1. QS An-Nisa' 4:3)
Artinya: Maka, nikahilah perempuan yang kamu senangi dua, tiga atau tempat. Tetapi jika
kamu khawatur tidak berlaku adil, maka (nikahilan) seorang saja.(QS An-Nisa' 4:3)
2. Hadits:
Artinya: Menikahlah dengan perempuan subur dan disenangi. Karena aku ingin
(membanggakan) banyaknya umatku (pada Nabi-nabi lain) di hari kiamat (Hadits sahih
riwayat Ibnu Hibban, Hakim, Ibnu Majah).
3. Ijmak (kesepakatan) ulama fiqh atas sunnah dan bolehnya menikah.
HUKUM PERNIKAHAN MENURUT ISLAM
1. Hukum perkawinan adalah sunnah bagi yang ingin menikah dalam arti ada kebutuhan
seksual. Dengan syarat, memiliki biaya untuk pernikahan seperti biaya mahar (maskawin)
dan ongkos perkawinan.
2. Hukum nikah makruh bagi yang tidak mempunyai hasrat dan tidak ada biaya mahar dan
ongkos perkawinan.
3. Hukum menikah haram dalam beberapa situasi .
SYARAT NIKAH
1. Wali [2]
2. Dua saksi
3. Calon istri tidak diharamkan menikah dengan calon suami
4. Ijab qabul yaitu ucapan wali untuk menikahkan calon mempelai wanita dan jawaban dari
calon pria. Seperti ucapan wali Aku nikahkan putriku denganmu ( ). Dan
jawaban calon su`mi: saya terima nikahnya () .
Syarat Wali dan Saksi: (a) harus muslim; (b) akil baligh dan normal, jadi anak kecil dan orang
gila tidak boleh jadi saksi dan wali; (c) adil yaitu orang yang tidak melakukan dosa besar.
Khusus untuk saksi ada syarat tambahan yaitu harus normal pendengaran dan penglihatannya.
RUKUN NIKAH
Ada 5 (lima) rukun nikah. Rukun adalah perkara yang harus terpenuhi saat akad nikah
berlangsung.
) 1. Pengantin lelaki (Arab, zauj -
) 2. Pengantin perempuan (Arab, zaujah -
3. Wali pengantin perempuan
4. Dua orang saksi
5. Ijab dan Qabul
KHUTBAH NIKAH
Membaca khutbah nikah adalah sunnah. Jadi bukan syarat sahnya pernikahan. Boleh
dilakukan boleh ditinggalkan.
Berikut teks khutbah dalam bahasa Arab.
1. Khutbah nikah panjang teks bahasa Arab
.
. .
.
.
. .
:
.
.
: . :
.
:
.
.
.
2. Khutbah Nikah Pendek berdasar hadits Ibnu Masud riwayat Abu Dawud
.
WALI NIKAH
Dalam Islam, calon pengantin perempuan harus dinikahkan oleh walinya. Tidak boleh
menikahkan dirinya sendiri. Wali nikah yang utama adalah ayah kandung, kalau tidak ada
maka diganti kakek, kemudian saudara kandung, seterusnya lihat keterangan di bawah.
URUTAN WALI NIKAH
Urutan wali dan yang berhak menjadi wali nikah adalah sebegai berikut:
1 - Ayah kandung
2 - Kakek, atau ayah dari ayah
. . ,
, , , ; ,
. , ,
WALI HAKIM
Wali hakim dalam konteks Indonesia adalah pejabat yang berwenang menikahkan. Yaitu,
hakim agama, petugas KUA, naib, modin desa urusan nikah.(berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 1 Tahun 1952)
Wali hakim baru boleh menjadi wali nikah dalam 3 hal sebagai berikut:
WALI DARI ANAK ZINA
Seorang anak zina perempuan nasabnya dinisbatkan pada ibunya. Karena ibu tidak dapat
menikahkan, maka wali hakim yang dapat menjadi walinya.
,
,
.
- , :
-
) ( ; :
,
.
Artinya: Ulama ahli fiqih berpendapat apabila wali menolak menikahkan putrinya, maka
hakim memerintahkannya untuk menikahkan. Apabila menolak, maka perwalian pindah pada
yang lain. ... Menurut mazhab Hanafi, Syafi'i, Maliki (selain Ibnu Al-Qasim) dan Ahmad
(menurut sebagian riwayat) bahwa perwalian berpindah ke sultan (yakni, wali hakim)
berdasarkan hadis Nabi "Apabila wali menolak maka sultan adalah wali bagi perempuan
yang tidak punya wali". Dan karena wali menolak secara zalim atas kewajiban yang
diamanahkan padanya maka sultan mengganti posisinya untuk menghilangkan kezaliman itu
sebagaimana apabila ia punya hutang dan tidak mau melunasinya. Pendapat utama dalam
mazhab Hanbali apabila wali utama menolak, maka pindah ke wali jauh.
WALI PERGI DALAM JARAK QASHAR
Apabila wali yang terdekat pergi dalam jarak perjalanan qashar (dua marhalah), maka wali
hakim boleh menjadi pengganti wali tersebut.
