Anda di halaman 1dari 50

Bab TRI PUSAT

PENDIDIKAN
3

A. PENDAHULUAN

P endidikan memiliki peranan yang sangat


penting dalam mengembangkan berbagai
potensi yang dimiliki oleh peserta didik,
dan membekali mereka menjadi individu yang memiliki
kepribadian yang sesuai dengan harapan keluarga dan
masyarakat. Melalui pendidikan, mereka diharapkan
memiliki kemampuan dan wawasan yang luas dalam
merencanakan dan mempersiapkan kehidupan yang lebih
baik di masa mendatang.Untuk mewujudkan harapan
tersebut, maka pendidikan tidak akan terlepas dari pengaruh
lingkungan, karena selama hidupnya peserta didik akan
selalu belajar dan mendapat pengaruh dari lingkungannya.
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pendidikan sering
disebut dengan lingkungan pendidikan. Lingkungan yang
sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat, yang
sering disebut dengan istilah tri pusat pendidikan.
Lingkungan keluarga memiliki peran yang sangat
besar dalam membentuk kepribadian seorang anak,
dimana keluarga merupakan pendidikan yang pertama
dan utama bagi anak dalam mempelajari berbagai hal yang
terkait dengan kehidupan. Lingkungan sekolah berfungsi

Pengantar Pendidikan • 73
untuk melanjutkan pendidikan dalam keluarga, yang dapat
memberikan sumbangan dalam mengembangkan potensi
yang dimiliki peserta didik secara maksimal. Pendidikan
di sekolah dapat memberikan pengajaran agar peserta
didik menguasai ilmu pengetahuan, cerdas, mempunyai
pemikiran yang matang, serta memiliki akhlak yang mulia
sesuai dengan harapan keluarga dan masyarakat. Sedangkan
lingkungan masyarakat sebagai tempat berlangsungnya
kehidupan peserta didik juga memiliki andil yang sangat
besar dalam membentuk kepribadian anak. Selain itu,
lingkungan pendidikan di masyarakat berperan dalam
meningkatkan keterampila hidup (life skill) agar anak
mampu mengantisipasi dan menghadapi tantangan hidup
di masa yang akan datang.
Berdasarkan perbedaan pada ketiga lingkungan
pendidikan tersebut, maka pelaksanaan pendidikan dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu pendidikan informal,
pendidikan formal, dan pendidikan non formal. Pendidikan
informal merupakan pendidikan yang didapatkan seorang
anak selama berada dalam bimbingan orang tua atau
keluarganya. Pendidikan informal terjadi secara alamiah,
tidak berjenjang dan tidak menggunakan aturan-aturan
tertentu. Sedangkan pendidikan formal terjadi dalam
suasana yang direncanakan dengan matang, melalui kegiatan
pembelajaran yang berjenjang dan berkesinambungan,
serta terdapat aturan-aturan tertentu. Pendidikan non
formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat, dimana pelaksanaan pendidikannya biasanya
tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan, tidak
terdapat aturan-aturan yang tertentu, dan tidak memiliki
kurikulum yang ketat.

74 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
B. PENDIDIKAN INFORMAL
Salah satu jalur pendidikan yang di atur dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003
adalah jalur pendidikan informal. Jalur pendidikan informal
memiliki arti yang sangat penting dalam menanamkan
nilai-nilai dan membentuk peserta didik menjadi individu
yang memiliki kepribadian yang utuh.

1. Lembaga Pendidikan Informal.


Dalam UU No 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa
pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Amin(
2017) pendidikan informal adalah proses yang berlangsung
sepanjang usia sehingga hasilnya setiap individu memperoleh
nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber
dari pengalaman hidup sehari-hari, termasuk di dalamnya
adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan
tetangga, pekerjaan, permainan, pasar, perpustakaan
dan media massa. Sedangkan Ihsan (2010) menyatakan
bahwa pendidikan informal adalah usaha pendidikan yang
diselenggarakan secara sengaja, tetapi tidak berencana dan
tidak sistematis di luar pendidikan sekolah.
Sejalan dengan pendapat di atas, Azra (Kadir,
2012) menyatakan bahwa pendidikan informal adalah
kegiatan pendidikan yang tidak diorganisasikan secara
struktural dan tidak mengenal sama sekali penjenjangan
kronologis menurut tingkatan umum maupun tingkatan
keterampilan dan pengetahuan. Lebih lanjut Livingstone
(Sudiapermana, 2015) mendefinisikan pendidikan
informal adalah setiap aktifitas yang melibatkan pristiwa

Pengantar Pendidikan • 75
pemahaman, pengetahuan, atau kecakapan yang terjadi
di luar kurikulum lembaga yang disediakan oleh program
pendidikan, kursus atau lokakarya. Hal ini berarti bahwa
pembelajaran informal bisa terjadi di setiap konteks di luar
kurikulum lembaga formal dan non formal.
Keluarga mengambil peran penting dalam pendidikan.
Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lembaga
pendidikan pertama dan utama bagi anak. Pendidkan dalam
keluarga sama maknanya dengan pendidikandalam rumah
yang di mulai sejak usia dini. Dasar-dasar tanggung jawab
keluarga terhadap anak diuraikan oleh Syam (Husamah,
dkk, 2015: 64), antara lain:
1. Dorongan/motivasi cinta kasih sayang yang
menumbuhkan sikap relmengabdikan hidupnya untuk
sang anak.
2. Dorongan/motivasi kewajiban moral sebagai
konsekuensi kedudukan orang tua terhadap
keturunannya, meliputi nilai religius yang dijiwai
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menjaga martabat
dan kehormatan keluarga.
3. Tanggung jawab sosial berdasarkan kesadaran bahwa
keluarga sebagai anggota masyarakat, bangsa, negara,
bukan kemanusiaan.
Pendidikan yang terjadi dalam keluarga didasarkan
atas rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak. Oleh karena
itu, secara alamiah orang tua akan merasa terpanggil untuk
selalu berusaha mendidik dan membimbing anak-anaknya
dengan cara yang terbaik sebagai bentuk kasih sayang
mereka terhadap anaknya. Pendidikan keluarga merupakan
pendidikan yang paling baik untuk menanamkan nilai-
nilai kebaikan dengan cara memberikan tauladan kepada
mereka sebagai bentuk pembinaan secara tidak langsung.

76 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
2. Peran Keluarga dalam Pendidikan
Secara definisi keluarga sebagaimana dikemukakan
Khairuddin (1997) adalah merupakan kelompok sosial
yang kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak,
dimana hubungan sosial antar keluarga bersifat tetap
dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, dan atau
adopsi yang dijiwai kasih sayang dan tanggung jawab.
Dalam hubugan keluarga ini orang tua berperan merawat,
memelihara, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi
agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling
utama karena dalam keluargalah manusia itu dilahirkan,
dibesarkan, dididik agar mampu menyerap norma-
norma yang dijunjung tinggi keluarga, serta dilindungi
dengan penuh kasih sayang. Menurut Vembriarto (1993)
menjelaskan fungsi keluarga sebagai berikut:
1. Fungsi biologis, keluarga merupakan tempat dimana
anak dilahirkan, orang tua yang melahirkan anak dalam
rangka meneruskan keberadaannya dan seterusnya.
2. Fungsi afeksi, dalam keluarga terjalin hubungan yang
penuh kasih sayang dan afeksi. Melalui hubungan
kasih sayang dan kemesraan akan terjalin keakraban,
keharmonisan, persaudaraan, cinta kasih diantara
sesama keluarga, rasa saling memiliki, memberi dan
menerima, serta hubungan yang bersifat persamaan
pandangan terhadap nilai-nilai.
3. Fungsi sosialisasi, fungsi ini berkaitan dengan pola-pola
pelaksanaan penyerapan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
keluarga. Dalam hal ini anak akan belajar sikap, perilaku,
cita-cita, keyakinan dan harapan-harapan bersama.
Melalui sosialisasi ini akan terbentuk kepribadiannya.

