Anda di halaman 1dari 43

HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU,

SOSIAL,DAN BUDAYA

A. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Individu


Pengertian dari hakikat manusia adalah makhluk yang

memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,memiliki sifat

rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual

dan sosial yang mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan

mampu menentukan nasibnya.Makhluk yang dalam proses

menjadi dan terus berkembang tindak pernah selesai (tuntas)

selama hidupnya dan dalam hidupnya selalu melibatkan

dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya

sendiri,membantu orang lain dan membantu dunia lebih baik

untuk ditempati.Manusia memiliki kedudukan yang paling

tinggi di antara ciptaan Tuhan lainnya.Manusia memiliki sifat

hakikat yang merupakan karakteristik manusia yang

membedakan dengan makhluk hidup lainnya.


Sifat hakikat inilah yang merupakan karakteristik

manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup

lainnya.Sifat hakikat inilah yang merupakan landasan dan

arah dalam merancang dan melaksanakan komunikasi


transaksional di dalam interaksi edukatif.Oleh karena

itu,sasaran pendidikan adalah manusia dimana pendidikan

bertujuan untuk menumbuh kembangkan potensi

kemanusiaannya.Agar pendidikan dapat dilakukan dengan

benar dan tepat,pendidikan harus memiliki gambaran yang

jelas siapa manusia sebenarnya.Karenanya adalah sangat

strategis,pembahasan tentang hakikat manusia bagi

pengkajian seluruh upaya pendidikan.Sifat hakikat manusia

merupakan ciri-ciri yang karakteristik,yang secara principal

membedakan manusia dengan hewan,walaupun antara

manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama secara

biologis.
Dalam hubungannya dengan lingkungan,manusia

merupakan suatu organisme hidup (living

organism).Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh

lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan ,setiap

orang berasal dari satu linkungan,baik lingkungan vertical

(genetika,tradisi),horizontal (geografik,fisik,sosial),maupun

kesejarahan.Tatkala seorang bayi lahir,ia merasakan

perbedaan suhu dan kehilangan energi,dan oleh karena itu ia

menangis,menuntut agar perbedaan itu berkurang dan

kehilangan itu tergantikan.Dari sana timbul anggapan dasar

bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk


membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk

hidup.Untuk dapat hidup,ia membutuhkan sesuatu.Alat untuk

memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.Oleh

karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap

manusia itu sendiri.


Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur

jasmani dan rohani,unsur fisik dan psikis,unsur raga dan

jiwa.Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala

unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.Jika unsur

tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak

disebut sebagai individu.Dalam diri individu ada unsur

jasmani dan rohaninya,atau ada unsur fisik dan psikisnya,

atau ada unsur raga dan jiwanya.


Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas

tersendiri,tidak ada manusia yang persis sama.Dari sekian

banyak manusia,ternyata masing-masing memiliki keunikan

tersendiri.Seorang individu adalah perpaduan antara factor

fenotip dan genotip.Faktor genotip adalah factor yang dibawa

individu sejak lahir.Kalau seorang individu memiliki ciri fisik

atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir,ia juga memiliki

ciri fisik dan karakter atau atau sifat yang dipengaruhi oleh

factor lingkungan (factor fenotip).Faktor lingkungan (fenotip)

ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas


dari seseorang.Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan

dimana seorang individu melakukan interaksi sosial.Kita

melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga ,dengan

teman,dan kelompok sosial yang lebih besar.


Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut

dengan kepribadian.Setiap orang memiliki kepribadian yang

berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip)

dan factor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-

menerus.Menurut Nursid Sumaatmadja (2000),kepribadian

adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil

interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan

psikis ) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi

lingkungan,yang terungkap pada tindakan dan perbuatan

serta reaksi mental psikologisnya,jika mendapat rangsangan

dari lingkungan.Dia menyimpulkan bahwa factor lingkungan

(fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang

khas dari seseorang.


Permasalahan silang budaya terkait dengan paham

kultural materialisme yang mencermati permasalahan budaya

dari pola pikir dan tindakan dari kelompok sosial tertentu.Pola

temperamen yang relatif seragam ini ditentukan oleh faktor

keturunan,kebutuhan dan hubungan sosial yang terjadi

diantara mereka,sehingga dalam kehidupan suatu


kebudayaan cenderung untuk mengulang-ulang bentuk-

bentuk perilaku tertentu,karena pola perilaku tersebut

diturunkan melalui pola asuh dan proses belajar.Masyarakat

Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai budaya,karena

adanya kegiatan dan pranata khusus.Perbedaan ini justru

berfungsi mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi

sosial masyarakat tersebut.Pluralisme masyarakat dalam

tatanan social,agama dan suku bangsa ,telah ada sejak nenek

moyang ,kebhinekaan budaya yang dapat hidup

berdampingan merupakan kekayaan dalam khasanah budaya

Nasional,bila identitas budaya dapat bermakna dan

dihormati,bukan untuk kebanggaan dan sifat egoisme

kelompok,apalagi diwarnai kepentingan politik.


Permasalahan silang budaya dapat terjembatani dengan

membangun kehidupan multicultural yang sehat dilakukan

dengan meningkatkan toleransi dan apresiasi antar

budaya.Yang dapat diawali dengan pengenalan ciri khas

budaya tertentu ,terutama psikologi masyarakat yaitu

pemahaman pola perilaku masyarakat nya.Juga peran media

komunikasi,untuk melakukan sensor secara substantif dan

distributif,sehingga dapat menampilkan informasi apresiatif

terhadap budaya masyarakat lain.Pendidikan sebagai proses

humanisasi menekankan pembentukan makhluk sosial yang


mempunyai otonomi moral dan sensitivitas/kedaulatan

budaya,yaitu manusia yang bisa mengelola

konflik,menghargai kemajamukan,dan permasalahan silang

budaya.Toleransi budaya di lembaga pendidikan dapat

diupayakan lewat pergaulan di sekolah dan muatan bidang

studi,transformasi budaya harus dipandu secara pelan-

pelan,bukan merupakan revolusi yang dipaksakan.


