Anda di halaman 1dari 17

NAFKAH DALAM RUMAH TANGGA DI INDONESIA DAN SYRIA

(Tinjaun Fikih Munakahat )



Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Hukum
Perkawinan dan Perceraian Dunia Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, S.H., M.H.






Disusun Oleh:
Umi Salamah
Nim 1320311060



KONSENTRASI HUKUM KELUARGA
PROGRAM STUDI HUKUM ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013

1

Kata Pengantar

,

.
Al-Hamdulillah puju syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga makalah dengan judul nafkah dalam rumah tangga
diIndonesiadan syria bisa terselesaikan. Sholawat serta salam dihaturkan kepada
nabi muhammad saw. semoga sebagai umatnya selalu mendapatkan syafaatnya di
dunia dan akhirat.
Berawal dari mata kuliah perkawinan dan perceraian di dunia muslim
yang mendiskusikan perkawinan di negara-negara muslim. dan adanya tugas
makalah yang akan didiskusikan dalam mata kuliah ini,penyusun makalah
mengambil tema tentang konsep nafkah di negara Indonesia.
Nafkah salah satu penentu keberlangsungan suatu keluarga dalam rumah
tangga harus terpenuh. Begitu juga di Indonesia dan syiria sebagai negara yang
berdaulat, negara membuat aturan hukum tentang nafkah ini dalam perundang-
undangan perkawinannya untuk kemaslahatan masyarakatnyas.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari peran Prof. Dr.Abdul Ghofur Anshori,
S.H.,M.A. sebagai pengampu mata kuliah ini serta mas Abduh sebagai asisten
dosen yang bersedia membimbing,memberikan masukan dan mengarahkan
penyusun, serta teman kelas hukum keluarga 2013 yang menyebut dirinya dengan
legalfamili_2013 terima kasih masukan, pertanyaan dan sarannya sebagai
penyempurna makalah ini.
Dalam penyusunan maklah ini Saya sadar masih tetap banyak
kekurangannya karena itu saya harapkan saran dan masukanya untuk perbaikan
makalah ini. Terima kasih.

Umi Salamah
Nim. 132031106
2

Daftar Isi
Halaman Judul .............................................................................................. i
Kata pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A.Latar Belakang ...................................................................... 1
B.Pokok Pembahasan ................................................................. 5
PEMBAHASAN .......................................................................................... 6
A. Konsep Nafkah dalam Rumah Tangga menurut
Fikih Munakahat ..................................................................................... 6
B. Nafkah dalam Perundang-Undangan
di Indonesia .............................................................................................. 9
C. Nafkah Dalam Perundang-Undangan Di Syria ................................. 10
C. Analisis ................................................................................................... 13
PENUTUP .................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ......................................................................................... 15
Daftar Pustaka ........................................................................................... 16













3

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan paradikma dalam dunia Islam mempengaruhi juga hukum yang
terlaksana, salah satunya hukum perkawinan. hukum perkawinan dijadikan aturan
dalam bentuk Undang-Undang karena tuntutan zaman. penerapaan peraturan
yang sudah terbukukan mengikat semua pihak sehingga tidak akan
membingungkan masyaarakat dan dalam menyelesaikan sengketa ada rujukan
yang jelas yang digunakan oleh hakim.
Nafkah sebagai akibat dari adanya perkawinan ini perlu dibahas karena
untuk keberlangsungan kerumahtanggan dalam keluarga. Adanya tuntunan
persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam hukum keluarga, pemahaman
tentang nafkah sudah tidak lagi sesederhana dahulu yaitu dipahami laki-laki
sebagai pemimpin dalam keluarga terkadang harus memenuhi kebutuhan dalam
memberikan nafkah.
Hal ini imbas dari memahami teks secara parsial. Meminjam istilah Fazhur
Rahman pemahaman teks seharuanya melihat situasi dimana teks turun dan
melihat situasi saat ini yang biasa disebut gerakan ganda (double movement)
1
.
Hubungan yang tidak setara diharapkan bisa dirubah dengan pemahaman nash
sesuai dengan kondisi sosial masyarakat. Dari sini, penulis mencoba memahami
nash tidak hanya berdasarkan potongan ayat tetapi juga melihat kontek dahulu dan
sekarang.
Persoalan nafkah dalam fikih klasik diatur sangat detail baik nafkah
kepadaistri, anak-anak, sanak kerabat dan nafkah terhadap perwaliinnya. Dalam
makalah ini hanya akan fokus dalam nafkah terhadap keluarga Penyusun juga
akan mengkaji Konsep nafkah dalam perundang-undangan di Indonesia dan syria
sebagai negara penduduknya banyak yang beragama Islam sudahkah sesuai
dengan yang diinginkan oleh konsep rohmatal lil alamin dalam agama Islam?