( ) ( ) ( ) (
(
Artinya: Apabila wali nasab terdekat bepergian dalam jarak dua marhalah (qashar) atau lebih
jauh dan tidak ada status kematiannya serta tidak ada wakilnya yang hadir dalam menikahkan
perempuan di bawah perwaliannya maka Sultan (Wali Hakim) dapat menikahkan perempuan
itu. Bukan wali jauh walaupun kepergiannya lama dan tidak diketahui tempat dan hidupnya.
Hal itu karena tetapnya status kewalian wali yang sedang pergi. Namun yang lebih utama
meminta ijin pada wali jauh untuk keluar dari khilaf ulama.[5]
AKAD NIKAH (IJAB KABUL)
Prosesi akan nikah terpenting adalah ijab kabul (qobul). Di mana wali calon mempelai
perempuan menikahkan putrinya dengan calon pengantin laki-laki (ijab) dan calon pengantin
laki-laki menjawabnya (kabul/qobul) sebagai tanda menerima pernikahan tersebut . Wali juga
dapat mewakilkan pada wakil wali yang ditunjuk wali untuk menikahkan putrinya. Yang
bertindak sebagai wakil biasanya petugas KUA atau tokoh agama setempat.
A. TEKS BACAAN AKAD NIKAH LANGSUNG OLEH WALI DALAM BAHASA
ARAB
. .
.
.
/
Teks latin: Ankahtuka wa zawwajtuka binti [sebutkan namanya] bimahri [sebutkan jumlah
maskawin] hallan.
Artinya: Aku menikahkanmu dengan putriku bernama [sebutkan nama] dengan maskawin
[sebutkan jumlah maskawin].
B. TEKS BACAAN AKAD NIKAH OLEH WAKIL WALI DALAM BAHASA ARAB
Menjadi wakil dari wali teksnya sama saja. Perbedaannya adalah tambahan kata "muwakkili"
(yang mewakilkan padaku)
. .
.
.
/
Teks latin: Ankahtuka wa zawwajtuka binti [sebutkan namanya] muwakkili bimahri
[sebutkan jumlah maskawin] hallan.
Artinya: Aku menikahkanmu dengan perempuan bernama [sebutkan nama] yang walinya
mewakilkan padaku dengan maskawin [sebutkan jumlah maskawin].
C. TEKS KABUL JAWABAN PENGANTIN PUTRA KEPADA WALI
Ketika wali nikah atau wakilnya selesai mengucapkan ijab, maka pengantin laki-laki
langsung merespons/menjawab dengan ucapan berikut:
Teks Arab:
Teks Latin: Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bilmahril madzkur
Artinya: Saya terima nikahnya dengan mahar/maskawin tersebut
DOA SETELAH AKAD NIKAH
Setelah ijab kabul dilaksanakan antara wali atau wakil wali dengan mempelai laki-laki, acara
dilanjutkan dengan membaca doa sebagai berikut (pilih salah satu atau semuanya):
DOA 1
. .
. .
.
. . .
.
.
.
.
. .
DOA 2
UCAPAN DOA UNTUK KEDUA MEMPELAI SETELAH AKAD NIKAH
Masing-masing yang hadir sunnah mengucapkan doa berikut pada penantin laki-laki
Masing-masing yang hadir sunnah mengucapkan doa berikut pada kedua mempelai
.
DOA UNTUK KEDUA MEMPELAI
DOA SAAT BERDUA DI MALAM PERTAMA
Saat kedua mempelai bertemua di dalam kamar di malam pertama, maka mempelai pria
dianjurkan mengusap kepala mempelai wanita sambil membaca doa berikut [7]:
Setelah itu, disunnahkan bagi kedua mempelai untuk melakukan shalat sunnah[8]
DOA SETIAP AKAN BERHUBUNGAN INTIM (JIMAK)
Dan disunnahkan untuk melakukan wudhu sebelum melakukan hubungan badan yang kedua
dan seterusnya. Sebagaimana sabda Nabi dalam hadits sahih riwayat Muslim sbb
Artinya: Apabila kalian sudah melakukan hubungan intim dan hendak mengulangi, maka
hendaknya berwudhu.
PERNIKAHAN HARAM (DILARANG) DALAM ISLAM
Pernikahan adakalanya hukumnya haram, dalam situasi berikut:
1. Perempuan menikah dengan orang laki-laki nonmuslim
2. Laki-laki menikah dengan nonmuslim yang bukan ahli kitab (Yahudi, Nasrani).
3. Menikah dengan pelacur, wanita hamil
4. Pernikahan dalam masa idah cerai atau kematian
5. Poliandri (perempuan menikah dengan lebih dari satu laki-laki)
6. Poligami lebih dari empat
6. Laki-laki menikah dengan dua perempuan bersaudara (boleh menikah dengan salah
satunya).
====================
]'Berdasarkan hadits dalam kitab Mukhtasar al-Irwa [8
" :
: :
:! : : :
:
- See more at: http://www.alkhoirot.net/2012/03/pernikahan.html#sthash.pb6QTCQU.dpuf
KUMPULAN
PROBLEMATIKA
MUNAKAHAT
Rukun Nikah
Rukun adalah sebuah prasarat yang harus dipenuhkan dalam pelaksanaan suatu ibadah.
