Anda di halaman 1dari 16

Pengertian Budi Pekerti

Budi pekerti terdiri dari dua kata yakni budi dan pekerti. Budi yang berarti sadar atau yang
menyadarkan atau alat kesadaran. Pekerti berarti kelakuan. Secara terminologi, kata budi ialah
yang ada pada manusia berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran. Pekerti
adalah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut
behavior.
Kata budi pekerti dalam kamus Bahasa Indonesia adalah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi
pekerti mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi. Di dalam perkataan itu
tercermin sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari. Budi pekerti sendiri mengandung
pengertian yang positif. Namun penggunaan atau pelaksanaannya yang mungkin negatif.
Penerapannya tergantung pada manusia.
Budi pekerti didorong oleh kekuatan rohani manusia yakni pemikiran, rasa dan karsa yang
akhirnya muncul menjadi perilaku yang dapat terukur dan menjadi kenyataan dalam kehidupan.
Pemikiran mempunyai tabiat kecenderungan kepada ingin tahu dan mau menerima yang logis,
dan sebaliknya tidak mau menerima yang tidak masuk akal. Manusia diberi kesempatan berpikir
dan mengembangkan, serta membimbing akal ke arah yang benar.
Sedangkan rasa mempunyai tabiat kecenderungan pada keindahan. Letak keindahan adalah pada
keharmonisan susunan sesuatu, harmonis antara unsur jasmani dengan rohani, harmonis antara
mental dan tingkah laku, harmonis susunan keluarga. Keharmonisan akan menimbulkan rasa
nyaman dalam kalbu dan tentram dalam hati.
Jika tidak ada keharmonisan akan timbul gejolak dalam hati, timbul keresahan dan kegelisahan
yang mengganggu kenyamanan hati.
Manusia memiliki karsa yang berhubungan dengan pemikiran dan rasa. Karsa disebut kemauan
atau kehendak, hal ini berbeda dengan keinginan. Keinginan lebih mendekati pada senang atau
cinta yang terkadang berlawanan antara satu keinginan dengan keinginan yang lainnya dari
seseorang pada suatu waktu yang sama. Kehendak atau kemauan adalah keinginan yang dipilih
antara keinginan-keinginan yang banyak untuk dilaksanakan. Dengan kata lain kehendak adalah
keinginan yang dimenangkan di antara keinginan yang banyak setelah mengalami kebimbangan.

Pengertian Akhlak dan Budi Pekerti


1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku dan tabiat. Secara terminologi, akhlak berarti tingkah laku seseorang
yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kata akhlak, moral dan etika yang ketiganya
memiliki makna hampir sama, yakni tingkah laku manusia.
Namun jika dilihat dari sumbernya, ketiga kata tersebut akan berbeda. Akhlak bersumber dari
agama. Moral berasal dari adat-istiadat masyarakat. Sedangkan etika, filsafat oral dari akal
pikiran.
Jika dikaji lebih mendalam dan dihubungkan dengan konteks kalimat kata akhlak, moral dan
etika memiliki pengertian yang berbeda. Akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar
yang merupakan penilaian dipandang dari sudut hukum yang berlaku dalam ajaran agama.
Moral, istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Yang dimaksud
penilaian benar atau salah dalam moral, adalah masyarakat secara umum.
Sedangkan etika merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk
menentukan nilai perbuatan baik dan buruk, ukuran yang dipergunakan adalah akal pikiran. Jika
diperbandingkan antara ketiga kata tersebut maka etika merupakan ilmu, moral adalah ajaran,
dan akhlak adalah tingkah laku manusia.
| More

Secara umum Budi Pekerti berarti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan ini.
Ini adalah tuntunan moral yang paling penting untuk orang Jawa tradisional. Budi Pekerti adalah
induk dari segala etika ,tatakrama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan , pekerjaan dan
kehidupan sehari-hari. Pertama-tama budi pekerti ditanamkan oleh orang tua dan keluarga
dirumah, kemudian disekolah dan tentu saja oleh masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung.

Pada saat ini dimana sendi-sendi kehidupan banyak yang goyah karena terjadinya erosi
moral,budi pekerti masih relevan dan perlu direvitalisasi.
Budi Pekerti yang mempunyai arti yang sangat jelas dan sederhana, yaitu : Perbuatan( Pekerti)
yang dilandasi atau dilahirkan oleh Pikiran yang jernih dan baik ( Budi).
Dengan definisi yang teramat gamblang dan sederhana dan tidak muluk-muluk, kita semua
dalam menjalani kehidupan ini semestinya dengan mudah dan arif dapat menerima tuntunan budi
pekerti.
Budi pekerti untuk melakukan hal-hal yang patut, baik dan benar.Kalau kita berbudi pekerti,
maka jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat, sehingga kita bisa berkiprah menuju ke
kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik.
Sebaliknya, kalau kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti, maka kita akan mengalami hal-hal
yang tidak nyaman, dari yang sifatnya ringan, seperti tidak disenangi/ dihormati orang lain,
sampai yang berat seperti : melakukan pelanggaran hukum sehingga bisa dipidana.

