Anda di halaman 1dari 7

Peran Keluarga Dalam Membangun Demokrasi

Yang Beradab

Pendidikan Kewarganegaraan

MUH ERWIN
050338064
Pendahuluan
Demokrasi, sebagai bentuk pemerintahan yang memberikan kekuasaan kepada rakyat, tidak hanya
dengan menciptakan kebijakan publik tetapi juga mencerminkan karakter dan nilai-nilai
masyarakat. Untuk mencapai demokrasi yang beradap, diperlukan kontribusi dari berbagai sektor,
dan salah satunya adalah keluarga. Keluarga, sebagai unit terkecil dalam masyarakat, memiliki
peran yang sangat penting dalam membentuk pondasi demokrasi yang sehat dan berkelanjutan.

Pentingnya peran keluarga dalam membangun demokrasi yang beradap tidak bisa di abaikan.
Keluarga merupakan tempat pertama dimana nilai-nilai,norma, dan etika diajarkan kepada
generasi muda.

Melalui interaksi sehari-hari, anggota keluarga tidak hanya mengajarkan konsep dasar demokrasi,
seperti partisipasi aktif dan pernghargaan terhadap kebebasan individu, tetapi juga membentuk
karakter yang akan membantu masyarakat tumbuh sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
Pendidikan demokrasi didalam keluarga tidak hanya sebatas pada pengetahuan formal tentang
sistem pemerintahan, tetapi juga mencakup pembelajaran praktis melalui diskusi, pemecahan
masalah bersama, dan memberikan contoh nyata melalui perilaku sehari-hari.

Sikap terbuka terhadap perbedaan pendapat, penerimaan terhadap kebebasan individu, dan
keadilan menjadi prinsip-prinsip yang ditanamkan dalam suasana keluarga yang demokratis.
Dalam perspektif keluarga, peran orang tua sebagai pemimpin tidak hanya bersifat otoriter tetapi
juga sebagai fasilitator untuk mengembangkan pemikiran kritis dan independen pada anak-anak
mereka. Dengan memberikan ruang bagi ekspresi pendapat, mendengarkan dengan penuh
pengertian, dan memberikan tanggung jawab yang semakin bertanggung jawab, orang tua
mempersiapkan anak-anak mereka untuk terlibat secara aktif dalam proses demokratis.

Selain itu, keluarga juga menjadi tempat di mana nilai-nilai keadaban, toleransi, dan rasa tanggung
jawab sosial dapat ditanamkan. Demokrasi yang beradab tidak hanya mencakup hak individu tetapi
juga kewajiban terhadap masyarakat.

Dengan membiasakan praktik-praktik kecil seperti gotong royong, membantu sesama, dan
menghormati hak-hak orang lain, keluarga turut berkontribusi dalam membentuk warga negara
yang peduli dan bertanggung jawab.

Kajian Pustaka
Konsep Keluarga

Pengertian keluarga menjadi landasan penting dalam memahami peran keluarga dalam
membangun demokrasi yang beradab. M.I. Soelaeman, seperti yang dikutip dalam Yusuf (2009),
mengemukakan bahwa keluarga memiliki dua makna dari sudut pandang sosiologi.
Pertama, keluarga dalam arti luas mencakup semua pihak yang memiliki hubungan darah atau
keterunan. Kedua, dalam arti sempit, keluarga terbatas pada orangtua dan anak.
Maciver menambahkan lima ciri khas keluarga, mencakup hubungan berpasangan kedua jenis,
perkawinan atau bentuk ikatan lainnya, pengakuan keturunan, kehidupan ekonomis bersama, dan
kehidupan rumah tangga. Keluarga dianggap sebagai lembaga sosial yang telah berkembang
secara resmi dalam semua masyarakat.

Konsep ini menunjukkan bahwa keluarga bukan hanya sekadar unit biologis, tetapi juga memiliki
dimensi sosial dan ekonomis yang menyatu dalam kehidupan masyarakat. Keluarga menjadi
lembaga utama dalam membentuk struktur sosial dan memainkan peran sentral dalam
mengajarkan nilai-nilai dan tanggung jawab sosial.

