Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan sebagai transformasi budaya di artikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi

ke generasi yang lain. pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan karena pendidikan adalah upaya
memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar untuk bekal hidup yang
dimaksudkan disini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena kehidupan adalah keseluruhan dari
keadaan diri kita, totalitas dari apa yang kita lakukan sebagai manusia yaitu sikap, usaha, dan kerja yang
harus dilakukan oleh setiap orang. Menetapkan suatu pendirian dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai mahluk bio-sosial . karena itu, pendidikan
harus hadir dan di maknai sebagai pembentukan karakter (character building) manusia, aktualisasi
kedirian yang penuh insan dan pengorbanan atas nama kehidupan manusia. Ada tiga bentuk
transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok di teruskan misalnya, nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung
jawab dan lain-lain. Yang kurang cocok di perbaiki, dan yang tiak cocok di ganti. Contohnya budaya
korup dan menyimpang adalah sasaran bidik dari prndidikan transformatif. Segala sesuatu yang ada
dalam masyarakat di tentukan oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri. Baik buruknya prilaku atau sikap
masyarakat. Juga tergantung pada kebudayaan. Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang secara
kontinu di taati dan di ajarkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Secara sadar atau tidak sadar,
secara tersetruktur, masyarakat melelui anggota-anggotanya akan mengajarkan kebudayaan. Proses
belajar inilah yang disebut dengan transformasi kebudayaan atau pewarisan budaya. Pendidikan
merupakan proses membudayakan manusia sehingga pendidikan dan budaya tidak bisa di pisahkan.
Pendidikan bertujuan membangun totalitas kemampuan manusia baik sebagai individu maupun anggota
kelompok masyarakat sebagai unsur vital dalam kehidupan manusia yang beradab, kebudayaan
mengambil unsur-unsur pembentukannya dari segal ilmu pengetahuan yang di anggap betul – betul vital
dan sangat di perlukan dalam menginterprestasi semua yang ada dalam kehidupannya.

Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 2
menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan zaman. Sehingga di
dalam penentuan tujuan dan proses pelaksanaannya, pendidikan di Indonesia harus selalu
berakar pada budaya atau karakter nasional dan disisi lain pendidikan juga harus mampu
memenuhi tuntutan jaman, apalagi di era globalisasi yang menuntut tenaga berketerampilan
tinggi yang bisa diterima oleh pasar global. Oleh karena itu orientasi pendidikan harus selalu
merujuk pada dua hal penting yaitu melestarikan karakter nasional dan menciptakan lulusan
yang dapat bersaing secara kompetitif di pasar global atau mencetak manusia yang bertindak
lokal dan berpikir global, Sekolah memiliki tugas mewariskan, memelihara, danmengembangkan
budaya yang tercermin dalam kurikulum. Guru bekerja sama dengan peserta didik meningkat
kesadaran dengan menterjemahkan konsep budaya dengan cara berbeda. Guru mengarahkan
ke konsep pusat kebudayaan dengan mempersiapkan dan motivasi belajar diantara peserta
didik untuk sadar akan kenyataan dan berbekal belajar sebagai alat mendekati dunia kerja.
Pergerakan multikultural meyakinkan bidang pendidikan sebagai suatu kebutuhan dengan
model budaya yang konsisten.

Keluarga merupakan institusi pertama dan utama pembangunansumber daya manusia. Terdapat dua
penjelasan sederhana terhadapkonsep atau kerangka fikir tersebut. Penjelasan pertamaadalahkarena di
keluargalah seorang individu tumbuh berkembang, dimanatingkat pertumbuhan dan perkembangan
tersebut menentukankualitas individu yang kelak akan menjadi pemimpin masyarakat bahkan pemimpin
negara. Penjelasan kedua adalah karenadi keluargalah aktivitas utama kehidupan seorang individu
berlangsung. Selain itu keluarga merupakan unit sosial terkecil, pembangun institusi masyarakat.
Keluarga berkaitan dengan masalah sosial, sehinggabanyak para pembaharu sosial yang memandang
bahwa keluargasebagai dasar kesehatan masyarakat. Keluarga yang mampumenjalankan nilai-nilai dasar
dan mampu membangun lingkungankeluarga berkualitas dipandang mampu melahirkan individu
generasi penerus dan pemimpin bangsa berkualitas yang ditunjukkanolehsekumpulan karakter positif
seperti pribadi yang terbuka, demokratis, jujur, bertanggungjawab, dapat dipercaya dan diandalkan,
adil, senang bekerja keras, cinta kebenaran, dan religius. Keluarga memiliki berbagai fungsi penting yang
menentukan kualitas kehidupan baik kehidupan individu, keluarga, bahkan kehidupansosial
(kemasyarakatan). Fungsi keluarga dapat dibagi menjadi fungsi ekspresif dan instrumental. Fungsi
ekspresif keluarga berkaitandengan pemenuhan kebutuhan emosi & perkembangan, termasukmoral,
loyalitas, dan sosialisasi anak. Sementara itu fungsi instrumental berkaitan dengan manajemen
sumberdaya untuk mencapai berbagai tujuan keluarga. Sementara itu BKKBN membagi fungsi
keluargakedalam 8 kelompok yaitu fungsi : 1) keagamaan, 2) sosial budaya, 3) cinta kasih, 4) melindungi,
5) ekonomi, 6) reproduksi, 7) sosialisasi danpendidikan, dan 8) pembinaan lingkungan. Peran keluarga
dalam pembangunan SDM berkualitas berkaitandengan nilai-nilai yang dianut keluarga, kualitas
lingkungan keluargadiantaranya kualitas hubungan atau interaksi yang terjalin diantaraanggota
keluarga. Keluarga yang menganut dan dapat menjalankan nilai-nilai dasar seperti cinta kasih, rasa
hormat, komitment, tanggungjawab, dan kebersamaan keluarga, makadiharapkan dapat membangun
lingkungan berkualitas yangditunjukkan oleh adanya hubungan sosial yang harmonis di keluarga.
Beberapa indikator dari adanya hubungan sosial yang harmonis di keluarga adalah ditunjukkan dengan
adanya lingkungan yangstatbil dan dapat diprediksi, ikatan emosional yang kuat antar anggotakeluarga,
orangtua yang penuh cinta kasih, dan adanya konsensus diantara anggota keluarga.
Keluarga merupakan institusi sosial yang penting, sebagai pemegang peran kunci dalam meningkatkan
kualitas masyarakat, bahkan pembentuk karakter suatu bangsa. Oleh karena itu keluarga dapat
dianggap sebagai penentu baik dan buruknya bangsa. Keluarga merupakan unit terkecil dalam
masyarakat yang menurut tipenya terbagi atas dua yaitu keluarga batih yang merupakan satuan
keluarga yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak (nuclear family) serta keluarga luas (extended
family). Dalam sosiologi keluarga biasanya dikenal adanya pembedaan antara keluarga bersistem
konsanguinal yang menekankan pada pentingnya ikatan darah seperti hubungan antara seseorang
dengan orang tuanya cenderung dianggap lebih penting daripada ikatannya dengan suami atau istrinya
dan keluarga dengan sistem conjugal menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara
suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan
dengan orang tua.2 Keluarga merupakan fondasi bagi berkembang majunya masyarakat. Keluarga
membutuhkan perhatian yang serius agar selalu eksis kapan dan di manapun. Perhatian ini dimulai sejak
pra pembentukan lembaga perkawinan sampai kepada memfungsikan keluarga sebagai dinamisator
dalam kehidupan anggotanya terutama anak-anak, sehingga betul-betul menjadi tiang penyangga
masyarakat. Secara tegas dapat digarisbawahi bahwa tujuan keluarga ada yang bersifat intern yaitu
kebahagian dan kesejahteraan hidup keluarga itu sendiri, ada tujuan ekstern atau tujuan yang lebih jauh
yaitu untuk mewujudkan generasi atau masyarakat muslim yang maju dalam berbagai seginya atas dasar
tuntunan agama. Keluarga merupakan sumber dari umat, dan jika keluarga merupakan sumber dari
sumber-sumber umat, maka perkawinan adalah pokok keluarga, dengannya umat ada dan berkembang

perilaku berisiko dipengaruhi banyak faktor seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berkaitan dengan masa transisi yang dialami remaja dimana terjadinya perubahan fisik dan psikososial
yang pesat pada masa pubertas. Keadaan tersebut seringkali menimbulkan konflik tidak hanya dalam
diri remaja itu sendiri tetapi juga dengan lingkungan sekitar. Faktor eksternal juga berpengaruh
terhadap kemampuan remaja untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, misalnya lingkungan
keluarga dan sekolah. Salah satu upaya dalam mencegah bertambah meningkatnya perilaku berisiko
pada anak remaja dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan peran pengasuhan oleh keluarga.
Lingkungan keluarga dan sekolah seharusnya dapat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
bagi tumbuh kembang remaja. Keluarga merupakan lingkungan terkecil tempat anak tumbuh dan
berkembang yang merupakan bagian yang sangat penting dalam pengasuhan anak. Keluarga dapat
memberikan peranan dalam membentuk dan menanamkan nilai-nilai moral bagi anak remaja. Hal ini
juga dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam mengambil keputusan untuk menentukan
siapa yang akan menjadi teman dimana bersama teman dan kelompoknyalah mereka akan melewati
sebagian besar masa remajanya. Terbentuknya pribadi remaja dimulai dari pengasuhan dalam keluarga.
Terutama pada tahap-tahap awal tumbuh kembang remaja, hubungan yang harmonis dengan keluarga
sebaiknya tetap terjaga. Mengajak berdiskusi tentang hobi, minat terhadap bidang tertentu, teman dan
kegiatan sekolah. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi remaja sesuai minat dan
bakat yang dimiliki seperti di bidang olah raga, seni dan karya ilmiah meruapakan cara untuk
mengarahkan remaja dalam melepaskan energi mereka pada hal-hal yang positif.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Tujuan penggunaan model pembelajaran sebagai strategi
bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan dapat membantu peserta didik mengembangkan
dirinya baik berupa informasi, gagasan, keterampilan nilai dan cara-cara berpikir dalam
meningkatkan kapasitas berpikir secara jernih, bijaksana dan membangun keterampilan sosial serta
komitmen (Joice& Wells). Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:

1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model
pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau
pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan
sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya. 
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan
dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara
memecahkan suatu masalah pembelajaran. 
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga
apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya. 
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model
pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana
belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan
pembelajaran.  (Trianto, 2010).

Memilih atau menentukan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kondisi Kompetensi Dasar
(KD), tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat dari materi yang akan diajarkan, dantingkat
kemampuan peserta didik. Di samping itu, setiap model pembelajaran mempunyai tahap-tahap
(sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru.  Pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik sebagaimana yang diterapkan pada kurikulum 2013, sebaiknya dipadukan
secara sinkron dengan langkah/tahapan kerja (syntax) model pembelajaran.

pendidikan Ki Hadjar Dewantara disebut filsafat pendidikan among yang di dalamnya merupakan
konvergensi dari filsafat progresivisme tentang kemampuan kodrati anak didik untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi dengan memberikan kebebasan berpikir seluas-luasnya. Di
samping itu digunakan kebu-dayaan yang sudah teruji oleh waktu, menurut esensialisme, seba-gai
dasar pendidikan anak untuk pencapaian tujuannya. Khusus mengenai kebebasan berpikir, menurut
Ki Hadjar Dewantara, bila membahayakan anak didik berbuat salah maka akan diambil alih
pamongnya (TutwuriHandayani). Selain itu Ki Hadjar Dewantara menggunakan kebudayaan asli
Indonesia, sedangkan nilai-nilai dari Barat diambil secara selektif adaptatif sesuai dengan teori
trikon (kontinyuitas, konvergen dan konsentris).3.Kontribusi filsafat pendidikan Ki Hadjar
Dewantara terhadap pendidikan di Indonesia adalah dengan munculnya model-model pendidikan
setuju, karena Budaya timbul dari perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat secara berulang –
ulang sehingga membentuk suatu kebiasaan yang pada akhirnya menjadi sebuah budaya dari
masyrakat itu sendiri. Budaya yang telah terbentuk itu akan masuk dan mengakar di dalam
kehidupan manusia, sehingga tanpa kita sadari budaya ini telah mempengaruhi kehidupan manusia.
Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan mempengaruhi manusia dalam
berperilaku. Manusia akan didekte oleh budaya dalam hal berperilaku baik perilaku baik maupun
buruk. Banyak sekali perilaku – perilaku manusia yang dipengaruhi oleh budaya. Di bawah ini adalah
sebagian perilaku – perilaku manusia yang dipengeruhi oleh budaya. Yang pertama adalah budaya
mempengaruhi perilaku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Kebiasaan –
kebiasaan manusia dalam berinteraksi dengan orang lain telah merubah perilaku manusia ketika
bersosialisasi. Saat ini kita telah hidup di jaman yang serba canggih.

Anda mungkin juga menyukai