Anda di halaman 1dari 10

D.

Lingkungan Pendidikan
Menurut Tirtahardja (2004) lingkungan pendidikan adalah tempat
seseorang memperoleh pendidikan secara langsung atau tidak langsung. Oleh
karena itu, lingkungan pendidikan ada yang bersifat social dan material.
Lingkungan pendidikan secara garis besarnya oleh Ki Hajar Dewantoro di
bagi menjadi tiga yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga,
sekolah, dan masyarakat, hal itu sejalan dengan yang di nyatakan oleh
Langelevd bahwa yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah
keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah
keluarga kecil karena hubungan sedarah. Keluarga bisa berbentuk keluarga inti
(ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga diperluas (disamping inti, ada orang lain
seperti kakek, nenek, ipar, dan lain sebagainnya). Pada umumnya jenis kedualah
yang banyak dijumpai di Indonesia. Meskipun pada mulanya ibu yang paling
berpengaruh dalam perkembangan anak, namun pada akhirnya anggota keluarga
lainnya ikut memengaruhi perkembangan anak. Di samping factor iklim social itu,
factor-faktor lain dalam keluarga juga ikut memengaruhi perkembangan anak
seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahan dan lain
sebagainya. Dengan demikian perkembangan anak dipengaruhi oleh seluruh
situasi dan kondisi keluarga
Menurut Abdul (2012: 157-159) keluarga merupakan unit pertama dan
institusi pertama dalam masyarakat yang di dalamnya hubungan-hubungan yang
terdapat di dalamnya bersifat langsung. Di situlah berkembang individu dan
terbentuknya tahap-tahap awal proses pemasyarakatan. Melalui interaksi tersebut
diperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai, emosi, dan sikapnya
dalam hidup dan dengan itu diperoleh ketenangan dan ketentraman Anak di
lahirkan dan dibesarkan dalam keluarga. Anak mendapatkan asuhan dan buaian
pertama kali oleh keluaga melalui ibu bapaknya. Sebelum ia bisa berbuat sesuatu
untuk kepentingan dirinya, bapak dan ibunya yang memberikan pemenuhan
kebutuhan anak seperti makan, kasih sayang, perlindungan sebagaimana yan anda
rasakan sewaktu masih kecil. Ibunya yang menyusuinya sewaktu masi kecil dan
menyuapinya sampai ia bisa makan sendiri. Kedua orang yang menuntunya
sampai ia menuju kedewasaan.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalm
membentuk generasi muda. Keluarga disebut pula sebagai lembaga pendidikan
informal. Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang tidak
diorganisasikan secara structural dan tidak mengenal sama sekali penjenjangan
kronologis menurut tingkatan umum maupun tingkatan keterampilan dan
pengetahuan.

1
Menurut Langgulung (1995) secara sosiologis keluarga adalah bentuk
masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terkait suatu keturunan,
yakni kesatuan antara ayah, ibu, dan anak yang merupakan kesatuan kecil dari
bentuk kesatuan masyarakat. Keluarga sebagai lingkungan pertama bagi individu
dimana ia berinteraksi. Dari interaksi ini selanjutnya individu memperoleh unsur
dan ciri dasar bagi pembentukan kepribadiannya melalui akhlak, nilai-nilai,
kebiasaan-kebiasaan dan emosinya untuk ditampakkan dan sikap hidup dan
tingkah laku.
Pendidikan dalam keluarga Ketika fase kanak-kanak merupakan pendidikan
yang paling baik untuk menanamkan nilai-nilai. Teknik yang paling tepat dalam
proses ini dengan imitasi atau proses pembinaan anak secara tidak langsung
melalui pola dan tingkah laku seorang ayah dan ibu. Orangtua mendidik untuk
memberikan pengetahuan kepada anak-ananya serta menanamkan sikap dan
mengembangkan keterampilannya. Memberikan contoh sebagai keluarga yang
ideal dan bertanggung jawab dalam kehidupan keluarga.
Dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya meliputi
hal-hal sebagai berikut.
- Dorongan/ motivasi cinta kasih hubungan orangtua dengan anak. Cinta
kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab, dan
mengabdikan dirinya untuk sang anak.

- Dorongan/ motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan


orangtua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai-
nilai religius spiritual yang dijiwai Ketuhanan Yang Maha Esa dan agama
masing-masing disamping didorong oleh kesadaran memelihara martabat
dan kehormatan keluarga.

