Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS STUDI KASUS

PENGADILAN AGAMA KLATEN

PUTUSAN NOMOR 1933/Pdt.G/2018/PA.Klt

“Analisis studi kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Hukum Kontrak Bisnis Syariah”

Disusun Oleh :

Yushfi Itsna Chaidir I000160125

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

SURAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatulah Wabarakatuh


Puji syukur bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berkat
Rahmat dan Kasih Sayang-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah “Hukum Kontrak Bisnis Syariah” ini dalam batasan waktu yang telah
ditentukan. Shalawat dan salam pemakalah panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang merupakan suri tauladan terbaik umat muslim.

Alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan tak lain juga karena sedikit
pengetahuan yang pemakalah dapatkan dari beberapa referensi. Oleh karena itu,
pemakalah ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Pemakalah sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kekurangan, hal itu disebabkan karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu, pemakalah sangat mengharap
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat menjadi lebih baik
lagi.

Demikian yang bisa pemakalah sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat dan Allah senantiasa memberi balasan bagi kebaikan kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Surakarta, 18 Maret 2019

Pemakalah

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai mahasiswa program studi Hukum Ekonomi Syariah sudah


semestinya tak asing dengan perkara atau sengketa dalam hal muamalah, hukum
keluarga maupun ekonomi syariah dan lain-lain. Penyelesaian permasalahan
tersebut dapat dibawa ke meja hijau terutama diruang lingkup peradilan agama.
Dan mahasiswa dituntut agar ia menguasai ilmu-ilmu dan keterampilan sesuai
dengan bidang keahliannya karena merupakan amanah dan tanggung jawab
kepada masyarakat.
Prodi Hukum Ekonomi Syariah – UMS telah menjalankan kerja sama
dengan berbagai macam instansi pemerintah terutama di pengadilan/peradilan
agama untuk menunjang para mahasiswanya agar memiliki kompetensi yang baik
dan berpengalaman. Kerja sama yang telah dijalin ialah dengan Pengadilan
Agama Klaten (PA) Klaten merupakan salah satu pengadilan yang memberikan
berbagai pelayanan kepada masyarakat yang memiliki suatu perkara atau
sengketa. Seperti halnya perkara mengenai perceraian seperti cerai gugat ataupun
yang lainnya. Selama magang di Pengadilan Agama Klaten saya telah mengamati
berbagai kasus perceraian yang terjadi dan mengamati berbagai macam putusan
yang diberikan oleh majelis hakim.

Rumusan Masalah

1. Apa pengalaman yang didapatkan ketika magang ?


2. Bagaimana prosedur pengajuan cerai gugat ?
3. Bagaimana analisis dari putusan Majelis Hakim ?

Tujuan

1. Untuk mendokumentasikan pengalaman yang didapatkan selama magang


2. Untuk mengetahui bagaimana proses pengajuan cerai talak
3. Untuk mengetahui analisis putusan Majelis Hakim

3
PEMBAHASAN

A. Pengalaman Magang di Pengadilan Agama Klaten


Pengadilan Agama Klaten merupakan salah satu pengadilan agama
tingkat kelas 1B di Indonesia yang beralamat di Jl. K.H. Samanhudi No. 9
Klaten, Jawa Tengah dan memberikan berbagai macam pelayanan kepada
masyarakat dalam menyelesaikan suatu persengketaan seperti halnya sengketa
perceraian, sengketa harta warisan, sengketa ekonomi syariah dan lain lain.
Dan pada magang perdana ini saya diberi kesempatan untuk belajar di
Pengadilan Agama Klaten dan menambah wawasan pengetahuan. Selama
magang di PA Klaten saya mendapatkan wawasan/ilmu pengetahuan baru
seperti teknis dalam suatu persidangan, administrasi dalam berperkara dan
praktek langsung di PA Klaten dalam administrasi.