Pengantar Pendidikan • 77
Peran keluarga dalam proses sosialisasi memiliki tiga
tujuan sebagaimana diungkapkan oleh Khairuddin (1997)
yaitu;
1. Penguasaan diri; keluarga mengajarkan tentang
bagaimana seorang anak memilikin kemampuan untuk
dapat menguasai diri, sehingga dapat membatasi atau
menahan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan dalam
norma-norma yang berlaku.
2. Nilai-nilai; keluarga mengajarkan tentang nilai-nilai
yang baik, nilai-nilai yang dapat diterima dan dijunjung
tinggi oleh masyarakat, yang dapat membentuk
kepribadian yang baik pada anak, karena jika seorang
anak dibiasakan dengan nilai-nilai yang baik maka
akhirnya anak akan terbiasa bersikap dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai yang biasa ditanamkannya.
3. Peranan-peranan sosial; keluarga harus mengajarkan
tentang pentingnya peran sosial dalam kehidupan,
karena dalam hidup tidak mungkin lepas dari bantuan
dari orang lain sesuai dengan peranannya masing-
masing.
Keluarga merupakan lembagapendidikan informal
yang sangat penting dan menentukan dalam membentuk
kepribadian dan jati diri anak. Dalam keluargalah anak
mendapatkan pendidikan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti, dan
kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima
dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak
sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di
sekolah.
Sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
sifatnya kodrati, dimana orang tua sebagai pendidik dan
anak sebagai terdidik terdapat hubungan darah. Oleh

78 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
karena itu, kewenangannyapun bersifat kodrati, yang
dapat membentuk hubungan pendidik dengan peserta
didik sangat erat. Menurut Ihsan (2010) keluarga sebagai
lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai berikut:
1. Merupakan pengalaman pertama bagi masa
kanak-kanak, yang memiliki peranan penting bagi
perkembangan anak.
2. Dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk
tumbuh dan berkembang, dimana kehidupan emosional
anak sangat penting dalam pembentukan kepribadian
anak.
3. Dapat membentuk pendidikan moral anak melalui
ketauladanan orang tua dalam bertutur kata dan
beprilaku dalam kehidupan sehari-hari guna membentuk
manusia susila.
4. Dalam keluarga akan tumbuh sikap tolongmenolong,
tenggang rasa, sehingga akan tumbuh kehidupan
keluarga yang damai dan sejahtera.
5. Keluarga merupakan lembaga yang memang berperan
dalammeletakkan dasar-dasar pendidikan agama.
6. Keluarga dapat membangun anak sebagai individu yang
memiliki inisiatif, kreatif, memiliki kehendak,tanggung
jawab,keterampilan, dan kegiatan lain sesuai dengan
yang ada di dalam keluarga.
Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah
pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap
anak-anak dan yang diterimanya dari kodrat, dimana
orang tua sudah seharusnya mengutamakan kepentingan
dan kebutuhan anak-anaknya, dan mengesampingkan
keinginan dan kesenangan dirinya sendiri.Keluarga sebagai
lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam

Pengantar Pendidikan • 79
membentuk generasi muda.Keluarga disebut pula sebagai
lembaga pendidikan informal.
Pendidikan dalam keluarga memiliki sistem jaringan
interaksi yang lebih bersifat hubungan interpersonal dimana
masing-masing anggota dalam keluarga dimungkinkan
mempunyai intensitas hubungan satu sama lain, antara ayah
dan ibu, ayah dan anak, maupun antara anak dengan anak
(Khairuddin, 1997). Di dalam keluarga seorang anak belajar
bersosialisasi dan berinteraksi agar ketika dewasa mampu
melakukan hubungan yang baik dengan lingkungan dan
masyarakat sekitar.Keluarga merupakan miniatur terkecil
dari masyarakat yang bertanggung jawab mendidik individu
anak agar menjadi masyarakat yang bermoral.

3. Implikasi Pendidikan Informal


Setiap orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik
dan membimbing anak-anaknya agar menjadi individu
yang diharapkan oleh masyarakat. Mendidik anak adalah
kewajiban orang tua, dan memang dalam diri manusia
ada naluri untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya
dengan tulus dan penuh rasa kasih sayang. Dalam kaitannya
dengan pendidikan pertama dan utama, keluarga sebagai
lembaga pendidikan informal dapat berimplikasi (Agustini,
2018) pada hal-hal:
1. Anak memiliki pengetahuan dasar-dasar keagamaan;
Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan
utama sangat berperan dalam proses internalisasi dan
transfomasi nilai-nilai keagamaan ke dalam pribadi
anak.
2. Anak memiliki pengetahuan dasar akhlak; keluarga
merupakan penanaman utama dasar-dasar akhlak bagi
anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan prilaku
orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak.

80 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
3. Anak memiliki pengetahuan dasar sosial; merupakan
lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada anak,
atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal
kehidupan sosial pertama-tama di dalam lingkungan
keluarga. Adanya interaksi anggota keluarga yang satu
dengan keluarga yang lain menyebabkan seorang anak
menyadari akan dirinya bahwa ia berfungsi sebagai
individu dan juga sebagai makhluk sosial.
Begitu kaya dan potensial pendidikan dan
pembelajaran informal yang dilakukan dalam keluarga,
dimana pendidikan dan pembelajaran informal bermakna
untuk merubah kehidupan (khususnya perkembangan
anak-anak). Oleh karena itu, mengingat pentingnya
keluarga sebgaai lembaga pendidikan informal, maka
sudah seharusnya orang tua sebagai bagian dari keluarga
inti meperhatikan bagaimana membimbing, mendidik,
membina ,dan mengarahkan anak-anak mereka sehingga
tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berkarakter
baik.

C. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan
yang diselenggarakan di sekolah. Selain pendididikan
informal, pendidikan formal juga memiliki peran yang
sangat penting dalam mengembangkan berbagai potensi
yang dimiliki oleh peserta didik. Melalui pengajaran yang
dilakukan dalam pendidika formal, peserta didik diharapkan
dapat menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang dapat
mengantarkan mereka menjadi individu yang ahli dalam
bidangnya masing-masing.

Pengantar Pendidikan • 81
1. Lembaga Pendidikan Formal
Dalam UU No20 Tahun 2003 disebutkan bahwa
jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai
dasar, tujuan, isi, metode dan alat-alat yang disusun secara
eksplisit, sistematis dan distandarisasikan (Agustini, 2018).
Sedangkan Combs (Husamah dkk, 2015) menyatakan
bahwa pendidikan formal adalah pendidikan yang
berstruktur, mempunyai jenjang/tingkat, dalam periode
waktu tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai
universitas dan tercakup di samping studi akademis umum,
juga berbagai program khusus dan lembaga untuk latihan
teknis dan profesional.
Melalui pendidikan formal, peserta didik dapat
dikembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta
nilai-nilai. Pendidikan formal juga sering diartikan sebagai
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
dilaksanakan di lingkungan sekolah. Sekolah mempunyai
tujuan untuk membimbing, mengarahkan dan mendidik
sehingga lembaga tersebut menghendaki kehadiran
kelompok-kelompok umur tertentu dalam ruang-ruang
kelas yang dipimpin oleh guru untuk mempelajari
kurikulum bertingkat.
Oleh karena itu pendidikan di sekolah formal yang
diselenggarakan di sekolah harus dirancang dan dikelola
dengan baik. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Pasal
1 ayat 11 UU RI No. 20 Tahun 2003). Ditegaskan pada
Pasal 14 bahwa: “Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi”.
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan keterampilan,
menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam
masyarakat, serta mempersiapkanpeserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan Dasar pada
prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan
bekal dasar bagi perkembangan kehidupan, baik untuk
pribadi maupun untuk masyarakat. Pasal 17 UU RI No.
20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: (1) Pendidikan dasar
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. (2) Pendidikan dasar berbentuk
sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama
(SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat. (3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.Penjelasan atas pasal
17 ayat (2) menyatakan bahwa “Pendidikan yang sederajat
dengan SD/MI adalah program seperti Paket A dan yang
sederajat dengan SMP/MTs adalah program seperti Paket
B.
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan Menengah adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbale
balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar,
serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.Pasal 18 UU RI
Tahun 2003 menyatakan bahwa (1) Pendidikan menengah
merupakan lanjutan pendidikan dasar. (2) Pendidikan

Pengantar Pendidikan • 83
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. (3) Pendidikan menengah
berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah
(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah
aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. (4)
Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah. Dalam Penjelasan atas pasal
18 ayat (3) di atas dikemukakan bahwa: “Pendidikan yang
sederajat dengan SMA/MA adalah program seperti Paket
C.
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota
masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi
yang bersifat akademik dan professional sehingga dapat
menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka
pembangunan nasional danmeningkatkan kesejahteraan
manusia. Pasal 19 UU RI No. 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa (1) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor
yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. (2) Pendidikan
tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Menurut
Pasal 20 bahwa (1) Perguruan tinggi dapat berbentuk
akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
(2) Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program
akademik, profesi, dan/ atau vokasi.
Pasal 21 menyatakan bahwa (1) Perguruan tinggi yang
memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan berhak

84 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
menyelenggarakan program pendidikan tertentu dapat
memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi sesuai
dengan program pendidikan yandiselenggarakannya. (2)
Perseorangan, organisasi, ataupenyelenggara pendidikan
yang bukan perguruan tinggi dilarangmemberikan
gelar akademik, profesi, atau vokasi. (3) Gelarakademik,
profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan
dariperguruan tinggi yang dinyatakan berhak memberikan
gelarakademik, profesi, atau vokasi. (4) Penggunaan gelar
akademik,profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi
hanya dibenarkandalam bentuk dan singkatan yang diterima
dari perguruan tinggiyang bersangkutan. (5) Penyelenggara
pendidikan yang tidakmemenuhi persyaratan pendirian
sebagaimana dimaksud dalamayat (1) atau penyelenggara
pendidikan bukan perguruan tinggi yangmelakukan
tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) dikenakan
sanksi administratif berupa penutupanpenyelenggaraan
pendidikan.(6) Gelar akademik, profesi, atauvokasi yang
dikeluarkan oleh penyelenggara pendidikan yang tidaksesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ataupenyelenggara pendidikan yang bukan perguruan
tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dinyatakan
tidak sah.(7) Ketentuan mengenai gelar akademik, profesi,
atau vokasisebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4),ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Kemudian Pasal 22 menyatakan bahwa: “Universitas,
institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program
doktor berhak memberikan gelar doktor kehormatan
(doktor honoris causa) kepada setiap individu yang layak
memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa
yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni”.