1
Gerakan ganda yaitu metode yang ditawarkan rahman dengan 2 langkah pokok, yaitu mulai
dari kasus kongrit yang ada dalam al-Quran untuk menemukan prinsip umum. selanjutnya
berangkat dari prinsip umum tersebut, kemudian menatap kembali ke legeslasi khususyang
dihadapi sekarang/masa kini dan kedisinian serta mempertimbangkan kondisi sosial yang ada.
Khoiruddin Nasution, Konsribusi Fazlur Rahman dalam Ushul Fikih Kontemporer , Al-Jamiah
Vol.40 No2, 2002.
4

B. Pokok masalah
1. Bagaimana Konsep nafkah dalam fikih munakahat?
2. Bagimana nafkah dalam konsep perundang-undangan di Indonesia dan Syria?
3. Bagaimana perbandingan pelaksanaan di Indonesia dan syria dengan fikih
munakahat?

























PEMBAHASAN
5

A. Konsep Nafkah dalam Rumah Tangga menurut Fikih Munakahat
Kaum muslimin sepakat bahwa perkawinan merupakan salah satu sebab
yang mewajibkan pemberian nafkah, seperti halnya kekerabatan.
2
Adapun sebab
wajib nafkah atas suami kepada isteri adalah, karena dengan selesainya akad yang
sah, wanita menjadi terikat dengan hak suaminya, yaitu untuk menyenangkannya,
wajib taat kepadanya, harus tetap tinggal di rumah untuk mengurus rumah
tangganya, mengasuh anak-anaknya dan mendidiknya, maka sebagai imbalan
yang demikian Islam mewajibkan kepada suami untuk memberi nafkah kepada
isterinya.
3

Secara eksplisit, kemutlakan kewajiban nafkah dibebankan kepada laki-
laki (kaum suami) dipahami dari petunjuk dalam surah al Nisaa ayat 34, yang
menginformasikan keistimewaan laki-laki dibanding perempuan disebabkan salah
satunya karena faktor nafkah. Akad nikah seolah menjadi ruang yang perempuan
tertanggung (ihtibas) kehidupannya di dalam ruang itu. Maka suami menjadi aktor
paling penting tentang kepemilikan terhadap ruang gerak isterinya, sehingga
kewajiban untuk memberi nafkah itu dengan demikian berada di pundak suami
secara utuh. Hal ini berdasarkan kaidah fikih
Barang siapa yang dirinya tertanggung untuk kepentingan dan
kemanfaatan pihak lain, maka nafkahnya dibebankan kepada pihak
tersebut.
Dalam al-Quran At-Thalaq: 6. Memberian nafkah meliputi sandang,
papan dan pangan. Tentang tempat tinggal,
O}-ONLc ;}g` +^OEO
+-4Ec }g)` 7gu}N 4
O}-GO._> W-Oj1_+-g
O}jgOU4N _ p)4 O}7 geq

2
Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Mazhab, alih bahasa Maskur dkk,
(Jakarta: Lentera, 2000), hlm. 400.
3
Al-Sayyid Sabiq. 1977: hlm. 148

6

uEO W-Og^ O}jgOU4N
_/4EO =}u_4C O}_UuEO _ up)
=}u=O 7 O}-O>4*
O}-4OON_q W W-NOg>4
74LuO4 lNOuEg W p)4
u7uO=E> 7uO7=O N.
O4Ou=q ^g
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu
sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka
berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan
lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