B. Prosedur Pengajuan Cerai Gugat


1. Langkah yang harus dilakukan Penggugat (istri/kuasanya):
- Mengajukan gugatan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariah (pasal 118 HIR 142 Rbg jo pasal 73 UU nomor 7
tahun 1989 yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
- Penggugat dianjurkan untuk meminta petunjuk kepada Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariah tentang tata cara membuat surat gugatan (pasal
118 HIR 142 Rbg jo pasal 58 UU nomor 7 tahun 1989 yang telah diubah oleh
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
- Surat gugatan dapat dirubah sepanjang tidak mengubah posita dan petitum.
Jika Tergugat telah menjawab surat gugatan tersebut harus atas persetujuan
Tergugat.
2.Gugatan tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah:
- Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat (pasal 73
ayat (1) UU no 7 tahun 1989 yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006).
- Bila Penggugat meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati
bersama tanpa izin Tergugat, maka gugatan harus diajukan kepada Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
Tergugat (pasal 32 ayat (2) UU no 1 tahun 1974 jo pasal 73 ayat (1) UU no 7
tahun 1989 yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
- Bila Penggugat berkediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada
Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah yang daerah hukumnya meliputi tempat
kediaman Tergugat (pasal 73 ayat (2) UU no 7 tahun 1989 yang telah diubah
oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
- Bila Penggugat dan Tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka
gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah yang daerah
hukumnya meliputi tempat dilangsungkan pernikahan atau kepada Pengadilan

4
Agama Jakarta pusat (pasal 73 ayat (3) UU no 7 tahun 1989 yang telah diubah
oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
3.Gugatan tersebut memuat:
- Nama, umur, pekerjaan, agama, dan tempat kediaman Penggugat dan
Tergugat.
- Posita (fakta kejadian dan fakta hukum).
- Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita).
4. Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama,
dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan atau sesudah putusan perceraian
memperoleh kekuatan hukum tetap (pasal 66 ayat (5) UU no 7 tahun 1989
yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
5. Membayar biaya perkara (pasal 121 ayat (4) HIR, 145 ayat (4) Rbg jo pasal
89 UU no 7 tahun 1989 yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006. Bagi yang tidak mampu, dapat berperkara secara cuma-
cuma/prodeo (pasal 237 HIR, 273 Rbg).
6. Penggugat dan Tergugat atau kuasanya menghadiri persidangan berdasarkan
panggilan Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah.

C. Analisi Studi Kasus Perceraian (Cerai Gugat)


Hal : Cerai Gugat
No :1933/Pdt.G/2018/PA.Klt
Putusan tanggal 26 Februari 2019
Nama : Dwi Wahyuningsih binti Sihono
Tempat/Tgl. Lahir : Klaten 14 Juli 1981
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : Guru Honorer
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Guyangan, RT.001 RW.001, Desa Tugu, Kecamatan
Cawas, Kabupaten Klaten. Selanjutnya disebut sebagai
“Penggugat”;
Nama : Jumbadi bin Manto Miharjo
Tempat/Tgl. Lahir : 21 Desember 1979
Umur : 39 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Buruh
Warga Negara : Indonesia

5
Alamat : Srebegan, RT.005 RW.003, Desa Srebegan, Kecamatan
Ceper, Kabupaten Klaten, selanjutnya disebut sebagai
“Tergugat”;
Adapun tentang duduk perkaranya adalah sebagai berikut:
Bahwa, Penggugat dengan surat gugatannya yang didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Agama Klaten dengan Register Nomor
1933/Pdt.G/2018/PA.Klt., tanggal 06 Desember 2018 telah mengajukan hal-
hal sebagai berikut:
1. Bahwa, Penggugat telah menikah dengan Tergugat pada tanggal 29
Agustus 2012, yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan
Agama Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, berdasarkan Kutipan Akta
Nikah Nomor 314/49/VIII/2012, tanggal 29 Agustus 2012;
2. Bahwa, sesudah akad nikah Tergugat mengucapkan sighat taklik talak
sebagaimana tercantum dalam buku nikah;
3. Bahwa, setelah menikah Penggugat dan Tergugat bertempat kediaman di
rumah orang tua Tergugat di alamat Tergugat tersebut di atas selama 2
tahun 4 bulan, kemudian pindah dan bertempat kediaman di rumah orang
tua Penggugat di alamat Penggugat tersebut di atas selama kurang lebih 3
bulan dan sudah melakukan hubungan suami-istri serta telah dikaruniai
seorang anak bernama Anak 1 sekarang diasuh oleh Penggugat;
4. Bahwa, selama bertempat kediaman bersama tersebut Penggugat selalu taat
dan melayani Tergugat selaku suami;
5. Bahwa, sejak awal tahun 2014 keharmonisan rumah tangga Penggugat dan
Tergugat sudah mulai goyah karena sering diwarnai perselisihan dan
pertengkaran yang disebabkan:
a. Tergugat mudah marah hanya karena masalah-masalah sepele dan
sering kali permasalahan yang sebenarnya sederhana namun dibikin
rumit oleh Tergugat;
b. Tergugat apabila sedang marah sering menantang berpisah dengan
Penggugat;
c. Penggugat dan Tergugat sudah tidak ada lagi kecocokkan sehingga
sering tidak menemukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan
dalam rumah tangga;
d. Tergugat pergi meninggalkan Penggugat selama 3 tahun berturut-turut
tanpa sebab dan alasan yang sah dan selama itu Tergugat tidak pernah
lagi memperdulikan atau memperhatikan Penggugat sebagai isteri;
6. Bahwa, sejak bulan Maret 2015 terjadi pisah tempat kediaman disebabkan
Tergugat pergi meninggalkan Penggugat sampai sekarang sudah
berlangsung selama 3 tahun 9 bulan dan selama itu Tergugat telah
membiarkan atau tidak mempedulikan Penggugat serta tidak memberi
nafkah wajib kepada Penggugat, dengan demikian Tergugat telah
melanggar taklik talak yang diucapkannya sesudah akad nikah;

