Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL ONLINE 3

PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN DEMOKRASI


YANG BERADAB

Di susun oleh :

Nama : Putri Wahyu Ningsih


NIM : 857620195
Prodi : S1 PGSD
Semester : 1

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ PURWOKERTO


TAHUN 2023
Pendahuluan

Pendidikan merupakan upaya untuk memperbaiki diri dalam segala aspeknya. Pendidikan
merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Pendidikan berasal dari kata
didik yang berarti memelihara dan berupa pelatihan. Oleh karena itu, pendidikan adalah suatu
usaha yang dilakukan dengan sadar dan terencana untuk mengubah tingkah laku manusia secara
individu maupun kelompok agar menjadi dewasa melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Saat ini pemerintah mengadakan pendidikan berkarakter keagamaan atau biasa disebut
pendidikan karakter. Pada hakekatnya pendidikan karakter merupakan model pendidikan umum
yang memuat muatan mata pelajaran yang bernuansa keagamaan. Yang dengan cita-cita dapat
membekali anak didik dengan ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan agama.

Dengan pengetahuan umum diharapkan anak didik mampu menghadapi kehidupan dunia, dan
dengan pendidikan agama diharapkan kehidupan anak didik nantinya terarah, karena mempunyai
tujuan yang pasti, yaitu bahagia dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Untuk mencapai kebahagiaan tersebut tentunya diperlukan faktor yang sangat penting yaitu
kesadaran diri akan keberadaan diri sendiri dan pencipta alam semesta, hal ini akan berdampak
pada kesadaran akan keberadaan sang pencipta, khususnya yang disebut tuhan dalam hal ini
Allah SWT. Dan kesadaran serta keyakinan akan adanya Tuhan disebut iman. Masalah kita
adalah bagaimana menanamkan keimanan, rasa cinta kepada Allah, rasa nikmat dalam beribadah
(sholat, puasa, dll), hormat pada kedua orang tua, dll.

Fenomena kemerosotan moral yang dialami banyak generasi masyarakat, termasuk para elite
nasional, kerap menjadi alasan sebagian masyarakat untuk mengkritik keras lembaga pendidikan.
Hal ini sangatlah wajar, karena pendidikan sebenarnya mempunyai misi yang sangat mendasar,
yaitu mendidik manusia-manusia sempurna yang salah satu indikator utamanya adalah manusia
yang berakhlak mulia, generasi bangsa, generasi bangsa yang berakhlak mulia merupakan salah
satu dari profil yang diharapkan dari praktik Pendidikan tersebut.

Hadirnya kata “etika mulia” dalam rumusan tujuan pendidikan nasional di atas menunjukkan
bahwa bangsa Indonesia menginginkan keluhuran budi pekerti menjadi bagian dari jati diri
bangsa.
Kita berharap hal ini dapat dicapai melalui proses pendidikan nasional yang bertahap dan
berkesinambungan. Terlebih lagi, bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama
Islam memiliki kapasitas unik untuk mendukung terwujudnya masyarakat beretika berdasarkan
nilai-nilai Islam. Memang etika merupakan bagian integral dari struktur ajaran Islam (akidah,
syariah dan etika).

Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli di bidang psikologi dan sosiologi menunjukkan bahwa
anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kooperatif, terbuka untuk berdiskusi,
dan memberikan contoh positif dalam keterlibatan politik, lebih cenderung menjalani kehidupan
demokratis individu. Studi kasus menunjukkan bahwa ketika orang tua mendorong anak-anak
mereka untuk berpartisipasi dalam pemilihan sekolah, menyampaikan pendapat, dan
mendiskusikan isu-isu sosial dan politik, anak-anak menjadi lebih terlibat secara sosial. Hal ini
juga menunjukkan bahwa mereka cenderung berkembang menjadi warga negara yang
bertanggung jawab dan peduli.

Keluarga berperan penting dalam membangun demokrasi yang beradab. Keluarga adalah sel
masyarakat pertama di mana nilai-nilai demokrasi disalurkan dan diperkuat.

Di wilayah ini, keluarga tidak hanya dipandang sebagai unit terkecil dalam struktur sosial,
namun juga sebagai sekolah pertama bagi generasi muda untuk memahami, menghargai, dan
mempraktikkan prinsip-prinsip demokrasi. Pendidikan demokratis, manajemen konflik,
penghormatan terhadap keberagaman, dan partisipasi aktif seluruh anggota keluarga merupakan
aspek penting yang dipertimbangkan untuk mengembangkan gambaran holistik tentang peran
keluarga dalam membangun demokrasi yang kuat.