Untuk makanan dan pakaian, al-Quran al-Baqarah: 233 meminta suami
menyediakannya bagi ibu dan anak-anaknya sebagaimana dijelaskan:
_ O>4N4 g1O7OO^- N.
O}_~^ejO O}g4OOg4
NOuO^) _ -^U>
R^4^ ) E_EcN _ O._>
E4).4 E-g.4O) 4
1O7O4` +O- jg.4O) _
Dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu
dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya
dan seorang ayah karena anaknya,

7

Juga berdasarkan hadis yang berbunyi

Hak seorang wanita atas suaminya adalah kekenyangan perutnya dan
ditutupi badanya (diberi pakaian) kalau wanita tersebut tidak mengetahui hal itu
dia diampuni.
Pada dasarnya berapa besar nafkah yang wajib diberikan oleh suami
kepada istrinya adalah dapat mencukupi keperluan secara wajar, meliputi
keperluan makanan, pakaian, perumahan dan sebagainya. Prinsip mencukupi
keperluan dapat diperoleh dari hadis nabi tentang dibenarkanya seorang istri
mengambil uang suaminya tanpa izin apabila nafkah yang diberikan tidak
mencukupi.
4

Dalam surah An-Nisa> (4):34 disebutkan laki-laki sebagai pemimpin
dalam keluarga karena laki-laki mempunyai kelebihan yaitu yang memberikan
nafkah, melindungi dan mengayomi keluarga. Sehingga dilanjutkan dalam bunyi
ayat tersebut jika istri bertingkah laku tidak sejalan dengan agama maka suami
berkewajiban mendidik, mengingatklan, pisah ranjang, dan memukul.
5

Pembahasan nafkah tidak bisa terlepas dari hubungan suami dan istri
adanya kata Qawam dalam surah an-Nisaa ayat 34 yang diartikan sebagai
pemimpin ini juga mempengaruhi terhadap pemberian nafkah. Adanya kelebihan
laki-laki dari pada perempuan dalam system patriarki, hal ini mempengaruhi
bagian yang didapatkan wanita dalam system waris dan lainnya.
Pekerjaan yang dilakukan sistem masyarakat arab masa Nabi adalah
masyarakat agraris sehingga dalam bekerja memerlukan otot. Dalam surah an-
Nisa> ayat 34 tersebut adanya kata kelebihan di antara kamu karena untuk
bekerja keras diperlukan tenaga sehingga laki-laki yang bisa memenuhi kebutuhan

4
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif Fikih dan Hukum
Positif, (Yogyakarta: UII Press, 2011) hlm. 89-90

5
Lihat Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, (Yogyakarta: ACAdeMIA &
TAZZAFA, 2005), hlm. 174-175

8

keluarga. Bekerja disesuaikan dengan konteks social saat ini tidak harus dengan
tenaga otot, sehingga untuk saat bisa saja pencari nafkah adalah perempuan
karena yang dibutuhkan tidak hanya tenaga otot tetapi juga kemampuan dan
keahlian.
6

B. Konsep Nafkah dalam Perundang-Undangan di Indonesia
Dalam perundang-undangan Indonesia tidak ada sub khusus yang
membahas masalah nafkah dalam kehidupan keluarga. Melainkan hanya ada
beberapa pasal yang dapat ditarik sebagai bahasan yang berhubungan dengan
nafkah. Pasal-pasal tersebut terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
dan Kompilasi Hukum Islam. Pasal 32 ayat (1) dan (2) UUP misalnya
menyebutkan, suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang di maksud
dalam ayat (1) ditentukan oleh suami dan istri.
7

Pada Pasal 34 disebutkan ayat (1)suami wajib melindungi dan
memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya. Ayat (2) istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-
baiknya. Ayat (3) jika suami atau istri melalaikan kewajibanya masing-masing
dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.
8

Aturan yang terkait lebih rinci ditemukan dalam KHI misalnya dalam
pasal 80 ayat (4),sesuai dengan penghasilannya suami menanggung: (a) nafkah,
kiswah dan tempat kediaman bagi istri; (b) biaya rumah tangga, biaya perawatan
dan biaya pengobatan bagi istri dan anak; (c) biaya pendidikan bagi anak.
Sedangkan isi pasal 80 sama dengan pasal 34 ayat (1) UUP No1 Tahun 1974,
Suami wajib melindungi dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Kemudian dalam pasal 80 ayat
(7) disebutkan kewajiban suami sebagaimana ayat (2) gugur apabila istri

6
Lihat Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, hlm.212-215

7
Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, hlm. 192

8
Ibid., hlm.192
9

nusyu@#<z. dapat disimpulkan bahwa hak nafkah dan unsur-unsurnya hilang
kalau istri melakukan nusyu@z.