Penanaman Budi Pekerti

Esensi Budi Pekerti, secara tradisional mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik
dirumah maupun disekolah, kemudian berlanjut dalam kehidupan dimasyarakat.
Dirumah dan keluarga
Sejak masa kecil dalam bimbingan orang tua, mulai ditanamkan pengertian baik dan benar
seperti etika, tradisi lewat dongeng, dolanan/permainan anak-anak yang merupakan cerminan
hidup bekerjasama dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan.

Berperilaku yang baik dalam keluarga amat penting bagi pertumbuhan sikap anak selanjutnya.
Dari kecil sudah terbiasa menghormat orang tua atau orang yang lebih tua, misalnya : jalan
sedikit membungkuk jika berjalan didepan orang tua dan dengan sopan mengucap : nuwun sewu
( permisi), nderek langkung ( perkenankan lewat sini).
Selain berperilaku halus dan sopan, juga berbahasa yang baik untuk menghormati sesama,
apakah itu bahasa halus ( kromo) atau ngoko ( bahasa biasa). Bahasa Jawa yang bertingkat

bukanlah hal yang rumit, karena unggah ungguh basa( penggunaan bahasa menurut tingkatnya)
adalah sopan santun untuk menghormat orang lain.

Bahasa kromo dan ngoko


Pada dasarnya ada dua tingkatan dalam bahasa Jawa,yaitu : Kromo, bahasa halus dan ngoko,
bahasa biasa. Bahasa kromo dipakai untuk menghormat orang tua atau orang yang perlu
dihormat, sedangkan ngoko biasanya dipakai antar teman.
Semua kata yang dipakai dalam dua tingkat bahasa tersebut berbeda, contoh :Bahasa Indonesia :
Saya mau pergi.
Kromo
: Kulo bade kesah.
Ngoko
: Aku arep lunga.
Dalam percakapan sehari-hari, orang tua kepada anak memakai ngoko, sedang anaknya
menggunakan kromo. Dalam pergaulan dipakai pula bahasa campuran yang memakai kata-kata
dari kromo dan ngoko dan ini lebih mudah dipelajari dalam praktek dan sulit dipelajari secara
teori.
Ora ilok, suatu kearifan
Orang tua zaman dulu sering bilang : ora ilok,artinya tidak baik, untuk melarang anaknya.Jadi
anak tidak secara langsung dilarang, apalagi dimarahi.Ungkapan tersebut dimaksudkan , agar si
anak tidak melakukan perbuatan yang tidak sopan atau mengganggu keharmonisan alam.
Misalnya ungkapan : Ora ilok ngglungguhi bantal, mengko wudhunen (Tidak baik menduduki
bantal , nanti bisulan). Maksudnya supaya tidak menduduki bantal, karena bantal itu alas kepala.
Meludah sembarang tempat atau membuang sampah tidak pada tempatnya, juga dibilang ora
ilok, tidak baik. Tempo dulu, orang tua enggan menjelaskan, tetapi sebenarnya itu merupakan
kearifan. Lebih baik melarang dengan arif, dari pada dengan cara keras.
Tembang yang bermakna

Pada dasarnya, pendidikan informal dirumah, dikalangan keluarga adalah ditujukan kepada
harapan terbaik bagi anak asuh. Coba perhatikan ayah atau ibu yang meninabobokkan anak
dengan kasih sayang melantunkan tembang untuk menidurkan anak , isinya penuh permohonan
kepada Sang Pencipta, seperti tembang : Tak lelo-lelo ledung, mbesuk gede pinter sekolahe, dadi
mister, dokter, insinyur. ( Sayang, nanti sudah besar pintar sekolahnya, jadi sarjana hukum,
dokter atau insinyur).
Atau doa dan permohonan yang lain : Mbesuk gede, luhur bebudhene,jumuring ing Gusti,
angrungkubi nagari ( Bila sudah dewasa terpuji budi pekertinya, mengagungkan Tuhan dan
berbakti kepada negara).
Pendidikan tradisional zaman dulu mengandung kesabaran, nerimo ing pandhum, pasrah, ayem
tentrem, tansah eling marang Pangeran ( selalu dengan sabar menerima dan mensyukuri
pemberian Tuhan, pasrah. Pengertian pasrah adalah tekun berusaha dan menyerahkan keputusan
kepada Tuhan.Hati tenang tentram, selalu ingat kepada Tuhan).Perlu digaris bawahi bahwa
kepercayaan orang Jawa tradisional kepada Tuhan itu sudah mendarah daging sejak masa kuno,
sehingga anak-anak Jawa sejak kecil sudah sering mendengar kata-kata orang tua : Kabeh sing
neng alam donya iku ana margo kersaning Gusti. ( Semua yang ada didunia ini ada karena
kehendak Tuhan).Sehingga bagi orang Jawa tradisional, apapun yang terjadi, akan selalu pasrah
dan mengagungkan Gusti/Tuhan. Itu sudah menjadi watak bawaan yang mendarah daging.

