MAKALAH
DISUSUN OLEH :
Kelompok I
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................iv
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................v
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................vi
1.3.Tujuan Penulisan ........................................................................................................vi
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................1
2.1 Pengertian Fiqih Dan Ushul Fiqih.............................................................................1
2.2 Sejarah Singkat Fiqih Dan Ilmu Fiqih .....................................................................4
2.3 Perbedaan Antara Ilmu Fiqih Dan Ilmu Ushul Fiqih..............................................4
2.4 Objek Kajian Fiqih Dan Ushul Fiqih........................................................................6
2.5 Tujuan Dan Kegunaan Fiqih Dan Ushul Fiqih.......................................................7
2.6 Relevansi Fiqih Dan Ushul Fiqih .............................................................................8
BAB III PENUTUP...........................................................................................................9
Kesimpulan.........................................................................................................................9
Saran...................................................................................................................................10
Daftar Pustaka ..................................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Islam memiliki Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman bagi kehidupan
seluruh umatnya. Al-Quran sebagai penuntun umat secara garis besar mengandung dasar-
dasar tentang tauhid, akidah, akhlak, dan hukum-hukum syariat sebagai pedoman bagi
keberlangsungan hidup umatnya. Sudah sejak pada masa NabiMuhammad Shalallahu
Alaihi Wassalam, berbagai permasalahan dan hukum diselesaikan berdasarkan wahyu-
wahyu yang diturunkan kepada beliau yang kemudian telah disatukan menjadisebuah kitab
suci yang disebut Al-Quran.
Permasalahan-permasalahan hidup yang ada pada saat itu tidak hanya diselesaikan
melalui Al-Quran namun juga berdasarkan perkataan-perkataan beliauyang kemudian
disebut sebagai sunnahnya. Ilmu Fiqih yang memang sudah digunakan sejak masa Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam hingga kini ini merupakan suatu ilmu yang harus
kita pahami dan harus dipelajari sebagai umat islam. Mengapa demikian?Ilmu Fiqih
mengatur segala hal tentang hukum dan permasalahan hidup setiap orang, bisa dibayangkan
apabila kita tidak mempelajari dan memahami apa yang ada didalamnya maka kita bisa saja
banyak melakukan kesalahan-kesalahan yang seharusnya memang tidak diperbolehkan
dalam agama.
Ilmu Fiqh ini adalah suatu ilmu yang menyertaki kita umat islam dari mulai bangun
tidur, melakukan aktifitas, dan kembali tidur. Itu berarti bahwa ilmu ini sangat berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari manusia. Ilmu Fiqih ini bukan berdasrkan pada hati atau
perasaan manusia namun merupakan ilmu pasti yang bersifat ilmiah dimana segala hal yang
diatur didalamnya adalah hukum yang benar adanya dan logis secara pemikiran dan
iv
memiliki kaidah-kaidah tertentu. Oleh karena itu penulis akan membahas tentang Fiqih dan
Ushul Fiqih secara lebih dalam pada makalah ini sehingga akan menjadikan pembekelan
materi yang baik dalam lingkup pendidikan dan membentuk pribadi yang mengerti hukum
dan syariat bagi pembaca.
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqih
Pengertian ilmu fikih sebagai rangkaian dari dua buah kata, yaitu ilmu dan fikih dapat
dilihat sebagai nama suatu bidang disiplin ilmu dari ilmu-ilmu Syari`ah. Kata “ilmu” secara
mutlak memuat tiga kemungkinan arti, pertama, rangkaian permasalahan atau hukum-
hukum (teori-teori) yang dibahas dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Kedua, idrak
(menguasai)1 masalah-masalah ini atau mengetahui hukumnya dengan cara yang
meyakinkan. Akan tetapi pengertian seperti ini sesungguhnya hanya terbatas pada masalah
akidah, adapun dalam hukum-hukum fikih tidak disyaratkan mengetahui dengan cara
demikian, cukup dengan dugaan kuat saja. Ketiga, pemahaman awal tentang suatu
permasalahan melihat tampilan luarnya. Misalnya dengan istilah ilmu nahu, orang akan
paham bahwa yang dibahas adalah sekitar permasalahan kebahasaan seperti mubtada` itu
marfu’, atau dengan istilah ilmu fikih orang lalu paham bahwa pokok bahasannya adalah
sekumpulan hukumhukum syari`ah praktis, dan sebagainya.
