Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEMUNCULAN SISTEM KEUANGAN SYARI’AH

“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran
Keuangan dan Perbankan Syari’ah”

Dosen Pengampu : Fauzul Hanif Noor Athief, Lc. M.Sc.

Disusun Oleh :

1. Muchamad Rizsal S I000160102/C


2. Wildan Ahmad Nur Insani I000160110/C
3. Boby Habibi I000160124/C
4. Yushfi Istna Chaidir I000160125/C
5. Amar Daulana I000160144/C

HUKUM EKONOMI SYARIAH - FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullaah Wabarakaatuh

Puji syukur bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berkat
Rahmat dan Kasih Sayang-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah “Sejarah Pemikiran Keuangan dan Perbankan Syari’ah” ini dalam batasan
waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada
Nabiyullah Muhammad SAW. yang merupakan suri tauladan terbaik dan panutan
terbaik umat muslim di dunia.

Alhamdulillaah makalah ini dapat terselesaikan tak lain juga karena sedikit
pengetahuan yang kami dapatkan dari buku-buku yang kami baca, sumber-sumber
lain yang mendukung tema makalah ini sekaligus motivasi, semangat dan bantuan
dari dosen pengampu, serta teman-teman semua baik secara materil dan non
materil. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan, hal itu disebabkan karena keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, pemakalah sangat mengharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat menjadi lebih baik lagi.

Demikian yang bisa pemakalah sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat dan Allah senantiasa memberi balasan bagi kebaikan kita semua.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaah Wabarakaatuh.

Surakarta, 23April 2018

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4


A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 6
A. Faktor Penyebab Kemunculan Sistem Keuangan Syari’ah ....................... 6
B. Pencetus Bank Syari’ah dan Bank Syari’ah Pertama ................................ 6
C. Hambatan Awal Perkembangan ................................................................ 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15
A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lima puluh tahun lalu, keuangan Islam hanyalah sebuah mimpi bagi
cendekiawan. Namun, sejak awal, para muslim telah membuka jalan bagi
keuangan Islam dan menjadikannya salah satu industri yang paling cepat.
Selama bertahun-tahun, keuangan Islam telah menjadi sebuah segmen yang
semakin besar di pasar keuangan global. Semasa pergolakan, terutama selama
krisis keuangan global tahun 2007-2009, keuangan Islam menujukkan tingkat
ketahanan tertentu terhadap guncangan keuangan. Dengan demikian,
keuangan Islam tidak hanya dianggap sebagai sebuah alternatif yang mampu
bertahan dan layak di laksanakan, dibanding sistem keuangan konvensional,
melainkan juga cara yang paling efisien, produktif dan layak dalam
intermediasi keuangan.
Perkembangan keuangan Islam selama empat dekade ini mempunyai
siknifikansi khusus bagi para muslim yang kehidupannya diatur menurut
kaidah dan nilai yang ditentukan menurut hukum dan prinsip Islam, yang juga
dikenal sebagai Syari’ah.
Pemikiran syari’ah berasal dari pencetus bank syari’ah pertama yang
beliau concern terhadap masalah keuangan islam yang harus terhindar dari
masalah riba atau bunga, yang riba’ atau bunga itu merupakan masalah riskan
pada saat itu. Berangkat dari pencetus bank syari’ah tersebut sehingga bisa
membawa sitem keuangan Sslam muncul dan berkembang.
Perkembangan keuangan islam itu sendiri merupakan salah satu faktor
dari banyak faktor yang mempengaruhi adanya sistem keuangan syari’ah saat
ini. Perkembangan tersebut juga membawa hambatan-hambatan bagi
kemunculan sistem keuangan syari’ah yang juga akan membuat sistem
keuangan syari’ah ada sampai saat ini.

