Anda di halaman 1dari 10

Manusia, Moralitas Dan Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya untuk menjadikan manusia berbudaya. Budaya dalam pengertian yang sangat luas mencakup segala aspek kehidupan manusia, yang dimulai dari cara berpikir,bertingkah laku sampai produk-produk berpikir manusia yang berwujud dalam bentuk benda (materil)maupun dalam bentuk sistem nilai (in- materil). Pergaulan antar umat di dunia yang semakin intensif akan melahirkan budayabudaya baru, baik berupa pencampuran budaya, penerimaan budaya oleh salah satu pihak atau keduanya, dominasi budaya, atau munculnya budaya baru.Keseluruhan proses ini tentu saja dipengaruhi oleh proses pendidikan di masyarakat. Pemunculan kebudayaan baru tidak sepenuhnya memberikan efek positif terhadap perkembangan suatu bangsa, tetapi ada juga yang berdampak negative. Untuk menghindari hal-hal negatif dari suatu kebudayaan baru, diperlukan berbagai upaya untuk mengadakan saringan kebudayaan yang dianggap paling tepat untuk diterapkan . Oleh karena , pemahaman terhadap kebudayaan menjadi penting bagi seorang pendidik agar pendidik memahami secara persis kebudayaan dan pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat.

B.

Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam yang terdapat pada pembahasan ini antara lain :

1. Nilai Moral Sebagai Sumber Budaya Dan Kebudayaan ? 2. definisi manusia dan nilai ? 3. definisi moral dan hukum, serta hubungan positif antara moralitas dan hukum ?

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Manusia, Moralitas Dan Hukum

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Nilai Moral Sebagai Sumber Budaya Dan Kebudayaan. 2.1.1 nilai dan system nilai budaya Manusia sebagai makhluk social budaya tidak terlepas dari nilai-nilai, baik nilai kebenaran, nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai keindahan maupun nilai keagamaan. Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi atau individu maupun kelompok, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma dan moral. Nilai-nilai, norma dan moral tersebut berfungsi memberi motivasi dan arahan bagi seluruh anggota masyarakat dalam bersikap, berbuat dan bertingkah laku. Sesuatu dikatakan bernilai, artinya sesuatu itu memiliki harga atau berharga, berguna, indah yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi pekerti, oleh karena itu nilai sebagai suatu system merupakan salah satu wujud kebudayaan yang bersifat abstrak. Suatu system nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam fikiran sebagian besar atau seluruh warga masyarakat, mengenai hal-hal yang mereka anggap baik, paling benar, amat bernilai dalam hidup. Oleh karena itu system nilai budaya biasanya dijadikan pedoman tertinggi bagi seluruh anggota masyarakat. System-sistem tata kelakuan manusia dari yang sifatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hokum dan norma-norma lain, semuanya bersumber pada nilai budaya tersebut.

Sifat dekat dengan Tuhan Sifat berpegang teguh pd pribadi bangsa

Sifat-sifat atau karakter masyarakat Indonesia

Sifat mementingkan unsur jiwa rasa Sifat mementingkan unsur imaterial Sifat artistik Sifat prasojo (bersahaja)

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Manusia, Moralitas Dan Hukum

Falsafah hidup atau pandangan hidup serta kepribadian bangsa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan sejarah bangsa dan kebudayaan Indonesia. Falsafah hidup yang mengandung unsur-unsur norma dan etika dapat dijumpai dalam ungkapan, pepatah-pepatah, tradisi atau adat istiadat, nasehat orang tua, dll.

2.1.2. Membangun kebudayaan nasional, nilai-nilai budaya positif dan negative. Kebudayaan bangsa Indonesia sudah tubuh dan berkembang sejak bumi Indonesia dihuni oleh nenek moyang bangsa Indonesia serta kondisi geografis yang berbeda-beda telah melahirkan beraneka ragam suku bangsa dengan kebudayaan yang berbeda-beda pula. Semboyan bhinneka Tunggal Ikansangat tepat karena sesuai dengan keadaan riil bangsa Indonesia. Masalah yang kemudian timbul setelah kita sepakat menyatakan diri menjadi satu bangsa dan mendirikan Negara nasional adalah tentang kebudayaan Nasional.vmasalah itu bukan hanya satu masalah cita-cita saja, tetapi masalah suatu kebudayaan kesatuan yang kita bayangkan untuk diwujudkan, melainkan adalah suatua masalah yang amat nyata. Dalam mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional, ki hajar dewantara mengajukan tiga (3) asas yang dikenal sebagai TRIKON : yaitu continue, konvergensi, konsentris. Asas continue maksudnya dalah bahwa kebudayaan nasional Indonesia harus merupakan lanjutan dari kebudayaan sendiri. Asas konvergensi, bangsa bangsa di dunia pada masa kini berada dalam keadaan saling tergantung dan merupakan salah satu ciri dari globalisasi. Situasi semacam ini mengajak kita untuk tidak mengisolasi diri, kita harus bergerak bersama bangsa-bangsa lain kearah kesatuan manusia yang universal. Dengan asas konvergensi bangsa Indonesia akan terhindar dari pelbagai kepicikan dan kekerdilan pandangan dan membawanya kepada situasinyang selalu dapat mengikuti perkembangan jaman dan sekaligus berguna bagi pembangunan kehidupan bangsa, khususnya dalam memajukan kebudayaan nasional. Asas konsentris, kita tidak menolak pengaruh kebudayaan asing, tetapi kita harus Ilmu Sosial Budaya Dasar

