Anda di halaman 1dari 30

HUKUM ISLAM

Pengertian Hukum Islam (Syari'at Islam) - Hukum syara menurut ulama ushul ialah doktrin
(kitab) syari yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang bersangkutan
dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara perintah atau diperintahkan memilih atau
berupa ketetapan (taqrir). Sedangkan menurut ulama fiqh hukum syara ialah efek yang
dikehendaki oleh kitab syari dalam perbuatan seperti wajib, haram dan mubah.

Syariat menurut bahasa berarti jalan. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang
diadakan oleh Allah untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang
berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan
dengan amaliyah. Hukum Islam

Menurut Prof. Mahmud Syaltout, syariat adalah peraturan yang diciptakan oleh Allah supaya
manusia berpegang teguh kepadaNya di dalam perhubungan dengan Tuhan dengan
saudaranya sesama Muslim dengan saudaranya sesama manusia, beserta hubungannya
dengan alam seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupan.

Menurut Muhammad Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf Ishthilaahaat al-Funun


memberikan pengertian syariah mencakup seluruh ajaran Islam, meliputi bidang aqidah,
ibadah, akhlaq dan muamallah (kemasyarakatan). Syariah disebut juga syara, millah dan
diin.

1
b. Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib diturut
(ditaati) oleh seorang muslim. Dari definisi tersebut syariat meliputi:

1. Ilmu Aqoid (keimanan)

2. Ilmu Fiqih (pemahan manusia terhadap ketentuan-ketentuan Allah)

3. Ilmu Akhlaq (kesusilaan)

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa Hukum Islam adalah syariat
yang berarti hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh
seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-
hukum yang berhubungan dengan perbuatan (amaliyah).

TUJUAN HUKUM ISLAM

Hukum yang mejadi penutan masyarakat merupakan cita-cita social yang tidak pernah
berhenti dikejar sampai akhir hayat.Cita-cita sosial bersandarkan pada hukum.Setiap
keberadaan hokum tidak dapat terlepas dari tujuan dan harapan subjek hokum.Harapan
manusia terhadap hokum pada umumnya meliputi harapan keamanan dan ketenteraman
hidup tanpa batas waktu.

2
Manusia berharap pada beberapa hal-hal berikut:

1- Kemaslahatan hidup bagi diri sendiri dan orang lain


2- Menegakkan keadilan
3- Persamaan hak dan kewajipan dalam hukum
4- Saling kontrol dalam masyarakat
5- Kebebasan berekpresi, berpendapat, bertindak dengan tidak melebihi batasan hukum.
6- Regenerasi sosial yang positif dan bertanggungjawab

Apabila satu minit sahaja kehidupan sosial tidak terjamin oleh hokum yang kuat,masyarakat
dengan semua komponannya akan rusak,karena seminit tanpa adanya jaminan hokum
bagaikan adanya bencana yang melanda dalam sesuatu masyarakat tersebut.

Asas legalitas sebagai pokok dari hidup dan berlakunya hokum .Yang berbahaya lagi adalah
memendan hokum tidak berguna lagi karena keberpehakan hokum kepada keadilan dan
persamaan hak sehingga masyarakat kurang percaya kepada hokum.

Cita-cita hokum adalah menegakkan keadilan,tetapi yang menegakkan keadilan bukan teks-
teks hokum,melainkan manusia yang meneria sebutan hakim,pengacara penguasa
hokum,penegak hokum,polisi dan sebagainya.

Identitas hokum Islam adalah adil, memberi rahmat dan mengandung hikmah yang banyak
bagi kehidupan. Dengan demikian setiap hal yang merupakan kezaliman,tidak member rasa

3
keadilan,jauh dari rahmat,menciptakan kemafsadatan bukan merupakan tujuan hokum
Islam.

Asy Syatibi mengatakan bahawa tujuan Syariat Islam adalah mencapai kemaslahatan hamba
baik di dunia maupun di akhirat. Antara kemaslahatan tersebut adalah seperti berikut:-

1- Memelihara Agama , surah albaqarah ayat 256


2- Memelihara Jiwa
3- Memelihara Akal, almaidah ayat 90
4- Memelihara Keturunan, al isra ayat 32
5- Memelihara Kekayaan

Lima unsure di atas dibedakan menjadi tiga peringkat yaitu:-

1- Dharuriyyat
2- Hijiyyat
3- Tahsiniyyat

Peringkat Dharuriyyat menepati urutan yang pertama,disusuli dengan peringkat yang ke dua
yaitu Hijiyyat dan dilengkapi dengan yang terakhir sekali ialah Tahsiniyyat.

Yang dimaksudkan dengan Dharuriyyat adalah memelihara segala kebutuhan-kebutuhan


yang bersifat esensial bagi kehidupan manusia.

4
Yang dimaksudkan dengan Hijiyyat adalah tidak termasuk dlam kebutuhan-kebutuhan yang
esensial, melainkan kebutuhan yangdapat menghindarkan manusia dari kesulitan hidup
mereka.

Dimaksudkan pula dengan Tahsiniyyat adalah kebutuhan yang menunjang peningkatan


mertabat seseorang dalam masyarakat dan dihadapan Tuhannya,sesuai dengan kepatutan .

Kesimpulannya disini ketiga-tiga peringkat yang disebut Dharuriyyat,hijiyyat serta


Tahsiniyyat, mampu mewujudkan serta memelihara kelima-lima pokok tersebut.