Manusia memiliki dorongan atau keinginan untuk tetap

hidup dan melangsungkan kehidupannya seperti makhluk

hidup lainnya.Perbuatan-perbuatan juga tingkah laku manusia

seolah-olah semua diarahkan untuk itu.Manusia

membutuhkan hal-hal untuk memenuhi kebutuhan jasmani

dan rohani.Nutrisi berupa makanan,minuman,oksigen untuk

proses respirasi,hiburan agar kehidupan menjadi menarik dan

tidak membosankan,yang butuh belajar untuk

menguntungkan diri.Sebagai individu manusia berproses dari

tingkat organik,tingkat vegetatif,tingkat animal,tingkat human

dan tingkat religius atau absolut.Penjelasannya sebagai

berikut:
a. Pada tingkat organik.Individu manusia menunjukkan

adanya tanda-tanda kehidupan kira-kira setelah 120

hari atau 4 bulan setelah terjadinya konsepsi (proses

pembuahan) yang terjadi di rahim ibunya.Pada tingkat


ini posisi individu masih dalam ketidakberdayaan dalam

segala hal.
b. Pada tingkat vegetatif.Individu manusia mengalami

pratanda hidup yang lebih jelas ,misalnya sudah adanya

respirasi,metabolisme,pertumbuhan dan gerak-gerak

terbatas.Ini terjadi juga dalam alur rahim.


c. Pada tingkat animal.Individu manusia sudah dilengkapi

dengan perangkat naluri dan nafsu.Rahim

mempertahankan diri dan berketurunan,nafsu tertarik

dengan lawan jenis serta nafsu lain sebagaimana juga

dimiliki oleh binatang.


d. Pada tingkat human.Individu manusia telah mampu

mempresentasikan dirinya sebagai manusia.Akal dan

pikirannya telah bertugas untuk mengarahkan

perilakunya,individu mulai berfikir tentang dirinya dan

hubungannya dengan semua fenomena kehidupan di

dunia.Pada tingkat human inilah,individu manusia sadar

dirinya sebagai subjek sekaligus objek.


e. Pada tingkat religius, kata hati lebih berperan dalam

mewarnai keseluruhan perilakunnya.Pada tingkat ini

individu mampu melihat,menekuni dan menerapkan

norma-norma tertinggi dalam kehidupannya.Tingkatan

tertinggi ini hanya bisa dicapaioleh manusia,bukan

makhluk hidup.
B. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau

makhluk bermasyarakat,selain itu juga diberikan yang berupa akal

pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.Dalam

hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,manusia

selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.Dorongan

masyarakat yang dibina sejak lahirkan selalu menampakkan dirinya

dalam berbagai bentuk,karena itu dengan sendirinya manusia akan

selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.Manusia dikatakan

sebagai makhluk sosial,juga karena pada diri manusia ada dorongan

dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang

lain,manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau

tidak hidup ditengah-tengah manusia.Tanpa bantuan manusia

lainnya,manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.Dengan

bantuan orang lain,manusia bisa menggunakan tangan,bisa

berkomunikasi atau bicara,dan bisa mengembangkan seluruh

potensi kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan,bahwa manusia dikatakan sebagai

makhluk sosial,karena beberapa alasan,yaitu:

a. Manusia tunduk pada aturan,norma sosial.


b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang

lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang

lain.
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-

tengah manusia.

C. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Masyarakat dan kebudayaannya pada dasarnya merupakan

tayangan besar dari kehidupan bersama antara individu-individu

manusia yang bersifat dinamis.pada masyarakat yang kompleks

(majemuk) memiliki banyak kebudayaan dengan standar

perilaku yang berbeda dan kadang kala

bertentangan.Perkembangan kepribadian individu pada

masyarakat ini sering dihadapkan pada model-model perilaku

yang suatu saat diimbali sedang saat yang lain di setujui oleh

beberapa kelompok namun dicela atau dikutuk oleh kelompok

lainnya dengan demikian seorang anak yang sedang

berkembang akan belajar dari kondisi yang ada sehingga

perkembangan kepribadian anak dalam masyarakat majemuk

menunjukkan bahwa bola asuh dalam keluarga lebih berperan

karena pengalaman yang dominan akan membentuk kepribadian


satu hal yang perlu dipahami bahwa pengalaman seseorang

tidak hanya sekedar bertambah dalam proses pembentukan

kepribadian,namun terintegrasi dengan pengalaman sebelumnya

karena pada dasarnya kepribadian yang memberikan corak khas

pada perilaku dan pola penyesuaian diri tidak dibangun dengan

menyusun suatu peristiwa atas peristiwa lain.Masyarakat

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai

ciri adanya perubahan yang sangat pesat dalam berbagai aspek

kehidupan baik perubahan sistem ekonomi,politik sosial dan

sebagainya,dan dalam kenyataan tidak ada satupun gejala

perubaha sosial yang tidak menimbulkan akibat terhadap

kebudayaan setempat.

Kebudayaan dianggap sebagai sumber penggalangan

konformisme perilaku individu pada sekelompok masyarakat

pendukung kebudayaan tersebut,karena setiap anak manusia

lahir dalam suatu lingkungan alam tertentu (nature) dan dalam

satu lingkungan kebudayaan tertentu (culture) yang keduannya

merupakan lingkungan yang secara apriori menentukan proses

pengasuhannya (nurture) dalam pengembangannya sebagai

anak manusia dalam proses pembelajaran sehingga dalam

kenyataan kebudayaan cenderung mengulang-ulang perilaku

tertentu mulai pola asuh dan proses belajar yang kemudian


memunculkan adanya kepribadian rata-rata atau stereotype

perilaku yang merupakan ciri khas dan masyarakat tertentu yang

mencerminkan kepribadian modal dalam lingkungan

tersebut,dari pahaman ini kemudian muncul stereotip perilaku

pada sekelompok individu pada masyarakat tertentu.

Konsep watak kebudayaan sebagai kesamaan regularities

sifat di dalam organisasi intra psikis individu anggota suatu

masyarakat tertentu yang diperoleh karena cara pengasuh anak

yang sama di dalam masyarakat yang bersangkutan , (Margaret

Mead),apabila ini dikaitkan dengan konsep watak masyarakat

(social character) dilandasi oleh pikiran untuk menghubungkan

kepribadian tipikal dari suatu kebudayaan (watak masyarakat)

dengan kebutuhan objektif masyarakat yang dihadapi suatu

masyarakat.Dalam hal ini (Danandjaja:1988) ingin

menggabungkan antara gagasan lama tentang sifat adaptasi

pranata sosial terhadap kondisi lingkungan,dengan modifikasi

karakterologi psikoanalitik.Teori Erich Formm mengenai watak

masyarakat (social character) kendati mengaku juga asumsi dari

teori lainnya mengenai transmisi kebudayaan dalam hal

membentuk kepribadian tipikalatau kepribadian kolektif namun

dia telah juga mencoba untuk menjelaskan fungsi-fungsi sosio

historikal dari tipe kepribadian tersebut.