C. Konsep Perundang-Undangan di Syria
1. Sejarah pembentukan hukum keluarga di Syria
Sejarah hukum keluarga tidak terlepas dari aturan yang ditetapkan oleh
negara yang menguasainya yaitu Ottoman Turki sejak tahun 1917, dengan
berlandaskan pada mazhab hukum Hanafi. Selama berada di bawah Turki
Usmani, sistem hukum dan perundang-undangan yang mengalami reformasi dari
waktu ke waktu yang berlaku juga di wilayah territorial Syiria. Di antara hukum-
hukum imperial yang pernah berlaku di Syiria adalah Code Civil tahun 1876 dan
Hukum dan Hak-Hak keluarga tahun 1917. Kedatangan koloni Perancis dan
Inggris setelah PD I sangat memberi nuansa yang sangat besar terhadap
perkembnagan negara itu khususnya di bidang politik, sipil dan pidana. Meskipun
demikian, nasib personal law masih tetap dipertahankan.
9

Setelah merdeka pada tahun 1947, nasionalisasi dan reformasi terhadap
berbagai aturan dan sistem hukum dilakukan dari waktu ke waktu. Selama
berlangsungnya program nasionalisasi, sistem hukum telah dicabut dan diganti
dengan hukum baru. Beberapa peraturan baru telah ditetapkan sebagai peraturan
yang bebas dari pengaruh kolonial dan ditetapkan sebagai konstitusi nasional,
antara lain Hukum Civil, Hukum Pidana dan Hukum Dagang pada tahun 1949,
dan Hukum Pidana baru pada tahun 1950 dan Hukum Perdata baru pada tahun
1953. Sementara sebagai personal law tetap diberlakukan Hukum Famili Turki
dari tahun 1917 sampai 1953 dengan nama Qanun al-Ahwal al-Syakhshiyah atau
lebih dikenal dengan The Syirian Law of Personal Status. Undang-undang ini
dianggap berlaku sejak tanggal 17 September 1953. Undang-Undang ini
merupakan risalah dari hasil kerja Syeikh Ali al-Tahanawi (Qadi di Damaskus)
diambil dari berbagai macam mazhab hukum yang disesuaikan dengan situasi

9
Masnun Tahir, Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Syiria dan
Tunisia Al-Mawarid Edisi XVIII Tahun 2008, hlm.209

10

kondisi masyarakat Syiria. Bisa dikatakan bahwa hukum ini mengandung
eklektisisme inovatif, yangmenyeleksi aturan-aturan bukan hanya dari mazhab
Hanafi, melainkan juga dari opini-opini para faqih mazhab-mazhab kuno dan
minoritas yang terisolasi, dengan tujuan membuat.
Selama 22 tahun setelah pemberlakuannya, diadakan amandemen terhadap
pasal-pasal dalam 4 bab pertama Undang-undang 1953 itu, dengan UU Syiria No.
34/1975. Perubahan UU yang memodifikasi dan menambah beberapa
ketentuannya sebanyak 22 pasal ini didasarkan pada rekomendasi panitia
parlemen yang dibentuk untuk mengkaji dan merevisi UU 1953. Perubahan utama
berkaitan dengan masalah poligami, mahar, nafkah, konpensasi cerai, biaya
hadhanah, dan masalah perwalian anak. Penetapan Undang-Undang ini
dimaksudkan untuk melindungi hak-hak perempuan.
10