Biasanya ketika anak mulai berumur lima tahunan, secara naluri mulai diterapkan ajaran unggahungguh, sopan santun, etika, menghormati orang tua dan orang lain. Inkulturisasi, penanaman
etika ini sangat penting karena menjadi dasar supaya si anak hingga dewasa dapat membawa diri
dan diterima dalam pergaulan dimasyarakat, mampu bersosialisasi dan punya budaya malu.
Punya sikap mendahulukan kepentingan orang lain, peka dan peduli kepada sekeliling dan
lingkungan. Punya kebiasaan hidup rukun dan damai, penuh kasih sayang dan hormat
dilingkungan keluarga dan masyarakat. Penanaman sikap sejak dini ini penting karena akan
merasuk dalam rasa, sehingga kepekaannya tidak mudah hilang.
Peduli Lingkungan
Pendidikan yang mengarah kepada peduli dan kasih terhadap lingkungan dan alam, juga sudah
dimulai sejak usia belia.Anak-anak diberi pengertian untuk tidak bersikap sewenang-wenang
kepada binatang dan tanaman dan juga menjaga kebersihan alam, tidak merusak alam.
Anak kecil yang dirumahnya punya binatang peliharaan seperti anjing, kucing, burung, selalu

diberitahu oleh orang tuanya untuk merawat nya dengan baik, memberi makan yang teratur,
dijaga kebersihannya, kandangnya juga bersih dan tidak boleh diperlakukan dengan sewenangwenang dan justru harus dilindungi dan dikasihi.

Tanaman dan pepohonan juga harus dirawat dengan baik, disiram setiap sore, kadang-kadang
diberi pupuk, dijaga supaya tumbuh subur dan sehat dan cantik penampilannya ,sehingga enak
dipandang.
Tanaman yang dirawat akan membalas kebaikan kita, daunnya, , bunganya, buahnya, kayunya,
akarnya, bisa memberi faedah yang berguna.
Bumi tempat kita berpijak, juga harus dilindungi, diurus yang baik, jangan asal saja menggaligali tanah ,kalau memang tidak ada tujuan yang bermanfaat.Sumber air juga harus dijaga, tidak
boleh dikotori.
Prinsipnya, kita harus dengan sadar dan sebaik-baiknya merawat, menggunakan dan mensyukuri
semua pemberian alam dan Sang Pencipta.
Pendidikan formal
Selain pendidikan non-formal yang berkembang dan berpengaruh positif, pendidikan formal
tentu saja mempunyai peran sangat penting.Anak dididik supaya cerdas dan punya budi pekerti.
Sejak ditaman bermain/Play group, TK,SD, anak diperkenankan dan dibiasakan bersosialisasi,
ditanamkan etika, sopan santun, kebersihan, rasa kebersamaan, rasa kebersamaan dialam sebagai
satu kesatuan kosmos, ditanamkan rasa solidaritas dan kasih sayang demi keselarasan,
keseimbangan dan perdamaian.
Tentu juga diajarkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam tradisi dan adat istiadat.

Dimasa penjajahan dulu, sekolah-sekolah pribumi seperti Taman Siswa, menanamkan


pendidikan yang penuh dengan semangat juang dan nasionalisme, persatuan dan kesatuan dalam
melawan penjajah.

Etika Pergaulan
Sebagai bangsa yang berbudaya, sebaiknya semua pihak menampilkan sikap yang santun dalam
pergaulan, membuat orang lain senang, dihargai. Orang itu senang bila dihargai, disapa dengan
kata-kata yang baik, termasuk wong cilik, orang ekonomi lemah.Wong cilik akan santun kepada
orang yang menghargai mereka. Orang santun, meski derajatnya tinggi, tidak sombong, ini orang
yang berbudaya.Orang yang berperilaku baik, berbahasa baik, berbudi baik, selain dihargai orang
lain, secara pribadi juga untung, yaitu akan mengalami peningkatan taraf kejiwaannya,
mengalami kemajuan batiniah.
Pelajaran dari cerita wayang
Cerita yang bersumber dari pewayangan juga penting untuk pendidikan budi pekerti secara
umum.
Bagi orang Jawa tradisional, apa yang dikisahkan dalam wayang adalah merupakan cermin dari
kehidupan, oleh karena itu wayang sangat populer di Jawa sampai saat ini.
Pelajaran yang bisa ditarik dari pewayangan adalah , antara lain :
1. Didunia ini ada baik dan jahat, pada akhirnya yang baik yang menang, tetapi setiap saat
yang jahat akan berusaha untuk menggoda lagi.
2. Ikutilah contoh dari sikap hidup Pandawa, lima satria putra Pandu yaitu Yudistira, Bima,
Arjuna, Nakula, Sadewa dan satria-satria yang lain yang mempunyai watak luhur, jujur,
sopan. Mereka berjuang demi kebenaran, untuk kesejahteraaan rakyat dan negara.
Mereka dengan tekun dan ikhlas mendalami spiritualitas, kebatinan. Mereka
menggunakan kemampuan, kesaktiannya untuk tujuan yang mulia. Satria itu orang yang
berbudi pekerti, berwatak luhur dan bertanggung jawab.

