menginjak masa adoliscensi. (Abu Ahmadi,
1991:182)
Mengingat cukupnya waktu dan pentingnya fungsi sekolah dalam ikut serta
pembentukan pribadi anak, maka pendidikan yang bersifat intelektualitas saja
adalah kurang efektif, mengkhianati amanat orang tua si anak, menyia-nyiakan
kesempatan yang baik bagi si anak yang sedang dalam pertumbuhan jasmani dan
rohaninya dan sebagai suatu kesalahan yang besar, yang harus kita perhatikan dan
selanjutnya tidak boleh kita biarkan, melainkan harus kita kembalikan ke fungsi
yang sebenarnya.
Pendidikan yang hanya bersifat intellectuallistisch adalah akibat jelek dari
sistem pendidikan aliran rationalisme yang dibawa belanda ke tanah air kita tahun
1850. Sistem ini kurang mengingat bahwa manusia adalah sebagai kebulatan,
akibatnya dengan warisan Belanda itu manusia menjadi terlalu individualis-
tisch dan materialistisch, maka sistim ini harus kita hindari.
Pemerintah Indonesia yang berfalafah Pancasila dan berUndang-Undang
Dasar 1945 dengan sekolah-sekolah negerinya tidak hanya mengharapkan agar
anak-anak dididik penuh dengan ilmu saja, tapi juga yang penting adalah
membentuk anak-anak bermental menjadi Pancasilais sejati, begitu pokok pesan
Jendral Soeharto pada peringatan Hari Pendidikan Nasional. Ini berarti, bahwa
pertama-tama gurulah yang harus memPancasilakan dirinya. Sebab hanya gurulah
yang dapat menyebarkan Pancasila.
Pancasila, di mana sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha esa harus
merupakan inti dan tujuan pendidikan, dengan agama sebagai puncak mutlaknya,
sebab Pancasila merupakan dasar dan pemberi arah dalam kehidupan bangsa
Indonesia.
Menolak Pancasila berarti menolak kepribadian sendiri, mengingkari
Pancasila berarti mengingkari adanya Tuhan dan mengingkari agama. Maka bagi
kita, Pancasila harus dilaksanakan dan diajarkan secara murni dan konsekuen.
Sebab itu tugas sekolah yang penting adalah membentuk manusia Pancasila
sejati, yaitu manusia yang ber”Tauhid”, berPerikemanusiaan, berKebangsaan,
berKedaulatan rakyat dan berKeadilan Sosial.
Dengan adanya amanat Jendral Soeharto pada tanggal 2 Mei 1967 itu
8
dapatlah dipahami, bahwa pemerintah memandang sekolah sangat berfungsi dalam
pembentukkan pribadi Pancasilais. Suatu peristiwa yang wajib kita syukuri adalah
adanya pergantian pemerintahan dari Orde Lama menjadi Orde Baru sehingga
pelajaran agama dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah negeri, bahkan menjadi
mata pelajaran wajib yang ikut menentukan, baik di sekolah-sekolah rendah sampai
ke Perguruan Tinggi. (Abu Ahmadi, 1991:183)
Guru digugu ditiru berfungsi sebagai ganti orang tua. Maka, apabila
guru dalam mendidik benar-benar melaksanakan tugas agama dengan baik akan
bisa membentuk kepribadian anak yang lebih baik.