Usaha kodifikasi hukum keluarga Islam di Syiria dianggap paling
komprehensif, karena tidak hanya meliputi aturan-aturan tentang kecakapan
hukum, perwalian dan perwakilan tetapi juga mencakup problematika wasiat dan
hibah. Penyusunan Code ini didasarkan pada Hukum Turki Usmani Tentang Hak-
hak keluarga, Hukum Mesir tentang hukum keluarga dan waris 1920-1946 dan
juga diambil dari hasil kerja Qadi Pasha (Mesir) dan Ali al- Tantawi (Damaskus).
Code of Personal Status 1953 Syiria ini memuat 308 pasal dan terdiri atas 6 buku
yang muatan isinya didomonasi oleh mazhab Hanafi. Ada bagian-bagian tertentu
yang diadopsi dari Sekte Duruz dan Kristen Syiria.
11

2. Perundang-undangan tentang Nafkah di Syria
Peraturan tentang nafkah di syiria dibahas sedikit panjang lebar.
12
Undang-
Undang Negara Syiria disamping membahas tentang nafkah juga membahas
tentang perumahan atau akomodasi. Nafkah diberikan kepada istri sejak akad

10
Masnun Tahir, Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Syiria dan
Tunisia hlm. 209
11
Ibid., hlm 209
12
. Tahir Mahmood, Family Law Reform In The Muslim World, (Bombay:
N.M.Tripathi PVT.LTD,1974), hlm. 87

11

terlaksana. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam bangunan fiqih klasik. Adapun
ketentuan nafkah Syiria adalah bagian ke 2 dari bab ke-4 pasal 65-70:
Suami wajib memberikan akomodasi atau perumahan sesuai dengan status
sosial istri.
13
Suami setelah istrinya sembuh dari penyakitnya hendaknya, suami
tinggal dengan istrinya.
14
Suami jika berpoligami wajib memberikan tempat
tinggal yang sama terhadap istri-istrinya.
15
suami tidak boleh membiarkan
keluarga tinggal bersama istri, kecuali anak kecil yang belum berumur dewasa,
kalau dengan kehadiran tersebut mengganggu istri.
16

Adapun pembahasan khusus nafkah dalam Undang-Undang Syria ada
pada bagian ke 3 dari bab ke 4, pasal 71-84. Pembahasan nafkah dalam UU Syria
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu nafkah semala masa perkawinan dan
nafkah masa iddah.
17
Nafkah meliputi sandang, pangan dan papan dan sejenisnya
yang baik yang sesuai dengan ketentuan yang ada dalam masyarakat
18
.
Suami tetap terikat dengan hal pemberian biaya hidup kepada istri selama
masih berlangsungnya perkawinan, bahkan bila si istri merupakan pengikut agama
lain atau menetap di rumah keluarganya, kecuali bila suami memintanya untuk
tinggal bersama di kediamannya sementara sang istri menolak tanpa ada
haknya.
19
Bahkan si istri mempunyai hak untuk menolak untuk hidup bersama
suaminya jika suaminya tidak mematuhi untuk membayar mahar secara seketika
atau menyediakan tempat tinggal berdasarkan aturan hukum.
20

Hak istri hilang kalau istri bekerja diluar rumah dan tidak mendapat izin
dari suami.
21
Jumlah nafkah yang diterima istri harus mempertimbangkan kondisi

13
UU Syiria No. 34/1975 Pasal 65
14
Pasal 66
15
Pasal 67
16
Pasal 69
17
Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, hlm. 206
18
Pasal 71
19
Pasal 72 (1)
20
Pasal 72 (2)
21
Pasal 73
12

suami, kondisi istri, dengan catatan tidak kurang untuk mencukupi kebutuhan
minimum.
22

Nafkah yang dipaksa secara hukum atau dengan persetujuan hanya
berhenti karena dibayar atau dimaafkan.
23
Hakim boleh menyuruh suami
membayar nafkah sementara dan tidak lebih satu bulan selama dalam proses
penaksiran nafkah dan setelahnya, kalau hal itu dibutuhkan.
24
keputusan ini
berlaku sejak ditetapkan. Nafkah masa iddah harus sama dengan nafkah nikah dan
harus dibayar sejak mulai iddah dan berlaku maksimal 9 bulan.
25