3.
Jangan mencontoh sikap para Korawa,seratus orang putra Destarata,yaitu Duryudana
dan adik-adiknya beserta kroni-kroninya. Mereka itu tidak jujur, serakah mencari
kekayaan materi dan kekuasaan, sikapnya kasar, tidak sopan, culas.Mereka digambarkan
sebagai raksasa. Raksasa dalam bahasa Jawa adalah Buto artinya buta, tidak bisa
membedakan yang baik dan yang jahat, yang salah dan yang benar.
4. Dari epoch Ramayana, Prabu Rama, Anoman dan anah buahnya punya watak satria
luhur, sebaliknya Rahwana, Sarpakenaka adalah raksasa-raksasa yang rakus dan keji,
tanpa rasa kemanusiaan.
5. Penghuni Alam Raya ini tidak hanya manusia, hewan dan mahluk yang kasat mata, tetapi
juga ada mahluk-mahluk lain yang biasanya disebut mahluk halus, ada yang baik dan ada
yang jahat wataknya.

6. Ada alam Kadewatan yang dihuni dewa dewi yaitu di Kahyangan. Penguasa Jagat Raya
adalah Sang Hyang Wenang yang dalam pelaksanaannya memberi wewenang kepada
Batara Guru.
7. Dalam hidupnya manusia selalu mensyukuri berkah dan anugerah Tuhan, selalu berdoa
dan mengagungkan Tuhan, Sang Pencipta.Garis kehidupan manusia sesuai ketentuan
yang diketahui dan diizinkan Tuhan.Titah bisa berkomunikasi dengan Sang Penguasa
Jagat Raya, Tuhan melalui perantaraan dewa dewi ataupun secara langsung. Ini tentu
merupakan anugerah Gusti kepada titahnya yang terpilih, tidak sembarang
orang.Pemberitahuan Ilahi juga bisa diterima melalui wahyu secara langsung ataupun
lewat mimpi.Dalam cerita wayang, seseorang bisa dikontak oleh utusan Kahyangan
setelah bertapa ditempat yang sepi untuk beberapa saat(.Dewa-dewi dalam pengertian
lain bisa disebut Malaikat atau Angels).
8. Manusia yang sudah diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan dibumi ini oleh Sang
Pencipta, tidak layak kalau menyia-nyiakan hidupnya. Dia harus menjadi manusia yang
berbudi pekerti, melaksanakan darma anak manusia untuk memayu hayuning bawana .
( Melestarikan bumi dan mempercantik kehidupan dibumi.)
.
Legenda legenda tanah Jawa menggambarkan :
1. Adanya raja-raja dan penguasa yang adil dan tidak adil;ada yang baik, bijak, tetapi ada
juga yang bengis dan kejam.
2. Kejujuran dan kelicikan.
3. Pahlawan dan pengkhianat
4. Negeri aman, adil makmur dan negeri yang serba semrawut dan kacau.
5. Kekuasaan untuk rakyat dan penyalahgunaan kekuasaan.
6. Masyarakat adil makmur tata tentram kerta raharja adalah suasana kehidupan masyarakat
yang didambakan orang Jawa.
Tatakrama dan Tata Susila
Tatakrama dan Tata Susila juga tak terlepas dari budi pekerti. Berlaku sopan, bertatakrama yang
meliputi sikap badan, cara duduk, berbicara dll. Misalnya dengan orang tua berbahasa
halus/kromo, dengan teman berbahasa ngoko. Bahasa Jawa memang unik, dengan mudah bisa
menunjukkan sifat tatakrama seseorang.
Menghormati orang tua, guru, pinisepuh adalah wajib, tetapi tidak berarti yang muda tidak

dihormati. Hormat kepada orang lain itu satu keharusan.


Itu kesemuanya termasuk dalam Tata Susila- etika moral, yang juga meliputi :

1.
Jujur, tidak menipu, welas asih kepada sesama. Berkelakuan baik tidak melakukan Mo
Limo, yaitu : Main/berjudi; madon/ main perempuan atau selingkuh;mabuk karena
minuman keras;madat menggunakan narkoba dan maling .Tentu saja tindakan jahat yang
lain seperti membunuh, menista, mengakali,memeras, menyuap, melanggar hukum dan
berbuat kejam ,harus tidak dilakukan.
2. Berperilaku baik dengan menghindari perbuatan salah, supaya nama baik tetap terjaga
dan supaya tidak kena malu.Terkena malu bagi orang Jawa tradisional adalah kehilangan
kehormatan.Ada pepatah Jawa menyatakan : Kehilangan semua harta milik itu tidak
kehilangan apapun; kehilangan nyawa artinya kehilangan separoh hidup kita; tetapi kalau
kehilangan kehormatan artinya kehilangan semuanya.
3. Memelihara kerukunan, bebas dari konflik diantara keluarga, tetangga, kampung, desa,
selanjutnya ditingkat negara dan dunia, dimana hubungan harmonis antar manusia
teramat penting. Kerusakan dan kekacauan yang timbul didunia ini, yang paling besar
adalah dikarenakan oleh sikap manusiaIngatlah pepatah : Rukun agawe santoso artinya :
Rukun membuat kita sehat kuat.
4. Bersikap sabar, nrimo artinya menerima dengan ikhlas dan sadar jalan kehidupan kita dan
tidak perlu iri kepada sukses orang lain Ingin hidup sukses harus berusaha dengan keras
dan rajin dan mohon restu Tuhan, hasilnya terserah Tuhan.
5. Tidak bersikap egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Ada petuah : Sepi ing
pamrih, rame ing gawe.artinya bertindak tanpa pamrih dan selalu siap bekerja demi
kepentingan masyarakat dan kesejahteraan umat.Sikap yang demikian ,mudah
menimbulkan tindakan ber-gotong royong, baik dalam lingkungan kecil maupun besar.
6. Gotong Royong adalah kerjasama saling membantu dan hasilnya sama-sama dinikmati.
Ini bisa berlaku diskop kecil seperti antar tetangga kampung yang merupakan kebiasaan
yang sudah berjalan sejak masa kuno. Yang digotong royongkan antara lain : sama-sama
membersihkan jalan desa, memperbaiki pra sarana seperti jalan desa, saluran air, balai
desa dsb.Ada juga yang bergotong royong ramai-ramai membangun rumah seorang
warga dll. Jadi pada intinya gotong royong adalah kerjasama antar beberapa pihak yang
menghasilkan nilai lebih dipelbagai bidang yang dikerjakan bersama tersebut. Dasar
gotong royong adalah sukarela dan untuk kepentingan bersama yang meliputi bidangbidang perawatan, pembangunan, produksi dll.Tiap peserta akan menangani bidang
pekerjaan yang merupakan kemahirannya dan itu akan bersinerji dengan ketrampilan
peserta lain dan proyek akan berjalan lancar.Berdasarkan pengalaman yang sukses dari