6
7. Bahwa, akibat dari sikap dan perbuatan Tergugat tersebut di atas,
Penggugat tidak ridha;
8. Bahwa, atas hal-hal tersebut di atas Penggugat mengajukan gugatan cerai
terhadap Tergugat karena Tergugat melanggar sighat taklik talak
sebagaimana tercantum dalam buku nikah;
9. Bahwa, Penggugat sanggup untuk membayar uang 'iwadl sebesar Rp.
10.000,- (sepuluh ribu rupiah);
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Penggugat mohon agar Ketua
Pengadilan Agama Klaten menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi:
PRIMER:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat;
2. Menetapkan jatuh talak satu khul'i Tergugat (Tergugat) terhadap Penggugat
(Penggugat) dengan 'iwadl sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah);
3. Membebankan biaya perkara menurut hukum;

SUBSIDAIR:

Apabila Pengadilan Agama Klaten berpendapat lain mohon memberikan putusan


yang seadil-adilnya;

7
D. Tanggapan :
1. Saya setuju dengan putusan yang diberikan oleh majelis hakim karena sudah
tepat dengan ketentuan hukum yang ada dan berlaku serta sesuai dengan
prinsip-prinsip gugatan. Dan pelanggaran sighat taklik talak oleh pihak
tergugat sebagaimana tercantum di buku nikah serta meninggalkan penggugat
(pisah kediaman) dan tidak memenuhi kewajiban sebagai suami selama 3 tahun
berturut-turut. Karena perlakuan tersebut rumah tangga antara penggugat dan
tergugat tidak dapat dipertahankan kembali.
2. Perkara ini merupakan perkara verstek yaitu perkara dimana pihak tergugat
tidak menhadiri persidangan, bahkan tidak meghadiri seluruh persidangan. Dan
majelis hakim telah tepat dalam melaksanakan putusan ini dengan
menghadirkan bukti yang cukup walau hanya dari pihak penggugat saja, yaitu
dengan Kutipan Akta Nikah Nomor 314/49/VIII/2012, tanggal 29 Agustus
2012 dan keterangan-keterangan yang tercantum dalam duduk perkara
(keterangan saksi).

8
PENUTUP

Kesimpulan

Perceraian yang banyak terjadi di lingkungan/masyarakat Indonesia


disebabkan oleh banyak hal seperti ketidakharmonisan, perekonomian, perbedaan
pandangan, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut dapat menjerumuskan suatu
keluarga terhadap jurang perceraian dan dapat mengakibatkan efek buruk apabila
persengketaan tak kunjung diselesaikan. Pengadilan agama diberi wewenang yang
lebih dalam menangani kasus-kasus tersebut dan memiliki kemampuan dalam
menyelesaikan persengektaan/perkara yang terjadi.
Permasalahan-permasalahan tersebut tidak hanya diserahkan dan
diselesaikan melalui meja hijau semata, namun juga diperlukan pemberian
wawasan kepada orang-orang yang hendak berumah tangga ataupun telah
berumah tangga, bahwa menjaga keharmonisan dalam keluarga adalah hal yang
sangat penting. Dan menyadari, memahami bahwa esensi dari berkeluarga tidak
hanya sebatas pemuas nafsu semata.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk mayoritas muslim
sudah semestinya memberi perhatian yang lebih terhadap sektor layanan publik di
Pengadilan Agama dalam penyelesaian suatu sengketa/perkara karena tingginya
angka perceraian yang terjadi di Indonesia.
Dari uraian diatas penulis beranggapan bahwa praktek profesi
Peradilan Agama telah memberikan gambaran dan wawasan tentang cara dan
bagaimana prosedur persidangan di Pengadilan Agama, walaupun dengan waktu
yang singkat namun menjadi bekal yang sangat berharga bagi penulis
khususnya dimasa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai