Anda di halaman 1dari 7

PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN DEMOKRASI YANG BERADAB

NAMA : SALSADILA EKA PRATIWI


NIM : 858531851
PRODI : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN/MKWU4109
PENDAHULUAN

Demokrasi, sebagai bentuk pemerintahan yang memberikan kekuasaan kepada rakyat,


tidak hanya menciptakan kebijakan publik tetapi juga mencerminkan karakter dan nilai-nilai
masyarakat.
Untuk mencapai demokrasi yang beradab, diperlukan kontribusi dari berbagai sektor, dan
salah satunya adalah keluarga.
Keluarga, sebagai unit terkecil dalam masyarakat, memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk fondasi demokrasi yang sehat dan berkelanjutan.
Pentingnya peran keluarga dalam membangun demokrasi yang beradab tidak bisa diabaikan.
Keluarga merupakan tempat pertama di mana nilai-nilai, norma, dan etika diajarkan kepada
generasi muda.
Melalui interaksi sehari-hari, anggota keluarga tidak hanya mengajarkan konsep dasar
demokrasi, seperti partisipasi aktif dan penghargaan terhadap kebebasan individu, tetapi juga
membentuk karakter yang akan membantu masyarakat tumbuh sebagai warga negara yang
bertanggung jawab.
Pendidikan demokrasi di dalam keluarga tidak hanya terbatas pada pengetahuan formal
tentang sistem pemerintahan, tetapi juga mencakup pembelajaran praktis melalui diskusi,
pemecahan masalah bersama, dan memberikan contoh nyata melalui perilaku sehari-hari.
Sikap terbuka terhadap perbedaan pendapat, penerimaan terhadap kebebasan individu, dan
keadilan menjadi prinsip-prinsip yang ditanamkan dalam suasana keluarga yang demokratis.
Dalam perspektif keluarga, peran orang tua sebagai pemimpin tidak hanya bersifat otoriter
tetapi juga sebagai fasilitator untuk mengembangkan pemikiran kritis dan independen pada
anak-anak mereka.
Dengan memberikan ruang bagi ekspresi pendapat, mendengarkan dengan penuh pengertian,
dan memberikan tanggung jawab yang semakin bertanggung jawab, orang tua
mempersiapkan anak-anak mereka untuk terlibat secara aktif dalam proses demokratis.
Selain itu, keluarga juga menjadi tempat di mana nilai-nilai keadaban, toleransi, dan rasa
tanggung jawab sosial dapat ditanamkan.
Demokrasi yang beradab tidak hanya mencakup hak individu tetapi juga kewajiban terhadap
masyarakat.
Dengan membiasakan praktik-praktik kecil seperti gotong royong, membantu sesama, dan
menghormati hak-hak orang lain, keluarga turut berkontribusi dalam membentuk warga
negara yang peduli dan bertanggung jawab.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih lanjut tentang bagaimana peran keluarga secara
konkret dapat membentuk karakter demokratis, merawat nilai-nilai kebebasan, dan membawa
dampak positif dalam membangun demokrasi yang beradab.
Dengan memahami pentingnya peran keluarga dalam konteks ini, kita dapat merancang
strategi yang lebih efektif untuk mendukung perkembangan demokrasi yang sehat di tingkat
masyarakat.