gotong royong lingkup kecil, gotong royong bisa dipraktekkan berupa sinerji yang
berskala nasional, regional ,bahkan internasional.

Kembali ke Budi Pekerti


Pada saat keprihatinan melanda kehidupan dinegeri tercinta ini dan itu sebab pokoknya adalah
kemerosotan moral dan hukum yang sulit ditegakkan , kebenaran diplintir , rasa malu hilang
entah kemana, mana yang baik mana yang buruk dikaburkan, tata susila tak diperhitungkan.Lalu
dimana pula kejujuran?Yang lagi ngetrend pada saat ini adalah janji-janji, terutama janjinya para
politikus. Ini katanya zaman krisis multi dimensi, kalau orang dulu bilang : Ini zaman edan !
Dalam keadaan sulit seperti apapun, tentu ada jalan keluarnya, tidak semua orang bersifat jelek,
tidak semua pemimpin lupa diri, ada masih anak bangsa yang berkwalitas, jujur, pandai, trampil,
trengginas,berani hidup sederhana, dalam perilaku dan tindakannya didasari nurani dan berkah
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang . Inilah anak bangsa, satria bangsa yang mumpuni
dan akan mrantasi gawe, mengentaskan bangsa dan negara ini dari keterpurukan dan membawa
kekehidupan yang lebih baik , sejahtera, aman, adil dan makmur.
Kalau kita merenung dengan hening, berbicara dengan nurani, tiada sedikit keraguan
bahwasanya Budi Pekerti yang sarat dengan ajaran luhur moral dan etika dan kepasrahan kepada
Tuhan, merupakan resep mujarab supaya bangsa dan negara terlepas dari segala keruwetan yang
dihadapi ( Ngudari ruwet rentenge bangsa lan negara ).
Krisis yang dihadapi akan ditanggulangi dengan baik bila kita semua, terutama mereka yang
menjadi pemimpin, priyayi, birokrat, dengan sadar dan mantap, melaksanakan semua tindakan
dengan dasar budi pekerti.
Budi Pekerti yang merupakan kearifan lokal, pada dasarnya mengandung nilai-nilai universal.
Budi Pekerti akan membangkitkan kepribadian yang berkwalitas : tanggap ( peka), tatag ( tahan
uji), dan tanggon ( dapat diandalkan).

JagadKejawen,
Suryo S. Negoro
A. Pengertian Budi Pekerti, Tata Krama dan Etika
Pengertian budi pekerti dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, antara lain secara etimologi
(asal usul kata), leksikal (kamus), konsepsional (teori) dan operasional (praktis).
Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan pekerti. Budi
dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, budi, pengertian, pikiran dan kecerdasan. Kata

pekerti berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti
berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai
tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan
akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris disebtu
ethics.
Senada dengan itu Balitbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa budi pekerti secara
konsepsional adalah budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau
dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat,
bangsa dan negara.
Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui
kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa
melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan
menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara masuk
dan keluar rumah dan sebagainya.
Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Tata krama
terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, norma, aturan. Krama sopan santun, kelakukan,
tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun menjadi bagian dari
kehidupan manusia.