Dilihat dari sudut bahasa, fikih berasal dari kata faqaha ( ( فقهyang berarti “memahami”
dan “mengerti”. Dalam peristilahan syar`i, ilmu fikih dimaksudkan sebagai ilmu yang
berbicara tentang hukum-hukum syar`I amali (praktis) yang penetapannya diupayakan
melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalildalilnya yang terperinci (al-tafsili) dalam
Alquran dan hadis. Sedangkan “fikih” menurut istilah adalah:
1
التفصيلية ادلتهامن المكتسبةالعمليةالشرعية باالحكام العلم
Artinya: Ilmu tentang hukum syara` tentang perbuatan manusia (amaliah) yang diperoleh
melalui dalil-dalilnya yang terperinci.
Hukum syar`i yang dimaksud dalam defenisi di atas adalah segala perbuatan yang
diberi hukumnya itu sendiri dan diambil dari syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Saw. Adapun kata `amali dalam defenisi itu dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa yang
menjadi lapangan pengkajian ilmu ini hanya yang berkaitan dengan perbuatan (`amaliyah)
mukallaf dan tidak termasuk keyakinan atau iktikad (`aqidah) dari mukallaf itu. Sedangkan
yang dimaksud dengan dalil-dalil terperinci (al-tafshili) adalah dalil-dalil yang terdapat dan
terpapar dalam nash di mana satu per satunya menunjuk pada satu hukum tertentu2.
Kata ushul jika dilihat secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk
jamak dari kata ashlun yang berarti sesuatu yang dijadikansandaran oleh sesuatu yang lain.
Contohnya pada kalimat bahasa Arab:
2
yang telah ada atas sesuatu yang telah ada". Misalnya,terdapat seseorang yang sudah
berwudhu, namun kemudian ia ragu apakahsebetulnya ia sudah batal atau
sebelum. Maka kejadian seperti ini bisadikembalikan kepada hokum ashal , yakni
dihukumi masih sah atau belum batal wudhunya.
3. Ashal yang berarti dalil. Contohnya pada ungkapan "ashal masalah ini adalah al -
Qur'an dan sunnah", maka yang dimaksud adalah dalilnya.
Kata fiqh yang merupakan bentuk masdar dari akar kata juga terdapatdalam Al-Qur'an surat
An-Nisa ayat 78 :
ً قُلْ ُكلٌّ ِّم ْن ِع ْن ِد هّٰللا ِ ۗ فَ َما ِل ٰهُٓؤاَل ۤ ِء ْالقَوْ ِم اَل يَكَا ُدوْ نَ يَ ْفقَهُوْ نَ َح ِدي
ْث
Kata fiqh juga terdapat dalam sebuah hadis yang memiliki arti "Siapa yang Allah
kehendaki kebaikan, maka ia diberikan pemahaman yang mendalam tentang perkara
agama" (HR. Bukhari Muslim).
Sedangkan menurut istilah, seperti yang sudah diuraikan diatas, kata fiqh bisa diartikan
sebagai ilmu halal dan haram, ilmu syariat dan hukum sebagaimana dikemukakan oleh Al-
Kassani4.
Jadi, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Prof. Dr. TM. Hasbi AshShiddieqy,
definisi Ushul al-Fiqh ialah: kaidah-kaidah yang dipergunakan untuk mengeluarkan hukum
dari dalil-dalinya, dan dalil-dalil hukum (kaidah-kaidahyang menetapkan dalil-dalil
hukum). Dalil- dalilnya yang dimaksud adalah undang-undang (kaidah-kaidah) yang
ditimbulkan dari bahasa. Maka dengan uraian di atas dapat dipahami bahwa yang
4
Tajuddin Abd. Wahhab bin Ali al-Subki, Jam'u al-Jawami'i f Ushul al-Fiqh. (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah,2000), Cet. ke-2, hlm. 6.
3
dikehendaki dengan Ushul al – Fiqh adalah dalil-dalinya seperti al-Qur’an, Sunnah Nabi,
Ijma’, Qiyas5.
Definisi Ushul al - Fiqh merupakan suatu rangkaian dan gabungan kata-kata Ushul al-
Fiqh. Hasbi al-Shidiqi berpendapat bahwa Ushul al-Fiqh sebagaisatu rangkaian kata-kata
ialah:
Kaidah-kaidah istinbat hukum (fiqh) yang diambil dari undang-undang bahasa Arab,
seperti kaidah‚ perintah‛ menunujkkan kewajiban‚ larangan‛menunjukkan kepada
haram, dan seperti ‚penetapan-penetapan yangmenerangkan keadaan-keadaan lafaz
yang memfaedahkan kepada umum.Ringkasnya kaidah-kaidah yang dipergunakan
untuk mengistimbatkan hukum dari dalil.
Dalil-dalil hukum (fiqh), seperti perbutan Nabi saw menjadi hujjah,seperti‚ ijma
menjadi hujjah dan qiyas hujjah.
A. Periode Risalah
Jika membicarakan sejarah ilmu fiqih, periode ini merupakan dua sumber pedoman
yang ada dalam islam yaitu Al-Quran dan juga sunnah. Bahkan periode risalah ini juga
terbagi dalam dua tahap.
Pada waktu priode madinah sendiri, dalam hal ini periode mekkah yang lebih memiliki
konsentrasi atas pelurusan aqidah yang ada dan juga sudah berjalan selama 12 tahun
lamanya. Dalam periode ini, secara keseluruhan sudah memegang otoritas hukum yang
mana merupakan Rasulullah SAW sendiri. bahkan sudah dapat diputuskannya berbagai
masalah
5
Herfn Fahri, “Filsafat Hukum Islam dan Ilmu-ilmu Shariah Metodologis”,AL-HIKMAH Jurnal Studi
Keislaman,Vol. 6, No. 1 (2016), hal. 51.
4
B. Periode Sahabat
Periode ini juga merupakan salah satu masa, yang menjadi awal dari sejarah ilmu fiqih
ada. bahkan diawali dengan wafatnya baginda Rasulullah SAW pada tahun 11 Hijriah. Era
ini dikenal sebagai salah satu era, yang mana terbukanya pintu istinbath atau hukum atas
suatu kejadian yang juga tidak tertera dalam nash. Namun tidak semua sahabat memiliki
otoritas pada masa ini.
Dalam era ini, ada beberapa catatan penting seperti mulainya ditulis Al-Quran, mulai
banyaknya fatwa yang di keluarkan oleh sahabat dan dihasilkan dari ijtihad mereka. Selain
itu, juga mulai adanya interpretasi hukum yang juga tertulis dalam nash naik itu Al-Quran
atau sunnah. Dalam periode ini juga, Qodiyyah juga sudah tidak termaktub, dikarenakan Al-
Quran dan sunnah dijelaskan secara gamblang.
Ilmu ushul fiqh tumbuh pada abad kedua hijriah. Pada abad pertama hijriah ilmu ini
belum tumbuh, karena belum terasa diperlukan, Rasulullah berfatwa dan menjatuhkan
keputusan (hukum) berdasarkan kepada al-Qur'an dan hadis, dan berdasar naluriah yang
bersih tanpa memerlukan ushul atau kaidah yang dijadikan sebagai sumber istinbat hukum.