Yang menghubungkan kepribadian tipikal dari suatu

kebudayaan dengan kebutuhan objektif yang di hadapi suatu

masyarakat.Untuk memuaskan hubungan itu secara efektif suatu

masyarakat perlu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur

watak (traits) dari individu anggotanya agar mereka bersedia

melaksanakan apa yang harus mereka lakukan.Unsur-unsur

watak bersama tersebut membentuk watak masyarakat dari

masyarakat tersebut melalui latihan yang dilakukan oleh orang

tua terhadap anak-anak mereka,sementara orang tua telah

memperoleh unsur-unsur watak tersebut baik dari orang tuanya

ataupun sebagai jawaban langsung terhadap kondisi-kondisi

perubahan masyarakat.

Dalam konteks ekologi kebudayaan manusia merupakan hasil

dari 2 proses yang saling mengisi yaitu adanya perkembangan

sebagai hasil hubungan manusia dengan lingkungan alamnya

yang mendorong manusia untuk memilih cara dalam

menyesuaikan diri secara aktif dan kemampuan manusia dalam

berpikir metaphoric sehingga dapat memperluas atau

mepersempit jangkauan dari lambang-lambang dalam sistem arti

yang berkembang sedemikian rupa sehingga lepas dari

pengertian aslinya, sehingga kebudayaan secara umum di

artikan sebagai kompleksitas sistem nilai dan gagasan vital yang


menguasai atupun merupakan pedoman bagi terwujudnya pola

tingkah laku bagi masyarakat pendukungnya.Masyarakat

Indonesia dan kompleks kebudayaannya masing-masing plural

(jamak) dan heterogen (aneka ragam).

Pluralitas sebagai kontradiksi dari singularitas

mengindikasikan adanya suatu situasi yang terdiri dari

kejamakan,yaitu dijumpainya berbagai sub kelompok

masyarakat yang tidak bisa disatu kelompokkan dengan yang

lainnya,demikian pula dengan kebudayaan mereka,sementara

heterogenitas merupakan kontraposisi dari homogenitas

mengindikasi suatu kualitas dari keadaan yang menyimpan

ketidaksamaan dalam unsur-unsurnya.Hambatan-hanbatan yang

potensial dimiliki oleh suatu masyarakat plural dan heterogen

juga ditentukan dalam banyak aspek lainnya: struktur sosial

yang berbeda akan menghasilkan pola dan proses pembuatan

keputusan sosial yang berbeda, pluralitas dan heterogenitas

seperti diuraikan di atas juga tanpa memperoleh tantangan yang

sama kerasnya dengan tantangan terhadap upaya untuk

mempersatukannya melalui konsep negara kesatuan yang

mengimplikasikan bahwa penyelenggaraan pemerintahan

dilakukan secara sentralistik.


Masyarakat Indonesia yang majemuk yang terdiri dari

berbagai budaya, karena adanya berbagai kegiatan dan pranata

khusus dimana setiap kultur merupakan sumber nilai yang

memungkinkan terpeliharanya kondisi kemapanan dalam

kehidupan masyarakat pendukungnya,setiap masyarakat

pendukung kebudayaan (culture bearers) cenderung menjadikan

kebudayaannya sebagai kerangka acuan bagi peri kehidupannya

yang sekaligus untuk mengukuhkan jati diri sebagai

kebersamaan yang berciri khas (Fuad Hassan, 1998).Sehingga

perbedaan antar kebudayaan,justru bermanfaat dalam

mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial

masyarakat tersebut.Pluralisme masyarakat dalam tatanan sosial

agama,dan suku bangsa telah ada sejak jaman nenek

moyang,ke-bhinekaan budaya yang dapat hidup berdampingan

secara damai merupakan kekayaan yang tak ternilai dalam

khasanah budaya nasional karena diunggulkannya suatu nilai

oleh seseorang atau sekelompok masyarakat, bukan berarti tidak

dihiraukannya nilai-nilai lainnya melainkan kurang dijadikannya

sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku dibandingkan

dengan nilai yang di unggulkannya.Sehingga permasalahan

multikultural justru merupakan suatu keindahan bila identitas

masing-masing budaya dapat bermakna dan diagungkan oleh


masyarakat pendukungnya serta dapat dihormati oleh kelompok

masyarakat yang lain bukan untuk kebanggaan dan sifat

egoisme kelompok apalagi bila diwarnai oleh kepentingan-

kepentingan politik tertentu misalnya digunakannya simbol-

simbol budaya Jawa yang salah kaprah untuk membangun

struktur dan budaya politik yang sentralistik.Masalah yang

biasanya di hadapi oleh masyarakat majemuk adalah adanya

persentuhan dan saling hubungan antara kebudayaan suku

bangsa dan kebudayaan umum lokal,dan dengan kebudayaan

nasional.Di antara hubungan-hubungan ini yang saling kritis

adalah hubungan antara kebudayaan suku bangsa dan umum

lokal di satu pihak dan kebudayaan nasional dipihak lain.

Pemaksaan untuk merubah tata nilai atau upaya

penyeragaman budaya sering kali dapat memperkuat penolakan

dari budaya-budaya daerah,atau yang lebih parah bila upaya

mempertahankan tersebut justru disertai dengan semakin

menguatnya Etnosentrime.Etnosentrime secara formal

didefinisikan sebagai pandangan bahwa kelompok sendiri adalah

pusat segalanya dan kelompok lain akan selalu dibandingkan

dan dinilai sesuai dengan standart kelompok

sendiri.Etnosentrisme membuat kebudayaan diri sebagai

patokan dalam mengukur baik buruknya, atau tinggi rendahnya


dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi

kemiripannya dengan kebudayaan sendiri,adanya

kesetiakawanan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis

atau bangsa sendiri disertai dengan prasangka terhadap

kelompok etnis dari bangsa lain .Orang-orang yang

berkepribadian etnosentrime cenderung berasal dari kelompok

masyarakat yang mempunyai banyak keterbatasan baik dalam

pengetahuan, pengalaman, ,aupun komunikasi, sehingga sangat

mudah terprovokasi.

Bahwa dalam masyarakat selalu bekerja dua macam kekuatan

yaitu kekuatan yang ingin menerima perubahan dan kekuatan

yang menolak adanya perubahan.Meskipun selalu terdapat dua

kekuatan,namun sejarah memperlihatkan bahwa kaum

konserfatif cepat atau lambat akan terdesak untuk memberi

tempat pada adanya perubahan.Proses itu sering kali tidak

berjalan secara linier,tapi berjalan maju mundur.Konflik antara

kaum progresif dengan kaum konserfative maupun konflik

diantara kaum progresif itu sendiri.Dalam masyarakat yang

sudah selesai konflik itu sudah ditempatkan dalam suatu

mekanisme yang biasanya merupakan tatanan sosial politik yang

sudah di rasionalisasikan sehingga konflik itu didorong untuk

diselesaikan secara argumentasi .Sebaliknya pada masyarakat


berkembang (masyarakat yang belum selesai )konflik itu

biasanya berlangsung secara liar karena para pelakunya masih

sama-sama mencari mekanisme untuk menyelesaiakan dan

mengatasi perbedaan-perbedaan di antara mereka secara

rasional, susahnya dalam bersama-sama mencari mekanisme itu

masing-masing kekuatan progresif itu juga berusaha untuk

mencari kekuatan yang dominan,untuk mencari dan menentukan

bentuk mekanisme penyelesaian,kadang-kadang bentuk

mekanisme itu bisa diusahakan serasional mungkin tetapi bisa

saja terjadi usaha-usaha itu dipandu dengan pemaksaan fisik.

Dengan pemahaman pada fenomena tersebut landsan sosial

budaya masyarakat majemuk (plural society) perlu memperoleh

perhatian dan dikaji kembali,karena ideologi masyarakat

majemuk lebih menekankan pada keanekaragaman suku bangsa

akan sangat sulit untuk diwujudkan dalam masyarakat yang

demokratis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Untuk

mencapai tujuan proses-proses demokratis,ideologi harus

digeser menjadi ideologi keanekaragaman budaya atau multi

kulturalisme, kemajemukan masyarakat Indonesia yang terdiri

atas berbagai suku bangsa maka yang nampak menyolok dalam

kemajamekuan masyarakat Indonesia adalah penekanan pada

pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam komunitas-


komunitas suku bangsa,dan digunakannya kesukubangsaan

tersebut sebagai acuan utama bagi jati diri individu.Ada

sentimen-sentimen kesukubangsaan yang memiliki potensi

pemecah belah dan penghancuran sesama bangsa Indonesia

karena masyarakat majemuk menghasilkan batas-batas suku

bangsa yang didasari oleh sterotip dan prasangka yang

menghasilkan penjenjangan sosial,secara primordial dan

sobjektif.Konflik-konflik yang terjadi antara etnis dan antar

agama yang terjadi,sering kali berintikan pada permasalahan

hubungan antara etnis asli setempat dengan pendatang,konflik-

konflik itu terjadi karena adanya pengaktifan secara berlebihan

jati diri etnis untuk solidaritas dalam memperebutkan sumber

daya yang ada (Hamengku Buwono X.2001).

Dengan mencermati berbagai permasalahan sosial budaya

dan kondisi masyarakat Indonesia,dapat ditemui adanya

berbagai masalah yang ditenggarai sebagai kendala

penyelesaian masalah diantaranya adalah:

1) Rendahnya tingkat pengetahuan,pengalaman, dan

jangkauan komunikasi sebagai masyarakat yang

dapat mengakibatkan rendahnya daya tangkal

terhadap budaya asing yang negatif,dan


keterbatasan dalam menyerap serta

mengembangkan nilai-nilai baru yang positif,

sekaligus mudah sekali terprovokasi dengan isu-isu

yang dianggap mengancam eksistensinya.


2) Kurang maksimalnya media komunikasi dalam

memerankan fungsinya sebagai mediator dan

korektor informasi.
3) Paradigma pendidikan yang lebih menekankan

pengembangan intelektual dengan mengabaikan

pengembangan kecerdasan

emosional,pembentukan sifat moral, dan

penanaman nilai budaya.Manusia terbuai kegiatan

dan pembangunan yang pragmatis, yang

memberikan manfaat materiil yang lebih mudah

teramati dan terukur,shingga sering kali sanksi

formal lebih ditakuti dari pada snksi moral.


4) Meningkatkan gejala societal crisis on caring

(krisis pengasuhan dan kepedulian dalam

masyarakat) karena tingginya mobilitas sosial dan

transformasi kultural yang ditangkap dan diadobsi

secara terbatas.

Sejalan dengan berbagai kendala yang ada maka upaya

penyelesaian permasalahan silang budaya dapat


dilakukan dengan membangun kehidupan multi kultural

yang sehat dilakukan dengan meningkatkan toleransi dan

apresiasi antar budaya.Yang dapat diawali dengan

peningkatan tingkat pengetahuan tentang kebhinekaan

budaya, dengan berbagai model pengenalan ciri khas

budaya tertentu, terutama psikologi masyarakat yaitu

pemahaman pola perilaku khusus masyarakatnya.Kedua,

dengan peningkatan peran media komunikasi untuk

melakukan sensor secara substantif yang berperan

sebagai korektor terhadap penyimpangan norma sosial

yang dominan dengan melancarkan tekanan korktif

terhadap subsistem yang mungkin keluar dari

keseimbangan fungsional.

Pengungkapan skandal atau perbuatan yang merugikan

kepentingan umum dan melecehkan nilai-nilai yang di

junjung tinggi oleh masyarakat,harus disiarkan dengan

fungsi sebagai pemeliharaan kestabilan.Sedang kontrol

secara distributif, berfungsi sebagai memelihara

keseimbangan sistem melalui diseminasi selektif dan

berbagai ragam teknik-teknik penyebaran maupun

penyaringan informasi,yang mungkin dapat mengundang

kemelut dalam masyarakatatau menimbulkan


perpecahan,justru media komunikasi dituntut untuk dapat

menampilkan berbagai informasi yang bersifat apresiatif

terhadap budaya masyarakat lain.Ketiga,dengan strategi

pendidikan yang berbasis budaya, dapat menjadi pilihan

karena pendidikan berbasis adat tidak akan melepaskan

diri dari prinsip bahwa manusia adalah faktor

utama,sehingga manusia harus selalu merupakan

subjeksekaligus tujuan dalam setiap langkah dan upaya

perubahan.Nilai-nilai budaya tradisional dapat

terinternalisasi dalam proses pendidikan baik di lingungan

keluarga, pendidikan formal maupun non

formal.Khususnya pendidikan disekolah diperlukan adanya

paradigma baru yang dapat mengajikan model dan

strategi pembelajaran yang dapat menseimbangkan

proses humanisasi yang melihat manusia sebagai

makhluk hidup dalam konteks lingkungan ekologinya,yang

memerlukan terasahnya kemampuan intelektual untuk

menghadapi tantangan kesejagadan dengan pendidikan

sebagai proses humanisasi yang lebih menekankan

manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai

otonomi moral dan sensivitas/ kedaulatan budaya,

sehingga terbentuk manusia yang bisa mengelola konflik,


dan menghargai kemajamukkan, serta dapat tegar

terhadap arus perubahan dengan mempertajam sence of

responcibility sebagai benteng terhadap pengaruh faktor

eksternal tersebut,transformasi budaya harus dipandu

secara pelan-pelan,bukan merupakan revolusi yang

dipaksakan.

Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan, menampakan

bahwa kongruensi antara aspek kebhinekaan yang

manunggal dalam keekaan mulai menjadi masalah yang

tak pernah kunjung selesai.Masyarakat majemuk yang

menekankan keanekaragaman etnis sepatutnya dikaji

ulang untuk digeser pada pluralisme budaya (multi

culturalisme) yang mencakup tidak hanya kebudayaan

etnis tapi juga berbagai lokal yang ada di Indonesia,

sekaligus harus dibarengi oleh kebijakan politik nasional

yang meletakkan berbagai kebudayaan itu dalam

kesetaraan derajat.

Transformasi budaya dan berbagai permasalahan sosial

budaya harus dapat dipandu secara perlahan lewat jalu

media massa maupun pendidikan.Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serat arus


informasi,memerlukan berbagai penyesuaian,baik dalam

struktur pekerjaan,tuntutan keahlian mobilitas sosial dan

sebagainya,serta dalam proses perubahan tersebut bila

tidak memiliki akar budaya yang kuat akan kehilangan

identitas diri,dan terbawa arus.Tatanan sosial dan tradisi

lokal yang berakar kuat akan memberikan sentuhan halus

yang mengingatkan manusia agar tidak terbawa arus

perubahan yang demikian dahsyat.Nilai budaya yang

berkembang dalam suatu masyarakat,akan selalu berakar

dari kearifan tradisional yang muncul dan berkembang

sejalan dengan perkembangan masyarakat itu sendiri,

kemajemukan masyarakat Indonesia dengan ciri

keragaman budayanya tidak bisa secara otomatis

terintegrasi menjadi kebudayaan nasional yang sama

mantapnya dengan setiap sistem adat yang ada, karena

kebudayaan nasional tersebut baru pada taraf

pembentukan.

Dengan berpijak pada pemahaman tersebut nampak

bahwa kebijakan pendidikan yang sentralistik menjadi

tidak relevan. Strategi pendidikan yang berbasis adat

tidak akan melepaskan diri dari prinsip bahwa manusia

adalah faktor utama, sehingga manusia harus selalu


merupakan subjek sekaligus tujuan dalam setiap langkah

dan upaya perubahan.Nilai0nilai budaya tradisional dapat

terinternalisasi dalam proses pendidikan baik di

lingkungan keluarga, pendidikan formal maupun non

formal.Khususnya pendidikan di sekolah diperlukan

adanya paradigma baru yang dapat menyajikan model

dan strategi pembelajaran yang dapat menyeimbangkan

proses homonisasi dan humanisasi.

D. Fungsi Dan Peran Manusia Sebagai Individu Dan

Makhluk Sosial

Individu dalam bahasa Perancis berarti orang seorang.Kata ini

mengacu pada manusia atau satu orang manusia.In-

dividereberarti makhluk individual yang tidak dapat dibagi-bagi

lagi .Kta sifatnya Individual,menunjuk pada satu orang dengan

ciri-ciri khas yang melekat pada dirinya dan sekaligus untuk

membedakan dengan masyarakat.Ciri-ciri watak seorang


individu yang konsisten,yang memberikan kepadanya identitas

khusus,disebut sebagai kepribadian.

Pada sisi lain individu adalah makhluk sosial yang tidak akan

bisa hidup dan berkembang tanpa bantuan dan ikatan dengan

individu lain.Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial

atau makhluk bermasyarakat,selain itu juga diberikan yang

berupa akal pikiran berkembang serta dapat

dikembangkan.Dalam hubungannya dengan manusia sebagai

makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia

lainnya.Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan

selalu menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk,karena itu

dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam

kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga

karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk

berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak

akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup ditengah-

tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya manusia tidak mungkin bisa

berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, mausia bisa

menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa

mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dalam hal ini


individu juga membutuhkan suatu interaksi dengan individu lain.

Menurut Gillin dan Gillin, interaksi sosial merupakan hubungan-

hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara

orang perorangan, kelompok-kelompok manusia,maupun orang

peroranagan dengan kelompok manusia.Interaksi sosial dapat

terjadi karena adanya komunikasi, jadi komunikasi di sini

sangatlah penting artinya. Komunikasi berarti seseorang

memberikan tafsiran pada perilaku orang lain baik berwujud

pembicaraan, gerak, maupun sikap.


Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai

makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:


1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari

orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan

orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-

tengah manusia.

Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial,

pengertian ini menunjukkan pada hubungan-hubungan yang

dinamis. Interaksi sosial juga merupakan kunci dari semua

kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan

mungkin ada kehidupan bersama.Dengan demikian jelas sekali

bahwa interaksi sosial itu sangat penting dalam kehidupan


masyarakat ,tidak terkecuali dalam kehidupan di sekolah.

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa:kerja sama

(cooperation), persaingan (competition), konflik (conflict), dan

akomodasi (accomodation).

Peran dan fungsi seorang individu sangatlah diperlukan untuk

menjalin kerjasama yang baik dan juga berhubungan status

individu itu sendiri dalam lingkungannya. Status adalah jenjang

atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau dari satu

kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain.Adapun

peran diartikan sebagai suatu konsep fungsional yang

menjelaskan fungsi atau tugas seseorang. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa status dan peran merupakan dua hal

yang saling berkaitan. Status menunjukkan pada siapa

orangnya, sedangkan peran menunjukkan apa yang dilakukan

oleh orang itu.

Menurut S.Bellen, ada beberapa jenis status dan peran sosial

dalam masyarakat,yaitu:

1) Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang

terlaksana dalam kenyataan (actual roles).


2) Peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang

diperjuangkan (achieved roles).


3) Peran kunci (key roles) dan peran tambahan

(supplementary roles).
4) Peran tinggi,peran penengah, dan peran rendah.

E. Dinamika Interaksional

Dinamika interaksi dalam masyarakat adalah sesuatu yang

sering kita dengar dan mungkin kita telah banyak

mengetahuinya. Hal ini menunjukkan bahwa kitalah pelaku dari

dan pengatur dinamika dalam masyarakat baik secara sempit

maupun dalam lingkup yang lebih luas.

Sekali lagi,secara kesejarahan,perkembangan gagasan dan

pemikiran yang kemudian membentuk bidang ilmu ekologi

manusia tidak bisa dilepaskan oleh perjalanan keilmuan Ernst

Haeckel, yang memperkenalkan kajian ini pada tahun 1866.

Haeckel mengemukakan bahwa ekologi dipahami sebagai the

study (of management) of the household of nature.

Dalam sebuah rumah tangga alam, selalu terkandung asumsi

bahwa kondisi internal suatu sistem ekologi (ekosistem) akan


senantiasa berada dalam kondisi yang dinamis atau berubah-

ubah sesuai bekerjannya kekuatan-kekuatan pengaruh alam

(lingkungan atau environment) dan living organism (terutama

manusia) dalam melakukan aktifitas.Ekologi sendiri adalah

sebuah multi displin dimana fokus perhatiannya pada dinamika

hubungan interaksional antara sistem sosial dan sistem ekologi,

memerlukan dukungan beberapa cabang ilmu lain untuk

melengkapinya.

Dinamika interaksional juga erat hubungannya dengan

dinamika dalam kelompok masyarakat.Dinamika kelompok

merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam

sebuah kelompok fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:

a. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam

mengatasi persoalan hidup.Bagaimanapun manusia tidak

bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.


b. Memudahkan segala pekerjaan (banyak pekerjaan yang

tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang

lain).Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan

maslah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu

besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien.

Pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya

masing-masing sesuai keahlian.


c. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan

masyarakat.Setiap individu bisa memberikan masukan dan

berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam

masyarakat.

F. Dilema Antara Kepentingan Individu Dan Masyarakat

Dalam kehidupan terhadap beberapa komponen yang sangat

penting dan tak terpisahkan, tetapi komponen-komponen

tersebut dapat menjadi dilema yang akan mengganggu

keharmonisan diantara keduannya. Makhlik individu dapat

diartikan sebagai makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi dan

tidak bisa dipisahkan jiwa dan raganya.

Sedangkan masyarakat memiliki berbagai definisi dari

beberapa sumber, seperti:

1) Hasan Shadily: mendefinisikan masyarakat adalah

golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, dengan

atau karena sendirinya, bertalian secara golongan dan

mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.


2) R.Linton: seorang antropologi mengemukakan bahwa

masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah

cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu


dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang

dirinya sebagai satu sosial dengan batas-batas tertentu.

Dari kedua definisi tentang masyarakat tersebut kita

dapat mengambil suatu benang merah bahwa inti dari

suatu masyarakat adalah kerjasama satu dengan yang lain

yang sangat erat dan memiliki kesatuan yang kuat

sehingga akan dapat mengorganisasikan dirinya dan orang

lain secara optimal.Tetapi hal ini dapat menimbulkan

dilema, dimana kepentingan individu harus diimbangi

dengan kepentingan masyarakat.Dalam hal ini seseorang

akan sulit menentukan mana yang lebih penting

didahulukan, apakah urusan pribadi ataukah masalah

kemasyarakatan yang didahulukan.


Individu ingin menyerasikan atau menyesuaikan diri

dengan individu lain yang akan membentuk suatu

harmonitas.Individu sebagai makhluk sosial, berarti

individu sedang mengadakan dengan alam sekitarnya,

khususnya masyarakat. Di sini kita dapati manusia yang

dengan sadar menghubungkan sikap tingkah laku dan

perbuatannya dengan individu-individu lainnya.


Kecenderungannya manusia untuk hidup kelompok

sebenarnya bukanlah sekedar suatu naluri atau keperluan

yang diwariskan secara biologis semata-mata. Akan tetapi


dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batas-

batas tertentu juga menunjukkan adanya suatu ikatan

sosial tertentu. Mereka berkumpul dan saling berinteraksi

satu sama lain. Interaksi antar manusia merupakan suatu

kebutuhan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Individu yang satu pasti akan membutuhkan

individu yang lain, karena seorang Individu tidak akan bisa

hidup sendiri tanpa bantuan individu lain. Jadi kehidupan

berkelompok merupakan kebutuhan mutlak. Maka

timbullah kelompok-kelompok sosial (social group) di

dalam kehidupan manusia. Kelompok-kelompok sosial

tersebut merupakan himpunan atau kesatuan manusia

yang hidup bersama. Menurut Soerjono Soekanto, suatu

himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial

apabila:
1. Ada kesadaran dari setiap anggota bahwa ia

merupakan bagian ddari kelompok yang

bersangkutan.
2. Ada interaksi timbal balik antara anggota

kelompok satu dengan anggota lainnya.


3. Ada sesuatu yang dimiliki bersama, misalnya:

tujuan,cita-cita,idiologi, dan kepentingan.


4. Berstruktur, berkaidah, dan memiliki pola

perilaku.
5. Bersistem dan berproses.
Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak

menjadi kelompok yang statis, tetapi dinamis, selalu

berkembang dan mengalami perubahan-perubahan baik

dalam aktivitas maupun bentuknya.

Dari hal di atas kita tahu bahwa betapa kompleknya suatu

kepentingan masyarakat. Tetapi itu juga hal yang akan

menimbulkan dilema, karena seseorang individu akan sulit untuk

membagi kepentingannya sendiri dengan masyarakat. Misalnya

saja seperti pada penjelasan di atas bahwa suatu himpunan

manusia dapat dikatakan kelompok sosial apabila ada kesadaran

setiap anggota, dalam hal ini seorang individu harus sadar dan

tahu dimana ia menempatkan diri, apakah sebagai individu

pribadi ataukah sebagai individu sosial. Kemudian interaksi

timbal balik yang baik dimana individu harus mampu

memberikan kontribusi terbaik untuk lingkungan masyarakatnya,

dan masyarakat pula dapat menjadi sarana penunjang untuk

dirinya sendiri sebagai individu.

G. Etika dan Estetika Berbudaya


1. Etika Manusia dalam Berbudaya

Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos.Ada 3 jenis

makna etika menurut Bertens:


a. Etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang menjadi

pegangan bagi seseorang atau kelompok orang dalam

mengatur tingkah laku.


b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk

(filsafat moral).

Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa. Manusia

beretika, akan menghasilkan budaya yang beretika. Etika

berbudaya mengandung tuntutan bahwa budaya yang diciptakan

harus mengandung nilai-nilai etik yang bersifat universal.

Meskipun demikian suatu budaya yang dihasilkan memenuhi

nilai-nilai etik atau tidak bergantung dari paham atau ideologi

yang diyakini oleh masyarakat.

2. Estetika Manusia Dalam Berbudaya

Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan

atau seni. Estetika berkaitan dengan nilai indah-jelek. Makna

keindahan:

a. Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan.


b. Secara sempit, yaitu indah dalam lingkup persepsi

penglihatan (bentuk dan warna).


c. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik

seorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang

diresapinya memalui indera.

Estetika bersifat subyektif, sehingga tidak bisa dipaksakan.

Tetapi yang penting adalah menghargai keindahan budaya yang

dihasilkan oleh orang lain.

Secara historis perkembangan zaman boleh saja

mengalamami perubahan yang dasyat namun, peran kesenian

tidak akan pernah berubah dalam tatanan kehidupan manusia.

Sebab, melalui media kesenian, makna harkat menjadi citra

manusia berbudaya semakin jelas dan nyata.Bagi manusia

Indonesia terlanjur memiliki materi sebagai bangsa yang

berbudaya. Semua itu dikarenakan kekayaan dari keanekaragam

kesenian daerah dari Sabang sampai Merauke yang tidak banyak

dimiliki oleh bangsa lain. Namun, dalam sekejab, pandangan

terhadap bangsa kita menjadi aneh di mata dunia. Apalgi

dengan mencuatnya berbagai peristiwa kerusuhan, dan

terjadinya pelanggaran HAM yang menonjol makin memijokkan

nilai-nilai kemanusiaan dalam potret kepribadian bangsa.

Padahal, secara substansial bangsa kita dikenal sangat

ramah, sopan, santun, dan sangat menghargai perbadaan


sebagai aset kekayaan dalam dinamika hidup keseharian.

Transparansi potret perilaku ini adalah cermin yang tak bisa

disangkal. Bahkan, relung kehidupan terhadap nilai-nilai etika,

moral, dan budaya menjadi bagian yang tak terpisahkan. Namun

kenyataannya kini semuanya telah terjabut dan nyaris

terlupakan. Barangkali ada benarnya, dalam potret kehidupan

bangsa yang amburadul ini, kita masih memiliki wadah BKKNI

(Badan Koordinasi Kebudayaan Nasional Indonesia) yang

mengubah haluan dalam transformasi sosial, menjadi BKKI

(Badan Kerja sama Kesenian Indonesia) pada Februari lalu.

Brangksli denagn baju dan bendera baru ini, H.Soeparmo

yang terpilih sebagai e-bidannya dapat membawa reformasi

struktural dan sekaligus dapat memobilisasi aktivitas kesenian

sebagaimana kebutuhan bangsa kita. Sebab, salah satu dalam

peran berkesenian adalah membawa kemerdekaan dan

kebebasan kreativitas bagi umat manusia sebagai dasar utama.

Masyarakat dan kebudayaannya pada dasarnya merupakan

tayangan besar dari kehidupan bersama antara individu-individu

manusia yang bersifat dinamis. Pada masyarakat yang kompleks

(majemuk) memiliki banyak kebudayaan dengan standart

perilaku yang berbeda kadangkala Bertentangan, perkembangan


kepribadian individu pada masyarakat ini sering dihadapkan

pada model-model perilaku yang suatu saat diimbali sedang saat

yang lain disetujui oleh beberapa kelompok namun dicela atau

dikutuk oleh kelompok lainnya, dengan demikian seorang

anakbeberapa kelompok namun dicela atau dikutuk oleh

kelompok lainnya, dengan demikian seorang anak yang sedang

berkembang akan belajar dari kondisi yang ada, sehingga

perkembangan kepribadian anak dalam masyarakat majemuk

menunjukkan bahwa pola asuh dalam keluarga lebih berperan

karena pengalaman yang dominan akan membentuk

kepribadian, satu hal yang perlu dipahami bahwa pengalaman

seseorang tidak hanya sekedar bertambah dalam proses

pembentukan kepribadian, namun terintegrasi dengan

pengalaman sebelumnya, karena pada dasarnya kepribadian

yang memberikan corak khas pada perilaku dan pola

penyesuaian diri, tidak dibangun dengan menyusun suatu

peristiwa atas peristiwa lain, karena arti dan pengaruh suatu

pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalaman yang

mendahuluinya.

Konsep watak kebudayaan sebagai kesamaan regularities

sifat di dalam organisasi intra psikis individu anggota suatu

masyarakat tertentu yang diperoleh karena cara pengasuhan


anak yang sama di dalam masyarakat (Margaret Mead). Apabila

ini dikaitkan dengan konsep watak masyarakat (social character)

dilandasi oleh pikiran untuk menghubungkan kepribadian tipikal

dari suatu kebudayaan (watak masyarakat) dengan kebutuhan

objektif masyarakat yang dihadapi suatu masyarakat. Dalam hal

ini Danandjaja,1988) ingin menggabungkan antara gagasan lama

dengan sifat adaptasi pranata sosial terhadap kondisi

lingkungan, dengan modifikasi karakterologi psikoanalitik. Teori

Erich Form mengenai watak masyarakat (social character)

kendati mengakui juga asumsi dari teori lainnya mengenai

transmisi kebudayaan dalam hal membentuk kepribadian

tipikal atau kepribadian kolektif namun dia telah juga mencoba

untuk menjelaskan fungsi-fungsi sosio historikal dari tipe

kepribadian tersebut.Yang menghubungkan kepribadian tipikal

dari suatu kebudayaan dengan kebutuhan objektif yang dihadapi

suatu masyarakat.

Untuk merumuskan hubungan itu secara efektif suatu

masyarakat perlu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur

watak (traits) dari individu anggotannya agar mereka bersedia

melakasanakan apa yang mereka lakukan. Unsur-unsur watak

bersama tersebut membentuk watak masyarakat dari

masyarakat tersebut melalui latihan yang dilakukan oleh orang


tua terhadap anak-anak mereka,sementara orang tua telah

memperoleh unsur-unsur watak tersebut baik dari orangtuanya

atau sebagai jawaban langsung terhadap kondisi-kondisi

perubahan masyarakat.

Dalam konteks ekologi kebudayaan manusia merupakan hasil

dari 2 proses yang saling mengisi, yaitu adanya Yang

menghubungkan kepribadian tipikal dari suatu kebudayaan

dengan kebutuhan objektif yang di hadapi suatu

masyarakat.Untuk memuaskan hubungan itu secara efektif suatu

masyarakat perlu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur

watak (traits) dari individu anggotanya agar mereka bersedia

melaksanakan apa yang harus mereka lakukan.Unsur-unsur

watak bersama tersebut membentuk watak masyarakat dari

masyarakat tersebut melalui latihan yang dilakukan oleh orang

tua terhadap anak-anak mereka,sementara orang tua telah

memperoleh unsur-unsur watak tersebut baik dari orang tuanya

ataupun sebagai jawaban langsung terhadap kondisi-kondisi

perubahan masyarakat.

Dalam konteks ekologi kebudayaan manusia merupakan hasil

dari 2 proses yang saling mengisi yaitu adanya perkembangan

sebagai hasil hubungan manusia dengan lingkungan alamnya


yang mendorong manusia untuk memilih cara dalam

menyesuaikan diri secara aktif dan kemampuan manusia dalam

berpikir metaphoric sehingga dapat memperluas atau

mepersempit jangkauan dari lambang-lambang dalam sistem arti

yang berkembang sedemikian rupa sehingga lepas dari

pengertian aslinya, sehingga kebudayaan secara umum di

artikan sebagai kompleksitas sistem nilai dan gagasan vital yang

menguasai atupun merupakan pedoman bagi terwujudnya pola

tingkah laku bagi masyarakat pendukungnya.

H. Problematika Kebudayaan
Masalah kebudayaan adalah sesuatu sangat tidak kalah

pentingnya dari masalah yang lain. Kebudayaan sangat mudah

berganti dan terpengaruh oleh kebudayaan lain. Sehingga

menimbulkan berbagai masalah yang besar. Kebudayaan

berhubungan dengan masalah beradaban, peradaban adalah

sebuah istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagian

bagianatau unsur kebudayaan yang dianggap halus, indah dan

maju. Konsep kebudayaan adalah perkembangan kebudayaan

yang telah mencapai tingkat tertentu yang tercermin dalam

intelektual, keindahan, teknologi, spiritual yang terlihat pada

masyarakatnya. Kebudayaan bersifat dinamis. Oleh sebab itu dia


dapat mengalamiperubahan dan pergeseran. Factor utama

dalam perubahan ini adalah adanya globalisasi.


Globalisasi suatu fenomena khusus dalam beradapan

manusiayang bergerak terus dalam masyarakat global dan

merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran

teknologi informasidan teknologi komunikasi mempercepat

akselerasi proses globalisasi ini globalisasi menyentuh seluruh

aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai

tantangan dan permasalahan baruyang harus dijawab,

dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk

kepentingan kehidupan. Wacana globalisasi sebagai sebuah

proses ditandai dengan pesatnya perkembanganilmu

pengetahuan dan teknologisehingga ia mampu mengubah dunia

secara mendasar.
Problematika peradapan di Indonesiayang timbul akibat

globalisasi diantaranya dapat dilihat dalam bidang bahasa,

kesenian juga yang terpenting kehidupan social. Akibat

perkembangan teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur

dalam kesenian tradisional di Indonesia. Peristiwa transkultur

seperti itumau tidak mau akan berpengaruh terhadap

keberadaan kesenian kita.


Padahal kesenian tradisional kita merupakan dari khasanah

kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestarianya. Dengan

teknologi informasi yang semakin canggihseperti saat ini kita


disuguhi banyak alternative tawaran hiburan dan informasi yang

lebih beragam, yang mungkin lebih menarikjika dibandingkan

dengan kesenian kelestarian kita. Misalkan saja kesenian wayang

orang bharata, yang terdapat digedung wayang orang bharata

dijakarta kini tampak sepi seolah olah taka da pengunjungnya.


Hal ini sangat disayangkan mengigat wayang merupakan

salah satubentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan

kaya akan pesan pesan moral, dan merupakan salah satu agen

penanaman nilai-nilai moral yang baik. Contoh lainnya adalah

kesenian ludruk yang sampai pada tahun 1980an masih Berjaya

dijawa timur sekarang ini telah mengalami mati suri . Wayang

orang dan ludruk merupakancontoh kecil dari mulai

terdepaknyakesenian tradisional akibat globalisasi. Kehidupan

social juga merupakansalah satu unsur pembentuk peradapan

yang banyak dipengaruhi oleh globalisasi. Dimensi nilai dalam

kehidupan yang sebelumnya berdasarkan pada konsep

kolektifitisme kini berubah menjadi individualism.


Manusia tidak lagi merasa senasib, sepenanggungan dengan

manusia lainnya ( seperti pada zaman perjuangan )dikarenakan

perkembangan teknologi dan informasi menuntut mereka untuk

saling berkompetisi dalam memenuhi kebutuhan hidup yang

semakin mendesak. Hal ini juga berdampak pada berkurangnya

kontak social antara sesama manusia dalam konteks


berhubungan masyarakat. Contoh lain adlah kenyataan bahwa

kebutuhan ekonomi semakin meningkat, atau dengan kata lain

masyarakat menjadi lebih konsumtif dan cenderung memiliki

gaya hidup hedonis, yang lebih suka bersenang-senang.


Problematika peradapan yang penting lainnyaadlah adanya

kemungkinan punahnyasuatu bangsa didaerah tertentu

disebabkan penutur bahasnya telah terkontaminasi oleh

pengaruh globalisasi. Contoh kasusnya adalah seperti terjadi di

Sumatra barat. Didaerah ini sering sekali kita temukan

percampuran bahasa ( code mixing ) yang biasanya dituturkan

oleh anak muda di Sumatra barat, seperti percampuran bahasa

betawi dan minang dalam percakapan sehari-hari (kama lu ? gak

tau gua do, dan lain lain ). Hal ini jelas mengancameksisteni

bahasa disuatu daerah.

Anda mungkin juga menyukai