Anda di halaman 1dari 11

OBJEK KAJIAN ILMU FIQIH

Disusun oleh Kelompok II


Altalariq Majid Sanjaya (2071010003)
Halija Isnen Gafi (2071010001)
Mata Kuliah: Ilmu Fiqih
Dosen Pengampu: DR. L. Sholehuddin, M.Pd

KELAS A
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG
2021

Jl. Endro Suratmin, Sukarame, Kec. Sukarame, Kota Bandar Lampung, Lampung 35131
KATA PENGANTAR

‫بِس ِْم هّٰللا ِ الرَّحْ مٰ ِن ال َّر ِحي ِْم‬


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan taufiq-Nya Kami
dapat menyelesaikan tentang “Objek Kajian Ilmu Fiqih” ini. Shalawat serta salam senantiasa
saya dengung sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat
serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak
mendapatkan syafaatnya.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Ilmu Fiqih DR. L.
Sholehuddin, M.Pd. Universita Islam Negeri Raden Intan Lampung. Dilain sisi, saya juga
mengucapkan terima kasih kepada media cetak maupun elektornik yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menjadi salah satu panduan
untuk lebih menghormati dosen bagi para pembaca. Kritik dan saran senantiasa saya
harapkan agar makalah ini dapat lebih ditingkatkan kedepannya.

Lampung Selatan, 19, Maret 2021

Hormat Kami
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang......................................................................................1
II. Rumusan Masalah.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
I. Pengertian Ilmu Fiqih ..........................................................................3
II. Pengertian Dan Hukum apa saja Objek Kajian Ilmu Fiqih...................4
III. Ruang Lingkup Ilmu Fiqih....................................................................5
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para ulama sepakat bahwa tindakan manusia; baik berupa perbuatan maupun ucapan,
dalam hal ibadah maupun muamalah berupa tindak pidana maupun perdata, masalah akad
atau pengelolaan, dalam syariat islam semuanya masuk dalam wilayah hukum. Hukum-
hukum itu sebagian ada yang dijelaskan oleh Al-Qur’an dan Al Sunnah dan sebagian tidak.
Tetapi syariat islam telah menetapkan dalil dan tanda-tanda tentang hukum yang tidak
dijelaskan oleh keduanya, sehingga seorang mujtahid dengan dalil dan tanda-tanda hukum itu
dapat menetapkan dan menjelaskan hukum-hukum yang tidak dijelaskan tersebut.
Dari kumpulan hukum-hukum syariat yang berhubungan dengan tindakan manusia yang
diambil dari nash-nash yang ada atau dari pembentukan hukum berdasarkan dalil syarat yang
tidak ada nashnya, terbentukalah ilmu Fiqih. Ilmu Fiqih menurut syara’ adalah pengetahuan
tentang hukum syariat yang sebangsa perbuatan yang diambil dari dalil-dalilnya secara detail.
Berdasarkan penelitian, para ulama telah menetapkan bahwa dalil yang dapat diambil sebagai
hukum syariat yang sebangsa perbuatan itu ada empat yaitu:
 Al-Qur’an,
 Al-Sunnah,
 Al-Ijma,
 Al-Qiyas.
Dan bahwa sumber pokok dalil-dalil tersebut serta sumber hukum syariat adalah al-
Qur’an kemudian al-Sunnah sebagai penjelas atas keglobalan al-Qur’an, pembatasan
keumumannya, pengikat kebebasannya dan sebagai penerangan serta penyempurna. Dari
keseluruhan kaidah dan hasil penelitian tentang hukum islam, maka terlahirlah Ushul Fiqih.
Ushul fiqih adalah kumpulan kaidah dan pembahasannya yang digunakan untuk
menetapkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan manusia dari dalil-
dalilnya yang terperinci.

1.2 Rumus Masalah


 Jelaskan pengertian ilmu Fiqih ?
 Jelaskan Pengertian Dan Hukum apa saja Objek Kajian Ilmu Fiqih ?
 Apa Saja Ruang Likup
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Fiqih


Fiqih menurut bahasa bermakna : tahu dan paham, sedangkan menurut istilah, banyak
ahli fiqih (fuqoha’) mendefinisikan berbeda-beda tetapi mempuyai tujuan yang sama
diantaranya :
Ulma’ Hanafi mendifinisikan fiqih adalah :

َ‫آل ْال ُم َكلَّفِ ْين‬


ِ ‫ق بِأ َ ْف َع‬
ُ َّ‫ت الَّتِي تَتَ َعل‬ َ ‫ق َو ْا‬
ِ ‫لوا ِجبَآ‬ َ ْ‫ِع ْل ٌم يُبَي ُِّن ْال ُحقُو‬

“Ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan amalan para
mukalaf”.

Sedangkan menurut pengikut Asy Syafi’i mengatakan bahwa fiqih (ilmu fiqih) itu ialah :

ِ ‫ق بِأ َ ْف َعآ ِل ْال ُم َكلَّفِ ْينَ ْال ُم ْستَ ْنبِظَ ِة ِم ْن اَ ِدلَّتِهَآ التَّ ْف‬
‫ة‬kِ َّ‫ص ْيلِي‬ ُ َّ‫ال ِع ْل ُم الَّ ِذي يُبَي ُِّن األَحْ َكا َم ال َّشرْ ِعيَّةَ الَّتِي تَتَ َعل‬

“ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para
mukallaf, yang dikeluarkan (diistimbatkan) dari dalil-dalil yang jelas (tafshili)”.

Sedangkan Jalalul Mahali mendifinisikan fiqih sebagai :

ِ ‫األَحْ َكا ُم ال َّشرْ ِعيَّةُ ال َع َملِيَّةُ ال ُم ْكت َِسبَةُ ِم ْن اَ ِدلَّتِهَآ التَ ْف‬
‫ص ْيلِيَّ ِة‬

“ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliyah yang
diusahakan memperolehnya dari dalil yang jelas (tafshili)”.

Sedangkan menurut Abdul Wahab Khallaf pengertian fiqih adalah :


“pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam memngenahi perbuatan manusia, yang
diambil dari dalil-dalilnya secara rinci”.

Jadi dapat disimpulkan dari difinisi-definisi di atas, fiqih adalah : ilmu yang
menjelaskan tentang hukum syar’iyah yang berhubungan dengan segala tindakan manusia,
baik berupa ucapan atau perbuatan, yang diambil dari nash-nash yang ada, atau dari
mengistinbath dalil-dalil syariat Islam.
Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yangg berkembang dalam kalangan ulama Islam,
fiqih itu ialah ilmu pengetahuan yang membiacarakan/ membahas/ memuat hukum-hukum
Islam yang bersumber bersumber pada Al-Qur’an, Al-Sunnah dalil-dalil Syar’i yang lain;
setelah diformulasikan oleh para ulama dengan mempergunakan kaidah-kaidah Ushul Fiqih.
Dengan demikian berarti bahwa fiqih itu merupakan formulasi dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah
yang berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh ummatnya. Hukum itu
berberntuk amaliyah yang akan diamalkan oleh setiap mukallaf (Mukallaf artinya orang yang
sudah dibebani/diberi tanggungjawab melaksanakan ajaran syari’at Islam dengan tanda-tanda
seperti baligh, berakal, sadar, sudah masuk Islam).

2.2 Pengertian Dan Hukum apa saja Objek Kajian Ilmu Fiqih
Objek kajian Fiqih dapat diartikan segala sesuatu yang menjadi sasaran syara’, yang
pada kenyataanya tersusun dari dua bagian. Yang pertama, hukum-hukum syara’ amaliah dan
kedua, dalil-dalil tafshiliyah (yang jelas) mengenai hukum itu.
Hukum yang diatur dalam fiqih Islam itu terdiri dari hukum wajib, sunat, mubah, makruh
dan haram; disamping itu ada pula dalam bentuk yang lain seperti sah, batal, benar, salah,
berpahala, berdosa dan sebagainya.
Meskipun ada perbedaan pendapat para ulama dalam menyusun urutan pembahasaan
dalam membicarakan topik-topik tersebut, namun mereka tidak berbeda dalam menjadikan
Al-Qur’an, Al-Sunnah dan Al-Ijtihad sebagai sumber hukum.Walaupun dalam
pengelompokkan materi pembicaraan mereka berbeda, namun mereka sama-sama mengambil
dari sumber yang sama.
Karena rumusan fiqih itu berbentuk hukum hasil formulasi para ulama yang bersumber
pada Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad, maka urutan dan luas pembahasannya bermacam-
macam. Setelah kegiatan ijtihad itu berkembang, muncullah imam-imam madzhab yang
diikuti oleh murid-murid mereka pada mulanya, dan selanjutnya oleh para pendukung dan
penganutnya. Diantara kegiatan para tokoh-tokoh aliran madzhab itu, terdapat kegiatan
menerbitkan topik-topik (bab-bab) kajian fiqih. Menurut yang umum dikenal di kalangan
ulama fiqih secara awam, objek pembahasan fiqih itu adalah empat, yang sering disebut Rubu
diantaranya:
1. Rubu’ ibadat;
2. Rubu ‘ muamala;
3. Rubu’ munakaha, dan
4. Rubu’jinayat.
Ada lagi yang berpendapat tiga saja; yaitu: bab ibadah, bab mu’amalat, bab ’uqubat. Menurut
Prof. T.M. Hasbi Ashiddieqqi, bila kita perinci lebih lanjut, dapat dikembangkan menjadi 8
(delapan) objek kajian:
a) Ibadah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah masalah yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok persoalan berikut ini:
1) Tharah (bersuci);
2) Ibadah (sembahyang);
3) Shiyam (puasa);
4) Zakat;
5) Haji, dan lain-lain.

b) Ahwalusy Syakhshiyyah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok persoalan pribadi (perorangan), kekeluargaan, harta warisan, yang meliputi
persoalan:
1) Nikah;
2) Khitbah;
3) Mu’asyarah;
4) Talak;
5) Fasakh, dan lain-lain.

c) Muamalah Madaniyah
Biasanya disebut muamalah saja, dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah
yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta
kebutuhan, cara mendapatkan dan menggunakan, yang meliputi masalah:
1) Buyu’ (jual-beli);
2) Khiyar;
3) Riba’;
4) Sewa- menyewa;
5) Pinjam meminjam;
6) Waqaf, dan lain-lain.
Dari segi niat dan manfaat, waqaf ini kadang-kadang dimasukkan dalam kelompok ibadah,
tetapi dari segi barang/benda/harta dimasukkan ke dalam kelompok muamalah.
d) Muamalah Maliyah
Kadang-kadang disebut Baitul mal saja. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-
masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan milik
bersama, baik masyarakat kecil atau besar seperti negara (perbendaharaan negara = baitul
mal). Pembahasan di sini meliputi;
1) Status milik bersama baitul mal;
2) Sumber baitul mal;
3) Cara pengelolaan baitul mal, dan lain-lain.
4) Jinayah dan ‘Uqubah (pelanggaran dan hukum)
Biasanya dalam kitab-kitab fiqih ada yang menyebut jinayah saja, dalam bab ini dibicarakan
dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan
pelanggaran, kejahatan, pembalasan, denda, hukuman dan sebagainya. Pembahasan ini
meliputi;
1) Pelanggaran;
2) Qishash;
3) Diyat;
4) Hukum pelanggaran, kejahatan, dan lain-lain.

e) Murafa’ah atau Mukhashamah


Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok persoalan peradilan dan pengadilan. Pembahasan pada bab ini meliputi:
1) Peradilan dan pendidikan;
2) Hakim dan Qadi;
3) Gugatan;
4) Pembuktian dakwah;
5) Saksi, dan lain-lain.

f) Ahkamud Dusturiyyah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok persoalan ketatanegaraan. Pembahasan ini meliputi:
1) Kepala Negara dan waliyul amri;
2) Syarat menjadi kepala negara dan Waliyul amri;
3) Hak dan kewajiban Waliyul amri;
4) Hak dan kewajiban rakyat;
5) Musyawarah dan demokrasi;
6) Batas-batas toleransi dan persamaan, dan lain-lain.

g) Ahkamud Dualiyah (hukum internasional)


Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok masalah hubungan internasional. Pembicaraan pada bab ini meliputi;
1) Hubungan antar negara, sesama Islam, atau Islam dan non-Islam, baik ketika damai
atau dalam situasi perang;
2) Ketentuan untuk orang dan damai;
3) Penyerbuan;
4) Masalah tawanan;
5) Upeti, Pajak, rampasan;
6) Perjanjian dan pernyataan bersama;
7) Perlindungan;
8) Ahlul ’ahdi, ahluz zimmi, ahlul harb; dan
9) Darul Islam, darul harb, darul mustakman.

2.3 Ruang Lingkup Ilmu Fiqih


Tujuan Ilmu Fiqih, adalah sebagai batasan-batasan pemahaman umat tentang hukum-
hukum syara’ yang berlaku dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Yang biasanya
berpautan dengan masalah-masalah amaliah, yang dikerjakan oleh para mukkalaf sehari-hari.
Ruang lingkup ilmu Fiqh, meliputi berbagai bidang di dalam hukum-hukum syara’, antara
lain :
 Ruang lingkup Ibadat, ialah cara-cara menjalankan tata cara peribadatan kepada Allah
SWT.
 Ruang lingkup Mu’amalat, ialah tata tertib hukum dan peraturan hubungan antar
manusia sesamanya.
 Ruang lingkup Munakahat, ialah hukum-hukum kekeluargaan dalam hukum nikah
dan akibat-akibat hukumnya.
 Ruang lingkup Jinayat, ialah tindak pelanggaran atau penyimpangan dari aturan
hukum Islam sebagai tindak pidana kejahatan yang dapat menimbulkan bahaya bagi
pribad, keluarga, masyarakat, dan Negara.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari keterangan di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa Ilmu Fiqih menurut syara’
adalah pengetahuan tentang hukum syariat yang sebangsa perbuatan yang diambil dari
dalil-dalilnya secara detail. sementara Objek kajian Fiqih dapat diartikan segala sesuatu
yang menjadi sasaran syara’, yang pada kenyataanya tersusun dari dua bagian. Yang
pertama, hukum-hukum syara’ amaliah dan kedua, dalil-dalil tafshiliyah (yang jelas)
mengenai hukum itu.

Saran
Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, segala koreksi dan
saran demi kesempurnaan makalah ini penyusun harapkan sebagai bentuk kepedulian
bagi yang ingin menambah khazanah, kekeliruan dan sebagai bahan untuk memperbaiki
apa yang telah disusunnya. Sehingga mudah-mudahan untuk waktu kedepannya,
penyusun bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://niswarjournalis.blogspot.com/2017/06/pengertian-dan-obyek-kajian-ilmu-fikih.html
http://menzour.blogspot.com/2018/05/objek-kajian-fiqih-dan-ushul-fiqh.html
http://belajar-fiqih.blogspot.com/2019/09/objek-kajian-ilmu-fiqih.html
http://pai.ftk.uin-alauddin.ac.id/artikel/detail_artikel/226

Anda mungkin juga menyukai