Manusia, Moralitas Dan Hukum

bersikap selektif secara cermat agar tidak membawa ekses negative dalam paduannya dengan kebudayaan nasional. Pengaruh-pengaruh dari luar harus dilihat kesesuainnya dengan basis kebudayaan nasional, misalnya dasar kekeluargaan yang merupakan adat dan tradisi bangsa Indonesia. Asas konsentris membimbing bangsa Indonesia untuk mampu menunjukkan eksistensinya, dan sanggup menonjolkan identitas. Nilai-nilai tradisional yang dapat mendorong pembangunan nasional antara lain : a.) Berorientasi vertical kearah atasan (pimpinan, tokoh masyarakat), aspek positif dari nilai budaya ini ialah dapat memudahkan taktik untuk mengajak rakyat berpartisipasi dalam usaha pembangunan dengan cara memberi contoh tauladan, misalnya hidup hemat dan sederhana, mentaati hokum, serta disiplin. b.) Nilai budaya sifat tahan menderita dan keuletan. c.) Nilai budaya bahwa manusia wajib terus berikhtiyar atau berusaha dan berjuang. d.) Nilai budaya siakap toleran terhadap pendirian atau keyakinan yang lain. e.) Nilai budaya yang berupa semangat dan jiwa gotong-royong serta solidaritas. Sikap mental bangsa Indonesia yang dapat menghambat pembangunana nasional (nilai budaya negative). Dalam rangka mempercepat proses pembangunan nasional diseluruh bidang kehidupan bangsa apalagi setelah bangsa Indonesia dilanda krisis multidimensi yang berkepanjangan, maka kita harus berusaha keras memberantas sikap mental buruk yang masih melekat dalam diri kita masing-masing pada khususnya dan dalam kepribadian bangsa in donesia pada umumnya. Sikap mental negative yang dapat menghambat pembangunan nasional antara lain : a.) Sifat mentalitas yang meremehkan mutu. Sikap mental meremehkan mutu telah melanda seluruh lapisan masyarakat dalam semua bidang kegiatan, termasuk didunia pendidikan di Indonesia. Semberdaya manusia Indonesia sebagai hasil (output) pendidikan kita selalu berada diposisi bahwa baik ditingkat Negaranegara asia maupun dunia. Demikian parahnya sehingga kita tidak memikirkan lagi mutu dari pekerjaan kita dan dengan sendirinya dari pekerjaan yang tidak ataumkurang bermutu maka akan dihasilkan produk yang tidak bermutu pula.

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Manusia, Moralitas Dan Hukum

b.) Sifat mentalitas yang suka menerabas. c.) Sifat tak percaya diri d.) Sifat tak berdisiplin murni. e.) Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.

2.2 Definisi Manusia dan Nilai 2.2.1 Manusia Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh karena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan. Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada individu lain. Ia belajar berjalan, belajar makan, belajar berpakaian, belajar membaca, belajar membuat sesuatu dan sebagainya, itu semua tentu memerlukan bantuan orang lain.

2.2.2 Nilai Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Defenisi nilai dari berbagai sudut pandang : Menurut Cheng (1955): nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam arti terdapatnya

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Manusia, Moralitas Dan Hukum

hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk menyempurnakan manusia, sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang seharusnya dimiliki (dalam lasyo, 1999, halm.1) Menurut Lasyo (1999, halm.9) sebagai berikut: nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Menurut Dardi Darmodihardjo (1986, halm. 36): nilai adalah yang berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan rohani.

2.3 definisi moral dan hukum, serta hubungan positif antara moralitas dan hukum. 2.3.1 Moral Moral berasal dari bahas latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mors ini mempunyai sinonim mos, moris, manner more atau manners, morals. Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (basah arab) atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Aliran aliran filsafat etika ( moral) : 1) Aliran Hedonisme Aliran hedonisme berpendapat bahwa aliran baik dan buruk adalah kebahagiaan karenanya suatu perbuatan dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan. Menurut aliran ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan yang merupakan dorongan daripada tabiatnya dan ternyata kebahagiaan merupakan tujuan akhir dari hidup manusia, oleh karenanya jalan yang mengantarkan ke arahnya dipandang sebagai keutamaan (perbuatan mulia / baik). Maksud dari kebahagiaan dari aliran ini adalah hedone, yakni kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan. Ada juga yang mengartikan kelezatan

