HUKUM NASIOANAL
Oleh :
Kelompok II
AKRAM AKKAS
2120203874130022
FITHSURYAH L. RAJAB
2120203874130003
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang atas Rahmat-Nya dan
Karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah “Hukum Keluarga Islam Dalam Konteks Hukum Nasional”.
kepada dosen mata kuliah Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, yang dimana kami
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
sususan kalimat maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
pemakalah menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar makalah ilmiah ini dapat
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Indonesia (Nasional) tumbuh dan berkembang dari berbagai sistem hukum yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Sistem hukum yang berlaku dan dapat diterima secara
luas dapat bertahan, sedangkan sistem hukum yang pengaruhnya kurang menyebabkan
akan menuju pada kedudukan hukum Islam dalam sistem hukum Nasioanl. Sistem hukum
Indonesia, berkembang secara beragam karena sejarah sistem hukum Republik ini memiliki
sumber hukum yang majemuk. Disebut demikian karena di Indonesia berlaku beberapa
sistem hukum yang mempunyai corak dan susunan sendiri memberikan sumbangsih pada
sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Sistem hukum itu adalah sistem Hukum Adat,
Pada sumber hukum Islam yang menjadi inspirasi dan sumber pembentukan hukum
positif kerap kali dipertentangkan dengan hukum Nasional. Lantas hal ini menimbulkan
Indonesia.
Makalah ini kurang lebih akan mengulas tentang beberapa hal seperti pengertian
daripada hukum Keluarga Islam dan hukum Nasional serta kedudukan dari kedua sumber
hukum tersebut.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum Keluarga Islam ?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum Nasioanl ?
3. Bagaimana kedudukan hukum Islam dalam sistem hukum Nasioanl ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan kami membuat makalah ini untuk dapat mengetahui tentang hukum Keluarga
Islam dan hukum Nasional serta kedudukan daripada keduanya yaitu antara hukum Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum keluarga Islam adalah hukum yang mengatur kehidupan keluarga yang di
mulai sejak awal pembentukan keluarga (peminangan) sampai dengan berakhirnya keluarga
yakni terjadi perceraian atau salah satu ada yang meninggal yang termasuk masalah waris
dan wakaf. Tujuannya adalah untuk mengatur hubungan antar anggota keluarga baik suami,
Dalam dunia Ilmu Fiqh dikenal adanya bidang al- Ahwal al-Syakhsiyah atau Hukum
Keluarga, yaitu fiqh yang mengatur hubungan antara suami-isteri, anak, dan keluaganya.
Pokok kajiannya meliputi : 1). munakahat, 2). mawaris, 3) wasiat, 4). wakaf. Mengenai
wakaf, memang ada kemungkinan masuk ke dalam bidang ibadah apabila dilihat dari
dikategorikan dalam bidang al-ahwal al-syakhsiyah apabila wakaf itu waqf dzurri, yakni
seorang pria dan seorangwanita serta menetapkan hak-hak dan kewajiban diantara keduanya.
Mawaris atau kewarisan mengandung pengertian tentang hak dan kewajiban ahli
waris terhadap harta warisan, menentukan siapa saja yang berhak terhadap harta warisan,
bagaimana cara pembagiannya untuk masing-masing ahli waris. Fiqh mawaris disebut juga
1
A A MK, “Hukum Keluarga Islam Dalam Dinamika Sistem Hukum Di Indonesia,” Irtifaq: Jurnal Ilmu-Ilmu
Syari’ah 1 (2014): 1–19,
https://scholar.archive.org/work/xhh2va3gyrhezi6yqnbskpyy54/access/wayback/http://ejournal.unhasy.ac.id
/index.php/irtifaq/article/download/74/74.
3
fara’id, karena mengatur tentang bagian-bagian tertentu yang menjadi hak para ahli waris.
dan wasiat, kemudian tentang pembagian harta warisannya. Di samping itu dibahas pula
mengenai penghalang untuk mendapatkan warisan, juga dibicarakan tentang zawil arham,
hak anak dalam kandungan, hak ahli waris yang hilang, hak anak hasil perzinahan, serta
masalah-masalah khusus.
Wasiat adalah pesan seseorang terhadap sebagian hartanya yang diberikan kepada
orang lain atau lembaga tertentu yang pelaksanaannya ditangguhkan setelah ia meninggal
dunia. Pembahasannya meliputi orang yang berwasiat dan syaratnya, orang yang diberi
wasiat dan syaratnya, hukum bagi penerima wasiat yang membunuh pemberinya, tentang
harta yang diwasiatkan dan syaratnya, hubungan antara wasiat dengan warisan, tentang lafaz
Wakaf adalah penyisihan sebagian harta benda yang bersifat kekal zatnya dan
dikenal adanya istilah wakaf zuri (keluarga) dan wakaf khairi (untuk kepentingan umum).