D. Analisis
Ketika dikaitkan dan diselaraskan dengan pengertian, syarat, tujuan, dan
prinsip perkawinan, dapat disimpulkan bahwa keberadaan nafkah adalah untuk
menunjang keberlangsungan kehidupan rumah tangga. Dengan demikian, suami
atau istri dapat memenuhi kebutuhan dalam rumah sehingga kelangsungan rumah
tangga tetap berjalan.
Begitu juga pengambilan nafkah dalam system hukum keluarga di
Indonesia tidak mutlak menjadi tanggungan suami seperti Pasal 32 ayat 1 dan 2
untuk mempunyai tempat tinggal tidak hanya ditentukan oleh suami tetapi juga
oleh istri.
Dalam penerapannya sebenarnya wanita juga harus mengetahui kedudukan
laki-laki apakah mampu untuk memenuhi semua kebutuhan yang dituntut. jadi
harus saling pengertian. Dalam prakteknya untuk memenuhi kebutuhan keluarga
di Indonesia berdasarkan siapa yang mempunyai kelebihan dan mempunyai
pekerjaan maka dialah yang memenuhi kebutuhan keluarga tidak peduli suami
atau istri.
Berbeda dengan Syria yang melakukan terobosan yang signifikan dalam
memberikan wewenang kepada istri untuk menuntut hak nafkahnya yang begitu

22
Pasal 78
23
Pasal 79
24
Pasal 82 (1)
25
Pasal 84
13

luas. Nafkah suami terhadap istri selama perkawinannya itu dibangun atas akad
yang sah, terlepas istrinya muslim atau tidak, kaya atau miskin. Kewajiban ini
sudah menjadi kesepakatan para ulama.
26
Perintah pemberian nafkah ini
berdasarkan al-Quan, al-Sunnah, al-Qiyas, al-Ijma.
27

Undang-Undang Hukum Keluarga negara Syria telah melakukan begitu
mendetail membahas masalah nafkah ini. Pengaruh emansipasi, tuntutan
persamaan gender membuat peraturan di syria membahas nafkah dalam
pembahasan tersendiri. Lingkup pembiayaan nafkah tidak hanya terbatas pada
sandang, pangan dan papan melainkan juga meliputi biaya-biaya pengobatan.
Bahkan perbedaan agama istri tidak menjadi penghalang akan wajibnya nafkah
ini. Selain itu juga istri mempunyai hak menolak untuk mendampingi suami jika
suami mengabaikan kewajiban ini. Dan lebih ekstrim lagi bahwa pengabaian
kewajiban ini bisa menjadi salah satu alasan istri untuk memohon perceraian.
hukum yang diajarkan Islam sekaligus selaras dengan kebutuhan masyarakat
kontemporer.
28

Kompleksnya peraturan tentang nafkah ini berbada dengan pandangan
para ulama mazhab seperti dalam hal biaya pengobatan bukan menjadi tanggung
jawab suaminya. Menurut mereka, ongkos atau biaya pengobatan menjadi
tanggungannya sendiri atau keluarganya, karena obat-obatan tidaklah diinggap
sebagai kebutuhan pokok, mereka menganalogikannya dengan makanan cuci
mulut. Makanan jenis ini tidak harus ada atau disediakan. Hal ini disebabkan
karena kondisi masyarakat pada waktu itu secara umum tidak memerlukan
pengobatan seperti sekarang ini. Akan tetapi, dewasa ini kebutuhan masyarakat
terhadap kesehatan telah menjadi bagian dari kebutuhan pokok. Wahbah al-
Zuhaili-ahli fiqih kontemporer dari Syiria menolak pandangan para ulama empat
mazhab di atas. Menurutnya nafkah untuk kesehatan adalah termasuk kewajiban
yang harus dipenuhi oleh suami. Pemberian nafkah kesehatan merupakan bentuk

26
Abdurrahman al-Jaziri. 1990 : hlm. 485.
27
Abu Zahrah, hlm. 269
28
Ibid., hlm 209

14

dari muasyarah bi al-Maruf. Katanya: Bukanlah muasyarah bi al-maruf
namanya, kalau suami dalam keadaan istrinya sehat dapat bersenang-senang
(istimta), tetapi manakala ia sakit, lalu mengembalikannya kepada keluarganya.
Ilustrasi Wahbah ini selaras dengan aturan di Syiria, Tunisia bahkan Mesir.
29