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Manusia, Moralitas Dan Hukum

adalah ketentraman jiwa yang berarti keimbangan badan. Oleh karena itu,menurut aliran ini kelezatan merupakan ukuran dari perbuatan, jadi perbuatan dipandang baik menurut kadar kelezatan yang terdapat pada perbuatan yang dilakukan seseorang dan sebaliknya perbuatan itu buruk menurut kadar penderitaan yang ada pada diri seseorang tersebut. Maksud paham ini adalah manusia hendaknya mencari kelezatan sebesar-besarnya. Dan setiap perbuatannya diarahkan pada kelezatan. Jika terjadi keraguan dalam memilih suatu perbuatan harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya. Sesuatu yang baik apabila diri seorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan. 2) Aliran Utilitarisme Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk hasilnya tidak bermanfaat. Manfaat disini adalah kebahagiaan untuk sebanyak-banyak manusia dari segi jumlah atau nilai. Maksud dari paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia atau semua mahkluk yang memiliki perasaan. 3) Aliran idealisme Perbuatan manusia baik buruknya tidak didasarkan pada sebab musabab lahir melainkan didasarkan pada prinsip kerohanian yang tinggi. Orang tidak melakukan perbuatan buruk bukan karena takut dihukum dan meringkuk di penjara, orang tidak berbuat buruk karena memang tidak ada kemauan atau niatan untuk berbuat buruk. Yang dijadikan ukuran moral (etika) menurut aliran idealisme ialah kemauan atau niat seseorang. 4) Aliran Vitalisme Perbuatan baik menurut aliran ini adalah orang yang kuat, dapat memaksakan dan menekankan kehendaknya. Agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah. Manusia hendaknya mempunyai daya hidup atau vitalitas untuk menguasai dunia dan keselamatan manusia tergantung daya hidupnya. 5) Aliran Theologi Aliran ini menyatakan bahwa baik dan buruknya perbuatan sekarang tergantung dari ketaatan terhadap ajaran Tuhan lewat kitab sucinya. Hanya saja aliran ini tidak

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Manusia, Moralitas Dan Hukum

menyebutkan dengan jelas Tuhan dan kitab sucinya yang menjadi ukuran baik-buruknya perbuatan manusia adalah didasarkan kepada ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang diperintah Tuhan itu perbuatan yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itu perbuatan buruk.

2.3.2 Hukum Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin menggambarkan hidup manusia tanpa atau diluar masyarakat. Maka

manusia,masyarakat,dan hukum merupakan pengertian yang tidak dapat dipisahkan sehingga menjadi pameo. Dalam kaitan dengan masyarakat, tujuan hukum yang utama dapat direduksi untuk ketertiban. Ada beberapa pendapat para pakar mengenai pengertian hukum, yaitu: Mayers menjelaskan bahwa hukum itu adalah semua aturan yang menyangkut kesusilaan dan ditujukan terhadap tingkah laku manusia dalam masyarakat serta sebagai pedoman bagi penguasa Negara dalam melaksanakan tugasnya Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan perintah dan larangan untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat dan oleh karenanya masyarakat harus mematuhinya Simorangkir mengatakan bahwa hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa dan sebagai pedoman tingkah laku manusia dalam masyarakat yang dibuat oleh lembaga berwenang serta bagi sapa saja yang melanggarnya akan mendapat hukuman. Sudikno Mertokusuro menyatakan bahwa hukum adalah sekumpulan peraturanperaturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Achmad Ali menyatakan hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak tertulis yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan tersebut.

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Manusia, Moralitas Dan Hukum

2.3.3 moraliatas dan Hukum Berdasarkan sifatnya, kaidah hukum terbagi menjadi dua jenis, yaitu kaidah hukum imperatif dan fakultatif :

Hukum imperatif merupakan kaidah hukum yang bersifat memaksa dan mengikat siapa saja. Hukum fakultatif, merupakan kaidah hukum yang tidak mengikat, namun bersifat sebagai pelengkap sehingga dapat dikesampingkan dengan perjanjian oleh para pihak. Hubungan positif (saling mempengaruhi dan memperkuat) antara kaidah hukum dengan kaidah yang lain. 1. Hubungan antara norma hukum dengan norma agama 2. Hubungan antara norma hukum dengan norma kesusilaan 3. Hubungan antara norma hukum dengan norma kesopanan 4. Hubungan antara norma hukum dengan moralitas

Moral berkaitan dengan masalah perbuatan manusia, pikiran serta pendirian tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik, mengenai apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan seseorang. Pelanggaran terhadap norma hokum sekaligus juga melanggar norma moral. Karena itu pelanggar norma hokum akan mendapat dua sanksi sekaligus yaitu sanksi hokum dan juga sanksi moral. Sanksi hokum berupa hukuman sesuai dengan aturan-aturan hokum yang ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan sanksi moral berupa :

Sanksi dari Tuhan yang ditimpakan kelak di akhirat. Sanksi pada diri sendiri yang bersifat kejiwaan (sedih, resah, malu, dsb). Sanksi yang berasal dari keluaga atau masyarakat (dicemooh, dicela, dikucilkan, dsb).

Ilmu Sosial Budaya Dasar

Manusia, Moralitas Dan Hukum

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

3.2 saran

Ilmu Sosial Budaya Dasar

10

Anda mungkin juga menyukai