- Tanggung jawab social sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya
juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan
kemanusiaan.
Arti penting keluarga bukan hanya bagi individu di dalamnya, akan tetapi
juga bagi masyarakat yang terbentuk dari berbagai institusi keluarga. Keluarga
menjadi ukuran ketat tidaknya suatu masyarakat dalam menjaga nilai-nilai
kebudayaan yang dipindahkan melalui pendidikan di dalamnya Menurut Abdul
(2012: 159:164) dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak dari orangtua
meliputi tujuh hal berikut:
- Dasar pendidikan budi pekerti dengan cara memberikan norma pandangan
hidup tertentu walaupun masih dalam pola yang masih sederhana.

2
- Dasar-dasar pendidikan social dengan cara melatih anak dengan tata cara
bergaul dan berkomunikasi yang baik terhadap lingungan social sekitar.
- Dasar pendidikan intelek dengan cara mengajar anak tentang kaidah-kaidah
bertutur bahasa yang baik.

- Dasar pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang baik dan wajar


dengan membiasakan anak hidup teratur bersih, disiplin, dan rajin.

- Dasar pendidikan kekeluargaan dengan memberikan apresiasi terhadap


keluarga

- Dasar pendidikan nasionalisme dan patriotism dan berperikemanusiaan


untuk mencintai bangsa dan tanah air.

- Dasar pendidikan agama, melatih dan membiasakan anak beribadah kepada


tuhan dengan meningkatkan aspek keimanan dan ketakwaan.

Lingkungan keluarga berpengaruh kepada anak dari sisi:


(a). Perlakuan keluarga terhadap anak.
(b). kedudukan anak dalam keluarga.
(c). keadaan ekonomi keluarga.
(d). keadaan pendidikan keluarga.
(e). pekerjaan orangtua.

2. Lingkungan Sekolah
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya
besar sekali terhadap jiwa anak. Karena itu di samping keluarga sebagai pusat
pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk
pembentukan kepribadian anak. Karena sekolah itu sengaja disediakan atau
dibangun khusus untuk tempat pendidikan, dapatlah ia digolongkan sebagai
tempat atau lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, lebih-lebih mempunyai
fungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagai ganti orangtua yang
harus ditaati (Ahmadi, 1991). Pendidikan di sekolah, biasanya di sebut sebagai
pendidikan formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi,
metode, alat-alatnya disusun eksplisit, sistematis dan distandarisasikan (Azra,
1998). Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas-asas tanggung jawab berikut ini.

3
- Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (undangundang
pendidikan).

- Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat


pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan Negara.

- Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab professional pengelola dan


pelaksana pendidikan (para guru dan pendidik) yang menerima ketetapan ini
berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya. Tanggung jawab ini merupakan
pelimpahan tanggung jawab dan kepercayaan orangtua (masyarakat) kepada
sekolah dari para guru.

Sekolah, yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia
masuk sekolah sampai ia keluar sekolah dengan pendidikan (guru) yang
mempunyai kompetensi professional, personal, social dan pedagogis. Pembinaan
dan pengembangan kepribadian anak di sekolah diorientasikan pada tujuan
tertentu sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah, diantaranya diorientasikan
kepada kehidupan masyarakat dalam rangka menumbuhkan nilai-nilai budaya
yang ada pada masyarakat di sekitarnya.
Menurut Abdul (2012: 164: 167) sekolah sebagai pendidikan formal di
rancang sedemikian rupa agar lebih efektif dan efisien, yaitu bersifat kasikal dan
berjenjang. Sekolah memiliki ciri jenjang dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Jenjang Lembaga
Sekolah dirancang dengan berbagai tingkatan, dari taman kanakkanak (TK),
sampai perguruan tinggi (PT). sebagian di kelola oleh kementrian pendidikan
Nasional dan sebagian lainnya dikelola oleh kementrian Agama.
- Jenjang kelas
Disamping berjenjang ke atas menurut tingkatan lembaga, juga berjenjang
menurut tingkatan kelas. Seperti pada jenjang lembaga, murid hanya bisa
mengikuti pendidikan pada kelas yang lebih tinggi bilamana ia telah dapat
menyelesaikan pendidikannya di tingkat sebelumnya. Jenjang kelas ini bervariasi.
Pada tingkatan SD/MI terdiri dari enam kelas, SMP/MTs tiga kelas, dan
SMA/MA termasuk sekolah yang sederajat tiga kelas. Adapun pada jenjang PT
tidak ditentukan oleh jenjang kelas, tetapi sejauh mana mahasiswa dan mahasiswi
dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan kecepatannya.

