Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hukum merupakan sistem yang mengatur atau mengontrol seseorang dalam melakukan suatu
tindakan di suatu wilayah atau kelompok tertentu yang jika dilanggar akan mendapat sanksi.
Secara umum, hukum terbagi menjadi dua yaitu hukum tertulis dan tidak tertulis. Hukum
tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan dalam perundang-undangan negara seperti KUH
perdata yang berisi tentang hukum perdata dan KUH pidana yang berisi tentang hukum pidana.
Sedangkan hukum tidak tertulis adalah hukum yang tumbuh secara turun-temurun dalam
masyarakat atau biasa disebut dengan hukum adat.

Berbeda dengan hukum lainnya, hukum islam tidak didasari atas pemikiran sekolompok orang
atau suatu lembaga negara, tetapi sudah didasari oleh ketetapan Allah SWT yang diturunkan
melalui wahyunya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW
sebagai rasulnya yang dituangkan dalam kitab hadist. Hal inilah yang membedakan hukum
islam dengan hukum lainnya. Konsep hukum islam sendiri secara umum mengatur dua hal,
yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan (ibadah) dan hubungan manusia dengan
sesamanya (muamalah). Dalam subbab selanjutnya akan dijelaskan lebih detail terkait hukum
islam.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu hukum islam?


2. Apakah tujuan dan fungsi dari adanya hukum islam?
3. Bagaimana ruang lingkup hukum islam?
4. Bagaimana implementasi hukum islam dalam kehidupan manusia?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Pembaca mengetahui pengertian hukum islam.


2. Pembaca memahami tujuan dan fungsi adanya hukum islam.
3. Pembaca mengetahui apa saja ruang lingkup hukum islam.
4. Pembaca mengetahui penerapan hukum islam dalam kehidupan sehari-hari.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Mengetahui dan memahami pengertian hukum islam menurut etimologi dan ulama.
2. Memahami tujuan dan fungsi adanya hukum islam.
3. Mengetahui ruang lingkup hukum islam
4. Mengetahui dan menerapkan hukum islam dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hukum Islam

 Secara etimologi dan bahasa

Hukum atau peraturan Islam (syariat islamiyyah) adalah hukum yang mengatur seluruh
sendi kehidupan umat Islam. Kata syara' secara etimologi berarti "jalan-jalan yang bisa di
tempuh air", maksudnya adalah jalan yang di lalui manusia untuk menuju allah. Selain berisi
hukum, aturan dan panduan peri kehidupan, syariat Islam juga berisi kunci penyelesaian
seluruh masalah kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umatNya
yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah.

 Menurut ulama

Hukum syara’ menurut ulama ushul ialah doktrin (kitab) syari’ yang bersangkutan dengan
perbuatan orang-orang mukallaf yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf
secara perintah atau diperintahkan memilih atau berupa ketetapan (taqrir). 1

Menurut ulama fiqih hukum syara ialah efek yang dikehendaki oleh kitab syari’ dalam
perbuatan seperti wajib, haram dan mubah .

Menurut Prof. Mahmud Syaltout, syariat adalah peraturan yang diciptakan oleh Allah
supaya manusia berpegang teguh kepadaNya di dalam perhubungan dengan Tuhan dengan
saudaranya sesama Muslim dengan saudaranya sesama manusia, beserta hubungannya dengan
alam seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupan.

Menurut Muhammad ‘Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf Ishthilaahaat al-Funun


memberikan pengertian syari’ah mencakup seluruh ajaran Islam, meliputi bidang aqidah,

1
Prof. Dr. H. Idri, M. Ag. Epistemologi Ilmu Pengetahuan, Ilmu Hadist dan Ilmu Hukum Islam. Kencana Prenada
Media
ibadah, akhlaq dan muamallah (kemasyarakatan). Syari’ah disebut juga syara’, millah dan
diin.2

Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat simpulkan bahwa hukum Islam ialah
syariat yang berarti hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya melalui seorang
Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum
yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).

 Sifat dasar hukum islam

Menurut Azhari ada 3 sifat dasar hukum islam (Azhari, MT, 1992) :
1. Bidimensional berarti meliputi segi kemanusiaan dan segi ketuhanan. Maksudnya hukum
islam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.
2. ‘Adalah berarti keadilan bukan hanya merupakan tujuan, tetapi juga sifat yang melekat
sejak syariat ditetapkan.
3. Individualistik dan Kemasyarakatan berarti syariat diikat oleh nilai transsendental, yaitu
wahyu Allah yang disampaikan kepada rasulullah Muhammad SAW.