Peran Keluarga

Peran keluarga menjadi kunci dalam membentuk karakter dan sikap anggota masyarakat terhadap
demokrasi. Covey, seperti yang dikutip dalam Yusuf (2009), mengidentifikasi empat prinsip peran
keluarga: Modeling, Mentoring, Organizing, dan Teaching. Modeling mencerminkan pentingnya
orang tua sebagai contoh bagi anak-anak. Orang tua menjadi model pertama dan terdepan dalam
membentuk sikap proaktif, sikap respek, dan kasih sayang pada anak-anak. Mentoring
menekankan pentingnya hubungan dan investasi emosional dalam memberikan perlindungan
kepada orang lain. Organizing menyoroti keluarga sebagai suatu unit yang memerlukan kerjasama
dalam menyelesaikan tugas-tugas dan memenuhi kebutuhan keluarga. Teaching menunjukkan
peran orang tua sebagai guru yang mengajarkan hukum-hukum dasar kehidupan.

Konsep Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik merupakan proses utama dalam membentuk sikap dan orientasi politik individu.
Proses ini mencakup pengenalan sistem politik, tanggapan individu terhadap gejala politik, dan
partisipasi serta tanggung jawab dalam kehidupan politik. Sosialisasi politik dipengaruhi oleh
lingkungan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan interaksi individu dengan pengalaman hidupnya.
Keluarga, sekolah, teman sebaya, media massa, dan organisasi masyarakat merupakan agen
sosialisasi politik yang memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku politik
individu.

Agen Sosialisasi Politik

Keluarga menjadi agen sosialisasi politik yang paling pertama dan utama. Lingkungan keluarga
memberikan dasar bagi individu untuk memahami nilai-nilai politik. Meskipun, dalam konteks
sosialisasi politik di Indonesia, kendala ekonomi seringkali membuat keluarga lebih fokus pada
pemenuhan kebutuhan dasar, menyebabkan kurangnya perhatian terhadap kehidupan politik.
Selain keluarga, agen sosialisasi politik melibatkan sekolah, teman sebaya, media massa, dan
organisasi masyarakat. Proses sosialisasi politik di Indonesia seringkali menghadapi tantangan
apatis terhadap kehidupan politik, terutama di kalangan keluarga dengan kondisi sosial ekonomi
yang rendah.

Implikasi Terhadap Pembangunan Demokrasi yang Beradab

Pentingnya peran keluarga dalam sosialisasi politik menjadi faktor kunci dalam membangun
demokrasi yang beradab. Keluarga membentuk landasan karakter dan sikap individu terhadap
kehidupan politik. Oleh karena itu, dalam upaya memperkuat demokrasi, perlu adanya strategi
untuk meningkatkan peran keluarga sebagai agen sosialisasi politik.

Upaya penguatan pendidikan politik dalam lingkungan keluarga, peningkatan peran sekolah, dan
penggunaan media massa sebagai sarana pendidikan politik dapat menjadi langkah-langkah
konkrit untuk membangun demokrasi yang beradab.

Pentingnya memberikan perhatian pada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah perlu
diakui, dan program-program pendidikan politik harus dirancang dengan mempertimbangkan
konteks tersebut.

Pembahasan

Peran keluarga dalam membentuk karakter anak sangat krusial dalam membentuk masyarakat
kewargaan yang demokratis dan beradab.
Orang tua, sebagai agen sosialisasi utama, memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik anak-
anaknya agar menjadi individu yang mandiri, demokratis, dan memiliki nilai-nilai kewargaan.
Berikut ini peran orang tua dalam membentuk masyarakat kewargaan dengan fokus pada otonomi,
demokrasi, toleransi, pluralisme, dan keadilan sosial.

Peran Orang Tua dalam Membangun Otonomi

Otonomi dalam konteks ini merujuk pada kemandirian dan kemampuan anak untuk melakukan
transaksi sosial dan politik. Orang tua berperan penting dalam membentuk otonomi anak dengan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar mandiri, seperti menyelesaikan pekerjaan
rumah, mengelola tugas sekolah, dan mengambil keputusan kecil sehari-hari.
Dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sejak dini, orang tua dapat membentuk karakter
mandiri yang menjadi dasar dari masyarakat kewargaan yang berkembang.