A) Memelihara Agama (Hifz Ad-Din)

Menjaga atau memelihara agama,berdasarkan kepentingannya,dapat kita bedekan


dengan tiga peringkat ini:-

1- Dharuriyyah: Memelihara dan melaksanakan kewajipan agama yang masuk peringkat


primer .
Contoh : Solat lima waktu. Jika solat itu diabaikan,maka akan terancamlah
eksestensi agama.

2- Hijiyyat : Melaksanakan ketentuan Agama

Contoh : Solat Jamak dan Solat Kasarbagi orang yang sedangbepergian.

5
jika tidak dilaksanakan solat tersebut, maka tidak akan mengancam
eksestensi agamanya,melainkan hanya mempersulitkan bagi orang
yang melakukannya.

3- Tahsiniyyat : Mengikuti petunjuk agama.

Contoh : Menutup aurat.baik di dalam maupon diluar solat,membersihkan


badan,pakaian dan tempat.Kegiatan ini tidak sama sekali mengancan
eksestensi agama dan tidak pua mempersulitkan bagi orang yang
melakukannya.

B) Memelihara Jiwa (Hifz An-Nafs)

Memelihara jiwa berdasarkan tingkat kepentinganya,kita dapat bedakan dengan tiga


peringkat yaitu:-
1- Dharuriyyat : Memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan
hidup.Jika diabaikan maka akan berakibat terancamnya eksestansi jiwa manusia.

2- Hijiyyat : sepertinya diperbolehkan berburu binatang untuk menukmati makanan


yang halal dan lazat.Jika diabaikan maka tidak akan mengancam eksestensi
manusia,melainkan hanya untuk mempersulitkan hidupnya.

3- Tahsiniyyat : Sepertinya ditetapkannya tatacara makan dan minum.Kegiatan ini


hanya berhubung dengan kesopanan dan etika.Sama sekali tidak

6
mengancam eksestensi jiwa manusia ataupun mempersulitkan
kehidupan seseorang.

C) Memelihara Akal (Hifz Al-Aql)

Memelihara akal,dilihat dari segi kepentingannya,dapat dibedakan menjadi tiga peringkat


yaitu:
1- Dharuriyyat: Diharamkan meminum minuman keras.Jika tidak diindahkan maka
akan mengakibatkan terancamnya eksestensinya akal.

2- Hijiyyat : Sepertinya menuntu ilmu pengetahuan.Jika hat tersebut diindahkan


maka tidak akan mengakibatkan terancamnya eksestensinya akal.

3- Tahsiniyyat : Menghindarkan diri dari menghayal atau mendengarkan sesuatu yang


tidak berfaedah.Hal ini jika diindahkan maka tidak akan ancamnya
eksestensi akal secara langsung.

D) Memelihara Keturunan (Hifz An-Nasl)

1- Dharuriyyat: Sepertinya disyariatkan nikah dan dilarang berzina.Jika di abaikan maka


eksestensi keturunannya akan terancam.

2- Hijiyyat : Sepertinya ditetapkan menyebut mahar bagi suami pada waktu akad
nikah dan diberi hak talaq padanya.Jika mahar itu tidak disebut pada
waktu akad maka si suami akan mengalami kesulitan,kerana suami

7
harus membayar mahar misl.

3- Tahsiniyyat : Disyariatkan Khitbah atau Walimat dalam perkahwinan.hal ini jika diabaikan
maka tidak akan mengancam eksestensi keturunan.

E) Memelihara Harta (Hifz Al-Mal)

1- Dharuriyat : Tata cara pemilikan dan larangan mengambil harta orang lain.Jika
Diabaikan maka akan mengakibatkan eksestensi harta.

2- Hijiyyat : Sepertinya tentang jual beli dengan salam.Jika tidak dipakai salam,
Maka tidak akan mengancam eksestensi harta.

3- Tahsiniyyat: Menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan.Hal ini erat


Kaitannya dengan etika bermuamalah atau etika bisnis.

Prinsip-prinsip Hukum Islam


Syariat Islam adalah pedoman hidup yang ditetapkan Allah SWT untuk mengatur
kehidupan manusia agar sesuai dengan keinginan Al-Quran dan Sunnah.(3) Dalam kajian
ilmu ushul fiqh, yang dimaksud dengan hukum Islam ialah khitab (firman) Allah SWT yang
berkaitan dengan perbuatan mukallaf, atau dengan redaksi lain, hukum Islam ialah
seperangkat aturan yang ditetapkan secara langsung dan lugas oleh Allah atau ditetapkan

8
pokok-pokonya untuk mengatur hubungan antara manusia dan tuhannya, manusia dengan
sesamanya dan manusia dengan alam semesta. Adapun Abu Zahrah mengemukakan
pandangannya, bahwa hukum adalah ketetapan Allah yang berhubungan dengan perbuatan
orang-orang mukallaf baik berupa iqtida (tuntutan perintah atau larangan), takhyir (pilihan)
maupun berupa wadhi (sebab akibat). Ketetapan Allah

dimaksudkan pada sifat yang telah diberikan oleh Allah terhadap sesuatu yang berhubungan
dengan perbuatan mukalaf.(4) Hasbi Ash-Shiddiqie mendefinisikan hukum secara lughawi
adalah menetapkan sesuatu atas sesuatu.(5)