3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah “Sejarah Pemikiran Keuangan dan
Perbankan Syari’ah” adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana awal mula kemunculan sistem keuangan syari’ah?
2. Bagaimana faktor-faktor yang melatarbelakangi kemunculan sistem
keuangan syari’ah?
3. Bagaimana awal mula munculnya bank syari’ah?
4. Bagaimana pemikiran pencetus bank syari’ah pertama ?
5. Bagaimana hambatan awal perkembangan bank syari’ah yang yang
kemudian bisa muncul sistem keuangan bank syariah saat ini?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas sehingga dapat ditarik beberapa tujuan
sebagai berikut:
1. Agar mengetahui awal mula kemunculan sistem keuangan syari’ah.
2. Agar memahami faktor yang melatar belakangi kemunculan sistem
keuangan syari’ah.
3. Agar memahami awal mula kemunculan bank syari’ah.
4. Agar memahami pemikiran pencetus pertama kali bank syari’ah.
5. Agar memahami hambatan-hambatn awal perkembangan bank syari’ah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Kemunculan Sistem Keuangan Syari’ah


Selanjutnya, karena bunga ini secara fikih dikategorikan sebagairiba
(dan karenanya haram), maka mulai timbul usaha-usaha disejumlah Negara
muslim untuk mendirikan lembaga alternatif terhadap bank yang ribawi ini.
Hal ini terjadi terutama setelah bangsa-bangsa muslim mendapatkan
kemerdekaannya dari penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Usaha modern
pertama untuk mendirikan bank tanpa bungapertama kali dilakukan di
Malaysia pada pertengahan tahun 40-an, namun usaha ini tidak sukses.9
Selanjutnya, eksperimen lainnyadilakukan di Pakistan pada akhir tahun 50-
an, di mana suatu lembaga perkreditan tanpa bunga didirikan di pedesaan
negara itu.

B. Pencetus Bank Syari’ah dan Bank Syari’ah Pertama


Gagasan mengenai bank syariah telah muncul sejak lama, ditandai
dengan banyaknya pemikir-pemikir muslim yang menulis tentang
keberadaan bank Islam, misalnya Anwar Qureshi pada tahun 1946, Naeim
Siddiqi pada tahun 1948, dan Mahmud Ahmad pada tahun 1952. Awal abad
ke-20 merupakanmasa kebangkitan dunia Islam dari “ketidurannya”di
tengah pergolakan dunia. Kondisi ini membawa pada kesadaran baru untuk
menerapkan prinsip dan nilai-nilai syariah dalam kehidupan nyata.
Salah satu upaya adalah dalam penerapan lembaga keuangan syariah
yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Perintisan penerapan sistem
profit and loss sharing, sebagai inti bisnis lembaga keuangan syariah,
tercatat telah ada sejak tahun 1940-an, yaitu upaya mengelola dana jamaah
haji secara non-konvensional di Pakistan dan Malaysia. Rintisan berikutnya
yang merupakan tonggak sejarah perkembangan perbankan syariah adalah
Islamic Rural Bank di daerah Mit Ghamr yang didirikan oleh Dr. Ahmed el-
Najar yang permodalannya dibantu oleh Raja Faisal pada tahun 1963 hingga

5
1967 di Kairo Mesir. Walaupun pada akhirnya operasionalnya diambil alih
oleh National Bank of Egypt dan Central Bank of Egypt.1
Secara kolektif, gagasan berdirinya bank syariah di tingkat
internasional, muncul dalam konferensi negara-negara Islam sedunia di
Kuala Lumpur, Malaysia pada bulan April 1969, yang diikuti 19 negara
peserta. Koferensi tersebut menghasilkan beberapa hal yaitu:
1) Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi,
jika tidak ia termasuk Riba itu sendiri/banyak haram hukumnya.
2) Diusulkan supaya dibentuk suatu bank syariah yang bersih dan
sistem riba dalam waktu secepat mungkin.
3) Sementara waktu menunggu berdirinya bank syariah, bank-bank
yang menetapkan bunga diperbolehkan beroperasi, namun jika
benar-benar dalam keadaan darurat.2

Perkembangan lebih lanjut ditandai dengan berdirinya Islamic


Development Bank (IDB), atas prakarsa sidang menteri Luar Negeri Negara
OKI (Organisasi Kenferensi Islam) tahun 1970 di Pakistan, Libiya (1973),
dan Jeddah (1975). Dalam sidang tersebut diusulkan penghapusan sistem
keuangan bunga dan menggantinya dengan sistem bagi hasil.Maka
berdirinya IDB memotivasi Negara Islam untuk mendirikan LKS (Lembaga
Keuangan Syariah).
Di Asia – Pasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973
berdasarkan dekrit presiden. Untuk Islamic Development Bank berdiri tahun
1974 yang diseponsori oleh negara yang telah tergabung dalam OKI. Yang
kemudian diikuti pendirian lembaga keuangan diberbagai Negara bukan
OKI. Meskipun utamanya bank tersebut merupakan bank antar pemerintah
dengan tujuan menyediakan dana untuk proyek pembagunan di negara
anggotanya, IDB menyediakan layanan jasa finansial berbasis fee dan profit

1
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 53.
2
Ibid.,hal. 54

6
sharing untuk negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri
berdasarkan pada syariah Islam.
Bank Islam pertama yang bersifat swasta adalah Dubai Islamic Bank
didirikan tahun 1975 oleh sekelompok usahawan Muslim dari berbagai
negara.Salah satu negara pelopor sistem perbankan syariah secaranasional
adalah Pakistan.Hal ini ditandai dengan pemerintahan Pakistan yang
mengkonversikan seluruh sistem perbankan di negaranya menjadi sistem
perbankan syariah pada tahun 1985.Dan sebelumnya pada tahun 1979,
beberapa institusi keuangan di Pakistan telah menghapus sistem bunga,
maka pemerintah Pakistan mensosialisasikan pinjaman tanpa bunga,
terutama pada petani dan nelayan.3
Berbagai laporan tentang Bank Islam, ditemukan bahwa operasi
perbankan Islam dikendalikan oleh tiga prinsip dasar, yaitu (a) dihapuskannya
bunga dalam segala bentuk transaksi, (b) dilakukannya segala bisnis yang
sah, berdasarkan hukum serta perdagangan komersial dan perusahaan
industri, serta (c) memberikan pelayanan sosial yang tercermin dalam
penggunaan dana zakat untuk kesejahteraan fakir miskin,4 sehingga bank
syariah mempunyai daya tarik tersendiri bagi para nasabahnya, dan inilah
yang menjadi salah satu faktor bank syariah mulai berkembang pesat di dunia
Internasional.
Pesatnya perkembangan bank syariah menimbulkan ketertarikan bank
konvensional untuk menawarkan produk-produk bank syariah. Hal tersebut
terlihat dari tindakan beberapa bank konvensional yang membuka sistem
tertentu di dalam masing-masing bank dalam menawarkan produk bank
syariah, misalnya Islamic Windows di Malaysia, The Islamic Transactions di
cabang bank Mesir, dan the Islamic Service di cabang-cabang bank
perdagangan Arab Saudi. Produk-produk investment banking yang Islami
juga ditawarkan oleh Fund Manager konvensional seperti the Wellington

3
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Ed.keenam (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), 178-179.
4
M. Abdul Manan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Amanah Bunda
Sejahtera, 2002), 203.

7
Management Company (USA), Oasis International Equity Fund dari
Flemings Bank (Inggris), State Street Invesment (USA), Kleintwonth Benson
Bank (inggris), Hongkon Shanghai Bangkong Corp. (HSBC-London), dan
ANZ Bank (Melbourne-London), dan sisi pengguna jasa perbankan syariah,
tercatat beberapa perusahaan multinasional seperti KFC, XEROX, General
Motors, IBM, General Electric, dan Chrysler. Sekalipun perbankan syariah
telah memperlihatkan perkembangan dan pertumbuhan yang sangat cepat,
tetapi sampai saat ini belum ada satu bank syariah yang masuk kedalam 100
bank terbesar di dunia dilihat dari jumlah asetnya maupun modalnya.5

Proses Berdirinya Bank Islam di Dunia Muslim


Tahun Jumlah Bank Islam Nama Bank Islam/Keterangan
1940 - Adanya gagasan mendirikan
bank Islam
1940 - Dipraktekkannya PLS di
Malaysia dalam pengelolaan
dana jama'ah haji
1950-an - Gagasan pendirian bank Islam di
Pakistan
1963 1 The Mith Ghamr di Mesir
1967 - The Mith Ghamr diambil alih
sehingga berubah dengan nama
National Bank of Egypt
1970 - Pembahasan Proposal Pendirian
bank Islam, dalam sidang OKI di
Karachi Pakistan
1970 - Terkumpulnya tulisan-tulisan
intelektual Muslim yang
tergabung dalam The Muslim
Student's Association of the
United States and Canada
(MSA), dengan judul :
"Contemporary Aspects of
Economic and Social Thingking
in Islam"
1971 1 Nasser Social Bank, Cairo
1973 - Dalam sidang OKI di Benghazi
Libya, memutuskan bahwa OKI
harus mempunyai badan yang
khusus menangani ekonomi
1973 1 Philippine Amanah Bank di
Philipina
1973 - Pertemuan komite ahli pendirian
Bank Islam di Jeddah guna
membahas visi, misi, goal,
AD/ART.
1974 - Pematangan konsep pendirian
bank Islam oleh Komite Ahli di

5
Gemala Dewi, Op.Cit.,hal. 57

8
Jeddah
1975 1 IDB (Islamic Development
Bank) resmi berdiri di jedddah
1975 1 Dubai Islamic Bank
1975 1 Faisal Islamic Bank, Sudan
1977 3 Kuwait Finance House, Kuwait
1978 1 Faisal Islamic Bank, di Mesir
1978 2 Jordan Islamic Bank, Jordan
Islamic Finance House
Universal Holding, Luxemburg
1979 2 Bahrain Islamic Bank, Bahrain,
Iran Islamic Bank; Islamic Bank
di Pakistan
1980 1 Islamic International Bank,
Cairo
1981 4 Dar-al-Mal al-Islami, Swizerlan
Islamic Finance House, England;
Jordan Finence House, Jordan;
Islamic Bank of Western Sudan,
Sudan
1982 3 Islamic Bank Bangladesh,
Bangladesh Kibris; Islamic
Investment House, Jordan
1983 10 Qatar Islamic Bank, Qatar;
Tadamon Islamic Bank, Sudan;
Faisal Islamic Bank, Bahrain;
Bank Islam Malaysia Berhad,
Malaysia; Faisal Islamic Bank,
Senegal, Islamic Bank
International, Denmark; Faisal
Islamic Bank, Negeria; Sudan
Islamic Bank, Sudan; Bank al-
Baraka al-Sudani, Sudan
1984 5 Al-Baraka Bank, Bahrain,
Islamic Finance House, Jordan,
Bait at-Tamwil al-Saudi al-
Tunisi, al-Baraka Turkish
Finance Institusion, Turkey
1985 1 Al-Baraka Islamic Bank,
Muritania.

C. Hambatan Awal Perkembangan Bank Syari’ah


Belum adanya semangat dari kalangan umat Islam dalam tataran
praktis untuk berhubungan dengan bank Islam. Secara riil, tantangan bank
syariah dikemukakan oleh Solehun (2008) diantaranya:
a. Terpaku pada pengembangan konsep tanpa memperhatikan dinamika
SDMnya, Bank Syariah seolah-olah disibukan oleh jargon “how to
Islamize our banking system” dan lupa akan wacana ”how to Islamize
the people involved in the banking industry”;

9
b. Membatasi instrumen dan produk bank pada bentuk tertentu sehingga
bank-bank syari’ah kesulitan dalam mengembangkannya, bahkan
terjebak dalam siklus investasi yang sempit. Hal ini menunjukan tidak
adanya keberanian dan kemauan yang sungguh-sungguh dari para
pelaku bank syari’ah;
c. Kurang sosialisasi dan komunikasi. Bank syari’ah kini tidak bisa lagi
dipandang sebelah mata. Perkembangan perbankan syari’ah yang
pesat serta pelajaran yang diberikan oleh krisis keuangan yang terjadi
1997, telah memunculkan harapan pada sebagaian masyarakat bahwa
pengembangan ekonomi syari’ah merupakan suatu solusi bagi
peningkatan ketahanan ekonomi nasional, juga sebagai pelaksanaan
kewajiban syariat Islam.
d. Sumber Daya Manusia Masih Terbatas
Indonesia dewasa ini bahkan di tingkat glonal dirasakan masih
langka bankir yang memiliki keahlian operasional bank syaraih.
Bahkan para bankir yang telah mengikuti berbagai kursus dan
pelatihan dalam praktiknya masih merasakan keterbatasan
pengetahuan tentang aplikasi model penghimpunan dana, pembiayaan
dan jasa dari bank syari’ah.Perbankan syari’ah menuju abad
mendatang di era globalisasi harus memiliki sumber daya manusia
(SDM) yang mempunyai daya saing yang andal. Bank syari’ah
memerlukan SDM yang memiliki kemampuan duasisi yang meliputi
ketrampilan pengelolaan operasional dan pengetahuan syariah
termasuk akhlak dan moral dengan integritas yang tinggi.
Persyaratan SDM bank syari’ah mendatang harus memenuhi
STAF merupakan kependekan dari Shidiq artinya SDM bank syariah
harus jujur dan pintar.Jujur dan pintas di dalam melaksanakan tugas
operasional bank sehari-hari, Tabligh yang berarti menyampaikan dan
menyebarluaskan kebaikan, berani menyatakan dan menyampaikan
kebaikan ataupun mengatakan dan mencegah kemungkaran.Amanah
berarti dapat dipercaya.Memegang teguh amanah dan kepercayaan