Pembahasan mengenai wakaf meliputi syarat-syarat bagi orang yang mewakafkan, syarat-
syarat bagi barang yang diwakafkan, syarat-syarat bagi orang yang menerima wakaf,
shighat/ucapan dalam pewakafan, mengenai macam dan siapa yang mengatur barang wakaf
beserta hak dan kewajibannya, tentang penggunaan barang wakaf, dan lain sebagainya. 2
2
Ibid.
4
B. Hukum Nasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional. Hukum nasional di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum
eropa, hukum agama dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana, berbasis pada hukum eropa kontinental, khususnya dari belanda karena
aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan hindia
dua teori yang cukup dikenal, yaitu monisme dan dualisme. Menurut teori monisme, hukum
internasional dan hukum nasional saling berkaitan satu sama lainnya, hukum nasional
tunduk dan harus sesuai dengan hukum internasional. Menurut teori dualisme Hukum
internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling
menjadi control masyarakat hukum internasional dalam menjalangkan hukum nasional demi
secara yuridis melalui TAP MPR Nomor XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR
Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 yang kemudian diganti dengan Undang-
3
Hasanudin Hassim, “Hasanudin, Hassim, Hubungan Hukum Internasional Dan Hukum Nasional Perspektif
Teori Monisme Dan Teori Dualisme,” Institut Agama Islam Negeri Parepare Volume 1, no. 2 (2019).
5
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-Undangan. Pancasila sebagai
sumber segala sumber hukum memberi makna bahwa sistem hukum nasional wajib
berlandaskan Pancasila. Akan tetapi, keberadaan Pancasila tersebut semakin tergerus dalam
sistem hukum nasional. Hal demikian dilatarbelakangi oleh tiga alasan yaitu: pertama,
adanya sikap resistensi terhadap Orde Baru yang memanfaatkan Pancasila demi
kelanggengan kekuasaan yang bersifat otoriter. Kedua, menguatnya pluralisme hukum yang
Untuk itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk menerapkan Pancasila sebagai sumber
segala sumber hukum dalam sistem hukum nasional yaitu: pertama, menjadikan Pancasila
sebagai suatu aliran hukum agar tidak terjadi lagi disharmonisasi hukum akibat
perundang-undangan agar Pancasila memiliki daya mengikat terhadap segala jenis peraturan
perundang-undangan sehingga tidak melanggar asas lex superiori derogat legi inferiori. 5
yaitu sebagai hukum dasar tertulis paling tinggi dan norma hukum tertinggi. Undang-
Undang Dasar 1945 bersifat tertulis, artinya merupakan suatu hukum yang mengikat
pemerintah dan setiap warga negara. Fungsi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai hukum
dasar tertulis, yaitu untuk mengatur jalannya pemerintahan negara. Sebagai hukum dasar,
4
Anik Kunantiyorini, “Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dalam Sistem Hukum Nasional Pancasila as the
Source of Law in the National Legal System,” Jurnal Konstitusi 15, no. 1 (2018): 27–49.
5
Ibid.
6
UUD Negara Republik Indonesia menduduki posisi tertinggi yang melandasi peraturan
perundang-undangan lainnya.
Selain itu, UUD 1945 juga merupakan norma hukum tertinggi dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia. Fungsinya sebagai norma hukum tertinggi adalah untuk
ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat untuk dijadikan panduan
tingkah laku yang sesuai dan berterima. Artinya, UUD 1945 juga menjadi panduan dan
7
C. Kedudukan Hukum Keluarga Islam Dalam Sistem Hukum Nasional
Nasional sesungguhnya telah berlangsung sejak tahun 1970-an dan sampai saat ini belum
dilakukan evaluasi secara mendasar dan komprehensif terhadap kinerja model hukum
hukum selalu dilihat dari segi jumlah produk hukum yang telah dihasilkan oleh lembaga
dengan masuknya beberapa aspek Islam ke dalam Undang-undang, baik yang langsung
menyebutkan dengan istilah hukum Islam, maupun yang tidak menyebutkan langsung.
Pembentukan hukum Islam ke dalam hukum nasional memang menimbulkan masalah baru,
artinya harus ada unifikasi hukum meskipun memiliki sisi positif dalam hal memenuhi
kebutuhan hukum bagi umat Islam. Untuk itu, dibutuhkan unifikasi dan ini tidak bisa terjadi
Secara historis, hukum keluarga Islam mencuat kepermukaan bermula dari diakuinya
peradilan agama secara resmi sebagai salah satu pelaksana “judicial power” dalam negara
Undang Nomor 35 Tahun 1999 terakhir dirubah dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009. Lebih lanjut, kedudukan, kewenangan atau yurisdiksi dan organisatorisnya telah diatur
6
Wati Rahmi Ria, “Hukum Keluarga Islam” (2017): 2–173, http://repository.lppm.unila.ac.id/9159/1/3. BUKU
HUKUM KELUARGA ISLAM.pdf.