Sebagaimana hukum-hukum yang lain, hukum Islam memiliki prinsip-prinsip dan asas-asas
sebagai tiang pokok, kuat atau lemahnya sebuah undang-undang, mudah atau sukarnya,
ditolak atau diterimanya oleh masyarakat, tergantung kepada asas dan tiang pokonya.(6)

Secara etimologi (tata bahasa) prinsip adalah dasar, permulaan, aturan pokok.(7) Juhaya S.
Praja memberikan pengertian prinsip sebagai berikut: permulaan; tempat pemberangkatan;
itik tolak; atau al-mabda.(8)

Adapun secara terminologi Prinsip adalah kebeneran universal yang inheren didalam hukum
Islam dan menjadi titik tolak pembinaannya; prinsip yang membentuk hukum dan setiap
cabang-cabangnya. Prinsip hukum Islam meliputi prinsip umum dan prinsip umum. Prinsip
umum ialah prinsip keseluruhan hukum Islam yang bersifat unuversal. Adapun prinsip-
prinsip khusus ialah prinsip-prinsip setiap cabang hukum Islam.(9)

9
Prinsip-prinsip hukum Islam menurut Juhaya S. Praja sebagai berikut :
1. Prinsip Tauhid

Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa semua manusia
ada dibawah satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam
kalimat Lailaha Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip ini ditarik dari firman
Allah QS. Ali Imran Ayat 64. Berdasarkan atas prinsip tauhid ini, maka pelaksanaan hukum
Islam merupakan ibadah. Dalam arti perhambaan manusia dan penyerahan dirinya kepada
Allah sebagai manipestasikesyukuran kepada-Nya. Dengan demikian tidak boleh terjadi
setiap mentuhankan sesama manusia dan atau sesama makhluk lainnya. Pelaksanaan hukum
Islam adalah ibadah dan penyerahan diri manusia kepada keseluruhan kehendak-Nya.

Prinsip tauhid inipun menghendaki dan memposisikan untuk menetapkan hukum sesuai
dengan apa yang diturunkan Allah (Al-Quran dan As-Sunah). Barang siapa yang tidak
menghukumi dengan hukum Allah, maka orang tersebut dapat dikateegorikan kedalam
kelompok orang-orang yang kafir, dzalim dan fasiq (Q.S. ke 5 Al-Maidah : 44, 45 dan 47).

Dari prinsip umum tauhid ini, maka lahirlah prinsip khusus yang merupakan kelanjutan dari
prinsip tauhid ini, umpamanya yang berlaku dalam fiqih ibadah sebagai berikut :

a. Prinsip Pertama : Berhubungan langsung dengan Allah tanpa perantara ---


Artinya bahwa tak seorang pun manusia dapat menjadikan dirinya sebagai zat yang wajib
di sembah.

10
b. Prinsip Kedua : Beban hukum (taklif) ditujukan untuk memelihara akidah dan iman,
penyucian jiwa (tajkiyat al-nafs) dan pembentukan pribadi yang luhur --- Artinya hamba
Allah dibebani ibadah sebagai bentuk/aktualisasi dari rasa syukur atas nikmat Allah.

Berdasarkan prinsip tauhid ini melahirkan azas hukum Ibadah, yaitu Azas
kemudahan/meniadakan kesulitan. Dari azas hukum tersebut terumuskan kaidah-kaidah
hukum ibadah sebagai berikut :
a. Al-ashlu fii al-ibadati tuqifu wal ittiba --- yaitu pada pokoknya ibadah itu tidak wajib
dilaksanakan, dan pelaksanaan ibadah itu hanya mengikuti apa saja yang diperintahkan Allah
dan Rasul-Nya ;
b. Al-masaqqah tujlibu at-taysiir --- Kesulitan dalam melaksanakan ibadah akan
mendatangkan kemudahan

2. Prinsip Keadilan

Keadilan dalam bahasa Salaf adalah sinonim al-mizan (keseimbangan/ moderasi). Kata
keadilan dalam al-Quran kadang diekuifalensikan dengan al-qist. Al-mizan yang berarti
keadilan di dalam Al-Quran terdapat dalam QS. Al-Syura: 17 dan Al-Hadid: 25.

Term keadilan pada umumnya berkonotasi dalam penetapan hukum atau kebijaksanaan
raja. Akan tetapi, keadilan dalam hukum Islam meliputi berbagai aspek. Prinsip keadilan
ketika dimaknai sebagai prinsip moderasi, menurut Wahbah Az-Zuhaili bahwa perintah Allah
ditujukan bukan karena esensinya, seba Allah tidak mendapat keuntungan dari ketaatan dan

11
tidak pula mendapatkan kemadaratan dari perbuatan maksiat manusia. Namun ketaatan
tersebut hanyalah sebagai jalan untuk memperluas prilaku dan cara pendidikan yang dapat
membawa kebaikan bagi individu dan masyarakat.(10)

Penggunaan term adil/keadilan dalam Al-Quran diantaranya sebagai berikut :


a. QS. Al-Maidah : 8 --- Manusia yang memiliki kecenderungan mengikuti hawa nafsu, adanya
kecintan dan kebencian memungkinkan manusia tidak bertindak adil dan mendahulukan
kebatilan daripada kebenaran (dalam bersaksi) ;
b. QS. Al-Anam : 152 --- Perintah kepada manusia agar berlaku adil dalam segala hal
terutama kepada mereka yang mempunyai kekuasaan atau yang berhubungan dengan
kekuasaan dan dalam bermuamalah/berdagang ;
c. QS. An-Nisa : 128 --- Kemestian berlaku adil kepada sesama isteri ;
d. QS. Al-Hujrat : 9 --- Keadilan sesama muslim ;
e. QS. Al-Anam :52 --- Keadilan yang berarti keseimbangan antara kewajiban yang harus
dipenuhi manusia (mukalaf) dengan kemampuan manusia untuk menunaikan kewajiban
tersebut.