10
yang telah dipercayakan pimpinan kepadanya.Fathonah yang artinya
pandai dan memiliki kemampuan yang andal terhadap tugasnya.Bagi
otoritas pengawas persyaratan SDM bank syari’ah yang dirumuskan
dalam STAF ini secara eksplisit dan implisit harus ditetapkan dalam
berbagai ketetntuan dan petunjuk otoritas pengawas.
e. Jaringan dan Kantor Cabang yang Terbatas
Jaringan dan kantor cabang bank syari’ah di Indonesia masih
jauh dari jumlah jaringan dan kantor cabang yang dimiliki bank
konvensional . Tersedianya fasilitas untuk dapat melayani nasabah
yang akan bertransaksi dengan bs masih sangat minim. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah bank syari’ah yang ada di Indonesia terdapat satu
bank umum dan 78 BPR perkembangan perbankan syaraih ini
dibandingkan dengan total volume usaha dan jumlah perbankan
nasional secara keseluruhan relatif masih sangat kecil yaitu di bawah
1 % sehingga peranannya terhadap ekonomi makro belum signifikan.
Ukuran volume usaha dan jaringankantor yang sangat kecil
tersebut merupakan salah satu kendala utama dalam pengembangan
perbankan syariah sebagaimana yang telah diindikasikan oleh M.
Umer Chapra sehingga mempengaruhi kemampuan bank untuk
melakukan pelatiha yang memadai, penelitian pasar, pengembangan
produk dan pengembangan teknologi. Kondisi yang masih serba
terbatas tersebut akan mempengaruhi pada akademisi maupun
praktisi untuk melakukan kegiatan penelitian yang terbukti dengan
masih sangat terbatasnya literatur maupun keterlibatan para pakar
dalam pengembangan bank syari’ah.Termasuk dalam hal ini
keterbatasan bank syariah di dalam taraf pengembangan adalah
masih terbatasnya sistem informasi. Teknologi sistem informasi
yang tepat guna akan menjadikan bank beroperasi lebih efisien
seperti di beberapa negara kaya minyak di Timur Tengah seperti
Bahrain, Arab Saudi, Kuwait, Qatar. Kecanggihan sistem informasi
bank syariah sangat menonjol, sehingga mampu menyediakan data

11
dan pelayananjasa kepada masy melalui produk-produk bank yang
modern seperti phone banking, smart card dan investment product.
f. Penerapan Standar Tingkat Kesehatan Perbankan
Masalah standar laporan keuangan perbankan syariah yang
dituntut menyajikan laporan keuangan sebagai lembaga mencari
untung juga terkait dengan laporan keuangan bank yang fungsinya
sebagai fungsi sosial. Hal ini berkaitan dengan konsep dasar usaha
perbankan syariah di samping mempunyai konsep investasi juga
berkonsep pada norma moral atau sosial.
Memperhatikan dasar keadilan dan dasar kebenaran maka
konsep Islam dalam pencatatan keuangan tetap mengacu pada konsep
dasar laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan,
transparan, adil dan dapat diperbandingkan. Dalam laporan keuangan
ini bank syariah dapat berpedoman kepada standar akuntansi lembaga
keuangan Organisasi Akuntansi dan Auditing bagi lembaga keuangan
Islam atau AAOIFI yang berkedudukan di Bahrain.
Maslahnya sekarang bank sentral sebagai otoritas pengawas
harus mengadakan pengawasan terhadap kegiatan bank syariah.Dalam
tugasnya otoritas pengawas harus mengadakan pengawasan terhadap
kegiatan bank syariah.Dalam tugasnya otoritas pengawas mutlak
memerlukan piranti pengaturan dalam bentuk standar.
Standar pengukuran kinerja atau tingkat kesehatan perbankan
seperti standar CAMEL, KPMM (Ketentuan Pemenuhan Modal
Minimum) atau CAR, PDN (Posisi Devisa Neto), BMPK (Batas
Maksimum Pemberian Kredit) dan NPTS (Nisbah Pembiayaan
terhadap Simpanan) yang telah diterapkan pada sistem perbankan
konvensional yang kita kenal selama ini. Dengan beroperasinya bank
syari’ah timbul pertanyaan apakah standar CAMEL dan prinsip atau
ketentuan kehati-hatian atau prudentialbanking tersebut dapat
diterapkan pada sistem perbankan syariah yang mempunyai
sistemkonsep yang berbeda dalam operasionalnya dengan bank

12
konvensional.Penerapan prudential banking pada bank syari’ah ini
telah lama menjadi isu pakar perbankan. Working paper IMF (Maret
1998) Banking : Issues in prudential regulation and supervision,
menyatakan bahwa implementasi prinsip kehati-hatian pada bank
syariah dapat menggunakan referensi standar Bask Committee on
Banking Supervision (BIS). Seperti yang diterapkan pada bank
konvensional.
Namun standar BIS tidakdapat sepenuhnya diadopsi dalam
perbankan syariah karena terdapat kendala yaitu adanya perbedaan
penerapan prinsip syariah di tiap-tiap negara muslim. Perbedaan
derajat penerapan prinsip syariah dalam lembaga atau instrumen
perekonomian seperti misalnya Iran dengan Islam.Konservatif dan
Malaysia dengan Islam Liberal.
g. Minimnya Informasi Bank Syariah
Masyarakat masih banyak memiliki persepsi yang salah
tentang bank syariah.Secara visual dan analogis masih banyak
masyarakat yang menafsirkan bank syariah adalah bank konvensional
pada umumnya yang menggunakan dasar pembagian hasil di dalam
mendistribusikan pendapatan yang diperoleh bank.
Persepsi yang kurang tepat lagi bank syariah dianggap sebagai
bank yang sifatnya bank sektarian sehingga segala transaksi dan
operasionalnya diperuntukkan golongan umat agama tertentu, yang
seakan-akan tertutup mengadakan transaksi dengan golongan umat
yang lain.Beberapa anggapan atau persepsi yang tidak benar dari
beberapa masyarakat dapat dipahami karena masih minimnya
informasi dan pemahaman tentang bank syariah. Masih minimnya
literatur, referensi dan karya tulis yang lain menyebabkan terbatasnya
sosialisasi tentang informasi dapemahaman bank syariah.
Informasi dan pemahaman bank syariah yang masih terbatas
disebabkan pula masih langkanya universitas atau lembaga pendidikan
di negara kita yang menyediakan kurikulumekonomi dan perbankan

13
syariah, terlebih untuk mencari lembaga pendidikan tinggi yang
memiliki Islamic Economic Research Center masih jau dari harapan.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Munculnya sistem keungan syari’ah berangakat dari 60 tahun lalu
yang menjadi awal mimpi para cendekiawan muslim, yang kemudian hadirlah
pencetus pertama bernama Anwar Qureshi pada tahun 1946, Naeim Siddiqi
pada tahun 1948.
Sistem keuangan islam muncul karena beberapa factor, faktor yang
mempengaruhi munculnya sistem keuangan syari’ah diantaranya faktor
eksten dan intern. Faktor ektern diantarnya karena eropa yang menjajah
negara-negara islam. Faktor intern diantaranya Ideologi Hukum Fiqh dimana
ekonomi islam harus terhindar dari nilai riba’ dan masyarakat islamdidorong
untuk mendirikan lembaga alternatif yaitu lembaga yang menggunakan sistim
syari’ah.
Dalam proses perkembangan Bank Syari’ah itu sendiri memiliki
banyak hambatan diantaranya SDM yang masih sedikit, banyak SDM yang
belum menguasai Teknologi saat ini, kurangnya sosialisasi dan lain-lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Gemala. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian


Syariah di Indonesia.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2007)

Kasmir.Bank dan Lembaga Keuangan Lainya.Ed.keenam (Jakarta: Raja Grafindo


Persada. 2002)

Manan, M. Abdul. Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT.


Amanah Bunda Sejahtera. 2002)

16

Anda mungkin juga menyukai