Kualitas pribadi yang mendorong demokrasi, seperti kejujuran, empati, dan integritas, sering kali
dikembangkan dalam lingkungan keluarga. Keluarga yang menerapkan prinsip-prinsip tersebut
dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya membentuk karakter anggotanya, tetapi secara tidak
langsung juga berkontribusi terhadap berkembangnya demokrasi yang beradab.

Keluarga juga berperan penting sebagai agen sosialisasi politik. Keluarga adalah tempat pertama
anak belajar bagaimana menyelesaikan konflik. Dari sana, mereka mempelajari konsep
kompromi dan negosiasi, serta pentingnya mendengarkan pendapat orang lain. Ini semua adalah
keterampilan penting untuk mempraktikkan demokrasi yang sehat.

Melibatkan anak dalam diskusi keluarga, meskipun mengenai topik sederhana, dapat membantu
mereka memahami pentingnya partisipasi aktif dalam kehidupan politik. Kurangnya pemahaman
mengenai politik, kesibukan atau kurangnya minat terhadap isu tersebut dapat menjadi
hambatan.

Solusinya adalah dengan lebih memperhatikan pendidikan kewarganegaraan, menciptakan


lingkungan yang memungkinkan terjadinya diskusi terbuka dan mendukung pengembangan
masyarakat yang menghargai demokrasi.

Peran keluarga sangat penting dalam membangun demokrasi yang beradab. Keluarga merupakan
lingkungan pertama di mana individu menjadi terbiasa dengan nilai dan norma. Oleh karena itu,
peran keluarga dalam pengembangan karakter individu yang mendukung demokrasi sangatlah
penting.

Pembahasan

Ketika kita membahas peran keluarga, dan khususnya peran orang tua, dalam membangun
demokrasi yang beradab, jelas bahwa fondasi masyarakat sipil yang kuat terletak pada
lingkungan keluarga. Sebagai aktor kunci dalam pengembangan kepribadian anak, orang tua
mempunyai tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan yang
penting. Jika orang tua memahami perannya dalam membentuk otonomi, demokrasi, toleransi,
pluralisme dan keadilan sosial, maka mereka dapat menjadi pilar masyarakat yang harmonis dan
beradab.

Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA), sahabat utama Rasulullah Muhammad (SAW),
beliau menganjurkan: Mengajak anak-anak sejak lahir hingga usia 7 tahun untuk bermain, Usia 7
hingga 14 tahun, anak-anak diajarkan tata tertib dan adab, serta dari usia 14 hingga 21 tahun,
anak-anak menjadi mitra orang tuanya. Landasan karakter ini terbentuk ketika anak datang ke
sekolah untuk menempuh pendidikan formal. Anak yang telah mempunyai kepribadian yang
baik biasanya mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, karena perpaduan antara kecerdasan
intelektual, emosional, dan spiritual yang terbentuk dengan baik.
Peran orang tua dalam mewujudkan individualitas anaknya antara lain:

1. Kedua orang tua harus menyayangi dan menyayangi anaknya.


2. Kedua orang tua harus menjamin lingkungan rumah yang tenang dan menyiapkan
kedamaian dalam jiwa anak.
3. Saling menghormati antara orang tua dan anak.
4. Membangun kepercayaan.
5. Menyelenggarakan perkumpulan dan rapat keluarga ( Baik orang tua maupun anak) Bila
belum kedua orang tua wajib memperkenalkan anak-anaknya terhadap persoalan yang
menyangkut kehidupan manusia serta keimanan, akhlak dan hukum.

Yang terpenting, ayah dan ibu tidak hanya menjadi role model pertama dalam perkembangan
kepribadian anak, namun juga menjadi role model dalam tata kelola bagi anak yang secara tidak
sadar terpengaruh. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, lingkungan rumah dan keluarga
memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk perilaku anak.

Oleh karena itu, pentingnya mendidik anak sebagai individu yang mandiri, demokratis, dan
menghargai perbedaan akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi perkembangan
masyarakat. Oleh itu, perlunya lebih meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya peran
mereka dalam membentuk generasi yang tidak hanya kompeten secara intelektual tetapi juga
memiliki nilai-nilai kewarganegaraan.

Dengan demikian, kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi semakin penting
dalam memastikan pembentukan karakter yang berdaya tahan dan berlandaskan pada prinsip-
prinsip demokrasi yang sejati. Semoga upaya bersama ini dapat membawa Indonesia, dan setiap
masyarakat di berbagai tempat, menuju arah yang lebih baik, di mana demokrasi tidak hanya
menjadi struktur formal, tetapi juga menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang
beradab.Peran keluarga dalam membentuk karakter anak sangat krusial dalam membentuk
masyarakat kewargaan yang demokratis dan beradab. Orang tua, sebagai agen sosialisasi utama,
memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi individu yang
mandiri, demokratis, dan memiliki nilai-nilai kewargaan.

Berikut ini peran orang tua dalam membentuk masyarakat kewargaan dengan fokus pada
otonomi, demokrasi, toleransi, pluralisme, dan keadilan sosial.
1. Peran Orang Tua dalam Membangun Otonomi
Otonomi dalam hal ini mengarah pada kemandirian dan kemampuan anak dalam
melakukan interaksi social dan politik. Memberikan kesempatan kepada anak untuk
belajar mandiri,seperti menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas sekolah, dan mengambil
keputusan sendiri. Dengan memberikan tanggungjawab pada anak sedari kecil, orang tua
dapat mengembangkan kepribadian mandiri yang menjadi landasan berkembangnya
Masyarakat sipil.
2. Peran Orang Tua dalam Membangun Demokrasi
Dalam hal ini orang tua memerlukan partisipasi aktif seluruh anggota Masyarakat.
Namun didalam kelarga, orang tua cenderung otoriter dalam mengambil keputusan.
Untuk membangun masyarakat sipil yang demokratis, penting bagi orang tua untuk
memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka untuk mengekspresikan pendapat
mereka, menghormati mereka, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
keluarga. Hal ini akan membantu membentuk karakter demokratis anak dan memberikan
dampak positif bagi masyarakat.
3. Peran Orang Tua dalam Membangun Toleransi dan Pluralisme
Toleransi dan pluralisme merupakan aspek penting menjadi masyarakat yang beradab.
Orang tua berperan besar dalam mendidik anaknya untuk menghargai perbedaan, baik
agama, suku, maupun ras. Ketika orang tua memberikan teladan dan mengajarkan anak
pentingnya saling menghormati, mereka menumbuhkan toleransi dan rasa hormat
terhadap keberagaman pada anak, yang pada gilirannya membantu membangun
masyarakat yang harmonis.
4. Peran Orang Tua dalam Membangun Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah konsep bahwa hak dan tanggung jawab harus didistribusikan
secara adil dan proporsional. Orang tua harus menjadi fondasi keadilan dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk memperlakukan semua anak secara setara, tanpa membedakan
anak kandung dan anak angkat.
Namun, kehati-hatian juga harus diberikan untuk memastikan bahwa gagasan yang
mendasari keadilan menciptakan pemahaman bahwa keadilan sejati mempertimbangkan
kebutuhan dan kapasitas individu, bukan hanya didistribusikan secara merata.
Melalui Pendidikan otonomi, demokrasi, toleransi dan pluralisme, dan keadilan social, sebagai
orang tua dapat membentuk karakter anak yang positif pada Masyarakat di masa yang akan
dating. Dengan memahami dan melakukan peran mereka secara efektif, orang tua dapat menjadi
contoh paling utama saat membangun demokrasi yang beradab.

Kesimpulan

Kesimpulannya ketika kita membahas peran keluarga, dan khususnya peran orang tua, dalam
membangun demokrasi yang beradab, jelas bahwa fondasi masyarakat sipil yang kuat terletak
pada lingkungan keluarga. Orang tua merupakan pemain utama dalam perkembangan
kepribadian anak. Mereka mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menanamkan nilai-nilai
kewarganegaraan.

Jika orang tua memahami perannya dalam menciptakan otonomi, demokrasi, toleransi,
pluralisme dan keadilan sosial, maka mereka dapat menjadi fondasi utama membangun
masyarakat yang harmonis dan beradab.

Pentingnya mendidik anak sebagai orang yang mandiri, demokratis, dan menghargai perbedaan
akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi perkembangan masyarakat. Oleh karena
itu, perlu lebih meningkatkan kesadaran para orang tua akan pentingnya peran mereka dalam
membentuk generasi yang tidak hanya kompeten secara intelektual tetapi juga memiliki nilai-
nilai kewarganegaraan. Oleh karena itu, kerja sama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat
menjadi semakin penting untuk menjamin terbentuknya kepribadian tangguh berdasarkan prinsip
demokrasi sejati. Kami berharap upaya bersama ini dapat membawa Indonesia dan seluruh
masyarakat di berbagai tempat menuju arah yang lebih baik dimana demokrasi tidak hanya
menjadi struktur formal namun menjadi bagian integral dari kehidupan beradab sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

MKDU4111

Subianto, J. (2013). Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembentukan karakter berkualitas.
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8(2).

Lestari, S. O., & Kurnia, H. (2022). Peran Pendidikan Pancasila dalam pembentukan karakter. Jurnal
Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 5(1), 25.

Maran, P. P. (2007). Sosiologi Politik. Jakarta: Erlangga

Saputra, W. (2021). Pendidikan anak dalam keluarga. Tarbawy: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 1-6.

Anda mungkin juga menyukai