Dalam menerapkan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sering terjadi benturan-benturan
nilai dan norma-norma yang kita rasakan. Apa yang dahulu kita anggap benar mungkin sekarang
sudah menjadi salah. Apa yang dulu kita anggap tabu dibicarakan sekarang sudah menjadi suatu
yang lumrah. Misalnya berbicara masalah seks, hubungan pacaran, masalah politik, masalah hak
azazi manusia, dan sebagainya.
Diposkan oleh Guru-Iskandar di 03.47

mplementasi Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah


Oleh I Gede Sura
MANUSIA adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial. Seseorang tidak dapat hidup sendirian,
ia selalu hidup bersama orang lain. Di dalam "aku"-nya selalu ada "dia"-nya. Tanpa "aku", "dia"
kehilangan makna. Sebagai makhluk individu, ia mempunyai kebebasan tertentu, tapi sebagai makhluk
sosial ia harus mengatur dirinya bertingkah laku yang baik sehingga selalu serasi dengan sesama dan
lingkungan.
Namun, perlu diinsyafi bahwa manusia mempunyai sifat baik dan sifat buruk yang mendorong atau
menghalangi ia mendapatkan keserasian itu. Djaka dalam buku "Rangkuman Ilmu Mendidik" menyajikan
tingkat sifat-sifat manusia sebagai (1) tingkat anorganis, peristiwa-peristiwa anorganis takluk kepada
hukum alam yang ditentukan dari luar, (2) tingkat vegetatif, tingkat tumbuh sesuai dengan hukum
alam, (3) tingkat animal, tingkat ini sudah mempunyai sifat sensitif, mempunyai kehidupan psikis, (4)
tingkat human, hidup manusia bersifat vegetatif, sensitif dan intelektif. Kelakuannya dapat
dikendalikan oleh akal budi atau intelek. Manusia dapat berpikir dan dapat memilih dan mengubah
sesuatu untuk menjadikannya lebih baik atau lebih buruk sesuai dengan kemauannya, dan (5) tingkat
religi, manusia dapat meningkatkan dirinya dari tingkat human ke tingkat religi, tingkat keagamaan
yang dapat membimbing dan dapat mempermulia sifat-sifat kemanusiaannya.
Tingkat-tingkat tersebut menunjukkan bahwa manusia mempunyai tingkat-tingkat tingkah laku dari
satu tingkat ke tingkat yang lain yang semakin tinggi semakin mulia. Pendidikan budi pekerti menuntun
manusia untuk berperilaku yang baik dan benar lahir batin dengan jalan mengembangkan, merawat
sifat-sifat mulia manusia dan meredakan sifat-sifat yang buruk.
***
Ada beberapa istilah yang dipakai dalam hubungan dengan perilaku yaitu etika, budi pekerti dan
tatakrama. * Etika -- Etika adalah pengetahuan tentang kesusilaan. Kesusilaan berbentuk kaidah-kaidah
yang berisi larangan-larangan atau suruhan-suruhan untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian dalam
etika akan didapati ajaran tentang perbuatan yang baik dan buruk. Perbuatan yang baik itulah supaya
dilaksanakan dan perbuatan buruk itu dihindari. Tiap perbuatan itu bermula dari kehendak. Oleh
karena manusia dihadapkan kepada dua pilihan yaitu pada yang baik dan buruk, maka ia harus
mempunyai kehendak bebas untuk memilih. Tanpa kebebasan, orang tidak dapat memilih yang baik.
Namun, bebaskah manusia memilih menurut kehendaknya? Dalam hubungan ini manusia punya
kebebasan yang terbatas juga. Yang membatasinya ialah norma-norma yang berlaku.
Pada mulanya norma itu berarti penyiku. Dengan demikian norma berarti sebuah ukuran yang kemudian
dalam hubungan dengan etika berarti pedoman, ukuran atau haluan untuk bertingkah laku. Norma ini
timbul karena kita bersama orang lain dan lingkungan hidup dan agama.
* Budi Pekerti -- Soedjadi Setjonegoro dalam buku "Pedoman untuk Peladjaran Boedi Pekerdi pada
Sekolah Rakjat" (1959), merumuskan pengertian budi pekerti sebagai "pimpinan bagi segala pekerti,