Adapun sahabat Nabi membuat keputusan hukum berdasarkan dalil nash yang dapat mereka
pahami dari aspek kebahasaan semampu mereka, dan untuk memahaminya secara baik
diperlukan kaidah bahasa. Di samping itu, mereka juga melakukan istinbat hukum sesuatu
yang tidak terdapat dalam nash berdasarkan kemampuan mereka, berdasarkan ilmu tentang
hukum Islam yang telah mereka kuasai disebabkan lamanya pergaulan mereka bersama
Nabi serta menyaksikan asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat al Qur'an) dan asbabul
wurud (sebab-sebab turunnya hadis). Jadi, para sahabat ketika itu sudah benar-benar
memahami tujuan-tujuan hukum syariat serta dasar-dasar pembentukannya6
Objek pembahasan atau kajian fiqih adalah perbuatan mukallaf fiqih adalah
perbuatan mukallaf Islam baligh dan berakal ditinjau dari hukum syara wajib haram dan
mubah. maka, seorang Patih akan membahas tentang hukum jual beli mukallaf puasanya
sholatnya hajinya pencuriannya dan sewa-menyewa nya Adapun yang menjadi objek
pembahasan ilmu fiqih ialah tentang dalil yang masih bersifat umum dilihat dari ketetapan
hukum yang umum pula8. Pendek kata, objek kajian Ushul Fiqh ialah, membahas semua
perangkat yang dibutuhkan oleh para faqih, sehingga terhindar dari kesalahan dalam istinbat
hukum.
7
Dr. H. Darmawan, S.HI, M.HI,Kaidah-kaidah Fiqhiyah, (Revka Prima Media, 2020), hlm. 3
8
Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 6.
6
2.5 TUJUAN DAN KEGUNAAN FIQIH DAN USHUL FIQIH
Usul fikih mengandung dua tujuan pokok, yaitu: Pertama, menerapkan kaidah-kaidah
yang ditetapkan oleh ulama-ulama terdahulu untuk menentukan bahwa sesuatu masalah
baru; yang tidak ditemukan hukumnya dalam kitab-kitab terdahulu. Kedua, mengetahui
lebih mendalam bagaimana upaya dan metode yang harus ditempuh dalam merumuskan
kaidah, sehingga berbagai masalah yang muncul dapat ditetapkan hukumnya.
Ilmu Fiqh adalah merupakan produk dari Ushul Fiqh. Ilmu fiqh berkembang karena
berkembangnya Ilmu Ushul Fiqh. Ilmu Fiqh akan bertambah maju manakala Ilmu Ushul
7
Fiqh mengalami kemajuan, karena Ilmu Ushul Fiqh adalah semacam Ilmu alat yang
menjelaskan metode & sistem penentuan hukum berdasarkan dalil naqli maupun 'aqli9.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dilihat dari sudut bahasa, fikih berasal dari kata faqaha ( ( فقهyang berarti “memahami”
dan “mengerti”. Dalam peristilahan syar`i, ilmu fikih dimaksudkan sebagai ilmu yang
berbicara tentang hukum-hukum syar`I amali (praktis) yang penetapannya diupayakan
9
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Dep. Agama RI. , Pengaruh Ilmu Fiqh, (Jakarta 198),
hal. 19.
8
melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalildalilnya yang terperinci (al-tafsili) dalam
Alquran dan hadis.
Kata ushul jika dilihat secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk
jamak dari kata ashlun yang berarti sesuatu yang dijadikansandaran oleh sesuatu yang lain.
B. SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
Kamal Mukhtar, dkk., Ushul Fiqh I, (Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995)
10
Tajuddin Abd. Wahhab bin Ali al-Subki, Jam'u al-Jawami'i f Ushul al-Fiqh. (Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah,2000)
Abdurrahman Misno dan Nurhadi, Ilmu Ushul Fiqh dari Arabia Hingga Nusantara,
(Bandung : Media Sains Indonesia, 2018)
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Dep. Agama RI. , Pengaruh Ilmu Fiqh,
(Jakarta 198)
11