Anda di halaman 1dari 12

FIQH Kontemporer Abortus, Menstrual Regulation, dan Eugenetika

BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang suci, yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW sebagai
rahmat untuk semesta alam. Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk menikmati
kehidupan, baik hewan, tumbuhan maupun manusia (terutama) yang menyandang gelar
khalifah di muka bumi ini. Oleh karena itu ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan
terhadap lima hal, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Memelihara harta dan melindunginya dari berbagai ancaman berarti memelihara
eksistensi kehidupan umat manusia. Namun tidak semua orang merasa senang dan bahagia
dengan setiap kelahiran yang tidak direncanakan, karena faktor kemiskinan, hubungan di luar
nikah dan alasan-alasan lainnya. Hal ini mengakibatkan ada sebagian wanita yang
menggugurkan kandungannya setelah janin bersemi dalam rahimnya.
Adapun hal-hal yang akan dibahas penulis dalam makalah ini yaitu :
1. Pengertian abortus, menstrual regulation, dan eugenetika
2. Macam-macam abortus
3. Pandangan/tinjauan hukum Islam

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Abortus, Menstrual Regulation, dan Eugenetika
1. Abortus
Abortus, berasal dari bahasa Latin : abortion, sedangkan dalam bahasa
arab disebut isqatulhamli atau alijhadu yang berarti gugur kandungan atau

keguguran. Sedangkan menurut istilah kedokteran pengakhiran kehamilan sebelum masa


gestasi (kehamilan) 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram. Dalam istilah
hukum aborsi berarti penghentian kehamilan atau matinya janin sebelum waktunya kelahiran.
Aborsi secara umum adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan. 1[1]
Abortus menurut Sardikin Ginaputra (Fakultas Kedokteran UI), ialah pengakhiran
kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Dan menurut
Maryono Reksodipura (Fakultas Hukum UI) ialah pengeluaran hasil konsepsi dari rahim
sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).
2. Menstrual Regulation
Menstrual regulation secara harfiah artinya pengaturan menstruasi/datang bulan/haid,
tetapi dalam praktek mestrual regulation ini dilaksanakan terhadap wanita yang merasa
terlambat waktu menstruasi dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoris ternyata positif
dan mulai mengandung. Maka ia minta dibereskan janinnya itu. Maka jelaslah, bahwa
menstrual regulation itu pada hakikatnya adalah abortus provokatus criminalis, sekalipun
dilakukan oleh dokter. 2[2]
3. Eugenetika
Eugenetika artinya seleksi ras unggul, dengan tujuan agar janin yang dikandung oleh
ibu dapat diharapkan lahir sebagai bayi yang normal dan sehat fisik, mental dan intelektual.
Sebagai konsekuensinya, apabila janin diketahui dari hasil pemeriksaan medik yang canggih,
menderita cacat atau penyakit yang sangat berat, misalnya down syndrome, yang berarti IQnya hanya sekitar 20-70; maka digugurkan janin tersebut dengan alasan hidup anak yang berIQ sangat rendah itu tidak ada artinya hidup dan menderita sepanjang hidupnya, dan juga
menjadi beban keluarga dan masyarakat/negara.3[3]
2.2 Macam-Macam Abortus
Abortus (pengguguran) ada dua macam :

1[1] M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-masalah


Kontemporer Hukum Islam,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1998),hal.44
2[2] Masjfuk Zuhdi,Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam),(Jakarta:PT Toko
Gunung Agung,1997)
3[3] Masjfuk Zuhdi, ibid

a)

Abortus spontan (spontaneus abortus), ialah abortus yang tidak sengaja. Abortus spontan

bisa terjadi karena penyakit syphilis, kecelakaan, dan sebagainya.


b) Abortus yang disengaja (abortus provocatus/induced pro abortion). Abortus yang disengaja

ini juga terbagi 2 :


Abortus artificialis therapicus, yakni abortus yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi
medis. Misalnya jika kehamilan diteruskan bisa membahayakan si calon ibu, karena misalnya

penyakit-penyakit yang berat, antara lain TBC yang berat dan penyakit ginjal yang berat.
Abortus provocatus criminalis, ialah abortus yang dilakukan tanpa dasar indikasi medis.
Misalnya abortus yang dilakukan untuk meniadakan hasil hubungan seks di luar perkawinan
atau untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.4[4]

2.3 Pandangan/Tinjauan Hukum Islam


Hukum abortus dan menstrual dan menstrual regulation adalah haram, sebagaimana
yang terdapat dalam firman Allah Q.S al isra ayat 31 :
wur (#q=G)s? N.ys9rr& spuyz 9,n=B) ( `tU Ng
%tR /.$)ur 4 b) Ngn=Fs% tb%2 $\z #Z6x.
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah yang
akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah suatu dosa yang besar.
Hadis nabi :


..
.




.


.

.

.
.



.

.

.

.


.
.
.


. :





. :






.





.
.




.





.


( ) .

.


Apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam, maka Allah mengutus malaikat, lalu
di buatkan bentuknya, diciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan
tulangnya. Kemudian malaikat bertanya. Ya Rabbi, laki-laki ataukah perempuan ? lalu
Rabb-mu menentukan sesuai dengan kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya, kemudian dia
( malaikat ) bertanya, Ya Rabbi, bagaimana ajalnya ? lalu Rabb-mu menetapkan sesuai
dengan yan di kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian ia bertanya, Ya Rabbi,
bagaimana rezekinya ? lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan yang di kehendaki-Nya, dan
4[4] M. Ali Hasan, opcit hal 46-47

malaikat menulisnya. Kemudian malaikat itu keluar dengan membawa lembaran catatannya,
maka ia tidak menambah dan tidak mengurangi apa yang di perintahkan itu.
Dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) Indonesia, negara melarang
abortus dan sanksi hukumnya cukup berat. Bahkan hukumannya tidak hanya ditujukan
kepada wanita yang bersangkutan, tetapi semua orang yang terlibat dalam kejahatan tersebut
dapat dituntut. Menurut pandangan Islam apabila abortus dilakukan sesudah janin bernyawa
atau janin beumur 4 bulan, maka telah ada kesepakatan ulama tentang keharaman abortus itu,
karena dipandang sebagai pembunuhan terhadap manusia. Tetapi apabila abortus dilakukan
sebelum diberi roh/nyawa pada janin itu, yaitu sebelum berumur empat bulan, ada beberapa
pendapat ulama yaitu :
a.

Muhammad Ramli dalam kitab An-Nihayah, membolehkan abortus dengan alasan belum

b.

bernyawa.
Ada pula ulama yang memandangnya makhruh, dengan alasan karena janin yang sedang

c.

mengalami pertumbuhan.
Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya IhyaUlumuddin

mengharamkan abortus pada tahap ini (belum bernyawa).


d. Mahmud Syaltut mengatakan bahwa sejak bertemu sel sperma dengan ovum (sel telur), maka
pengguguran adalah suatu kejahatan dan haram hukumnya, sekalipun si janin belum diberi
nyawa, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan
dan persiapan untuk menjadi manusia. Tetapi apabila abortus dilakukan karena benar-benar
terpaksa demi menyelamtkan si ibu, maka islam membolehkan.

menempuh salah satu tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang berbahaya, itu wajib
(hukumnya).
Mengenai menstrual regulation, Islam juga melarangnya karena pada hakikatnya sama
dengan abortus, merusak /menghancurkan janin calon manusia yang dimuliakan Allah,
karena ia berhak tetap survive dan alhir dalam keadaan hidup, sekalipun eksistensinya hasil
dari hubungan yang tidak sah (di luar perkawinan yang sah). Sebab menurut Islam setiap
anak lahir dalam keadaan suci (tidak bernoda).



"Semua anak dilahirkan atas fitrah, sehingga ia jelas omongannya. Kemudian orang
tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. (Hadis
riwayat Abu Yala, Al-Thabrani, dan Al-Baihaqi dari Al- Aswad bin Sari)

Sedangkan

praktek

eugenetika

sebagai

bentuk

usaha

dalam

mencegah lahirnya bayi yang cacat, pada dasarnya memeiliki hukum


yang sama dalam masalah abortus ataupun menstrual regulation. Karena
pembunuhan terhadap makhluk ciptaan Allah, baik yang telah lahir
ataupun yang masih dalam kandugan, merupakan perbuatan zalim atau
penganiyaan, karena setiap makhluk memiliki hak untuk menikmati
kehidupan. Dalil yang sama dijelaskan Allah dalam QS. al-Anm : 151 dan
QS. al-Isra: 33
QS. al-Anm : 151

...
...





Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.
QS. al-Isra: 33


...

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan (alasan) yang benar (menurut syara).
Namun,apabila pengguguran dilakukan dengan alasan down
syndrome,masih

dapat

ditolerir

karena

mengingat

mudharat

atau

resikonya jauh lebih besar daripada mashlahatnya,jika mempertahankan


kehidupan janin itu. Akan tetapi eugenetika yang dilakukan atas dasar
permintaan ibu atau keluarga dengan alasan jenis kelaminnya tidak sesuai
dengan harapannyamaka perbuatan tersebutlah yang sangat dilarang
sebagai bentuk perbuatan yang tidak manusiawi dan perbuatan kriminal.
Selain itu juga bertentangan dengan norma agama, pancasila, dan
peraturan per-UU-an yang berlaku (KUH Pidana dan UU No. 23 Tahun 1992
tentang kesehatan).5[5]

5[5] Masjfuk zuhdi,ibid,hal.84-85

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Agama Islam mengizinkan wanita mencegah kehamilan karena
sesuatu sebab, tetapi melarangnya mengakhiri kehamilannya dengan
cara abortus, atau bahkan melalui praktek menstrual regulation. Hal yang
sama juga berlaku dalam raktek eugenetika, sebagai bentuk penyesalan
atas nikmat atau rezki yang diberikan Allah. Dari sisi pandang islam,
ketiga kasus ini, tidak bergantung pada masalah

apakah janin itu

berstatus manusia (sudah bernyawa) atau tidak. Kendatipun islam tidak


mengakui janin sebagai manusia, namun islam tetap memberinya hak
untuk kemungkinan hidup.
1.2 Saran
Kehidupan merupakan anugrah dari Allah SWT. Semua makhluk
ciptaan Allah berhak untuk merasakan kehidupan. Maka hendaklah kita
saling menghargai kehidupan semua makhluk karena tidak satupun
alasan yang bisa dibenarkan untuk mengakhiri kehidupan makhluk hidup
apalagi manusia.

Sumber
http://chandrayuliasman.blogspot.com/2013/06/fiqh-kontemporer-abortus-menstrual.html

Pengertian Eugenetika
Pengertian Eugenetika Eugenetika adalah ilmu yang mempelajari perbaikan
keturunan lewat pembiakan selektif. Secara ilmu memang Eugenetika hadir pada
abad 19 namun secara konsep, sudah lama hadir di dalam aneka ragam budaya,
contohnya perkawinan sesama kasta di India untuk memelihara sistem kasta.
Kemudian suku-suku Amerika dan Afrika juga memilih mempelai perempuan
berdasarkan fisik yang dianggap bagus oleh sang pria. Ini semua bertujuan agar
anaknya mempunyai fisik yang juga bagus dan tidak cacat. Dan Eugenetika
merupakan ilmu yang mempelajari genetika makhluk hidup dan tidak ada
hubungannya dengan proses evolusi (dimana Darwin lebih mempelajari
perubahan bentuk fisik). Darwin menyebutkan ttg pendapat Francis Galton yang
mengatakan jika orang-orang inferior menikah dan punya keturunan lebih
banyak, sementara yang lebih superior sedikit yang menikah, ditakutkan orang
inferior akan menggantikan orang superior. Atas pendapat Galton tsbt, Darwin
menyanggahnya (tulisan biru) bahwa walaupun manusia melahirkan banyak
keturunan dan menghasilkan banyak kejahatan tapi tetap saja proses
berkembang biak tidak boleh dikurangi dengan cara apapun. Setiap orang yang
mampu memberikan keturunan (most able) tidak boleh dihalangi oleh peraturan
ataupun kebiasaan dalam menghasilkan keturunan. Darwin menegaskan bahwa
walaupun perjuangan untuk mempertahankan eksistensi manusia itu penting,
masih ada hal-hal lain yang lebih penting. Kualitas moral manusia mengalami
kemajuan berkat pengaruh kebiasaan, kekuatan akal budi, instruksi, agama, dll,
daripada seleksi alam.