Islam mengajarkan agar dalam mempengaruhi kehidupan rumah tangga
selaras dengan prinsip perkawinan dengan saling membantu, saling melengkapi
dan saling melindungi sehingga tujuan perkawinan dapat dicapai.
Maka dapat dilihat dari uraian di atas Indonesia dan syria sama-sama
melakukan pemaharuan hukum keluarga yang hampir sama dalam hal hak nafkah.
Tuntutan pembaharuan atas dasar hak perempuan juga mempengaruhi adanya
perubahan aturan ini.
Konsep nafkah tidak cukup dengan dasar konsep fikih klasik karena itu
perlu ada undang-undang yang mengatur secara jelas sehingga ada implikasi yang
nyata dari peraturan tersebut untuk memenuhi nafkah dalam keluarga.
Hukum secara tidak langsung tergantung ideologi yang mempengaruhi,
sehingga peraturan nafkah di Indonesia tidak mempersentasikan hukum yang
sesuai dengan masyarakat Indonesia. Ini ada pengaruh dari kaum jawa priyayi.
Jika dilihat masyarakat petani tidak ada istilah suami yang mencari nafkah karena
semua dikerjakan bersama dengan berbagi peran dalam keluarga. Hal ini juga
yang terjadi dalam masyarakat pedagang, tidak hanya suami yang bekerja dan istri
sebagai ibu rumah tangga karena sama-sama ikut berperan dalam pekerjaannnya.
Sehingga hukum perkawinan dan membahas tentang nafkah ini hanya mewakili
kelompok masyarakat jawa priyayi. Hal ini bisa terjadi karena pemimpin di
Indonesia adalah kelompok priyayi. Jadi jika ditarik kesimpulan hukum
perkawinan dalam hal ini mengenai nafkah di Indonesia perlu dilakukan
amandemen yang sesuai dengan kultur bangsa Indonesia.




29
Wahbah al-Zuhaili. 1989. Al-Fiqh al-Islam wa Adilatuh. Damaskus: Dar al-
Fikr. X. hlm. 7380.
15



PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut fuqoha nafkah dalam rumah tangga ada dua pandangan
a. Menurut ulama klasik nafkah wajib diberikan laki-laki kepada perempuan
dengan salah satu dasarnya surah al- Baqarah ayat 232 dan an-Nisa 34.
b. Menurut ulama kontemporer pemberian nafkah bisa dilakukan oleh suami atau
istri dengan melihat kontek pada zaman sekarang suatu pekerjaan yang ada,
tidak selalu memerlukan otot, tetapi memerlukan skill.
2. Konsep perundang-undangan di Indonesia dan Syiria
a. Hukum perkawinan di Indonesia tidak mengatur nafkah secara khusus.
Pemberian nafkah kepada istri oleh suami wajib selama istri tidak nusyuz.
Dalam pelaksanannnya, untuk memenuhi nafkah dalam keluarga tidak hanya
dari suami tapi juga dari istri.
b. Hukum perkawinan di Syria mengatur secara detail tentang nafkah mulai dari
akomodasi sampai nafkah. Istri dapat menuntut cerai ketika suami tidak
memberikan nafkah secara penuh.
3. Konsep perundang-undangan di Indonesia dan Syiria sesuai dengan aturan
hukum fikih munakahat karena dasar dari pembuatannya juga merujuk dari kitab-
kitab fikih.










16



Daftar Pustaka
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif Fikih Dan Hukum
Positif, Yogyakarta: UII Press, 2011.
Hukum Keluarga Muslim Syiria, http://kualalan.blogspot.com/2011/10/hukum-
keluarga-muslim-syiria.html, akses 6 November 2013.
Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, Yogyakarta: ACAdeMIA & TAZZAFA,
2005
Masnun Tahir, Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Syiria dan Tunisia Al-
Mawarid Edisi XVIII Tahun 2008
Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Mazhab, alih bahasa Maskur dkk, Jakarta:
lentera, 2000.
Tahir Mahmood, Family Law Reform In The Muslim World, Bombay: N.M.Tripathi
PVT.LTD,1974.
Wahbah al-Zuhaili. Al-Fiqh al-Islam wa Adilatuh. Damaskus: Dar al-Fikr. X, 1989.

Anda mungkin juga menyukai