Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Tasawuf dan
Siyasah
Disusun Oleh :
Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Tlp (0271) 717417 719483 (Hunting) Fax. (0271)
715448 Surakarta 5710
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berkat
rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Pemikiran Tasawuf dan Siyasah ini dalam batasan waktu yang telah
ditentukan. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada nabiyullah Muhammad
saw. yang merupakan tauladan terbaik dan panutan terbaik umat muslim di dunia.
Alhamdulillaah makalah ini dapat terselesaikan tak lain juga karena sedikit
pengetahuan yang kami dapatkan dari buku-buku yang kami baca, sumber-sumber
lain yang mendukung tema makalah ini sekaligus motivasi, semangat dan bantuan
dari dosen pengampu, serta teman-teman semua baik secara materil dan non
materil. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan, hal itu disebabkan karena keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, pemakalah sangat mengharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang bisa pemakalah sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan Allah senantiasa memberi balasan bagi kebaikan kita semua.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam dalam perkembangannya mengalami berbagai perubahan baik
dalam hal keilmuan maupun hal lainnya. Didalamnya tercakup berbagai
macam unsur-unsur yang menjadikan kesempurnaan ajarannya. Namun
seiring perkembangan masa, unsur-unsur tersebut dipisahkan sehingga dapat
dipelajari secara mendalam tanpa mengurangi inti dari ajaran pokoknya.
Begitupun dengan akhlak yang membahas tentang cara cara berperilaku dan
bersikap, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun
hubungan kepada Allah. Dalam proses pendekatan diri kepada Allah (ibadah),
seseorang menempuh berbagai macam cara agar mereka dapat mencapai
puncak kenikmatan beribadah, sehingga terkadang apa yang mereka lakukan
tidak dapat dinalar oleh orang lain. Namun tidak semua orang dapat mencapai
proses tersebut sehingga memerlukan bantuan orang lain agar dapat
melaksanakan interaksi dengan baik.
Tasawuf secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk
menyucikan jiwa sesuci mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada
Tuhan sehingga kehadiran-Nya senantiasa dirasakan secara sadar dalam
kehidupan. Ibn al-Khaldun pernah menyatakan bahwa tasawuf para sahabat
bukanlah pola ketasawufan yang menghendaki kasyf al-hijab (penyingkapan
tabir antara Tuhan dengan makhluk) atau hal-hal sejenisnya yang diburu oleh
para sufi di masa belakangan. Corak sufisme yang mereka tunjukkan adalah
ittiba dan iqtida (kesetiaan meneladani) perilaku hidup Nabi. Islam
sekalipun mengajarkan tentang ketakwaan, qanaah, keutamaan akhlak dan
juga keadilan, tetapi sama sekali tidak pernah mengajarkan hidup kerahibaan,
pertapaan atau uzlah sebagaimana akrab dalam tradisi mistisisme agama-
agama lainnya. Abdul Qadir Mahmud menyatakan bahwa pola hidup sufistik
yang diteladankan oleh sirah hidup Nabi dan para sahabatnya masih dalam
kerangka zuhud. Kata Ahmad Sirhindi, tujuan tasawuf bukanlah untuk
3
mendapat pengetahuan intuitif, melainkan untuk menjadi hamba Allah.
Menurutnya, tidak ada tingkatan yang lebih tinggi dibanding tingkat
abdiyyat (kehambaan) dan tidak ada kebenaran yang lebih tinggi di luar
syariat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah Dinamika Makna Tasawuf sebagai
berikut:
1. Apa pengertian atau definisi tasawuf itu?
2. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf dari masa ke masa?
3. Bagaimana tujuan dalam tasawuf itu?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas sehingga dapat ditarik beberapa tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa definisi tasawuf.