Sekarang permasalahannya, Eugenetika juga dikaitkan dengan pemusnahan


individu yang tidak sempurna seperti yang dilakukan Nazi. Dan teori Darwin
dikaitkan dengan Naziisme seperti pendapat Dr. Richard Weikart; dalam bukunya
From Darwin to Hitler. Apakah benar begitu? Saya sudah membaca bab 11 Mein
Kampf yang berjudul Nation and Races baik yang berbahasa Inggris maupun
Indonesia. Dalam bab itu tidak ditemukan adanya referensi bahwa Hitler
menggunakan teori evolusi sebagai dasar pembantaian orang-orang inferior.
Hitler yang mengutamakan superioritas ras lebih berkiblat pada Eugenetika dan
seperti sdh dijelaskan diatas, eugenetika tidak ada kaitannya dengan evolusi. Dr.
Weikart pun tidak bisa menemukan adanya hubungan langsung antara teori
Darwin dengan pemahaman Hitler sehingga pendapat bahwa evolusi menjadi
landasan pemurnian ras yang dilakukan Nazi adalah muskil.
Nazi lebih berkiblat pada teori eugenetika yang menekankan pada hasil
keturunan dapat dikontrol. Nazi juga memakai pemahaman yang salah dari
sekelompok tokoh Kristen Nazi tidak memakai teori evolusi sebagai dasar ajaran
supremasi rasial. Seperti pada post saya sebelumnya, Konsep superioritas ras
sudah lama terbenam dalam sebagian kalangan masyarakat Eropa dan
merupakan suatu bentuk arogansi masyarakat yang menganggap dirinya lebih
beradab daripada ras lain. Tidak ada bukti langsung yang dapat menghubungkan
bahwa teori evolusi dipakai sebagai dasar rasisme. Para oknum hanya bisa
mencomot sebagian kata-kata Darwin lalu diinterpretasikan seenaknya, untuk
menjustisifikasi tujuan mereka. Konsep rasisme banyak diadopsi dari eugenetika
dan pemahaman agama yang keliru.
Presiden Amerika Serikat saat itu, Calvin Coolidge juga melarang perkawinan
antara ras nordik (kulit putih) dengan ras lain di luar rasnya. Perkawinan berbeda
ras itu dianggap bisa mengurangi keunggulan ras mereka di masa depan. Hingga
tahun 1935, diperkirakan 20.000 nyawa sudah melayang di Amerika karena teori
eugenetika. Peristiwa yang sama juga terjadi di Jerman saat pemerintahan
dikuasai Nazi dan mengorbankan 375.000 nyawa. Pada waktu itu, pemerintahan
Jerman yang dipimpin Hittler sangat mendukung teori evolusi Charles Darwin
yang menyatakan hanya makhluk yang kuat dan mampu beradaptasi sajalah
yang dapat lolos dari seleksi alam.
Menurut Hittler, hanya ras Arya yang berkulit putih saja yang berhasil lolos dari
seleksi alam dan pantas berkembang di atas muka bumi ini. Konsep eugenetika
dan konsep Darwin sebenarnya saling terkait. Eugenetika pertama kali
dicetuskan Francis Galton pada tahun 1883 yang ternyata merupakan saudara
sepupu Charles Darwin, pencetus konsep evolusi makhluk hidup berdasarkan
seleksi alam. Konsep-konsep tersebut disalahartikan pada saat itu dan dijadikan
alasan untuk bisa membunuh dan mencegah keturunan manusia berkualitas
rendah salah satunya dilakukan ilmuwan Jerman Eugen Fischer.

Orang kaya kalangan atas akan diberi keleluasaan mempunyai banyak anak
sedangkan kaum miskin dicegah berkembang bahkan sampai dimandulkan.
Dalam teori eugenetika, faktor gen sangatlah penting, sakral dan menjadi