4
Sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid-muridnya, lebih-lebih bila dikaitkan dengan
pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing secara
global. Maka pembangunan sekolah dianggap sebagai investasi yang prospektif
demi menyongsong kemajuan bangsa.
3. Lingkungan masyarakat
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara
sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok
yang di ikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat
mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan system kekuasaan tertentu.
Lembaga pendidikan ini berorientasi langsung kepada hal-hal yang bertalian
dengan kehidupan. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang
menunjang pendidikan keluarga dan sekolah. Masyarakat besar pengaruhnya
dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin
masyarakat atau penguasa di dalamnya (Daradjat, 1992).
Sekalipun terdapat tanggung jawab pendidikan perseorangan dan pribadi, ia
tidak lah mengabaikan tanggung jawab yang social yang menjadikan masyarakat
sebagai masyarakat solidaritas, berpadu dan kerja sama membina dan
memertahankan kebaikan. Semua angggota masyarakat memikul tanggung jawab
membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan,
memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang munkar dimana tanggung jawab
manusia melebihi perbuatan-perbuatannya dan maksud-maksudnya, sehingga
mencakup masyarakat tempat ia hidup dan alam sekitar yang mengelilinginya.
Islam tidak membebaskan manusia dari tanggung jawab tentang apa yang berlaku
pada masyarakatnya dan apa yang terjadi disekelilingnya atau terjadi dari orang
lain. Corak dan ragam pendidikan yang di alami seseorang dalam masyarakat
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan
pengertian (pengetahuan) sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan
keagamaan.

E. Bahan-bahan Pendidikan Kepramukaan


• Pendidikan Kepramukaan Ekstrakurikuler Wajib Bagi Siswa
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar sampai Pendidikan Menengah. Pendidikan Kepramukaan
dilaksanakan untuk menginternalisasikan nilai ketuhanan, kebudayaan,
kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, dan kemandirian pada
peserta didik. Diharapkan nilai-nilai dalam sikap dan keterampilan sebagai muatan
Kurikulum 2013 dan muatan Pendidikan Kepramukaan dapat bersinergi secara
koheren.

5
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan Peserta Didik di
luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar
Peserta Didik dapat mengembangkan kepribadian, minat, dan kemampuannya di
berbagai bidang di luar bidang akademik. Ekstrakurikuler Wajib merupakan
program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali
bagi Peserta Didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkan untuk
mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler tersebut. Gerakan Pramuka adalah organisasi
yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar
lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat,
teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar
Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan
watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (SK. Kwarnas No. 231 Thn 20017).
Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan
hidup, dan akhlak mulia Pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
kepramukaan.
• Muatan Nilai Sikap dan Keterampilan dalam Kurikulum 2013
Sesuai dengan landasan filosofis dan kerangka dasarnya, Kurikulum 2013,
memiliki karakteristik mengandung muatan sikap spiritual, sikap sosial, dan
keterampilan yang sangat signifikan. Muatan sikap dan keterampilan dikemas
secara generik dalam KI-1, KI-2, dan KI-4. Masing-masing Muatan Sikap dan
Keterampilan dalam Kurikulum 2013 adalah:
1) Beriman, 6) Disiplin,
2) Kebhinneka-tunggalikaan, 7) Tanggung-jawab,
3) Toleransi, 8) Percaya diri,
4) Kebersamaan, 9) Berani,
5) Syukur, 10) Dsb

• Muatan Nilai Sikap dan Kecakapan Pendidikan Kepramukaan Muatan Nilai


Sikap dan Kecakapan Pendidikan Kepramukaan yang terkandung dan
dikembangkan dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU) adalah:
1) Keimanan kepada Tuhan YME,
2) Ketakwaan kepada Tuhan YME,
3) Kecintaan pada alam,
4) Kecintaan kepada sesama manusia,
5) Kecintaan kepada tanah air Indonesia,

6
6) Kecintaan kepada bangsa Indonesia,
7) Kedisiplinan,
8) Keberanian,
9) Kesetiaan,
10)Dsb

• Pola, Rincian Kegiatan dan Teknik Penerapan


a. Pola kegiatan pendidikan kepramukaan adalah sebagai berikut:

1. Upacara pembukaan dan penutupan: Perindukan Siaga, Pasukan


Penggalang, dan Ambalan Penegak

2. Keterampilan Kepramukaan (Scouting Skill): Simpul dan Ikatan


(Pioneering), Mendaki Gunung (Mountenering), Peta dan Kompas
(Orientering), Berkemah (Camping), Wirausaha, Belanegara, Teknologi, dan
Komunikasi.

b. Rincian kegiatan kepramukaan meliputi: Berbaris, Memimpin, Berdoa, Janji,


Memberi hormat, Pengarahan, Refleksi, Dinamika kelompok, Permainan,
Menghargai teman, Berkomunikasi, Menolong, Berempati, Bersikap adil,
Cakap berbicara, Cakap motorik, Kepemimpinan, Konsentrasi, Sportivitas,
Simpul dan ikatan, Tanda jejak, Sandi dan isyarat, Jelajah, Peta, Kompas,
Memasak, Tenda, Menaksir, Halang rintang

c. Prosedur Pelaksanaan Model Blok Kurikulum 2013 Pendidikan Kepramukaan


sebagai Ekstrakurikuler Wajib.

1. Peserta Didik dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok


didampingi oleh seorang Pembina Pramuka dan atau Pembantu
Pembina.

2. Pembina Pramuka melaksanakan Kegiatan Orientasi Pendidikan


Kepramukaan.

3. Guru kelas/Guru Mata Pelajaran yang bukan Pembina Pramuka


membantu pelaksanaan kegiatan.

7
4. Orientasi Pendidikan Kepra-mukaan.

5. Prosedur Pelaksanaan Model Aktualisasi Kurikulum 2013


Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib

6. Guru kelas/Guru Mata Pelajaran mengidentifikasi muatan-muatan


pembelajaran yang dapat diaktualisasikan di dalam kegiatan
Kepramukaan.

7. Guru menyerahkan hasil identifikasi muatan-muatan


pembelajaran kepada Pembina Pramuka untuk dapat
diaktualisasikan dalam kegiatan Kepramukaan.

8. Setelah pelaksanaan kegiatan Kepramukaan, Pembina Pramuka


menyampaikan hasil kegiatan kepada Guru kelas/Guru Mata
Pelajaran.

• Penilaian
a. Penilaian Pendidikan Kepramukaan mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Penilaian dilakukan secara kualitatif.

2. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan


keikutsertaan peserta didik.

3. Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai minimal


baik pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester.

4. Nilai yang diperoleh pada kegiatan Pendidikan Kepramukaan


sebagai Ekstrakurikuler Wajib berpengaruh terhadap kenaikan
kelas peserta didik.

5. Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu


mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapai nilai baik.
b. Teknik Penilaian

1. Teknik penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian


diri, dan penilaian antarpeserta didik.

2. Teknik penilaian keterampilan dilakukan melalui demonstrasi


keterampilannya.

8
c. Proses penilaian

1. Proses penilaian dilaksanakan setiap kali latihan dan setiap hari


di dalam proses pembelajaran.

2. Proses penilaian sikap dilaksanakan dengan metode observasi.

3. Proses penilaian Keterampilan Kepramukaan disesuaikan


dengan Kompetensi Dasar dari masing-masing Tema dan
Matapelajaran sebagai penguatan yang bermuatan Nilai Sikap
dan Keterampilan dalam Kurikulum 2013.

4. Proses Penilaian dilakukan oleh Teman, Guru Kelas/Guru


Matapelajaran, pemangku kepentingan dan/atau Pembina
Pramuka.

5. Rekapitulasi Penilaian dilakukan oleh Guru Kelas/Guru


Matapelajaran selaku Pembina Pramuka.

9
DAFTAR PUSTAKA
Abul Kadir. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Anggaran dasar Gerakan Pramuka. BAB IV. Pasal 10 (KEPRES No. 34 Tahun
1999)
Anggaran dasar Gerakan Pramuka. BAB IV. Pasal 11 (KEPRES No. 34 Tahun
1999)
Anggaran dasar Gerakan Pramuka. BAB IV. Pasal 12 (KEPRES No. 34 Tahun
1999)
Anggaran dasar Gerakan Pramuka. BAB IV. Pasal 14 (KEPRES No. 34 Tahun
1999)
Aprianto, I., Alhaddad, M. R., Fauzi, H., Gusvita, M., Sahroni, M. P. I., Nasution,
F., & Sopian, A. (2020). Manajemen Peserta Didik. Penerbit Lakeisha.
Gesmi, I., Sos, S., & Yun Hendri, S. H. (2018). Buku Ajar Pendidikan Pancasila.
Uwais Inspirasi Indonesia.
Langgulung, H. (1995). Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Alhusna Zikra Syafril,
M. P., & Zen, Z. (2019). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Prenada Media.
Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka.
https://smpn1kanigoro.sch.id/2019/02/18/pendidikan-
kepramukaanekstrakurikuler-wajib-bagi-siswa/

10

Anda mungkin juga menyukai