Peran Orang Tua dalam Membangun Demokrasi

Demokrasi membutuhkan partisipasi aktif dari semua anggota masyarakat. Namun, dalam banyak
keluarga, keputusan cenderung diambil secara otoriter oleh orang tua.
Untuk membangun masyarakat kewargaan yang demokratis, penting bagi orang tua untuk
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menyampaikan pendapat, menghargai opini
mereka, dan terlibat dalam pengambilan keputusan keluarga. Hal ini membantu membentuk
karakter demokratis pada anak-anak, yang akan membawa dampak positif pada masyarakat

Peran Orang Tua dalam Membangun Toleransi dan Pluralisme

Toleransi dan pluralisme menjadi aspek penting dalam masyarakat kewargaan yang beradab.
Orang tua memiliki peran besar dalam mengajarkan anak-anak untuk menghargai perbedaan, baik
itu perbedaan agama, suku, atau ras.
Dengan memberikan contoh dan mendidik anak-anak tentang pentingnya saling menghormati,
orang tua membantu membentuk karakter toleran dan menghargai keberagaman anak-anak, yang
pada gilirannya akan menciptakan masyarakat yang harmonis.
Peran Orang Tua dalam Membangun Keadilan Sosial

Keadilan sosial adalah konsep bahwa hak dan kewajiban harus dibagi secara adil dan
proporsional. Orang tua perlu memberikan contoh keadilan dalam kehidupan sehari-hari, seperti
memperlakukan semua anak dengan adil tanpa membedakan anak kandung dan angkat
Namun, penting juga untuk memastikan bahwa konsep keadilan yang ditanamkan lebih dari
sekadar pembagian yang sama rata, melainkan menciptakan pemahaman bahwa keadilan sejati
memperhitungkan kebutuhan dan kapasitas individu.

Peran keluarga, khususnya orang tua, sangat menentukan dalam membentuk masyarakat
kewargaan yang demokratis dan beradab. Melalui pendidikan otonomi, demokrasi, toleransi,
pluralisme, dan keadilan sosial, orang tua dapat membentuk karakter anak-anak yang akan
membawa dampak positif pada masyarakat di masa depan.
Dengan memahami dan menjalankan peran mereka secara efektif, orang tua dapat menjadi pilar
utama dalam membangun demokrasi yang beradab.

Penutup

Dalam membahas peran keluarga, khususnya peran orang tua, dalam membangun demokrasi yang
beradab, sangat jelas bahwa fondasi masyarakat kewargaan yang kuat dibangun dari lingkungan
keluarga. Orang tua, sebagai agen utama pembentukan karakter anak, memiliki tanggung jawab
besar dalam mengajarkan nilai-nilai kewargaan yang esensial.
Dengan memahami peran mereka dalam membentuk otonomi, demokrasi, toleransi, pluralisme,
dan keadilan sosial, orang tua dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan masyarakat yang
harmonis dan beradab.
Pentingnya mendidik anak-anak untuk menjadi individu yang mandiri, demokratis, dan
menghargai perbedaan akan membawa dampak positif jangka panjang pada perkembangan
masyarakat.

Oleh karena itu, perlu terus ditingkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya peran mereka dalam
membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan
terhadap nilai-nilai kewargaan.
Dengan demikian, kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi semakin penting
dalam memastikan pembentukan karakter yang berdaya tahan dan berlandaskan pada prinsip-
prinsip demokrasi yang sejati.

Semoga upaya bersama ini dapat membawa Indonesia, dan setiap masyarakat di berbagai tempat,
menuju arah yang lebih baik, di mana demokrasi tidak hanya menjadi struktur formal, tetapi juga
menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang beradab.

Daftar Referensi:

1. Yusuf, M. (2009). Pendidikan dan Demokrasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2. Maran, P. P. (2007). Sosiologi Politik. Jakarta: Erlangga.
3. Sunarto. (2004). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
4. Suryatna. (2011). Terpaan Media Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih Pemula
Universitas Djuanda Bogor. Jurnal Pemilu & Demokrasi, 2(1), 112-132.
5. Setiajid. (2011). Orientasi Politik yang Mempengaruhi Pemilih Pemula dalam
Menggunakan Hak Pilihnya pada Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010. Jurnal
Kebijakan dan Manajemen Publik, 19(1), 23-37.
6. Jurnal Edueksos Volume VI No 2, Desember 2017.

Anda mungkin juga menyukai