penentu keunggulan suatu bangsa. Menurut mereka, orang cerdas akan


melahirkan anak cerdas, orang kuat akan melahirkan anak kuat dan begitu juga
dengan orang sehat akan melahirkan anak sehat. Padahal gen bukan satusatunya penentu kecerdasan dan keunggulan suatu ras, suku dan kelompok
tertentu. Faktor gen hanya mempengaruhi maksimal 50 persen kualitas manusia
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh lingkungan. Seperti pernah diungkapkan
Prof. Dr. Jalaludin Rahmat, pakar komunikasi dan penulis buku Psikologi
Komunikasi, faktor genetik atau keturunan bisa dikalahkan oleh faktor
lingkungan dan nutrisi. Nurture atau lingkungan bisa mengalahkan nature atau
warisan biologis jika otak terus distimulasi, jelas Jalaludin. Sebagai contoh, anak
berbakat bisa dilahirkan dari bapak atau ibu yang cerdas tapi belum mampu
menjadi anak yang pintar tanpa bimbingan yang baik dari lingkungan. Bahkan
faktor emosional yang dikendalikan dari lingkungan menjadi pemicu keunggulan
bangsa. Meski studi saat ini sudah membuktikan bahwa gen bukanlah penentu
satu-satunya kecerdasan, namun praktik eugenetika hingga saat ini masih tetap
bertahan. Bagi para penganut eugenetika, ilmu pengetahuan bagaikan Tuhan
yang menjadi pijakan untuk bertindak meski tindakan itu jelas-jelas melanggar
Hak Asasi Manusia.[tb]

Sumber
http://www.tugasbiologi.com/2013/07/pengertian-eugenetika.html

Pengertian Tauhid Dan Pendapat-Pendapat Tentang


Qadar
Jumat, 16 September 2005 09:52:20 WIB
PENGERTIAN TAUHID DAN MACAM-MACAMNYA
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan


umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman,
yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa rnenempuh jalan kebenaran
dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah
termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke
dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:
Pertama:
Tauhid Al-Uluhiyah, ialah mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah
hanya kepada Allah dan karenaNya semata.
Kedua:
Tauhid Ar-Rububiyah, ialah rneng esakan Allah dalam perbuatanNya, yakni

mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang Mencipta, menguasai


dan mengatur alam semesta ini.
Ketiga:
Tauhid Al-Asma' was-Sifat, ialah mengesakan Allah dalam asma dan sifatNya.
Artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah
Subhanahu wa Ta'ala. dalam dzat, asma maupun sifat.
Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam
Ahmad berkata: "Qadar adalah kekuasaan Allah". Karena, tak syak lagi, qadar
(takdir) termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu,
qadar adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat
mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun
yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah
ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi
atau berdasarkan nash yang benar.
PENDAPAT-PENDAPAT TENTANG QADAR
Pembaca yang budiman.
Umat Islam dalam masalah qadar ini terpecah dalam tiga golongan.
Pertama:
Mereka yang ekstrim dalam menetapkan qadar dan menolak adanya kehendak
dan kemampuan makhluk. Mereka berpendapat bahwa manusia sama sekali
tidak mempunyai kemampuan dan keinginan, dan hanyalah disetir dan tidak
mempunyai pilihan, laksana pohon yang tertiup angin. Mereka tidak
membedakan antara perbuatan manusia yang terjadi dengan kemauannya dan
perbuatan yang terjadi tanpa kemauannya. Tentu saja mereka ini keliru dan
sesat, karena sudah jelas menurut agama, akal dan adat kebiasaan bahwa
manusia dapat membedakan antara perbuatan yang dikehendaki dan perbuatan
yang terpaksa.
Kedua:
Mereka yang ekstrim dalam menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk
sehingga mereka menolak bahwa apa yang diperbuat manusia adalah karena
kehendak dan keinginan Allah serta diciptakan olehNya. Menurut mereka,
manusia memmiliki kebebasan atas perbuatannya. Bahkan ada di antara mereka
yang mengatakan bahwa Allah tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh
manusia kecuali setelah terjadi. Mereka inipun sangat ekstrim dalam
menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk.
Ketiga:
Mereka yang beriman, sehingga diberi petunjuk oleh Allah untuk menemukan
kebenaran yang telah diperselisihkan. Mereka itu adalah Ahlus Sunnah wal
Jama'ah. Dalam masalah ini mereka menempuh jalan tengah dengan berpijak di
atas dalil syar'i dan dalil 'aqli Mereka berpendapat bahwa perbuatan yang
dijadikan Allah di alam semesta ini terbagi atas dua macam:
[1]. Perbuatan yang dilakukan oleh Allah, terhadap makhlukNya Dalam hal ini
tidak ada kekuasaan dan pilihan bagi siapapun. Seperti; turunnya hujan,
tumbuhnya tanaman, kehidupan, kematian, sakit, sehat dan banyak contoh
lainnya yang dapat disaksikan pada makhluk Allah. Hal seperti ini, tentu saja tak