Pengantar Pendidikan • 85
Sementara itu Pasal 23 menjelaskan bahwa: (1) Pada
universitas, institut, dan sekolah tinggi dapat diangkat guru
besar atau profesor sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (2) Sebutan guru besar atau
profesor hanya dipergunakan selama yang bersangkutan
masih aktif bekerja sebagai pendidik di perguruan tinggi.
Selanjutnya Pasal 24 menegaskan bahwa: (1) Dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, pada perguruan tinggi berlaku kebebasan
akademik dan kebebasan mimbar akademik serta otonomi
keilmuan. (2) Perguruan tinggi memiliki otonomi
untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah,
dan pengabdian kepada masyarakat. (3) Perguruan tinggi
dapat memperoleh sumber dana darimasyarakat yang
pengelolaannya dilakukan berdasarkan prinsip akuntabilitas
publik. (4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan
pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah. Sehubungan dengan itu dalam Pasal 25
termaktub: (1) Perguruan tinggi menetapkan persyaratan
kelulusan untuk mendapatkan gelar akademik, profesi,
atau vokasi. (2) Lulusan perguruan tinggi yang karya
ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik,
profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut
gelarnya. (3) Ketentuan mengenai persyaratan kelulusan
dan pencabutan gelar akademik, profesi, atau vokasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2. Peran Pendidikan Formal


Sekolah sebagai peletak dasar pendidikan ilmiah
tidak terlepas dari fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan

86 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
formal.Sekolah merupakan lembaga sosial formal dan biasa
juga disebut sebagai satu organisasi yang terikat kepada tata
aturan formal, berprogram dan bertarget atau memiliki
sasaran yang jelas serta memiliki struktur kepemimpinan
penyelenggaraan atau pengelolaan yang resmi.Tugas
sekolah bukanlah semata-mata mengajar anak-anak
membaca, menulis dan berhitung.Tetapi tugasnya adalah
mempersiapkan anak-anak untuk mengisi kebutuhan
masyarakat tempat tinggalnya dan untuk menempuh
kehidupan yang sempurna, sehingga mereka mendapat
kebahagiaan bersama masyarakatnya. Selain itu, Sekolah
mempunyai fungsi yang sangat penting dan sangat khusus
untuk menciptakan makhluk baru yang dibentuk sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam konteks pendidikan nasional dalam rangka
pembangunan manusia seutuhnya (manusia sebagai
makhluk individu, sosial, susila, dan religius), maka
pendidikan formal berfungsi (Ihsan, 2010) sebagai berikut:
1. Pendidikan formal harus dapat menumbuhkembangkan
anak sebagai makhluk individu melalui pembekalan
dalam semua bidang studi.
2. Dalam pendidikan formal perlu dikembangkan sikap
sosial, gotong royong, toleransi, demokrasi, dan
sejenisnya untuk membantu menumbuh kembangkan
sikap sosial anak.
3. Dalam pendidikan formal, anak perlu mendapatkan
pendidikan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman
pancasila, pendidikan agama dan pembinaan watak,
melalaui bidang studi yang relevan, sehingga
akhirnyaakan terbentuk manusia susila yang cakap,
yang mampu menampilkan dirinya sesuai dengan nilai
dan norma yang hidup berkembang di masyarakat.

Pengantar Pendidikan • 87
4. Dalam pendidikan formal, khususnya dalam bidang
pendidikan agama harus mampu menumbuhkembagkan
anak sebagai makhluk religius.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah sudah
seharusnya menjadi pusat pendidikan yang mampu
menyiapkan peserta didiknya sebagai warga masyarakat
dan warga negara, dan bahkan warga dunia yang mampu
berkompetisi di masa yang akan datang. Husamah,dkk
(2015) menyatakan bahwa sekolah bertanggung jawab
atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan
kepadanya. Karena itu sumbangan sekolah sebagai lembaga
pendidikan adalah:
1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-
kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti
yang baik.
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan
di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat di
berikan di rumah.
3. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-
kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung,
mengambarkan kecerdasan, dan pengetahuan.
4. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan,
estetika, membedakan benar atau salah, dan
sebagainya.
Sekolah sebagai tempat diselenggarakannya
pendidikan formal berfungsi unntuk meneruskan
pendidikan dari keluarga untuk menyiapkan peserta didik
dapat menjadi warga masyarakat, bangsa dan negara secara
baik, bermoral, dan beranggung jawab serta diharapka
akan mampu meningkatkan dan mengisis pembangunann
di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sekolah hendaknya mampu sebagai lembaga pendidikan

88 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
yang dapat mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki oleh peserta didik. Melalui pendidikan di sekolah,
anak akan melanjutkan pendidikan yang pernah mereka
dapat di dalam lingkungan keluarganya. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas-asas tanggung jawab (Kadir, 2012) berikut
ini:
1. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan
fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
2. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi,
tujuan, dan tingkat pendidikan yang dipercayakan
padanya oleh masyarakat dannegara.
3. sebagai pendidikan formal dirancang sedemiakian
rupa agar lebih efektif dan efisien, yaitu Tanggung
jawab fungsional adalah tanggung jawab professional
pengelola dan pelaksana pendidikan (pendidik) yang
menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-
ketentuan jabatannya.
Sekolah sebagai pendidikan formal dirancang
sedemikian rupa agar lebih efektif dan efisien, yaitu bersifat
klasikal dan berjenjang. Sistem klasikal memungkinkan
beberapa/sejumlah anak belajarbersama dan dipimpin
oleh seorang ataubeberapa orang guru sebagai fasilitator.
Sekolah sebagai pusat pendidikan merupakan lembaga
mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan
secara optimal ilmu pengetahuandan teknologi. Oleh
karena itu, pendidikan di sekolah seyogyanya secara
seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan,
penguasaan pengetahuan, dan pemilikan keterampilan
peserta didik. Tirtarahardja (2012) memberikan beberapa
alternatif untuk meningkatkan fungsi sekolah sebagai
pusat pendidikan, yaitu:

Pengantar Pendidikan • 89
1. Pengajaran yang mendidik; pengajaran yang secara
serentak memberi peluang pencapaian tujuan
pembelajaran secara maksimal, dimana dalam hal ini
guru dituntut untu memiliki wawasan kependidikan
yang mantap serta menguasai berbagai strategi belajar
mengajar agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana
secara efektif dan efisien.
2. Peningkatan danpemantapan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah, agar program
edukatif ini tidak sekedarsuplemen tetapi menjadi
komplemen yang setara dengan program pengajaran
serta program-program lainnya di sekolah.
3. Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu
pusat sumber belajar (PSB) yang mengelola bukan
hanya bahan pustaka tetapi juga berbagai sumber
belajar lainnya,baik sumberbelajaryang dirancang
maupun yang dimanfaatkan.
4. Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan
sekolah, khususnya yang terkait dengan peserta didik,
pengelola sekolah sebagai pusat pendidikan dan
kebudayaan seharusnya merupakan refleksi dari suatau
masyarakat pancailais sebagaimana yang dicita-citakan
dalam tujuan pendidikan nasional.

3. Implikasi Lembaga Pendidikan Formal


Sekolah adalah lembaga yang sangat penting sasudah
keluarga.Pada waktu anak-anak berusia enam atau
tujuh tahun perkembangan intelek dan daya pikir telah
meningkat sedemikian rupa sehingga pada masa itu disebut
masa keserasian bersekolah.Sekolah memegang peranan
penting dalam pendidikan, karena pengaruhnya besar
sekali terhadap jiwa anak.Maka di samping keluarga sebagai
pusat pendidikan untuk melahirkan pengetahun ilmiah
(sistematis) juga membekali anak dengan seperangkat
90 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
skill yang bersifat teoritis. Menurut Djumramsyah dkk,
(Agustini, 2018: 14-15) Adapun implikasi pendidikan
sekolah adalah sebagai berikut:
a. Lahirnya Pengetahun Ilmiah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
merupakan tempat dan periode yang sangat strategis bagi
pemerintah dan masyarakat untuk membina seseorang
dalam menghadapi masa depannya. Sekolah merupakan
lembaga investasi manusia yang sangat penting untuk
kebutuhan dan kemajuan masyarakat. Investasi tenaga
ini diharapkan mutunya baik dan jumlahnya mencukupi.
Melalui pendidikan di sekolah sebagian besar pembentukan
kecerdasan, sikap dan minat dilaksanakan oleh sekolah,
khusunya dalam kaitannya sebagai pendidikan ilmiah yang
dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.
Selain itu sekolah berfungsi untuk membantu keluarga
menanamkan nilai-nilai pendidikan kepada anak-anak
yang berhubungan dengan sikap dan kepribadian mulia
serta pikiran yang cerdas sehingga nantinya akan menjadi
anggota masyarakat yang bermanfaat sesuai dengan
tuntutan dan tata laku masyarakat yang berlaku seiring
dengan tujuan pendidikan seumur hidup.
b. Lahirnya Seperangkat Pengetahun Skill Anak
Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan
nilai-nilai kehidupan manusia. Di dalam pengembangan
nilai ini, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai
oleh manusia di dalam hidupnya. Sehingga apa yang ingin
dikembangkan merupakan apa yang dapat dimanfaatkan
dari arah pengembangan itu sendiri. Oleh karena itu,
program pendidikan di sekolah harus diupayakan terjadinya
transformasi pengetahuan, pemikiran dan adanya inovasi
bagi perkembangan masyarakat luas.Sebab realitas hidup
masyarakat meningkat bila sekolah selalu bersifat dinamis