perbuatan, yang bersumber pada budi atau ratio". Ditambahkan bahwa yang dimaksudkan dengan
pimpinan ialah pimpinan ke arah kebaikan yang didasarkan atas kesadaran. Kesatuan budi yang bersifat
batiniah dengan perbuatan yang bersifat lahiriah tersirat dalam rumus ini. M. Imram Pohan dalam buku
"Budi Pekerti Dalam Rangka Sosialisme Indonesia" (1966) menerangkan bahwa budi pekerti ialah "segala
tabiat atau perbuatan manusia yang berdasar pada akal atau pikiran". Karena akal atau budi merupakan
kesadaran, keinsyafan, maka budi pekerti mencakup perbuatan yang dilakukan atas keinsyafan
menentukan baik buruk.
Dalam agama Hindu, budi pekerti dirangkum dalam ajaran Trikaya Parisuddha, yaitu kayika parisuddha,
wacika parisuddha, dan manacika parisuddha. Manacika parisuddha (pikiran yang baik) dinyatakan
dalam wacika parisuddha (kata-kata yang baik) dan kayika parisuddha (tindakan yang baik). Di sini
kata-kata dan tindakan dibimbing oleh pikiran yang baik.
"Pedoman Umum dan Nilai Budi Pekerti untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah" yang
diterbitkan oleh Diknas (2000), mengatakan pengertian budi pekerti diterjemahkan dari pengertian
moralitas yang mengandung beberapa pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun, dan perilaku.
Oleh sebab itu, mengertian budi pekerti yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku maka budi
pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan perilaku. Dalam pedoman tersebut dicantumkan sebanyak
86 butir nilai yang mengandung nilai budi pekerti yang masing mencakup sejumlah nilai.
***
Bagaimana pemahaman budi pekerti dalam agama Hindu? Nilai budi pekerti dan sikap negatif sudah
tersebar dalam ajaran agama Hindu. Beberapa di antaranya sbb.;
1. Nilai Budi Pekerti
* Tri Marga: (a) Bhakti Marga, meliputi bhakti kepada Tuhan dan bhakti kepada orangtua dan guru.
Bhakti kepada Tuhan dengan dilaksanakannya ajaran-ajarannya dan bhakti kepada orangtua dan guru
dengan malaksanakan amanatnya. (b) Karma Marga, dilaksanakan dengan melaksanakan tugas sebaikbaiknya untuk dipersembahkan kepada orang lain dan Tuhan. (c) Jnana Marga, menuntut ilmu
sebanyak-banyaknya untuk bekal hidup dan penuntun hidup. Akan pentingnya ilmu itu dinyatakan
dalam kitab Bhagawadgita, Sarasmuccaya dan Nitisara.
* Tri Warga: (a) Dharma, berbuat berdasarkan atas kebenaran. Melaksanakan kewajiban sebagai anggota
masyarakat, (b) Artha, memenuhi harta benda kebutuhan hidup berdasarkan kebenaran, dan (c) Kama,
memenuhi keinginan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
* Catur Paramita: Maitri, bersahabat dengan orang-orang baik budi, (b) Karuna, kasih sayang kepada
orang yang menderita, (c) Mudita, bergembira kepada orang yang berbuat kebajikan, dan (d) Upeksa,
menjauh dari orang-orang buruk budi.
* Rwa welas brta sang brahmana: Dharma (kebenaran), Satya (setia, jujur), Tapa (mampu menahan
diri), Dama (sabar, tahu menasihati diri sendiri), Wimatsaritwa (tidak dengki), Hrih (tahu malu), Titiksa
(tidak cepat marah), Anasuya (tidak jahat), Yajna (rajin ber-yajna ), Dana (senang berderma), Dhrti
(kalem dan tenang), dan Ksama (sabar dan senang mengampuni).
* Dasa Yama Brata: Anrsangsa (tidak mementingkan diri sendiri), Ksama (sabar, tahan uji), Satya (jujur),
Ahimsa (tidak menyakiti), Dama (sabar), Arjawa (tulus hati), Priti (welas asih), Prasada (jernihnya
pikiran), Madhurya (manisnya pandangan dan perkataan), dan Mardawa (lembutnya hati).
2. Sikap Negatif
* Sad Ripu/Tujuh Musuh: Kama (nafsu), Lobha (serakah), Krodha (kemarahan), Moha (bingung), Mada
(mabuk), dan Matsarya (iri hati).
* Sapta Timira/Delapan Kegelapan: Surupa (ketampanan), Dhana (kekayaan), Guna (kepandaian), Kulina
(kepandaian), Kulina (kebangsawanan), Yowana (keremajaan), Sura (minuman keras), dan Kasuran