KAJIAN PUSTAKA
Konsep Keluarga
Pengertian keluarga menjadi landasan penting dalam memahami peran keluarga
dalam membangun demokrasi yang beradab.
M.I. Soelaeman, seperti yang dikutip dalam Yusuf (2009), mengemukakan bahwa keluarga
memiliki dua makna dari sudut pandang sosiologi.
Pertama, keluarga dalam arti luas mencakup semua pihak yang memiliki hubungan darah atau
keturunan.
Kedua, dalam arti sempit, keluarga terbatas pada orang tua dan anak.
Maciver menambahkan lima ciri khas keluarga, mencakup hubungan berpasangan kedua
jenis, perkawinan atau bentuk ikatan lainnya, pengakuan keturunan, kehidupan ekonomis
bersama, dan kehidupan rumah tangga.
Keluarga dianggap sebagai lembaga sosial yang telah berkembang secara resmi dalam semua
masyarakat.
Konsep ini menunjukkan bahwa keluarga bukan hanya sekadar unit biologis, tetapi juga
memiliki dimensi sosial dan ekonomis yang menyatu dalam kehidupan masyarakat.
Keluarga menjadi lembaga utama dalam membentuk struktur sosial dan memainkan peran
sentral dalam mengajarkan nilai-nilai dan tanggung jawab sosial.
Peran Keluarga
Peran keluarga menjadi kunci dalam membentuk karakter dan sikap anggota masyarakat
terhadap demokrasi.
Covey, seperti yang dikutip dalam Yusuf (2009), mengidentifikasi empat prinsip peran
keluarga: Modeling, Mentoring, Organizing, dan Teaching.
Modeling mencerminkan pentingnya orang tua sebagai contoh bagi anak-anak.
Orang tua menjadi model pertama dan terdepan dalam membentuk sikap proaktif, sikap
respek, dan kasih sayang pada anak-anak.
Mentoring menekankan pentingnya hubungan dan investasi emosional dalam memberikan
perlindungan kepada orang lain.
Organizing menyoroti keluarga sebagai suatu unit yang memerlukan kerja sama dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Teaching menunjukkan peran orang tua sebagai guru yang mengajarkan hukum-hukum dasar
kehidupan.
Konsep Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik merupakan proses utama dalam membentuk sikap dan orientasi politik
individu.
Proses ini mencakup pengenalan sistem politik, tanggapan individu terhadap gejala politik,
dan partisipasi serta tanggung jawab dalam kehidupan politik.
Sosialisasi politik dipengaruhi oleh lingkungan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan interaksi
individu dengan pengalaman hidupnya.
Keluarga, sekolah, teman sebaya, media massa, dan organisasi masyarakat merupakan agen
sosialisasi politik yang memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku
politik individu.
Agen Sosialisasi Politik
Keluarga menjadi agen sosialisasi politik yang paling pertama dan utama.
Lingkungan keluarga memberikan dasar bagi individu untuk memahami nilai-nilai politik.
Meskipun, dalam konteks sosialisasi politik di Indonesia, kendala ekonomi sering kali
membuat keluarga lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, menyebabkan kurangnya
perhatian terhadap kehidupan politik.
Selain keluarga, agen sosialisasi politik melibatkan sekolah, teman sebaya, media massa, dan
organisasi masyarakat.
Proses sosialisasi politik di Indonesia sering kali menghadapi tantangan apatis terhadap
kehidupan politik, terutama di kalangan keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang
rendah.
Implikasi Terhadap Pembangunan Demokrasi yang Beradab
Pentingnya peran keluarga dalam sosialisasi politik menjadi faktor kunci dalam membangun
demokrasi yang beradab.
Keluarga membentuk landasan karakter dan sikap individu terhadap kehidupan politik.
Oleh karena itu, dalam upaya memperkuat demokrasi, perlu adanya strategi untuk
meningkatkan peran keluarga sebagai agen sosialisasi politik.
Upaya penguatan pendidikan politik dalam lingkungan keluarga, peningkatan peran sekolah,
dan penggunaan media massa sebagai sarana pendidikan politik dapat menjadi langkah-
langkah konkret untuk membangun demokrasi yang beradab.
Pentingnya memberikan perhatian pada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah perlu
diakui, dan program-program pendidikan politik harus dirancang dengan mempertimbangkan
konteks tersebut.
PEMBAHASAN