Pengantar Pendidikan • 91
dengan mengadakan pembaharuan-pembaharuan dan
menyebarluaskan hasil penemuan dan pembaharuan yang
telah dilakukan. Dalam hal pengaruh sekolah terhadap
masyarakat ini, pada dasarnya tergantung kepada luas
tidaknya produk serta kualitas out put pendidikan sekolah
itu sendiri. Semakin besar out put sekolah dengan disertai
kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas maka tentu saja
pengaruhnya sangat positif terhadap masyarakat.
c. transmisi sosial kebudayaan.
Pada haekaktnya manusia adalah makhluk sosial,
dimana prilakunya hampir seluruhnya didapatkan melalui
interaksi dengan manusia lainnya, baik interaksi yang di
lakukan di rumah, sekolah, tempat permainan, tempat
pekerjaan dan sebagainya. Bahkan pelajaran di sekolah
atau isi pendidikan ditentukan oleh kelompok atau
masyarakat seseorang. Pendidikan sekolah bertugas untuk
mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh masyarakat, sebab salah satu
fungsi sekolah adalah menyampaikan kebudayaan kepada
generasi baru dan karena itu harus selalu memperhatikan
masyarakat dan kebudayaan umum.
Implikasi pendidikan di sekolah sangat besar
pengaruhnya dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
anak. Dengan kurikulum yang sudah terencana secara
sistematis dnsistemik, setelah mendapatkan pendidikan
di sekolah, peserta didik diharapkan memiliki ilmu
pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk menghadapi
kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Selain itu melalui interaksi peserta didik dengan guru di
sekolah akan dapat mengembangkan sikap sosial mereka
untuk dapat menerima kehadiran orang lain, menerima
perbedaan, memiliki rasa solidaritas, dan sikap sosial

92 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
lainnya. Suatu keniscayaan yang tidak bisa dipungkiri
bahwa di sekolah peserta didik dilatih dengan disiplin yang
lebih ketat dibandingkan dengan lingkungan pendidikan
lainnya.Sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang
paling bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta
didiknya, terlebih lagi bila dikaitkan dengan pengadaan
sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapatbersaing
secara global.

D. PENDIDIKAN NON FORMAL


Pendidikan non formal merupakan jalur pendidikan
yang tidak terpisahkan dari pendidikan informal dan
formal.Pendidikan non formal memiliki peranan yang
sangat penting dalam mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian profesional.

1. Lembaga Pendidikan non formal


Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formalyang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang (Pasal1 ayat 12 UU RI No. 20
Tahun 2003). Jalur pendidikan nonformaldijelaskan dalam
pasal 26 UU RI No. 20 Tahun 2003 bahwa: (1) Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yangmemerlukan layanan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti,penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. (2) Pendidikan nonformal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional. (3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan

Pengantar Pendidikan • 93
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik. (4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis. (5) Kursus dan pelatihan
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap
untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. (6) Hasil pendidikan nonformal
dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 73 Tahun
1991 dijelaskan bahwa adanya Pendidikan Luar Sekolah
(pendidikan nonformal) bertujuan untuk melayani warga
belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini
mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan
martabat dan mutu kehidupannya, membina warga belajar
agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja
mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan/atau
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan dalam
PP No 19 Tahun 2005 dijelaskan bahwa jalur pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Menurut (Ambar & Ambarita, 2017) pendidikan

94 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang yang dibutuhkan masyarakat sekitar
guna memenuhi kekurangannya di bidang pendidikan.
Lingkungan pendidikan non formal merupakan lembaga
kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat,
baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai
peran dan fungsi edukatif (Tirtarahardja dan Sula, 2012).
Konsep pendidikan nonformal merupakan konsep
pendidikan dan pembelajaran yang berbasis pada
masyarakat dengan tujuan agar masyarakat yang tidak
menikmati pendidikan pada lembaga pendidikan formal,
bisa mendapatkan di lembaga pendidikan non formal,
dengan harapan bisa dapat merubah pola pikir masyarakat
dan dapat meningkatkan kehidupannya. Sehingga dapat
terbentuk kesadaran ingin berusaha dan berjuang untuk
merubah hidupnya melalui proses pendidikan nonformal
masyarakat dapat diberdayakan. Dalam pelaksanannya
Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Dilihat dari sasarannya pendidikan non formal
mencakup segala lapisan masyarakat yang tidak terbatas
pada usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan tingkat
pendidikaan sebeumnya. Sasaran tersebut tidak hanya
mengutamakan kepada mereka yang belum pernah
sekolah, putus sekolah, atau mereka yang tamat sekolah
serta ingin mendapatkan pekerjaan, tetapi pendidikan non
formal juga melayani semua lapisan masyarakat tanpa
terkecuali termasuk mereka yang telah memiliki tingkat

Pengantar Pendidikan • 95
pendidikan yang tinggi ataupun pekerjaan tetap sekalipun.
Dengan kata lain sasaran pendidikan non formal adalah
mereka yang membutuhkan tambahan pengetahuan
dan keterampilan untuk meningkatkan dirinya sendiri
yangmengarah kepada prinsip pendidikan seumur hidup
(life long education).
Mengingat bahwa konsep pendidikan nonformal
merupakan bagian yang terpenting dalam sistem pendidikan
dan memiliki tugas dan tanggung jawab dengan pendidikan
yang lainnya, maka sasaran sistem pendidikan nonformal
telah berkembang jauh sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu ketat
persaingannya. Dengan pendidikan non formal sebagai
salah satu pendekatan dalam pembangunan, maka manusia
akan menjadi maju, berkualitas, dihargai di mata sosial, dan
memiliki daya saing tinggi, dan pada akhirnya akan dapat
meningkatkan derajat hidup sosial masyarakat dan dapat
meningkatkan produktivitas kerja secara personal maupun
secara nasional demi kemajuan bangsa dan negara.
Sebagai salah satu pusat pendidikan yang sudah diatur
dalalm Undang-Undang sistem pendididikan nasional,
pendidikan non formal sering disebut sebagai lingkungan
pendidikan masyarakat. Sebagaimana yang diketahui
bawa pendidikan non formal merupakan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan anak, sehingga mampu
berkompetisi di masa yang akan datang. Menurut La
Sulo, dkk (2012) pendidikan non formal dikatakan sebagai
pendidikan masyarakat dikarenakan antara masyarakat
dan pendidikan memiliki kaitan yang erat, dimana
keterkaitannya bisa ditinjau dari tiga segi, yaitu:

96 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
1. Masyarakat sebagai penyelenggara pndidikan, baik
yang dilembagakan(jalur sekolah dan jalur luar sekolah)
maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan kelompok
sosial di masyarakat, baik langsung maupun tidak
langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar,
baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan.

2. Peran Lembaga Pendidikan Non Formal


Pendidikan merupakan kunci pembangunan suatu
bangsa.Pembangunan pendidikan diarahkan untuk
menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif
melalui peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas
dan relevansi, kesetaraan dan kepastian memperoleh
pendidikan. Menurut Rizka dan Tamba (Rizka &
Hardiyansyah, 2017) perkembangan kebutuhan belajar
masyarakat yang semakin dinamis ditengah-tengah era
knowledge based society, dimana penguasaan pengetahuan
bukan sekedar informasi, menjadi prasyarat mutlak
diperlukan untuk dapat menjalani kehidupan yang cerdas,
kreatif, dan produktif. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
belajar masyarakat yang dinamis tersebut, tidak cukup
hanya melalui jalur pendidikan formal (sekolah). Dalam
kondisi masyarakat yang terus berkembang, keberadaan
wadah-wadah pembelajaran yang dapat menampung
aspirasi dan kebutuhan belajar masyarakat menjadi sangat
dibutuhkan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar
masyarakat tersebut, peran satuan pendidikan nonformal
menjadi strategis.
Pendidikan non-formal sebagai salah satu bentuk
layanan pendidikan yang dibutuhkan keberadaannya
oleh masyarakat.Pendidikan non-formal memiliki peran

Pengantar Pendidikan • 97
strategis dalam upaya memfasilitasi anak-anak yang putus
sekolah (drop out). Pendidikan non-formal berfungsi
memberi layanan pendidikan kepada masyarakat atau
anak usia sekolah yang sudah menikah atau putus sekolah.
Untuk membentuk kelancaran dan keberhasilan layanan
pendidikan non-formal, maka pemerintah memilliki
kewajiban memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat
yang membutuhkan layanan pendidikan karena faktor
sosial dan ekonomi.
Lembaga pendidikan masyarakat memiliki andil yang
besar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional,
dalam peranannya ( Kadir, 2010) sebagai berikut:
1. Pendidikan manusia sebagai makhuk individu,
pendidikan kemasyarakatan membantu pembentukan
manusia yang cerdas melalui lembaga pendidikan yang
bernafaskan akademik maupun yang menyiapkan
keterampilan kerja.
2. Pendidikan manusia sebagai makhluk susila; membekali
anak dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan dasar
negara.
3. Pendidikan manusia sebagai makhluk sosial; pendidikan
kemasyarakatan bertanggung jawab menciptakan
kehidupan anak untuk mencapai kesejahteraan sosial
yang dinamis.
4. Pendidikan manusia sebagai makhluk religius;
pendidikan kemasyarakan berperan memberikan
bekal keagamaan kepada anak sehingga memiliki sikap
religius.
Masyarakat sebagai salah satu pusat pendidikan turut
serta memikul tanggung jawab pendidikan. Lembaga
pendidikan ini berorientasi langsung kepada hal-hal yang

98 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
berhubungan langsung dengan kehidupan. Kadir, dkk
(2012) memiliki pandangan bahwa pendidikan masyarakat
merupakan pendidikan yang menunjang pendidikan
keluarga dan pendidikan sekolah. Masyarakat memiliki
pengaruh yang besar dalam memberi arah terhadap
pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat
atau penguasa yang ada di dalamnya. Terdapat sejumlah
lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial yang
mempunya peran dan fungsi edukatif yang besar (La Sulo,
2012), antar lain:

1. Fungsi Kelompok Sebaya


a. Mengajar berkomunikasi dan menyesuaikan
diri dengan orang lain.
1. Memperkenalkan kehidupan masyarakat
yang lebih luas
2. Menguatkan sebagia dari nilai-nilai yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat
orang dewasa.
3. Memberikan kepada anggota-anggotanya
cara-cara untuk membebaskan diri dari
pengaruh kekuasaan otoritas.
4. Memberikan pengalaman untuk menga­
dakan interaksi dengan orang lain
berdasarkan pada prinsip persamaan hak.
5. Memberikan pengetahuan yang tidak
bisa diberikan oleh keluarga secara
memuaskan (pengetahuan mengenai cita
rasa berpakaian, musik, dan lain-lain).
6. Memperluas cakrawala pengalaman
anak sehingga menjadi orang yang lebih
kompleks

Pengantar Pendidikan • 99
2. Fungsi Sosial Keagamaan
a. Mengajarkan keyakinan serta praktek-
praktek keagamaan dengan cara memberikan
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan
bagi mereka.
b. Mengajarkan kepada mereka tingkah
laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai
dengankeyakinan.
c. Memberikan model bagi perkembangan
watak.
Masyarakat dalam kiprahnya sangat mempengaruhi
pendidikan baik tujuan pendidikan maupun prakteknya.
Apa yang diajarkan dan dibudayakan tentang nilai-nilai
dalam pendidikan tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. Apa yang
dianggap luhur dalam suatu masyarakat juga akan diajarkan
dan dibudayakan dalam pendidikan.

3. Implikasi Pendidikan Non Formal


Masyarakat adalah salah satu lembaga pendidikan
yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi
seseorang.Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya
dan perkembangan ilmu pengetahuanakan mewarnai
keadaan suatu masyarakat.Masyarakat mempunyai
peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional (Ihsan, 2010).
Peranan masyarakat sangat besar dalam membantu
pelaksanaan pendidikan nasional. Menurut Agustini (2018)
ada dua kebutuhan pokok yang sangat diharapkan oleh
pendidikan dari masyarakat. Pertama, situasi sosiokultural
yang mendukung proses internalisasi nilai-nilai luhur yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat yang bersangkutan.

100 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
Dalam hal ini peran individu sebagai anggota masyarakat
sangat penting karena bermula dari sikap mental dan prilaku
perindividu itulah situasi sosiokultural yang diharapkan
dapat dibentuk. Pendidikan dalam arti proses internalisasi
nilai dalam masyarakat ini bersifat informal, tetapi cukup
intens karena terjadi melalui interaksi sosial yang cukup
panjang, terus menerus dan bersifat alami. Kedua, wahana
perluasan wawasan hidup, penguasaan ilmu pengetahuan
dan berbagai keterampilan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia.
Dewasa ini bentuk pendidikan masyarakat sudah
mengalami perubahan dan perkembangan, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Hal ini berarti bahwa
lembaga pendidikan masyarakat tidak hanya berfungsi
menanamkan sikap untuk membangun akan tetapi juga
sebagai pelengkap dan pengganti pendidikan formal, baik
untuk anak didik yang tidak sempat melanjutkan maupun
bagi anak yang tidak pernah mengenyam pendidikan
formal. Secara kongkrit pendidikan masyarakat dapat
berkontribusi (Ihsan, 2010) sebagai berikut:
1. Kemampuan professional untuk mengembangkan
karier melalui kursus penyegaran, penataran, lokakarya,
seminar, konfrensi ilmiah, dan sebagainya.
2. Kemampuan teknis akademik dalam suatu sistem
pendidikan nasional, seperti sekolah terbuka, kursus
tertulis, pendidikan melalui radio dan televise, dan
sebagainya.
3. Kemampuan mengembangkan kehidupan beragama
melalui pesantren, pengajian, pendidikan agama di
surau atau langgar, biara, sekolah minggu, dan lain
sebagainya.

Pengantar Pendidikan • 101


4. Kemampuan mengembangkan kehidupan sosil budaya
melalui bengkel seni, teater, olahraga, seni bela diri,
lembaga pendidikan spiritual, dan sebagainya.
5. Keahlian dan keterampilan melalui sistem magang
untuk menjadi ahli bangunan, dan sebagainya.
Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat
tergantung mata taraf perkembangan dari masyarakat
tersebut beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di
dalamnya. Lembaga pendidikan masyarakat juga memiliki
dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak (Agustini, 2018) diantaranya:
a. Munculnya kepekaan sosialyang tinggi
Setiap anak lahir dengan membawa potensi sebagai
makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri dan
akan selalu membutuhkan bantuan orang lain.
Melalui lingkungan masyarakat anak mulai belajar
untuk bersosialisasi dengan lingkungan luar. Proses
sosialisasi anak dengan lingkungannya lambat laun
akan mendapat kesadaran akan dirinya sebagai pribadi
sekaligus sebagai makhluk sosial, dan pada akhirnya
anak lebih mengenal dirinya dalam lingkungan
sosialnya, dapat menyesuaikan kelakuannya dengan
harapan masyarakat dan menjadi anggota masyarakat
melalui proses sosialisasi yang dilaluinya.
b. Masyarakat sebagai tempat pengaktualisasian diri.
Pendidikan masyarakat harus diarahkan dan
dirancang serta dilaksanakan untuk memberdayakan
anggota masyarakat agar mampu melihat peluang
yang ada di sekitarnya dan kemudian mengelolanya
untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
c. Terbentuknya kemandirian anak

102 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
Program-program pendidikan kemasyarakatan
bertujuan untuk mewujudkan warga belajar memiliki
pengetahuan, kemampuan dan sikap lebih mandiri,
kreatif dan dinamis dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup anak. Program pembelajaran selalu
diarahkan untuk menyiapkan warga belajar yang
mandiri dengan mengembangkan program yang
sesuai dengan potensi lingkungan di mana mereka
berada.
Pendidikan masyarakat merupakan wahana yang
memiliki makna yang sangat penting bagi perkembangan
individu dan masyarakat, terutama bagi masyarakat yang
sedang membangun. Melalui pendidikan non formal
seorang anak bisa mendapatkan berbagai pengalaman
yang dapat meningkatkan pengetahuan, pemhaman,
dana keterampilannya agar dapat menghadapi tantanga
kehidupan di masa mendatang. Oleh karena itu,
pendidikan non formal bisa dikatakatan sebagai gerakan
yang memperluas dan mempercepat usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa yang akan mengangkat harkat dan
martabat manusia pada tingkat yang lebih baik.

E. KETERKAITAN ANTARA TRI PUSAT


PENDIDIKAN
Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1 disebutkan
bahwa pelaksanaan sistem pendidikan nasional Indonesia
dikenal 3 jalur ykni jalur pendidikan formal, nonformal,
dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Dalam Undng-Undang pendidikan ini telah
mengamanatkan bahwa perlunya peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan baik pada
jalur pendidikan formal, pendidikan non formal, maupun

Pengantar Pendidikan • 103


pendidikan informal. Dengan semakin meningkatnya arus
modernisasi dan teknologi, maka kualitas sumber daya
manusianya juga harus ditingkatkan agar berdampak positif
terhadap peningkatan program pembelajaran, yang pada
gilirannya akan berdampak pula terhadap peningkatan
keluaran pendidikan.
Pendidikan dalam keluarga adalah proses pembelajaran
yang terjadi yang merupakan organisasi terbatas, dan
mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak
yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata
lain keluarga merupakan bagian dari masyarakat total yang
lahir dan berada di dalamnya, yang secara berangsur-angsur
akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya
mereka kearah pendewasaan. Keluarga merupakan institusi
sosial yang bersifat universal multifungsional, yaitu fungsi
pengawasan, sosial, pendidikan, keagamaan, perlindungan,
dan rekreasi.Di dalam keluarga seorang anak belajar
bersosialisasi dan berinteraksi agar ketika dewasa mampu
melakukan hubungan yang baik dengan lingkungan dan
masyarakat sekitar.Keluarga merupakan miniaur terkecil
dari masyarakat yang bertanggung jawab mendidik individu
anak agar menjadi masyarakat yang bermoral.
Pendidikan dalam sekolah dilakukan secara terencana
dan sistematik untuk mengembangkan berbagai potensi
yang dimiliki oleh peserta didik.Maka dari itu tugas
guru disamping memberikan ilmu-ilmu pengetahuan,
keterampilan-keterampilan juga mendidik anak beragama
dan berbudi pekerti luhur. Disinilah sekolah berfungsi
sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan
dan pengajaran kepada anak didik, sekolah merupakan
kelanjutan dari apa yang telah diberikan di dalam
keluarga.