2. Agar mengetahui sejarah perkembangan tasawuf dari masa ke masa.
3. Agar mengetahui tujuan dalam tasawuf.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Secara umum Dr. Ibrahim Hilal merumuskan definisi tasawuf yaitu
memilih jalan hidup dalam segala bentuknya. Tasawuf itu adalah bermacam-
macam ibadah, wirid dan lapar, berjaga di waktu malam dengan
memperbanyak shalat dan wirid, sehingga lemahlah unsur jasmaniah dalam
diri seseorang dan semakin kuatlah unsur rohaniahnya. Tasawuf dengan kata
lain menundukkan jasmani dan rohani dengan jalan yang telah disebutkan
sebagai usaha mencapai hakikat kesempurnaan rohani dan mengenal dzat
Tuhan dengan segala kesempurnaan-Nya.
Tasawuf menurut Abu Al-wafa Al-Taftazani adalah suatu yang tidak
berarti suatu tindak pelarian diri dari kenyataan hidup sebagaimana yang telah
di tuduhkan mereka yang anti, tetapi ia adalah usaha yang mempersenjatai
diri dengan nilai-nilai rohaniah baru yang akan menegakkannya saat
menghadapi kehidupan materialis dan juga untuk merealisasikan
keseimbangan jiwanya, sehingga timbul kemampuannya ketika menghadapi
berbagai kesulitan ataupun masalah hidupnya.
Dari serangkaian defenisi tasawuf ada satu asas yang disepakati yakni
tasawuf merupakan moralitas-moralitas yang berasaskan Islam. Artinya
bahwa pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat islam, karena
seluruh ajaran Islam dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral.
Menurut Basyuni defenisi-defenisi yang ada dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Al-Bidayah, yaitu defenisi yang membicarakan tentang pengalaman
pada tahap permulaan. Defenisi tasawuf pada tahap al-bidayah ini
adalah menurut Zu Al-Nun Al-Misri (w.254 H) orang yang tidak
suka meminta dan tidak merasa susah karena ketiadaan. Dan
menurut Maruf al-Karkhi (w. 200 H) mengatakan, tasawuf ialah
mengambil hakikat dan putus asa terhadap apa yang ada di tangan
makhluk, maka siapa yang tidak benar-benar fakir, dia tidak benar-
benar bertasawuf.
2. Al-Mujahadah, defenisi yang membicarakan tentang pengalaman
yang menyangkut kesungguhan dan kegiatan. Hal ini dilihat dari
6
segi amaliah yang dilaksanakan ahli sufi yang dimulai dengan
menghiasi diri dengan suatu perbuatan yang diajarkan agama dan
akhlak yang mulia. Menurut Sahl ibn Abdillah al-Tustari, tasawuf
ialah sedikit makan, tenang dengan allah dan menjauhi manusia.
Dan menurut Abu Muhammad Ruwaim (w. 303 H.), tasawuf terdiri
dari tiga perangai: Berpegang kepada kefakiran dan mengharap
Allah, merendahkan diri dan mendahulukan orang lain dengan
tidak menonjolkan diri dan meninggalkan usaha.
3. Al-Mazaqah, yaitu defenisi yang membicarakan pengalaman dari
segi perasaan. Dalam melaksanakan kehidupan beragama,
hubungan antara seseorang dengan Tuhannya tidak lebih dari
hubungan seorang hamba yang menyembah dengan Tuhan yang
disembah, seorang hamba harus tunduk dan taat kepada perintah
dan larangan Tuhan yang diyakininya sebagai pencipta. Dalam
kehidupan tasawuf segala kemauan dilebur untuk larut dalam
kehendak Tuhan. Umur, kegiatan dan seluruh perhatian dikerahkan
sehingga hubungan itu lebih kuat dan murni. Menurut Al-Junaid al-
baghdadi (w. 297 H.), tasawuf ialah bahwa engkau bersama allah
tanpa ada penghubung. Dan menurut Abu Bakr al-Syibli (w. 297
H.) berkata, orang-orang sufi adalah anak-anak kecil di pangkuan
Tuhan.
Definisi tasawuf yang universal dan representatif, yaitu tasawuf ialah
kesadaran murni yang mengarahkan jiwa secara benar pada amal dan
kegiatan yang sungguh-sungguh, menjauhkan diri dari keduniaan dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah, untuk mendapatkan perasaan
berhubungan erat dengan-Nya.
Salah satu asas tasawuf yang berdasarkan Islam, yaitu bahwa tasawuf
adalah moralitas berdasarkan Islam. Al-Kattani berkata Tasawuf adalah
moral, barang siapa diantara kamu semakin bermoral, tentulah jiwanya
semakin bening.. Dengan demikian jelas bahwasannya pada dasarnya
tasawuf berarti moral atau nilai Islam, sebab semua ajaran Islam dibangun di
7
atas landasan moral. Dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang mendorong
hidup zuhd, sabar, tawakkal, rela cinta, hidup sederhana dan segala sifat yang
diperintahkan kepada setiap muslim sebagai kesempurnaan iman. Al-Quran
sendiri menyatakan bahwa Rasulullah SAW adalah suri-teladan yang terbaik
bagi orang yang ingin menyempurnakan diri dengan keutamaan-keutamaan
dalam bentuknya yang paling sempurna. Dalam menyempurnakan keimanan
para sufi juga begitu menaruh perhatian terhadap moral dan ilmu. Ilmu yang
tidak dilandasi rasa taqwa kepada Allah dan pengetahuan mengenai-Nya,
tidak akan berarti dan bermanfaat. Dan untuk memiliki moral yang baik
memerlukan perjuangan karena moral yan baik adalah hasil dari praktek-
praktek berat dan perjuangan setiap manusia dengan hawa nafsunya sendiri.
Dan para sufi dalam pembahasan moral mereka mengembangkan ilmu yang
mandiri yang merupakan pendukung ilmu kalam dan ilmu fiqh. Dan oleh
kaum muslimin ilmu ini dipandang sebagai salah satu dari imu-ilmu yang
bersumber dari Al-Quran dan Al-Sunnah.
1. Masa Pembentukan
8
pertama dan termasyhur dalam sejarah tasawuf. Ia lahir di madinah
pada tahun 642 M, dan meninggal di basrah pada tahun 728 M.
Hasan Basri tampil pertama dengan membawa ajaran khauf dan
raja. Sebenarnya bibit tasawuf sudah ada sejak itu, garis-garis besar
mengenai thariq atau jalan beribadah sudah kelihatan disusun,
dalam ajaran-ajaran yang disana sini sudah mulai dianjurkan
mengurangi makan, menjauhkan diri dari keramaian duniawi
(zuhud), mencela dunia (dzam al-dunya) seperti harta, keluarga
dan kedudukan.
9
2. Masa Pengembangan
10
sudah merupakan madzhab, bahkan seolah-olah agama yang berdiri
sendiri. lebih jauh Abu al-Wafa menegaskan, bahwa tasawuf ada
abad in lebih mengarah kepada ciri psikomoral, dan perhatiannya
diarahkan pada moral dan tingkah laku. Pada abad ni terdapat dua
aliran yaitu tasawuf sunni dan tasawuf semi falsafi.
3. Masa Konsolidasi
11
dimaklumi, karena dia termasuk an nabillah (pendukung Ahmad ibn
Hambal). Tokoh lain ialah Al-Ghazali, pembela tasawuf sunni yang
menduduki peringkat setingkat lebih tinggi dari pada kedua sufi
yang telah disebutkan di muka. Corak tasawufnya psiko-moral yang
mengutamakan pendidikan moral. Hal ini dapat dilihat dalam
karya-karyanya seperti, Ihya Ulumuddin, Bidayah Al- Hidayah dan
sebagainya. Al-Ghazali menilai negatif terhadap syathahiyat,
karena dianggapnya mempunyai dua kelemahan. Pertama, kurang
memperhatikan amal lahiriah, hanya mengungkapkan kata-katayang
sulit dipahami dan mengemukakan kesatuan dengan tuhan. Kedua,
keganjilan ungkapan yang tidak dipahami maknanya,diucapkan dari
hasil pikiran yang kacau, hasil imaginasi sendiri.
4. Masa Falsafi
12
orde (thariqoh) sufi kenamaan. Thariqoh terkenal yang berkembang
sampai sekarang antara lain, qodariyah, suhrawardiyah, rifaiyah,
naqsabandiyah dan lain sebagainya.
5. Masa Pemurnian
13
C. Tujuan Tasawuf
Tujuan tasawuf adalah berada sedekat mungkin di sisi Allah dengan
mengenalnya secara langsung dan tenggelam dalam ke Maha Esaan-Nya yang
mutlak. Dengan kata lain, bahwa sufi yaitu seorang ego pribadinya sudah
lebur dalam pelukan keabadian Allah, sehingga semua rahasia yang
membatasi dirinya dengan Allah tersingkap atau kasyaf. Dan di sisi lain
hakikat tasawuf itu sendiri sama dengan tujuan tasawuf yaitu mendekatkan diri
kepada Tuhan dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan
manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia itu tertuang dalam Al-Quran dan
hadits.
Tasawuf itu diciptakan hanya sebagai media lintasan untuk mencapai
maqasid al syari (tujuan-tujuan syari). Sebagai contoh orang yang
diperintahkan naik ke atas atap rumah, maka secara tidak langsung ia juga
diperintahkan untuk mencari media yang dapat digunakan untuk
melaksanakan tugas itu dengan cara menaiki tangga. Berikut tujuan tasawuf
diantaranya adalah:
1. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan bathil.
2. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit kalbu.
3. Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
4. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
5. Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan),
dalam arti bahwa Allah SWT melihat hamba-hambaNya dari atas
arsy dan meliputi mereka dan segala arah dengan ilmu, kekuasaan
(qudrat), pendengaran (sama) dan penglihatan (bashar) Nya.
6. Menggapai kekuatan iman yang dulu pernah dimiliki para sahabat
Rasulullah SAW, menyebarkan ilmu-ilmu syariat dan meniupkan
ruh kehidupannya, sehingga menghasilkan motivasi bagi kaum
muslimin untuk dapat memimpin kembali umat, baik ilmiah,
pemikiran keagamaan maupun politik. Selain itu mereka juga
mampu mengembalikan kepemimpinan global ke pangkuannya,
14
baik peta politik maupun ekonomi serta dapat menyelamatkan
bangsa-bangsa yang ada dari alenasi dan kehancuran.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibnu Khaldun mengatakan: Ilmu tasawuf termasuk salah satu ilmu
agama yang baru dalam agama (Islam). Jadi, tasawuf adalah ilmu untuk
mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq,
membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi
berdasarkan Al-Quran dan Al-Sunnah dibarengi dengan rasa taqwa kepada
Allah dan pengetahuan mengenai-Nya untuk menyempurnakan keimanan
terhadap Allah.
Cikal bakal tasawuf bermula dari generasi pertama umat Islam, baik
dari kalangan sahabat, tabiin dan generasi setelahnya. Namun pada saat itu
hanya tersirat tanpa ada teori dan lebih ke tingkah perbuatan sehari-hari.
Abad selanjutnya mulai di bentuk aturan-aturan, prinsip-prinsip tentang
tasawuf. Lalu muncullah berbagai macam karya tentang tasawuf. Sedangkan
pada abad kelima, tasawuf makin berkembang, terbukti dengan adanya aliran
tasawuf Sunni dan semi filosofis. Pada abad ini, lebih aktif memikirkan
pembaharuan-pembaharuan dengan tetap mengembalikan pada Al-Quran dan
Hadist. Abad-abad selanjutnya lebih sering menyebarkan apa itu tasawuf
kepada masyarakat luar tanpa harus meninggalkan dunia sufi mereka.
16
DAFTAR PUSTAKA