Dari prinsip keadilan ini lahir kaidah yang menyatakan hukum Islam dalam praktiknya dapat
berbuat sesuai dengan ruang dan waktu, yakni suatu kaidah yang menyatakan elastisitas
hukum Islam dan kemudahan dalam melaksanakannya sebagai kelanjutan dari prinsip
keadilan, yaitu : .......

Artinya : Perkara-perkara dalam hukum Islam apabila telah menyeempit maka menjadi luas;

12
apabila perkara-perkara itu telah meluas maka kembali menyempit.

Teori keadilan teologi Mutazilah melahirkan dua terori turunan, yaitu :


1) al-salah wa al-aslah dan
2) al-Husna wa al-qubh.

Dari kedua teori ini dikembangkan menjadi pernyataan sebagai berikut :


a. Pernyataan Pertama : Allah tidaklah berbuat sesuatu tanpa hikmah dan tujuan ---
perbuatan tanpa tujuan dan hikmah adalah sia-sia
b. Pernyataan Kedua : Segala sesuatu dan perbuatan itu mempunyai nilai subjektif sehingga
dalam perbuatan baik terdapat sifat-sifat yang menjadi perbuatan baik. Demikian halnya
dalam perbuatan buruk. Sifat-sifat itu dapat diketahui oleh akal sehingga masalah baik dan
buruk adalah masalah akal.

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar

Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk menuju tujuan yang baik
dan benar yang dikehendaki dan ridloi Allah dalam filsafat hukum Barat diartikan sebagai
fungsi social engineering hukum. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar didasarkan pada QS.
Al-Imran : 110, pengkategorian Amar Makruf Nahi Mungkar dinyatakan berdasarkan wahyu
dan akal.

4. Prinsip Kebebasan/Kemerdekaan

13
Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama/hukum Islam disiarkan
tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan, demontrasi, argumentasi.
Kebebasan yang menjadi prinsip hukum Islam adalah kebebasan dl arti luasyg mencakup
berbagai macamnya, baik kebebasan individu maupun kebebasan komunal. Keberagama
dalam Islam dijamin berdasarkan prinsip tidak ada paksaan dalam beragama (QS. Al-
Baqarah : 256 dan Al-Kafirun: 5)

5. Prinsip Persamaan/Egalite

Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi Madinah (al-Shahifah), yakni
prinsip Islam menentang perbudakan dan penghisapan darah manusia atas manusia. Prinsip
persamaan ini merupakan bagian penting dalam pembinaan dan pengembangan hukum Islam
dalam menggerakkan dan mengontrol sosial, tapi bukan berarti tidak pula mengenal
stratifikasi sosial seperti komunis.

6. Prinsip At-Taawun

Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama manusia yang diarahkan sesuai
prinsip tauhid, terutama dalam peningkatan kebaikan dan ketakwaan.

7. Prinsip Toleransi

Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya
hak-hak Islam dan ummatnya --- tegasnya toleransi hanya dapat diterima apabila tidak

14
merugikan agama Islam.

Wahbah Az-Zuhaili, memaknai prinsip toleransi tersebut pada tataran penerapan ketentuan
Al-Quran dan Hadits yang menghindari kesempitan dan kesulitan, sehingga seseorang tidak
mempunyai alasan dan jalan untuk meninggalkan syariat ketentuan hukum Islam. Dan
lingkup toleransi tersebut tidak hanya pada persoalan ibadah saja

tetapi mencakup seluruh ketentuan hukum Islam, baik muamalah sipil, hukum pidana,
ketetapan peradilan dan lain sebagainya.(11)

Azas-azas Hukum Islam


Azas secara etimologi memiliki makna dalah dasar, alas, pondamen (Muhammad Ali, TT : 18).
Adapun secara terminologinya Hasbi Ash-Shiddiqie mengungkapkan bahwa hukum Islam
sebagai hukum yang lain mempunyai azas dan tiang pokok sebagai berikut :

1. Azas Nafyul Haraji --- meniadakan kepicikan, artinya hukum Islam dibuat dan diciptakan
itu berada dalam batas-batas kemampuan para mukallaf. Namun bukan berarti tidak ada
kesukaran sedikitpun sehingga tidak ada tantangan, sehingga tatkala ada kesukaran yang
muncul bukan hukum Islam itu digugurkan melainkan melahirkan hukum Rukhsah.
2. Azas Qillatu Taklif --- tidak membahayakan taklifi, artinya hukum Islam itu tidak
memberatkan pundak mukallaf dan tidak menyukarkan.
3. Azas Tadarruj --- bertahap (gradual), artinya pembinaan hukum Islam berjalan setahap

15
demi setahap disesuaikan dengan tahapan perkembangan manusia.
4. Azas Kemuslihatan Manusia --- Hukum Islam seiring dengan dan mereduksi sesuatu yang
ada dilingkungannya.
5. Azas Keadilan Merata --- artinya hukum Islam sama keadaannya tidak lebih melebihi bagi
yang satu terhadap yang lainnya.
6. Azas Estetika --- artinya hukum Islam memperbolehkan bagi kita untuk
mempergunakan/memperhatiakn segala sesuatu yang indah.
7. Azas Menetapkan Hukum Berdasar Urf yang Berkembang Dalam Masyarakat --- Hukum
Islam dalam penerapannya senantiasa memperhatikan adat/kebiasaan suatu masyarakat.
8. Azas Syara Menjadi Dzatiyah Islam --- artinya Hukum yang diturunkan secara mujmal
memberikan lapangan yang luas kepada para filusuf untuk berijtihad dan guna memberikan
bahan penyelidikan dan pemikiran dengan bebas dan supaya hukum Islam menjadi elastis
sesuai dengan perkembangan peradaban manusia.

Epilog

Berdasarkan pembahasan mengenai prinsip-prinsip dan azas-azas hukum Islam diatas, yang
menjadi inti pemahaman prinsip-prinsip dan azas-azas hukum Islam dapat diketahui atau
diarahkan pada tujuan penyariatan

syariat Islam itu sendiri dan apa yang akan dibawa hukum Islam untuk mencapau tujuannya.
Hal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Islam telah meletakkan di dalam undang-undang dasarnya, beberapa prinsip yang mantap

16
dan kekal, seperti prinsip menghindari kesempitan dan menolak mudarat, wajib berlaku adil
dan bermusyawarah dan memelihara hak, menyampaikan amanah, dan kembali kepada
ulama yang ahli untuk menjelaskan pendapat yang benar dalam menghadapi peristiwa dan
kasus-kasus baru, dan sebagainya berupa dasar-dasar umum yang merupakan tujuan
diturunkannya agama-agama langit, dan dijaga pula oleh hukum-hukum positif dalam upaya
untuk sampai kepada pengwujudan teladan tertinggi dan prinsip-prinsip akhlak yang telah
ditetapkan oleh agama-agama namun hukum-hukum masih tetap menghadapi krisis
keterbelakangan dari undang-undang atau hukum yang dibawa oleh agama-agama langit.

2. Dalam dasar-dasar ajarannya, Islam berpegang dengan konsisten pada perinsip


mementingkan pembinaan mental individu khususnya, sehingga ia menjadi sumber kebaikan
bagi masyarakat, karena apabila individu telah menjadi baik maka masyarakat dengan
sendirinya akan baik pula.

3. Syariat Islam, dalam berbagai ketentuan hukumnya, berpegang dengan konsisten pada
prinsip memelihara kemaslahatan manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia sumber adalah asal sesuatu. Pada hakekatnya yang
dimaksud dengan sumber hukum adalah tempat kita dapat menemukan atau menggali
hukumnya. Kata sumber hukum sering digunakan dalam beberapa arti, yaitu:
1. Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum (akal manusia,
jiwa bangsa, kehendak Tuhan).
2. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan kepada hukum yang

17
sekarang.
3. Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal kepada
peraturan hukum.
4. Sebagai sumber dimana kita dapat mengenal hukum.
5. Sebagai sumber terjadinya hukum.

Hukum Islam memiliki suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-
bagian dan satu sama lainnya berkaitan kebergantungan. Setiap elemen terdiri atas bagian-
bagian kecil yang berkaitan tanpa dapat dipisah-pisahkan. Hukum sebagai suatu sistem
sampai sekarang dikenal adanya empat sistem hukum yaitu Eropah Kontinental, sistem
Hukum Anglo Saxon (Amerika), sistem Hukum Islam dan sistem Hukum Adat.

Sumber hukum islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Sumber hukum islam
disebut juga dengan istilah dalil hukum islam atau pokok hukum islam atau dasar hukum
islam.
Dilihat dari sumbernya-sumber hukumnya, sumber hukum islam merupakan konsepsi hukum
islam yang berorientasi kepada agama dengan dasar doktrin keyakinan dalam membentuk
kesadaran hukum manusia untuk melaksanakan syariat, sumber hukumnya merupakan satu
kesatuan yang berasal dari hanya firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad.
Diriwayatkan pada suatu ketika Nabi mengutus sahabatnya ke Yaman untuk menjadi
Gubernur disana. Sebelum berangkat Nabi menguji sahabatnya Muas bin Jabal dengan
menanyakan sumber hukum yang akan dipergunakan kelak untuk memecahkan berbagai
masalah dan sengketa yang dijumpai di daerah tersebut. Pertanyaan itu dijawab oleh Muas

18
dengan mengatakan bahwa dia akan mempergunakan Quran, sedangkan jika tidak terdapat
di Quran dia akan mempergunakan Hadist dan jika tidak ditemukan di hadist maka dia akan
mempergunakan akal dan akan mengikuti pendapatnya itu. Berdasarkan Hadist Muas bin
Jabal dapat disimpulkan bahwa sumber hukum Islam ada tiga, yaitu: Quran, Sunnah Rasul
dan Akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad.

Berdasarkan hadist tersebut juga bisa diambil kesimpulan, yaitu:


1. Quran bukanlah kitab yang memuat kaidah-kaidah hukum secara lengkap terinci tetapi
berisi kaidah-kaidah yang bersifat fundamental.
2. Sunnah Rasul sepanjang yang berkaitan dengan muammalah hanya mengandung kaidah-
kaidah umum yang harus dirinci oleh orang yang memenuhi syarat untuk diterapkan pada
kasus-kasus tertentu.
3. Hukum Islam perlu dikaji dan dirinci lebih lanjut.
4. Hakim tidak boleh menolak menyelesaikan perkara dengan alasan hukumnya tidak ada.

Sumber-sumber Hukum Islam terdiri dari:

1. AlQuran
2. AsSunnah/Hadis
3. Ijma ulama (kesepakatan ulama) berasal dari akal manusia didasarkan
alquran dan sunnah
4. Qiyas/identik

19
a. Al Quran
Al Quran berasal dari kata Qaraa yang artinya membaca, membaca dengan bersuara.
Seingga makna Al Quran berarti buku yang dibaca atau buku yang mestinya dibaca atau bila
dihubungkan dengan kepercayaan Islam berarti buku yang selamanya akan tetap dibaca.
Mengenai bacaan Al Quran timbul suatu cabang ilmu yang terkenal dengan nama Ilmu
Tajwid yaitu ilmu yang menerangkan cara-cara membaca dan menyuarakan tiap-tiap huruf
maupun hubungannya dengan setelah menjadi kata yang kemudian bersambung menjadi
ayat.
Menurut istilah Quran berarti kumpulan wahyu Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW selama menjalankan kenabiannya memalui malaikat Jibril untuk disebarluaskan kepada
umat manusia. Adapun wahyu yang pertaman turun ialah Surat Al Alaq, dan sebagai ayat
terakhir ialah Surat Al Maidah ayat ke 3.

Berdasarkan masa turunnya Al Quran dibedakan menjadi dua masa:


a. Makiyah
Yaitu ayat-ayat yang turun selama Nabi Muhammad masih ada di kota Mekah.
Ciri-ciri ayat Makiyah:
1) Ayatnya pendek-pendek
2) Ditujukan kepada seluruh umat manusia
3) Belum membicarakan secara khusus mengenai hukum
4) Berisi penanaman kepercayaan kepada Allah serta membongkar sisa-sisa kepercayaan
syirik di masa jahiliyah

20
b. Madaniyah
Yaitu ayat-ayat yang turun selama Nabi hijrah ke Medinah.
Ciri-ciri ayat Madaniyah:
1) Ayatnya panjang-panjang
2) Ditujukan khusus kepada orang-orang yang telah beriman
3) Sudah membicarakan secara khusus mengenai hukum
4) Tidak saja berisi penanaman kepercayaan kepada Allah tetapi juga berisi hal-hal yang
berhubungan dengan hubungan antara umat manusia dan alam sekitarnya.

Menurut Prof. Mahmud Shaltout bahwa Al-Quran adalah sumber hukum bukanlah kitab
hukum atau lebih tepatnya bukan kitab undang-undang dalam pengertian biasa. Sebagai
sumber hukum ayat-ayat Al-Quran tidaklah menentukan syariat sampai pada bagian kecil
yang mengatur muamalat usaha manusia:

Menurut Muhammad Iqbal mengatakan bahwa maksud utama Al-Quran ialah menggugah
kesadaran tinggi yang ada pada manusia tentang hubungannya yang serba segi itu dengan
Tuhan dan alam semesta.

Dasar-dasar pembinaan Hukum Islam menurut Quran:


Berlandaskan 3 hal, yaitu:

a. Memberikan keringanan
Dinyatakan dalam firman Allah: Tuhan tidak memberati manusia melainkan sekedar
kemampuannya.

21
Jika kita perhatikan maka pemberian keringanan tersebut ternyata memiliki beberapa
bentuk:
1) Penghapusan sama sekali
2) Pengurangan
3) Penundaan waktu pelaksanaan
4) Penggantian dengan kewajiban yang lain.

b. Berangsur-angsur
Mengingat adanya faktor-faktor kebiasaan yang telah mendarah daging pada masyarakat
serta tidak senangnya manusia untuk menghadapi perpindahan kebiasaan yang berlaku bagi
mereka kepada aturan-aturan baru yang masih asing baginya dengan mendadak, maka
peraturan di dalam Al-Quran tidak diturunkan/diundangkan sekaligus tetapi sedikit demi
sedikit menurut peristiwa yang menghendaki adanya peraturan tersebut.
Sifat berangsur-angsur itu melalui beberapa proses:
1) Membiarkan apa yang ada sebab untuk semetara waktu masih dipandang perlu, kemudian
setelah dirasa banyak kerugian baru dilarang.
Contoh: pengangkatan anak kaitannya dengan warisan.
2) Mengutarakan secara global.
Kemudian dijelaskan secara terperinci.
Contoh: mengenai dikemukakannya dasar untuk berperang, kemudian diatur pula mengenai
pembagian harta rampasan perang.
3) Setingkat demi setingkat.
Misalnya : larangan meminum minuman keras.

22
c. Memelihara kemaslahatan
Tidak terdapat perbedaan pendapat dari semua ahli hukum islam bahwa syariat islam itu
berdiri di atas ketentuan dan tujuan untuk memelihara kemaslahatan manusia dan
memperbaiki tingkah laku serta kepentingan mereka di dunia dan akherat. Oleh karena itu
tidak mengherankan kalau sewaktu-waktu didatangkan aturan hukum dan dilain waktu
diadakan perubahan-perubahan karena keadaan menghendaki demikian.
Misalnya: pada zaman rasul talag tiga yang diucapkan sekaligus dahulu dianggap sebagai
talaq satu, tetapi pada jaman Umar talaq tiga yang diucapkan sekaligus sebagai talaq tiga
juga sesuai dengan ucapannya. Ini dimaksudkan agar laki-laki tidak dengan mudah, tergesa-
gesa mengucapkan talaq tanpa memikirkan akibatnya.

Nama lain Al-Quran:


1. Al Kitab
Artinya yang tertulis
2. Al Furqan
Artinya pembeda
3. Al Huda
Artinya yang memimpin manusia untuk mencapai tujuan
4. Ad Dzikr
Artinya peringatan
5. An Nur
Artinya cahaya

23
Turunnya Al Quran itu secara berangsur-angsur, yang memiliki hikmah:
1. Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan
2. Diantara ayat-ayat yang diturunkan ada yang nasich dan ada yang mansuch (yang dihapus
dan yang emnghapus)
3. Turunnya sesuai dengan peristiwa yang terjadi
4. Memudahkan penghafalan.

Ciri-ciri khas pembentukan hukum dalam Al-Quran antara lain sebagai berikut:
a. Ayat-ayat al-Quran lebih cenderung untuk memberi patokan-patokan umum daripada
memasuki persoalan sampi detailnya
b. Ayat-ayat menunjukkan adanya (beban) kewajiban bagi manusia tidak perbah bersifat
memberatkan.
c. Sebagai patokan ditetapkan kaidah
d. Dugaan atau sangkaan tidak boleh dijadikan dasar penetapan hukum
e. Ayat-ayat yang berhubungan dengan penetapan hukum tidak pernah meninggalkan
masyarakat sebagai bahan pertimbangan
f. Penerapan hukum khususnya hukum pidana dan yang bersifat perubahan hukum tidak
mempunyai daya surut.

6. Hadist atau Sunnah

Hadist menurut logat berarti: kabar, berita atau hal yang diberikan turun-temurun. Hadist
menurut istilah dalam agama berarti: berita turun-temurun tentang perkataan, perbuatan
Nabi atau kebiasaan nabi ataupun hal-hal yang diketahuinya terjadi diantara sahabat tetapi

24
dibiarkannya. Sunnah menurut logat berarti jalan atau tabiat atau kebiasaan. Sunnah
menurut istilah ialah jalan yang ditempuh atau kebiasaan yang dipakai atau diperintahkan
oleh Nabi.

Sunnah ada tiga macam:


1. Sunnah Qauliah
Ialah berupa perkataan Nabi mengenai suruhan, larangan atau mengenai sesuatu keputusan.
2. Sunnah Filiah
Ialah mengenai perbuatan, sikap atau tindakan Nabi.
3. Sunnah Taqririyah
Ialah perkataan atau perbuatan salah seorang sahabat di hadapan Nabi atau diketahui oleh
Nabi tetapi dibiarkan.

Perlu ditegaskan pula bahwa ada ucapan-ucapan Nabi yang bukan merupakan sunnah dan
juga bukan merupakan bagian dari Quran yang disebut hadist Qudsi. Hadist Qudsi
merupakan hadist suci yang isinya berasal dari Tuhan, disampaikan dengan kata-kata Nabi
sendiri. Hadist ini merupakan dasar kehidupan spiritual Islam. Lawan dari sunnah ialah
bidah, yaitu buatan baru, cara baru atau hal-hal yang menyimpang dari ajaran Nabi.

Hadist dalam keadaan sempurna terdiri dari dua bagian:


1. Matan
Bagian yang mengenai teks atau bunyi yang lengkap dari hadist dalam susunan kata tertentu.
Matn adalah materi atau isi sunnah tersebut.
2. Sanad atau isnad

25
Adalah sandaran untuk mengetahui kualitas suatu hadist yang merupakan rangkaian orang-
orang yang sambung menyambung menerima dan menyampaikan hadist itu secara lisan
turun-temurun dari generasi ke generasi sampai sunnah itu dibukukan.

Tingkatan-tingakatan Hadist
1. Hadist Sahih
2. Hadist Hasan
3. Hadist Dhoif

Tingkatan ini didasarkan kepada kualitas:


1. Para Perawinya
2. Ketelitiannya
3. Sanad (mata rantai yang menghubungkan)
4. Tidak adanya cacat
5. Tidak adanya perbedaan bahkan pertentangan dengan para periwayat lainnya.

Kedudukan hadist dalam pembinaan hukum:


1. Mentafsirkan ayat-ayat Quran dan menerangkan makna/artinya
Contoh Surat Al Anam ayat 82:orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri mereka
dengan kedholiman. Arti kedholiman disini ialah sifat sirik.
2. Menjelaskan dan memberikan keterangan pada ayat-ayat yang MUJMAL atau yang belum
terang.
Contoh Surat Al Kausar ayat 2: Maka dirikanlah sembahyang sholat karena Tuhannmu
3. Mentachshiskan atau mengkhususkan ayat-ayat bersifat umum.

26
Misalnya ayat mengenai warisan. Hal ini kemudian dijelaskan dalam hadist bahwa warisan
itu hanyalah dijalankan dengan syarat persesuaian agama, tidak terjadi pembunuhan dan
perbudakan.
4. Mentaqyidkan atau memberi pembatasan bagi ayat-ayat yang mutlak
Misalnya ayat mengenai pemotongan tangan bagi pencuri laki-laki dan perempuan.
Kemudian nabi memberikan nisab atau minimal pencurian dan syarat-syarat pemotongan.
5. Menerangkan makna yang dimaksud dari suatu nas yang muktamil (menurut lahirnya
boleh ditafsirkan dengan berbagai tafsiran)
6. Sunnah/hadist membuat berbagai macam hukum baru yang tidak disinggung Al-Quran.
Contoh nabi menwajibkan saksi-saksi dalam suatu pernikahan.

Dalam literatur islam dijumpai perkataan sunnah dengan makna yang berbeda-beda
tergantung pada penggunaan kata itu dalam hubungan kalimat.
1. Sunnah dalam perkataan sunnatulah berarti hukum atau ketentuan-ketentuan Allah
mengenai alam semesta (hukum alam).
2. Sunnah dalam istilah sunnah rasul.
3. Sunnah dalam kaitannya dengan al akham al khamsah.

c. Royu
Adalah akal pikiran yang memenuhi syarat untuk berusaha, berpikir dengan seluruh
kemampuan yang ada padanya memahami kaidah-kaidah hukum yang fundamental yang
terdapat dalam Al-Quran maupun dalam Hadist dan merumuskan menjadi garis-garis
hukum yang dapat dilaksanakan pada kasus tertentu.

27
Yang berupa:
1. Qiyas
Adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya di dalam al-Quran
dan Sunnah dengan hal (lain) yang hukumnya disebut dalam Quran dan Sunnah karena
persamaan illat (penyebabnya).
Pendapat lain mengatakan bahwa qiyas ialah menetapkan suatu hukum dari masalah baru
yang belum pernah disebutkan hukumnya dengan memperhatikan masalah lama yang sudah
ada hukumnya yang mempunyai kesamaan pada segi alasan dari masalah baru tersebut.
Dalam ilmu hukum qiyas disebut dengan analogi.
Contoh: larangan meminum khamar dengan menetapkan bahwa semua minuman keras,
apapun namanya, dilarang diminum dan diperjualbelikan untuk umum.

2. Ijmak
Adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat antara para ahli mengenai suatu masalah pada
suatu tempat di suatu masa. Pendapat lain mengatakan bahwa idjma ialah kebulatan
pendapat para ulama besar pada suatu masa dalam merumuskan suatu yang baru sebagai
hukum islam. Konsesus Idjma ada dua yaitu:
g. Idjma qauli kalau konsesus para ulama itu dilakukan secara aktif dengan lisan terhadap
pendapat seseorang ulama atau sejumlah ulama tentang perumusan hukum baru yang telah
diketahui umum.
h. Idjma sukuti kalau konsensus terhadap hukum baru dilakukan secara diam (tidak memberi
tanggapan).
Contoh: di Indonesia ijmak mengenai kebolehan beriteri lebih dari seorang berdasarkan ayat

28
Quan Surat An-Nisa.

3. Marsalih Al Mursalah
Adalah cara menentukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketetuannya baik dalam
Quan maupun Hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau
kepentingan umum. Misalnya pemungutan pajak penghasilan untuk dalam rangka untuk
pemerataan pendapatan dan pemeliharaan fasilitas umum.

4. Istihsan
Cara menetukan hukum dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang ada demi keadilan
dan kepentingan sosial.
Contoh: pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk pelebaran jalan, pembuatan irigasi
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.

5. Urf atau adat istiadat


Adat istiadat ini tentu saja yang berkenaan dengan soal muammalat. Sepanjang adat istiadat
itu tidak bertentang dengan ketentuan dalam Quran dan Hadist serta tidak melanggar asas-
asas hukum Islam di bidang muammalat, maka menurut kaidah hukum islam yang
menyatakan adat dapat dikukuhkan menjadi hukum (al-adatu muhakkamah).
Dasarnya:
- Dalam Quran: Apa yang dilihat oleh orang Islam baik, maka baik bagi Allah juga.
- Dalam Hadist: Nabi menyuruh mereka berbuat baik dan melarang berbuat mungkar.
Syarat-syarat Urf sebagai sumber Hukum:
a. Urf harus berlaku terus menerus atau kebanyakan berlaku

29
b. Urf yang dijadikan sebagai sumber hukum bagi suatu tindakan harus terdapat pada waktu
diadakannya tindakan tersebut.
c. Tidak ada penegasan (nas) yang berlawanan denga urf
d. Pemakaian urf tidak akan mengakibatkan dikesampingkannya nas yang pasti dari syariat.
e. Hukum Adat baru boleh berlaku kalau kaidah-kaidahnya tidak ditentukkan dalam Al-
Quran dan Sunnah Rasul, tetapi tidak bertentangan dengan keduanya, sehingga tidak
memungkinkan timbulnya konflik antar sumber-sumber hukum itu.

6. Kompilasi Hukum Islam


Dituangkan dalam Inpres No. 1 Tahun 1991 yang terdiri dari tiga buku yaitu: Buku I tentang
Hukum Perkawinan, Buku II tentang Hukum Kewarisan dan Buku III tentang Perwakafan.
Kompilasi hukum islam dibuat dalam rangka untuk memberikan pedoman bagi instansi
pemerintah dan masyarakat yang memerlukan dalam menyelesaikan masalah-masalah di
bidang tersebut. Peraturan ini selain berguna untuk kepastian hukum juga diperlukan dalam
penegakan keadilan.

30

Anda mungkin juga menyukai