ada kekuasaan dan kehendak bagi siapapun kecuali bagi Allah Yang Maha Esa
dan Maha Kuasa.
[2]. Perbuatan yang dilakukan oleh semua makhluk yang mempunyai kehendak.
Perbuatan ini terjadi atas dasar keinginan dan kemauan pelakunya karena Allah
menjadikannya untuk mereka. Sebagaimana firman Allah:
"Artinya : Bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus" [AtTakwir: 28]
Artinya : Di antara kamu ada orang yang- menghendaki dunia dan di antara
kamu ada orang yang menghendaki akhirat." [Ali Imran : 152]
"Artinya : Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir " [Al-Kahfi : 29]
Manusia bisa membedakan antara perbuatan yang terjadi karena kehendaknya
sendiri dan yang terjadi karena terpaksa. Sebagai contoh, orang yang dengan
sadar turun dari atas rumah melalui tangga, ia tahu kalau perbuatannya itu atas
dasar pilihan dan kehendaknya sendiri. Lain halnya kalau ia terjatuh dari atas
rumah, ia tahu bahwa hal tersebut bukan karena kemauannya. Dia dapat
membedakan antara kedua perbuatan ini, yang pertama atas dasar kemauannya
dan yang kedua tanpa kemauannya. Dan siapapun mengetahui perbedaan ini.
Begitu juga orang yang menderita sakit beser umpamanya, ia tahu kalau air
kencingnya keluar tanpa kemauannya. Tetapi apabila ia sudah sembuh, ia sadar
bahwa air kencingnya keluar dengan kemauannya. Dia mengetahui perbedaan
antara kedua hal ini dan tak ada seorangpun yang mengingkari adanya
perbedaan tersebut.
Demikianlah segala yang terjadi dari manusia, dia mengetahui perbedaan antara
mana yang terjadi dengan kemauannya dan mana yang tidak.
Akan tetapi, karena kasih sayang Allah, ada di antara perbuatan manusia yang
terjadi atas kemauannya namun tidak dinyatakan Sebagai perbuatannya. Seperti
perbuatan orang yang kelupaan dan orang yang sedang tidur.
Firman Allah dalam kisah Ashabul Kahfi.
"Artinya : ... dan Kami mereka ke kanan dan ke kiri... [Al-Kahfi :18]
Padahal merekalah sendiri yang berbalik ke kanan dan ke kiri, tetapi Allah
menyatakan bahwa Dialah yang membalik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri,
sebab orang yang sedang tidur tidak mempunyai kemauan dan pilihan serta
tidak mendapat hukuman atas perbuatannya, maka perbuatan tersebut dinisbat-kan kepada Allah.
Dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam
"Artinya : Barangsiapa yang lupa ketika dalam keadaan berpuasa lalu makan
atau minum, maka hendaklah !a menyempurnakan puasanya, karena Allah yang
memberinya makan dan memberinya minum. "
Dinyatakan dalam hadits ini bahwa yang memberinya makan dan minum adalah

Allah karena perbuatannya tersebut terjadi di luar kesadarannya, maka seakanakan terjadi tanpa kemauannya
Kita semua mengetahui perbedaan antara rasa sakit atau rasa senang yang
kadangkala dirasakan seseorang dalam dirinya tanpa kemauannya serta dia
sendiri tidak tahu sebabnya dan rasa sakit atau rasa senang yang timbul dari
perbuatan yang dilakukan oleh dia sendiri. Hal ini, alhamdulillah, sudah cukup
jelas dan gamblang.
[Disalin dari kitab Al-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar,
Penyusun Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz,
Penerbit Darul Haq, Cetakan Rabiul Awwal 1420H/Juni 1999M]
Sumber

http://almanhaj.or.id/content/1576/slash/0/pengertian-tauhid-dan-pendapat-pendapat-tentangqadar/

Anda mungkin juga menyukai