8
dan dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama,
yang dirubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, yang mempunyai kewenangan
mengadili perkara tertentu: (1) perkawinan, (2) waris, (3) wasiat, (4) hibah, (5) wakaf, (6)
infaq, (7) shadaqah, (8) zakat dan (9) ekonomi syari‟ah, bagi penduduk yang beragama
Islam. 7
Terbentuknya hukum Islam (hukum keluarga) yang tertulis, sebenarnya sudah lama
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yang mempunyai kewenangan untuk
Hukum Islam dalam rangka mencari pola fiqh yang bersifat khas Indonesia atau fiqh yang
bersifat kontekstual. Kemunculan KHI di Indonesia dapat dicatat sebagai sebuah prestasi
besar yang dicapai umat Islam. Setidaknya dengan adanya KHI itu, maka saat ini di
Indonesia tidak akan ditemukan lagi pluralisme putusan hakim pengadilan agama, karena
kitab yang dijadikan rujukan hakim adalah sama. Selain itu fiqh yang selama ini tidak
positif, telah ditransformasikan menjadi hukum positif yang berlaku dan mengikat seluruh
umat Islam Indinesia. Lebih penting dari itu, KHI diharapkan akan lebih mudah diterima
oleh masyarakat Islam Indonesia karena digali dari tradisi-tradisi bangsa Indonesia. KHI
telah menjadi buku hukum atau pedoman hukum, bersifat mandiri dan hasil ijtihad pakar
fiqh Indonesia. Menurut Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam merupakan upaya
7
Wakil Ketua et al., “Pembaruan Hukum Keluarga Di Indonesia Melalui Kompilasi Hukum Islam” (1991): 1–21.
9
akomodatif dari mazhabmazhab fiqh klasik. Kendatipun demikian, tidak dapat dipungkiri
bahwa materi hukum dalam KHI masih didominasi oleh mazhab Syafi’i.
Dalam rangka pemberlakuan KHI maka keluarlah Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun
1991 kepada Menteri Agama RI untuk menyebarluaskan KHI yang terdiri dari tiga buku,
yaitu Buku I tentang perkawinan, terdiri dari 9 bab dan 170 pasal (pasal 1 s/d pasal 170),
Buku II tentang kewarisan, terdiri dari 6 bab dan 43 pasal (pasal 171 s/d pasal 214) dan
Buku III tentang perwakafan, terdiri dari 5 bab dan 12 pasal (pasal 215 s/d pasal 228).
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum keluarga menempati posisi sangat penting dalam hukum Islam, berkaitan
dengan kontribusinya yang amat signifikan dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat
yang tertib dan harmonis. Itulah sebabnya di banyak negara Islam atau yang mayoritas
untuk legislasi hukum Islam menjadi hukum positif ke dalam produk perundang-udangan.
Pembaharuan hukum keluarga Islam di Indonesia, adalah suatu keniscayaan. Hal ini
globalisasi ekonomi, pengaruh reformasi dalam berbagai bidang hukum, dan juga pengaruh
pembaruan pemikiran Islam yang mengharuskan pintu ijtihad senantiasa terbuka untuk
untuk menjawab tantangan modernitas dalam bidang hukum keluarga, karena pemahaman
konvensional yang mapan tentang berbagai ayat al Quran, hadis dan kitab-kitab fiqh
dianggap tidak mampu menjawab tantangan problem hukum keluarga yang muncul pada era
modern.
B. SARAN
Sebagai manusia yang tidak luput dari salah dan khilaf. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Nasional Perspektif Teori Monisme Dan Teori Dualisme.” Institut Agama Islam Negeri
Ketua, Wakil, Pengadilan Agama, Tulang Bawang, Mahasiswa Pps, Hukum Keluarga,
Universitas Islam, Negeri Raden, and Intan Lampung. “Pembaruan Hukum Keluarga
Kunantiyorini, Anik. “Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dalam Sistem Hukum Nasional
Pancasila as the Source of Law in the National Legal System.” Jurnal Konstitusi 15,
MK, A A. “Hukum Keluarga Islam Dalam Dinamika Sistem Hukum Di Indonesia.” Irtifaq:
https://scholar.archive.org/work/xhh2va3gyrhezi6yqnbskpyy54/access/wayback/http://e
journal.unhasy.ac.id/index.php/irtifaq/article/download/74/74.
ISLAM.pdf.
12