Rukun nikah berarti pilar-pilar yang menjadi bagian penting yang harus dipenuhkan dalam
proses akad nikah. Adapun Rukun nikah yang harus ada dalam sebuah akad nikah adalah:
a. Calon Suami.
b. Calon Isteri.
c. Wali Nikah
d. 2 Orang saksi
e. Sighat Ijab Kabul.
Wali dipenjara
Bila wali dipenjara dan tidak mungkin dihubungi atau tidak boleh dihubungi maka yang
menjadi wali nikah adalah HAKIM yang dalam hal ini KEPALA KANTOR URUSAN
AGAMA. Ketentuan ini berdasar penjelasan MUGHNI AL MUHTAJ ILA MAANI
ALFAADZIL MINHAJ JUZ 3 HAL 159:
( (
) (
: . :
)( .
. ) (
. . :
: .
1
Seandainya wali yang terdekat baik wali nasab maupun wali waris wala' sejauh dua marhalah
(82 km dihitung dari batas kota ke batas kota lain) dan tidak ada wakilnya yang hadir didalam
kota atau kurang dari perjalanan yang memperbolehkan qasr (82 km) maka Hakim yang
menikahkan. Yang dimaksud hakim di sini hakim atau penggantinya dalam wilayah kerjanya
bukan hakim yang diluar wilayah kerjanya juga bukan wali yang jauh, karena orang yang
ghaib itu adalah wali dan menikahkan adalah haknya, apabila wali itu udzur dalam memenuhi
haknya maka yang mengganti adalah HAKIM. Ada sebagian pendapat (Pendapat yang
lemah) wali Abad/yang lebih jauh secara nasab berhak menikahkan seperti bila wali
dekatnya dalam keadaan gila. Al Shaikhan berkata: "yang lebih utama Hakim memberikan
izin kepada wali terjauh untuk menikahkan atau wali terjauh memberikan izin kepada hakim
kemudian hakim menikahkan, hal ini diperuntukkan untuk keluar dari perbedaan."
(Dan apabila kurang dari masafah Qasr/82 km) Hakim tidak dapat menikahkan kecuali
dengan izin wali menurut pendapat yang kuat, karena jarak tempuh yang dekat, maka
perwalian harus dikembalikan kepada wali tersebut, kemudian wali menghadirinya atau
mewakilkan seperti halnya kalau wali itu menetap. Adapun pendapat kedua, Hakim tetap
menikahkan agar pengantin putri tidak merasa rugi sebab tidak adanya kesetaraan (kafaah)
harapannya hal itu seperti jarak tempuh yang jauh. Sebagaimana permasalahan pertama (wali
berada pada jarak tempuh yang kurang 82 km) seandainya tidak dimungkinkan mencapai atau
menemui wali karena alasan fitnah atau ketakutan maka Hakim boleh menikahkan tanpa izin
wali, ini adalah pendapat Imam Royani. Imam adzra'i berkata : Pendapat yang dzahir,
sesungguhnya bila wali ada diwilayah dimana perempuan itu tinggal, (tetapi) di dalam
penjara pemerintah dan tidak mungkin menemuinya maka Qadli/Hakim yang menikahkan,
dan Hakim pula yang menikahkan bila wali tidak ada dan tidak diketahui tempatnya, tidak
jelas mati atau hidupnya. karena menjadi udzurnya pernikahannya dari sisi sang wali, maka
hal ini seperti ketika wali adlah / membangkang. Hal ini apabila wali tidak
dihukumi/diputuskan mati, apabila diputuskan secara hukum telah mati maka yang
menikahkan adalah wali Abad/terjauh. Hakim harus pula meneliti atas pengakuan seorang
perempuan bahwa walinya ghaib/tidak diketahui rimbanya dan atas pengakuan bahwa dirinya
sepi dari ikatan pernikahan dan iddah (masa tunggu) karena sebuah akad kembali kepadanya
dan atas pengakuannya namun disunnahkan 'mencari' kesaksian/bukti tentang hal itu dan
pengakuannya tidak diterima begitu saja kecuali dengan kesaksian yang ditinjau dari gelagat
(ketika melakukan pengakuan)nya.
2
Wali Ghoib (tidak diketahui rimbanya).
Seorang wali nikah tidak ada karena tidak diketahui tempatnya (ghaib), atau bertempat
tinggal ditempat yang jauh hingga kira-kira sejauh masafah qosr (82 km) perwaliannya
berpindah kepada wali hakim tidak kepada wali yang jauh (abad). Tetapi tetap dianjurkan
untuk meminta idzin kepada sang wali, sebagai bentuk penghormatan terhadap orang tua.
Penjelasan ini berdasar Kitab BUGHOYAH ALMUSTARSYIDIN hal 203 dan kitab
MUGHNI AL MUHTAJ ILA MAANI ALFAADZIL MINHAJ JUZ 3 HAL 159:
( (