104 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
Lingkungan masyarakat sebagai tempat
berlangsungnya kehidupan anak.Lingungan masyarakat
juga mempunyai andil yang besar terhadap pembentukan
kepribadian anak. Walaupun tidak secara formal anak
akan belajar suatu kehidupan dengan masyarakat. Oleh
karena itu maka budaya dan perilaku seseorang juga dapat
mencerminkan dari mana lingkungan masyarakat dimana
anak itu berasal.Identifikasi tentang pola-pola perilaku dan
adat kebudayaan suatu masyarakat terjadi sepanjang anak
itu hidup dalam suatu lingkungan masyarakat tersebut.
Dan bila anak dikemudian hari meninggalkan lingkungan
tersebut maka apa yang biasa diperbuat dalam lingkungan
asal juga akan dibawa.
Demikian kuatnya lingkungan yang berpengaruh
terhadap kehidupan anak.Dalam kehidupan secara
umum ketiga lingkungan saling pengaruh mempengaruhi
sehingga membentuk karakter anak yang sangat komplek.
Artinya bahwa apayang terlihat pada seorang anak misalnya
(karakter, sifat, tabiat, pribadi, sikap dan perilaku) seseorang
semua akan dipengaruhi oleh lingkungan keluarga sebagai
lingkungan utama anak, lingkungan sekolah, dan juga
lingkungan masyarakat.
Manusia sepanjang hidupnya akan dipengaruhi
dari tiga lingkungan pendidikan atau disebut tripusat
pendidikan. Taman siswa sebagaimana dikutip Pidarta
(Hidayati, 2018) dalam mencapai tujuan pendidikannya
dengan melaksanakan kerjasama yang harmonis antara
ketiga pusat pendidikan yaitu; 1) lingkungan keluarga, 2)
lingkungan sekolah, 3) lingkungan masyarakat. Ketiga
lingkungan pendidikan tersebut memiliki pengaruh yang
saling membentuk suatu bangunan yang disebut dengan
pembudayaan yang baik sehingga akan membentuk
karakter yang baik pada anak. Sesungguhnya jika mau

Pengantar Pendidikan • 105


jujur bahwa kegagalan kita banyak disebabkan oleh kurang
berfungsinya ketiga lingkungan tersebut. Kurangnya
harmonisasi dari fungsi ketiga lingkungan tersebut akan
membentuk suatu bangunan yang tidak lepas sehingga
akan menjadikan suatu menjadi tidak beriringan secara
sinergis.
Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
sebenarnya dipengaruhi oleh faktor heriditas, lingkungan
proses tumbuhkembang, dan fitrah. Pertumbuhan selalu
diikuti dengan perkembangan. Pertumbuhan memiliki
peranan penting dalam kehidupan manusia, karena
pertumbuhan yang baik akan berpengaruh padakematangan
yang baik pula. Sedang kematangan tidak mungkin akan
tercapai bilamana pertumbuhan mengalami hambatan.
Tripusat pendidikan akan berhasil manakala mampu
memanfaatkan masa ini dengan berbagai pembinaan dan
pendidikan yang efektif. Ketiga poros kegiatan utama
pendidikan (mengajar, membimbing, dan melatih) peranan
ketiganya bervariasi. Kaitan antara tripusat pendidikan
dengan tiga kegiatan pendidikan untuk mewujudkan jati
diri yang mantap, penguasaan pengetahuan, dan kemahiran
keterampilan sebagaimana Tirtoraharja (2012:183)
memberikan gambaran pada bagan berikut ini:

Gambar 11. Tri Pusat Pendidikan

106 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa
setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberi
kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan
yakni:
a. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi
yang berbudaya.
b. Pengajaran dalam upaya penguasaan ilmu
pengetahuan.
c. Pelatihan dalam rangka pemahiran keterampilan.
Kontribusi itu akan berada bukan hanya antar
individu, tetapi juga faktor pusat pendidikan itu sendiri
yang bervariasi di seluruhnya. Peningkatan kontribusi
setiap pusat pendidikan diharapkan saling memberikan
dukungan yang serasi dan seimbang. Lingkungan keluarga
akan mendukung adanya kesuksesan pendidikan di sekolah,
sedang pendidikan sekolah secara langsung maupun tidak
langsungmembantu mengembangkan pengetahuannya
sehingga akan berguna dalam memperluas pengetahuan
anak untuk dapat memahami peran dan tanggung jawab
anak di sekolah, memahami peran pentingnya orang tua,
pentingnya mengikuti perintah dan larangan orang tua,
tentang segala sesuatu yang terjadi dalam pendidikan
keluarga.
Dalam keluarga dan sekolah secara langsung akan
membawa kontribusi terhadap polarisasi pendidikan dalam
masyarakat. Apa yang diajarkan dalam masyarakat mengenai
aturan norma-norma yang dijunjung tinggi masyarakat
akan dipatuhi dan ditaati oleh warganya karena anak sudah
dibiasakan dalam pendidikan keluarga dan sekolah. Karena
apa yang dibudayakan dalam sekolah sebenarnya adalah
nilai-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat.
Pribadi anak sebagai jati diri berkembang melalui
bimbingan dan asuhan dalam keluarga oleh kedua orang

Pengantar Pendidikan • 107


tuanya dan dilanjutkan bimbingan dari guru di sekolah
hubungan antara siswa dan guru di sekolah juga akan
mengembangkan kepribadian anak sebagai lanjutan dari
kepribadian yang sudah dibentuk oleh orangtuanyadalam
keluarga.
Sekolah menjalankan tugas mengajar, mendidik
danmembimbing serta melatih melalui guru yang
memiliki fungsi yang berbeda-beda namun secara makro
akanmembentuk anak yangcerdas, terampil, berbudi
pekerti yang baik dan berkepribadian yangsehat. Melalui
pengajaran akan meningkatkan pengetahuan anak
agarpotensi kecerdasannya berkembang baik melalui
stimulus-stimulusilmu pengetahuan yang bermacam-
macam. Sedang mendidik danmembimbing lebih
menanamkan nilai-nilai yang baik yang harusdimiliki anak,
nilai-nilai ini akan membentuk sikap dan perilakuyang
baik yang sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan di
sekolahsehingga dengan nilai tersebut akan membentuk
pribadi yang sopandan berbudi pekerti yang luhur. Selain
membekali anak dengankecerdasan, kepintaran, dan
budi pekerti, sekolah sebagai lembagapendidikan yang
formal juga membekali keterampilan –keterampilanyang
berguna dalam kehidupan anak dikemudian hari agar
anak dapathidup di masyarakat dengan keterampilan yang
dimilikinya itu olehsebab itu sekolah melatih bakat-bakat
khusus yang dimiliki anak yang dengan bakat tersebut
berguna dalam hidupnya.

F. KECERDASAN JAMAK
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses
pengembangan potensi setiap individu. Potensi ini hanya
dapat digali dan dikembangkan secara efektif melalui
pembelajaran yang terarah dan terpadu yang dikelola

108 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan
pengembangan secara utuh dan optimal. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh setiap individu akan
diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan
kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan
suatu tugas atau pekerjaan.Salah satu potensi yang dimiliki
oleh peserta didik adalah kecerdasan jamak.

1. Teori Kecerdasan Jamak


Teori kecerdasan jamak (multiple intelligence) adalah
teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner
(1983). Teori ini merupakan reaksi ketidaksetujuan Howard
Gardner terhadap pandangan yang telah berkembang
sejak awal abad ke-20,bahwa kecerdasan anak hanya
ditentukanoleh skor tunggal sebagaimana diungkapoleh
tes inteligensi. Menurut Gardner, tes inteligensi hanya
mengukur kemampuan anak dalam bidang verbal-linguistik
dan logis matematis yang hasilnya disimpulkan dalam skor,
karena itu skor tersebut tidak memadai untuk menentukan
cerdastidaknya anak. Ia mengemukakan bahwaanak
memiliki sejumlah kecerdasan yang dapat mewujud dalam
berbagai keterampilan dan kemampuan, yang bukan hanya
berupa kemampuan verbal-linguistik dan kemampuan logis
matematis. Kemampuan-kemampuan tersebut mewakili
berbagai cara anak dalam belajar dan berinteraksi dengan
diri dan lingkungannya.
Pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner
(Budiningsih, 2005) adalah:
1. Manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan
memperkuat kecerdasannya.
2. Kecerdasan selain dapat berubah dapat pula diajarkan
kepada orang lain.

Pengantar Pendidikan • 109


3. Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul
di bagian-bagian yang berbeda pada sistem otak atau
pikiran manusia.
4. Pada tingkat tertentu, kecerdasan ini merupakan suatu
ketentuan yang utuh, artinya dalam memecahkan
masalah atau tugas tertentu seluruh macam kecerdasan
manusia bekerja bersama-sama, kompak da terpadu.
Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk
memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang
dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu.Rentang masalah
atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks. Menurut Amstrong (Budiarti, 2007)
kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan
membuat suatu produk yang bermanfaat bagi kehidupan.
Sedangkan Gardner (Suparno, 2004) mendefinisikan
inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan
persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting
yang bermacammacam dan dalam situasi yang nyata. Teori
Multiple Intelligences bertujuan untuk mentransformasikan
sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap
siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik.
Gardner (Amir, 2013) mengidentfikasi ada 9 macam
kecerdasan manusia dalam memahami dunia nyata, yaitu:
a. Kecerdasan Verbal (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan Verbal adalah kemampuan untuk
menggunakan dan mengolah kata-kata secara
efektif baik secara lisan maupun tertulis. Ciri-ciri
anak dengan kecerdasan linguistic yang menonjol
biasanya senang membaca, pandai bercerita, senang
menulis cerita atau puisi, senang belajar bahasa asing,
mempunyai perbendaharaan kata yang baik, pandai
mengeja, suka menulis surat atau e-mail, senang
membicarakan ide-ide dengan teman-temannya,

110 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
memiliki kemampuan kuat dalam mengingat nama
atau fakta, menikmati permainan kata (utak-atik kata,
kata-kata tersembunyi, scrabble atau teka-teki silang,
bolak-balik kata, plesetan atau pantun) dan senang
membaca tentang ide-ide yang menarik minatnya.
Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk
menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan
dengan proses berpikirnya. Kegiatan yang cocok bagi
orang yang memiliki intelegensi linguistik antara lain;
pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan,
pemain sandiwara, dan orator.
b. Kecerdasan logis matematis (Logical-Mathematical
Intelligence)
Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan yang
berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika
secara efektif. Anak-anak dengan kecerdasan logical–
mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang
besar terhadap kegiatan eksplorasi. Kecerdasan ini
memiliki ciri-ciri yaitu kepekaan pada pola hubungan
logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis dan abstraksi
lain. Seseorang dengan kecerdasan matematis logis
yang tinggi biasanya memiliki ketertarikan terhadap
angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah
mengerjakan matematika dalam benaknya, suka
memecahkan misteri, senang menghitung, suka
membuat perkiraan, menerka jumlah (seperti
menerka jumlah uang logam dalam sebuah wadah),
mudah mengingat angka-angka serta skor-skor,
menikmati permainan yang menggunakan strategi
seperti catur atau games strategi, memperhatikan
antara perbuatan dan akibatnya (yang dikenal dengan
sebab-akibat), senang menghabiskan waktu dengan
mengerjakan kuis asah otak atau teka-teki logika,

Pengantar Pendidikan • 111


senang menemukan cara kerja komputer, senang
mengelola informasi kedalam tabel atau grafik dan
mereka mampu menggunakan komputer lebih dari
sekedar bermain games.
c. Kecerdasan visual spasial (Visual – Spatial Intelligence)
Adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-
visual secara tepat, seperti dimiliki para pemburu,
arsitek, navigator, dan dekorator.Anak-anak dengan
kecerdasan visual – spatial yang tinggi cenderung
berpikir secara visual.Kecerdasan ini meliputi
kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang
dan hubungan antarunsur tersebut. Seorang anak
yang memiliki kecerdasan dalam spasial biasanya
lebih mengingat wajah ketimbang nama, suka
menggambarkan ide-idenya atau membuat sketsa
untuk membantunya menyelesaikan masalah,
berpikir dalam bentuk gambar-gambar serta mudah
melihat berbagai objek dalam benaknya, dia juga
senang membangun atau mendirikan sesuatu,
senang membongkar pasang, senang membaca atau
menggambar peta, senang melihat foto-foto/gambar-
gambar serta membicarakannya, senang melihat pola-
pola dunia disekelilingnya, senang mencorat-coret,
menggambar segala sesuatu dengan sangat detail dan
realistis, mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya
dalam bentuk gambar-gambar, belajar dengan
mengamati orang-orang yang sedang mengerjakan
banyak hal, senang memecahkan teka-teki visual/
gambar serta ilusi optik dan suka membangun model-
model atau segala hal dalam 3 dimensi. Anak dengan
kecerdasan visual biasanya kaya dengan khayalan
sehingga cenderung kreatif dan imajinatif.

112 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
d. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani (Bodily – Kinesthetic
Intelligence)
Adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak
tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan
seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan
ahli bedah.Anak-anak dengan kecerdasan bodily
– kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak dan
menyentuh.Mereka memiliki kontrol pada gerakan,
keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam
bergerak.Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-
ototnya.
e. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Adalah kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan, dan menikmati bentu-bentuk
musik dan suara.Anak dengan kecerdasan musical
yang menonjol mudah mengenali dan mengingat
nada-nada.Ia juga dapat mentranformasikan kata-kata
menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan
musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan
baik dan benar. Mereka pandai menggunakan
kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan,
melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi
musik.
f. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi
peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak,
temperamen orang lain. Anak dengan kecerdasan
interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang
baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan
sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan
beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu
merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan

Pengantar Pendidikan • 113


harapan orang lain, serta mampu bekerja sama
denganm orang lain.
g. Kecerdasan Intrapersonal (Intra personal Intelligence)
Adalah kemampuan yang berkaitan dengan
pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk
bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan
diri. Anak dengan kecerdasan intra personal yang
menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi
yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan
mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik.Ia
juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa
yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial.
Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta
bantuan saat memerlukan.
h. Kecerdasan Natural (Naturalist Intelligence)
Adalah kemampuan untuk dapat mengerti flora dan
fauna dengan baik. Anak-anak dengan kecerdasan
naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang
besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang,
di usia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-
benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena
alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul
binatang, pertumbuhan tanaman, dan tata surya.
i. Kecerdasan eksistensial (Existence Intelligence)
Adalah kemampuan menyangkut kepekaan dan
kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-
persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan
manusia.Anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki
ciri-ciri yaitu cenderung bersikap mempertanyakan
segala sesuatu mengenai keberadaan manusia, arti
kehidupan, mengapa manusia mengalami kematian,
dan realitas yang dihadapinya.

114 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
Dalam mengembangkan kecerdasan jamak pada
anak, Amtrong (Budiarti, 2007) mengemukakan ada
berbagai prinsip yang perlu diperhatikan para guru, yaitu:
1. Setiap anak memiliki semua jenis kecerdasan; teori
kecerdasan jamak mengemukakan bahwa setiap anak
memiliki kemampuan dari kedelapan jenis intelligensi.
Kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi secara
bersama-sama pada setiap individu secara unik.
2. Kebanyakan anak berkemampuan mengembangkan
berbagai jenis kecerdasan pada tingkat kemampuan
yang memadai.
3. Setiap kecerdasan biasanya bekerja bersama secara
kompleks.
4. Ada berbagai cara untuk menjadi cerdas dalam setiap
kategori kecerdasan.

2. Program Pendidikan/Pembelajaran Pengem­


bangan Kecerdasan Jamak
Teori kecerdasan jamak memiliki implikasi bagi guru
dalam pembelajaran.Teori tersebut mengatakan bahwan
kedelapan kecerdasan tersebut diperlukan agar anak
didik berfungsi secara produktif dalam masyarakat. Oleh
karena itu guru/pendidik hendaknya memandang bahwa
semua kecerdasan sama pentingnya dalam kehidupan.
Hal ini berbeda dari sistem pendidikan tradisional yang
menempatkan pentingnya pengembangan dan penggunaan
kecerdasan verballinguistik dan logis-matematis. Dengan
demikian, teori kecerdasan jamak mempunyai implikasi
bahwa guru/pendidik hendaknya menyadari dan
mengajarkan dalam perspektif kemampuan anak didikyang
lebih luas dari kegiatan pembelajaran selama ini Brualdi
(Budiarti, 2013).

Pengantar Pendidikan • 115


a. Perencanaan Pembelajaran
Untuk merancangpembelajaran yang memuat
kecerdasan jamak dapat mengikuti tahap-tahap sebagai
berikut (Amstrong, 1994):
1. Penetapan suatu sasaran belajar atau topik yang
spesifik; sasaran belajar atau topik yangmenjadi
pusat kegiatan belajar hendaknya ditetapkan
secara jelas dan spesifik.
2. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan pokok berkaitan
dengan kecerdasan jamak; Berdasarkan topik
yang telah ditetapkan, guru/pendidik membuat
pertanyaan-pertanyaan pengarah yangdapat
memasukkan kedelapan jenis kecerdasan untuk
mengkaji topic tersebut.
3. Pembuatan pertimbangan berbagai kemungkinan;
Guru/pendidik mempelajari teknik dan materi
belajar yang paling layak digunakan untuk
mengkaji topik dari berbagai jenis kecerdasan serta
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan
lainnya, apakah layak bagi keefektifan kegiatan
pembelajaran.
4. Curah pendapat; Guru/pendidik melakukan
identifikasi strategi pembelajaran apa saja yang
cocok untuk setiap kecerdasan dalam rangka
mempelajari topik yang telah ditetapkan. Untuk
meningkatkan hasil curah pendapat ini akan
lebih baik bila bercurah pendapat dengan kolega
sehingga dapat terstimulasi pemikiran kolega
tersebut.
5. Pemilihan aktivitas yang layak; Berdasarkan hasil
curah pendapat mengenai strategi pembelajaran

116 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
sebelumnya, kemudian dipilih strategi yang paling
efektif bagi tujuan pembelajaran.
6. Penetapan rencana pembelajaran melalui bermain;
Berdasarkan strategi pembelajaran yang dipilih,
kemudian ditetapkan rencana pembelajaran di
sekitar topic
7. Implementasi rencana pembelajaran melalui
bermain Rencana pembelajaran dilakukan
dan dimodifikasi sesuai keperluan untuk
mengakomodasi perubahan yang terjadiselama
pelaksanaan pembelajaran.
b. Pemilihan Strategi Pembelajaran
Teori kecerdasan jamak memberikan kesempatan
berbagai strategi pembelajaran yang dapat dengan mudah
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam
banyak hal, strategi tersebut adalah yang telah digunakan
selama ini oleh para guru / pendidik yang baik dalam
beberapa hal lain. Teori kecerdasan jamak memberikan
kesempatan Di antara beberapa strategi pembelajaran
pokok untuk setiap kecerdasan adalah sebagai berikut.
Strategi pembelajaran bagi kecerdasan verbal linguistik
antara lain bercerita, curah pendapat, perekaman,
penulisan jurnal, dan penerbitan. Strategi pembelajaran
untuk kecerdasan logis matematis adalah kuantifikasi dan
kalkulasi, pertanyaan Socrates heuristic dan berpikir ilmiah.
Strategi pembelajaran bagi kecerdasan visual spasial adalah
visualisasi, isyarat, warna, metapora, sketsa ide dan disain
grafis. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan kinestetik
adalah jawaban dengan menggunakan isyarat tubuh, teater
kelas, konsep-konsep kinestetik, manipulasi objek dan peta
tubuh. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan musik
adalah irama dan lagu, diskografis, konsep-konsep musik
(Amstrong, 1994).

Pengantar Pendidikan • 117


Strategi pembelajaran untuk kecerdasan antarpribadi
adalah berbagi dengan sebaya, simulasi, kelompok
kooperatif, dan tutorial silang usia. Strategi pembelajaran
untuk kecerdasan intrapribadi adalah kagiatan satu menit
refleksi, koneksi pribadi, pilihan waktu, saat-saat ekspresi
emosi dan belajar mandiri. Adapun beberapa Strategi
pembelajaran bagi kecerdasan naturalis adalah observasi,
klasifikasi, dan organisasi, komparasi, pajanflora dan fauna,
dan wisata alam (Amstrong, 1994; Hoerr, 1999).
c. Assesment Pembelajaran Berorientasi Kecerdasan
Jamak
Pembelajaran berbasis kecerdasan jamak adalah
kegiatan yang memberikan kesempatan setiap anak
mengembangkan semua jenis kecerdasannya berdasarkan
kelemahan dan kekuatannya. Cara belajar anak beragam,
tergantung pada kekuatan dan kelemahan masing-masing,
karena itu menilai kemajuan belajar dengan cara yang sama
untuk setiap anak tidak akan mencerminkan kekuatan dan
kelemahan anak secara tepat. Diperlukan cara menilai
kemajuan belajar yang cocok dengan cara belajar setiap
anak, karena itu teknik penilaian otentik adalah teknik
yang tepat untuk mengetahui kemajuan belajar dalam
konteks ini. Teknik ini lebih menekankan pada penilaian
yang disesuaikan dengan kondisi anak. Dalam hal ini teknik
tersebut memberikan kesempatan kepada anak untuk
menunjukkan performansi belajar sesuai cara mereka
sendiri dengan menggunakan kecerdasan yang berbeda-
beda. Beberapa teknik penilaian otentik tersebut antara
lain portofolio, proyek mandiri, jurnal anak, penyelesaian
tugas kreatif, catatan anekdot, observasi, dan wawancara
(Gardner, 1999: Amstrong, 1994).
Kecerdasan anak tidak hanya ditentukan oleh
skor tunggal yang diungkap oleh tes inteligensi yang

118 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
hanya mengukur kemampuan anak dalam bidang verbal
linguistik dan logis matematis.Akan tetapi anak memiliki
sejumlah kecerdasan yang berwujud dalam berbagai
keterampilan dan kemampuan, yakni kecerdasan jamak.
Kecerdasan jamak dapat diaplikasikan dengan berbagai
cara dan berbagai aspek dalam kegiatan pembelajaran.
Beberapa aplikasi kecerdasan jamak antara lain berkaitan
dengan perencanaan pembelajaran, pengembangan
strategi pembelajaran, dan pengembangan penilaian dalam
kegiatan pembelajaran.

SOAL LATIHAN
1. Rumuskan hasil analisis anda tentang persamaan dan
perbedaan pendidikan informal, formal, dan non
formal.
2. Jelaskan keterkaitan antara Tri pusat pendidikan dalam
bentuk bagan!
3. Jelaskan bagaimana pengembangan kecerdasan jamak
dalam pendidikan keluarga.
4. Jelaskan program pengembangan kecerdasan jamak
dalam kegiatan pembelajaran.

TES FORMATIF
1. Buatlah kelompok beranggotakan 3-5 orang. Lakukan
kegiatan mengidentifikasi pendidikan informal yang
memiliki nilai-nilai pengembangan kecerdasan jamak.
2. Analisislah sebuah kasus pembelajaran di sekolah sebagai
upaya penerapan program pendidikan pengembangan
kecerdasan jamak.
3. Uraikanlah fungsi pendidikan non formal dalam
mengembangkan kedewasaan yang bertanggung jawab

Pengantar Pendidikan • 119


secara vertikal dan horizontal (ke Tuhan, ke Manusia/
masyarakat, dan ke lingkungan/alam).

RANGKUMAN
Dalam UU no 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa ada tiga jalur
pendidikan, yaitu jalur pendidikan informal, jalur
pendidikan formal, dan jalur pendidikan non formal.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga
dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.jalur
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
formal adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan,
isi, metode dan alat-alat yang disusun secara eksplisit,
sistematis dan distandarisasikan. Pendidikan nonformal
adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formalyang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.pendidikan
non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang yang dibutuhkan masyarakat sekitar guna
memenuhi kekurangannya di bidang pendidikan.
Tri pusat pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting dalam membentuk manusia menjadi
individu yang diharapkan oleh masyarakat. Oleh sebab
itu, tujuan pendidikan akan tercapai, apabila ada kerja
sama yang harmonis antara ketiga pusat pendidikan
yaitu; 1) lingkungan keluarga, 2) lingkungan sekolah, 3)
lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan
tersebut memiliki pengaruh yang saling membentuk suatu

120 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
bangunan yang disebut dengan pembudayaan yang baik
sehingga akan membentuk karakter yang baik pada anak.
Sesungguhnya jika mau jujur bahwa kegagalan kita banyak
disebabkan oleh kurang berfungsinya ketiga lingkungan
tersebut. Kurangnya harmonisasi dari fungsi ketiga
lingkungan tersebut akan membentuk suatu bangunan
yang tidak lepas sehingga akan menjadikan suatu menjadi
tidak beriringan secara sinergis.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Ni Made Sri. 2018. Tri Pusat Pendidikan sebagai


Lembaga Pengemangan Teori Pembelajari Bagi Anak.
Jurnal Magisra Vol.9 No.2
Amin, Alfauzan. 2017. Sinergisitas Pendidikan Keluarga,
Sekolah, dan Masyarakat: Analisis Tripusat Pendidikan.
Jurnal Ata’lim Vol 16 No1
Amstrong. 2002. Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple
Intellegencis di dalam Pendidikan. Bndung: Kaifa.
Buduningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rieneka Cipta
Gardner, Howard. 2003. Multiple Intellegences (Kecerdasan
Majemuk) Teori dan Praktek. Batam: Interaksara
Hidayati, Nurul. 2016. Konsep IntegrasiTripusat Pendidikan
terhadap Kemajuan Masyarakat. Edukasiana: Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam
Husamah, Restian Arina, Rohmad Widodo. 2015.
Pengantar Pendidikan. Malang: UMM Press
Ihsan, H. Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta:

Pengantar Pendidikan • 121


Rineka Cipta
Kadir, Abdul, dkk. Dasar-DasarKependidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Khaeruddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta:
Liberty
Suparno, Paul. 2004. Teori Intelegensi Ganda dan aplikasinya
di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius
Tirtarahardja, Umar & La Sulo. 2012. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta
Ulwan, Abdullah Nashih. 2001. Kaedah-kaedah Dasar
Pendidikan Menurut Islam. Bandung: Remaja Risda
Karya Pustaka
Vembriarto, St. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT
Grasindo

122 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k

Anda mungkin juga menyukai