2.3 PERAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN


Istilah masyarakat dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang
hidup bersama di suatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang relatif
sama dan hidup sebagai kesatuan/ kelompok. Dalam meningkatkan Peran Serta
Masyarakat (PSM) memang sangat erat dengan pengubahan cara pandang
masyarakat terhadap pendidikan. Ini tentu saja bukan hal yang mudah untuk
dilakukan. Akan tetapi, bila tidak sekarang dilakukan dan dimulai, kapan rasa
memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat dengan
tingkatan maksimal dapat diperoleh dunia pendidikan.
Oleh karena itu, sebagai salah satu lingkungan terjadinya kegiatan
pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
berlangsungnya segala aktivitas yang menyangkut masalah pendidikan. Untuk itu
bahan apa yang akan diberikan kepada anak didik sebagai generasi tadi harus
disesuaikan dengan keadaan dan tuntunan masyarakat di mana kegiatan pendidikan
berlangsung.
Ada 7 tingkatan peran serta masyarakat (dirinci dari tingkat partisipasi
terendah ke tinggi), yaitu:
1. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Pada
tingkatan ini masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik
anak-anak mereka.
2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga.
Pada PSM (Peran Serta Masyarakat) jenis ini masyarakat berpartisipasi
dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan
dana, barang, atau tenaga.
9
3. Peran serta secara pasif. Masyarakat dalam tingkatan ini menyetujui dan
menerima apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah), misalnya
komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya
yang bersekolah dan orang tua menerima keputusan itu dengan
mematuhinya.
4. Peran serta melalui adanya konsultasi. Pada tingkatan ini, orang tua
datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang
dialami anaknya.
5. Peran serta dalam pelayanan. Orang tua/masyakarat terlibat dalam
kegiatan sekolah, misalnya orang tua ikut membantu sekolah ketika ada
studi tur, pramuka, kegiatan keagamaan, dsb.
6. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan. Misalnya sekolah meminta orang
tua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan,
masalah jender, gizi, dsb. Dapat pula misalnya, berpartisipasi dalam
mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar sekolah dapat
menampungnya, menjadi nara sumber, guru bantu, dsb.
7. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orang tua/masyarakat
terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non
akademis, dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS).
Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran masyarakat sangatlah besar
terhadap pendidikan. Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Segala
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga
dan di lingkungan sekolah akan berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam
masyarakat.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus
kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life education). Untuk
mewujudkan pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari adanya peran keluarga,
pemerintah, dan masyarakat. Antara keluarga, pemerintah, dan masyarakat
diprasyaratkan adanya keserasian serta kerjasama yang erat dan harmonis.
Dari beberapa pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Antara tiga komponen penyelenggara pendidikan (keluarga, sekolah, dan
masyarakat) masing-masing mempunyai korelasi. Artinya, ketika anak didik berada
dalam posisi ketiga (masyarakat), tidaklah hilang peranan keluarga dan sekolah.
Ketika anak tersebut mendapat suatu masalah yang solusinya tidak ditemukan di
masyarakat maka dia harus flashback kepada sekolah bahkan keluarga karena
antara tiga badan tersebut terdapat hubungan atau kesinambungan yang sangat erat.
2. Keluarga adalah sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama yang merupakan
pondasi pendidikan anak terutama masalah akhlak untuk melanjutkan pendidikan
yang selanjutnya yaitu sekolah (formal). Seseorang akan menjadi warga
masyarakat yang baik sangat tergantung pada sfat-sifat yang tumbuh dalam
kehidupan keluarga dimana anak dibesarkan dan kelak kehidupan anak tersebut
jika mempengaruhi masyarakat sekitarnya sehingga pendidikan keluarga itu
merupakan dasar terpenting kehidupan anak sebelum masuk sekolah dan terjun ke
dalam masyarakat.
3. Sekolah sebagai lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, di sinilah pribadi
peserta didik dibentuk tetapi tidak menafikan peranan keluarga, peran keluarga di
sini berubah menjadi pengawas atau tepat curhat bagi anak didik tentang
lingkungan yang ada di sekitarnya. Dengan sekolah kaum beragama mendidik
putra-putrinya untuk menjadi orang yang melanjutkan dan memperjuangkan
agama. Dan karena sekolah itu sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk
tempat pendidikan, maka dapatlah digolongkan sebagai lembaga pendidikan kedua

11
setelah keluarga, lebih-lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendidikan keluarga
dengan guru sebagai ganti orang yang harus ditaati.
4. Masyarakat dikatakan sebagai lembaga pendidikan ketiga karena mempunyai sifat
dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup tanpa batasan yang jelas dan
keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya.

12
13

Anda mungkin juga menyukai