Peran keluarga dalam membentuk karakter anak sangat krusial dalam membentuk
masyarakat kewargaan yang demokratis dan beradab.
Orang tua, sebagai agen sosialisasi utama, memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik
anak-anaknya agar menjadi individu yang mandiri, demokratis, dan memiliki nilai-nilai
kewargaan.
Berikut ini peran orang tua dalam membentuk masyarakat kewargaan dengan fokus pada
otonomi, demokrasi, toleransi, pluralisme, dan keadilan sosial.
1. Peran Orang Tua dalam Membangun Otonomi
Otonomi dalam konteks ini merujuk pada kemandirian dan kemampuan anak untuk
melakukan transaksi sosial dan politik.
Orang tua berperan penting dalam membentuk otonomi anak dengan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk belajar mandiri, seperti menyelesaikan pekerjaan rumah,
mengelola tugas sekolah, dan mengambil keputusan kecil sehari-hari.
Dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sejak dini, orang tua dapat membentuk
karakter mandiri yang menjadi dasar dari masyarakat kewargaan yang berkembang.
2. Peran Orang Tua dalam Membangun Demokrasi
Demokrasi membutuhkan partisipasi aktif dari semua anggota masyarakat. Namun, dalam
banyak keluarga, keputusan cenderung diambil secara otoriter oleh orang tua.
Untuk membangun masyarakat kewargaan yang demokratis, penting bagi orang tua untuk
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menyampaikan pendapat, menghargai
opini mereka, dan terlibat dalam pengambilan keputusan keluarga.
Hal ini membantu membentuk karakter demokratis pada anak-anak, yang akan membawa
dampak positif pada masyarakat.
3. Peran Orang Tua dalam Membangun Toleransi dan Pluralisme
Toleransi dan pluralisme menjadi aspek penting dalam masyarakat kewargaan yang beradab.
Orang tua memiliki peran besar dalam mengajarkan anak-anak untuk menghargai perbedaan,
baik itu perbedaan agama, suku, atau ras.
Dengan memberikan contoh dan mendidik anak-anak tentang pentingnya saling
menghormati, orang tua membantu membentuk karakter toleran dan menghargai
keberagaman anak-anak, yang pada gilirannya akan menciptakan masyarakat yang harmonis.
4. Peran Orang Tua dalam Membangun Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah konsep bahwa hak dan kewajiban harus dibagi secara adil dan
proporsional.
Orang tua perlu memberikan contoh keadilan dalam kehidupan sehari-hari, seperti
memperlakukan semua anak dengan adil tanpa membedakan anak kandung dan angkat.
Namun, penting juga untuk memastikan bahwa konsep keadilan yang ditanamkan lebih dari
sekadar pembagian yang sama rata, melainkan menciptakan pemahaman bahwa keadilan
sejati memperhitungkan kebutuhan dan kapasitas individu.
Peran keluarga, khususnya orang tua, sangat menentukan dalam membentuk masyarakat
kewargaan yang demokratis dan beradab.
Melalui pendidikan otonomi, demokrasi, toleransi, pluralisme, dan keadilan sosial, orang tua
dapat membentuk karakter anak-anak yang akan membawa dampak positif pada masyarakat
di masa depan.
Dengan memahami dan menjalankan peran mereka secara efektif, orang tua dapat menjadi
pilar utama dalam membangun demokrasi yang beradab.

PENUTUP

Kesimpulan
Dalam membahas peran keluarga, khususnya peran orang tua, dalam membangun
demokrasi yang beradab, sangat jelas bahwa fondasi masyarakat kewargaan yang kuat
dibangun dari lingkungan keluarga.
Orang tua, sebagai agen utama pembentukan karakter anak, memiliki tanggung jawab besar
dalam mengajarkan nilai-nilai kewargaan yang esensial.
Dengan memahami peran mereka dalam membentuk otonomi, demokrasi, toleransi,
pluralisme, dan keadilan sosial, orang tua dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan
masyarakat yang harmonis dan beradab.
Pentingnya mendidik anak-anak untuk menjadi individu yang mandiri, demokratis, dan
menghargai perbedaan akan membawa dampak positif jangka panjang pada perkembangan
masyarakat.
Saran
Oleh karena itu, perlu terus ditingkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya peran
mereka dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga
memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai kewargaan.
Dengan demikian, kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi semakin
penting dalam memastikan pembentukan karakter yang berdaya tahan dan berlandaskan pada
prinsip-prinsip demokrasi yang sejati.
Semoga upaya bersama ini dapat membawa Indonesia, dan setiap masyarakat di berbagai
tempat, menuju arah yang lebih baik, di mana demokrasi tidak hanya menjadi struktur formal,
tetapi juga menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang beradab.

DAFTAR PUSTAKA:

1. Yusuf, M. (2009). Pendidikan dan Demokrasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2. Maran, P. P. (2007). Sosiologi Politik. Jakarta: Erlangga.
3. Sunarto. (2004). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
4. Suryatna. (2011). Terpaan Media Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih Pemula
Universitas Djuanda Bogor. Jurnal Pemilu & Demokrasi, 2(1), 112-132.
5. Setiajid. (2011). Orientasi Politik yang Mempengaruhi Pemilih Pemula dalam
Menggunakan Hak Pilihnya pada Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010. Jurnal
Kebijakan dan Manajemen Publik, 19(1), 23-37.
6. Jurnal Edueksos Volume VI No 2, Desember 2017.

Anda mungkin juga menyukai