(keberanian).
* Dana Mala/Sepuluh Kecemaran: Tandri (malas), Kleda (suka menunda-nunda waktu), Laja (pikiran
gelap), Kutila (suka menyakiti hati orang), Kuhaka (keras kepala), Metraya (angkuh), Mengata (kejam),
Ragastri (suka memperkosa wanita), Bhaksa Bhuwana (suka membuat orang lain menderita), dan
Kimburu (senang menipu).
Lalu, apa itu tatakrama? Tatakrama adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan
pergaulan antar manusia setempat. Tatakrama juga sering disebut etiket. Dalam perkembangannya,
etiket tidak hanya berarti kartu undangan dengan sopan santun yang tertulis di dalamnya, namun
tatakrama yaitu sopan santun dalam pergaulan. Etiket lebih menekankan pada tata aturan sikap dan
perbuatan yang lebih bersifat jasmaniah atau lahiriah saja. Penerapan etika lebih bersifat filosofis,
budi pekerti lebih bersifat operasional humanity yang mempermulia martabat manusia. Ajaran budi
pekerti tidak menerima mentah-mentah sifat-sifat bawaan manusia secara alamiah saja namun
menerimanya dengan mempermulianya menjadi sifat-sifat yang terpuji.
Dalam penerapannya, sebagaimana termuat dalam "Pedoman Umum dan Nilai Budi Pekerti untuk
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah", pendidikan menggunakan pendekatan pengintegrasian. Ini
berarti (1) pendidikan budi pekerti bukanlah sebuah mata pelajaran yang berdiri sendiri, dan (2)
pendidikan budi pekerja menjadi bagian integral dari mata pelajaran lain yang relevan, khususnya
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) serta mata
pelajaran lainnya.
Nilai-nilai budi pekerti itu dalam pengembangannya diterapkan secara adaptif yaitu setiap mata
pelajaran yang akan menjadi wahana pendidikan budi pekerti perlu (1) menyeleksi dan
mengorganisasikan butir-butir nilai mana yang secara koheren dapat diintegrasikan ke dalam
instrumentasi dan praksi mata pelajaran itu, dan (2) menyeleksi dan mengorganisasikan pengalaman
belajar yang secara koheren layak dan bermakna dalam praksis mata pelajaran itu. Misalnya masalah
akhlak dapat diintegrasikan ke dalam agama dan demokrasi kedalam PPKn. Pemilihan mata pelajaran
agama dan PPKn sebagai wahana utnuk pendidikan budi pekerti, dinilai sangat tepat karena secara
konstitusional negara Republik Indonesia menempatkan sila-sila Pancasila sebagai pondasi dan sekaligus
muara dari keseluruhan upaya pendidikan untuk mencerdaskan bangsa.
Secara kurikuler, karena pendidikan budi pekerti termasuk pendidikan nilai, maka, ia tidaklah sematamata diajarkan atau ditangkap sendiri, tetapi nilai dipelajari dan dialami sendiri. Karena itu
pendekatannya harus berubah dari pendekatan mengajar menjadi pendekatan belajar, yang lebih
menekankan kedudukan dan peran peserta didik sebagai subjek ajar dan bukan sebaliknya sebagai
objek ajar.
Dalam pengembangan kurikulum seyogyanya dihindarkan penggunaan rumusan butir nilai budi pekerti
sebagai pokok bahasan dan sebagai gantinya dapat dipakai kasus, tema, masalah yang secara
konseptual dapat mewadahi nilai-nilai budi pekerti tertentu.
Untuk pengintegrasian pendidikan budi pekerti ke dalam pendidikan agama Hindu, sepanjang
pengetahuan, agaknya belum ada. Demikian pula ke dalam budaya daerah, khususnya budaya Bali (bila
ini dibenarkan) belum ada. Kenyataan menunjukkan nilai-nilai pendidikan budi pekerti itu akan mudah
dihayati oleh peserta didik bila disajikan melalui agama dan kebudayaan peserta didik yang telah
dihayatinya sejak kecil. Untuk semuanya itu sangat mendesak adanya usaha-usaha untuk
menyempurnakan pendidikan budi pekerti untuk pendidikan di Bali khususnya untuk anak-anak didik
yang beragama Hindu.

PENYUSUNAN TESIS

thesis merupakan salah satu momok yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa S1 maupun S2
di Indonesia. Banyak mahasiswa sarjana maupun pasca sarjana yang tidak selesai kuliah karena
penulisan skripsi dan thesis tidak kelar-kelar.
Ada beberapa tips agar skripsi dan thesis cepat selesai:
1. Tentukan judul yang kira-kira mudah untuk dikerjakan.
Ada sebuah peralatan menarik, yang tujuanya sekedar untuk fun saja, namun mungkin bisa
bermanfaat. Ada generator judul skripsi dan thesis bagi mahasiswa Ilmu Komputer dan
Informatika, bisa dicoba di sini.
2. Membuat kerangka tulisan.
Kerangka tulisan dibuat terlebih dahulu untuk memudahkan dalam mengembangkan tulisan.
3. Fokus pada tulisan dengan batasan yang jelas.
Tujuan dari skripsi dan thesis adalah agar lulus kuliah, jadi tidak perlu menjadi orang yang
idealis dan perfeksionis. Fokus saja pada satu bahasan yang jelas dan mudah. Menurut dosen
saya dulu, bikin skripsi atau thesis tidak harus tebal, bahkan kalau bisa setipis mungkin, yang
penting singkat dan jelas.
Pertama, dosen penguji sebenarnya malas untuk membaca thesis yang tebal, karena selain
memeriksa skripsi anda, mereka juga memiliki kesibukan yang lain. Kedua, thesis yang terlalu
tebal biasanya malah tidak fokus. Ketiga, semakin sedikit tulisan, maka jumlah kesalahan baik
dalam analisa maupun penulisan bisa semakin sedikit.
Jika Anda masih nekat ingin membuat skripsi dan thesis dengan penelitian yang bertahun-tahun,
tumpahkanlah keinginan anda itu dalam bentu penelitian yang disponsori. Buat dulu skripsi yang
mudah dan cepat selesai, lalu jadi sarjana, dan dengan modal gelar sarjana Anda, ajukan proposal
penelitian ke sponsor dan luapkan hasrat penelitian itu dengan melakukannya dengan sempurna,
karena selain hasrat meneliti terpenuhi, kemungkinan besar akan banyak dana mengalir ke
rekening Anda dari sponsor.
Beberapa teman-teman saya kuliahnya hancur, kehabisan uang, ditinggal kawin sama pacar,
gara-gara ingin membuat thesis yang rumit dan sempurna. Sebagian lagi sampai tulisan ini
dipublikasikan ada yang belum selesai menulis skripsi.

Yang paling penting, walaupun banyak website yang menyediakan download skripsi dan thesis,
hindari yang namanya plagiasi, karena selain tidak etis, jika ketahuan bisa dituntut, bahkan gelar
kesarjanaan bisa dibatalkan.

Anda mungkin juga menyukai