 Sifat Hukum Islam


Selain dasar hukum islam, juga terdapat tiga sifat hukum islam 3:
a. Takāmul, yaitu mampu melayani semua golongan, baik yang menolak maupun
menginginkan pembaruan.
b. Wasatiyyah, yaitu keseimbangan dari segi kebendaan dan kejiwaan.
c. Harakah atau dinamis, yaitu memiliki daya hidup dan berkembang sesuai tuntutan
zaman.

2.2. Tujuan Hukum Islam


Secara umum sering dirumuskan bahwa tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan hidup
manusia di dunia ini dan di akhirat kelak, dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan
mencegah atau menolak yang mudarat yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan.
Dengan kata lain, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani
maupun jasmani, individual dan sosial.

2
https://studihukum.wordpress.com/2013/07/22/pengertian-hukum-islam/
3
http://tonyzsma8smg.wordpress.com/2011/02/03/hukum-islam-2/
Abu Ishaq al Shatibi merumuskan lima tujuan hukum Islam, yaitu :

1. Memelihara Agama
Agama adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap manusia agar martabatnya dapat
terangkat lebih tinggi. Beragama merupakan kebutuhan manusia yang harus dipenuhi,
karena agamalah yang dapat menyentuh nurani manusia. Agama islam harus terpelihara
dari ancaman orang- orang yang merusak akidah, syari’ah dan akhlak atau mencampur
adukkan agama islam dengan paham yang bathil. Agama islam memberi perlindungan
kepada pemeluk agama lain untuk menjalankan ibadah sesuai keyainannya. Agama
islam juga tidak memaksakan pemeluk agama lain untuk memeluk agama islam. (Al-
Baqarah:256)
2. Memelihaa Jiwa
Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib memelihara
hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Islam melarang
pembunuhan sebagai upaya menghilangkan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana
yang dipergunakan manusia untuk mempertahankan kemaslahatan hidupnya.
(QS.6:151;QS.17:33;QS.25:68)
3. Memelihara Akal
Akal memiliki peranan penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Dengan akal
manusia dapat memahami wahyu Allah baik yang terdapat dalam kitab suci (ayat-ayat
Qauliyah) maupun yang terdapat pada alam (ayat-ayat Kauniyah). Dengan akal manusia
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seseorang tidak akan dapat
menjalankan hukum islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal yang sehat.
Untuk itu islam melarang keras minuman yang memabukkan dan memberikan hukuman
pada perbuatan orang yang merusak akal. (QS.5:90)
4. Memelihara Keturunan
Memelihara keturunan di dalam islam adalah hal yang sangat penting. Karena
itu,meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan
islamyang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dilarang melakukan perbuatan zina
hukum kekeluargaan dan hukum kewarisan yang ada dalam Al-Qur’an merupakan hukum
yang erat kaitannya dengan pemurnian keturunan dan pemeliharaan keturunan.
(QS.4:23;QS.17:32)
5. Memelihara Harta
Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada umat manusia demi
kelangsungan hidupnya. Untuk itu manusia dilindungi haknya untuk memperolehharta
dengan cara-cara yang halal, sah menurut hukum dan benar menurut ukuran moral.

Tujuan hukum Islam tersebut di atas dapat dilihat dari dua segi, yaitu :

1. Dari segi pembuat hukum Islam itu sendiri, yakni Allah dan Rasul-Nya.
Tujuan hukum Islam adalah :

 Untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder, dan
tersier yang dalam kepustakaan hukum Islam disebut dengan istilah daruriyyat,
hajjiyat, dan tahsiniyyat.
 Untuk mentaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
 Supaya dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar, manusia wajib
meningkatkan kemampuannya untuk memahami hukum Islam dengan mempelajari
usul al fiqh yakni dasar pembentukan dan pemahaman hukum Islam sebagai
metodologinya.

2. Dari segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam tersebut. Tujuan
hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang berbahagia dan sejahtera. Dengan
kata lain, tujuan hakiki hukum Islam, jika dirumuskan secara umum, adalah tercapainya
keridhaan Allah dalam kehidupan manusia di dunia ini dan di akhirat kelak. (dari
buku Hukum Islam. Prof. H. Mohammad Daud Ali, SH)

Fungsi Hukum Islam4


Sebagaimana sudah dikemukakan dalam pembahasan ruang lingkup hukum Islam,
bahwa ruang lingkup hukum Islam sangat luas. Yang diatur dalam hukum Islam bukan hanya
hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan benda, dan antara manusia
dengan lingkungan hidupnya.
Menurut definisi mutakalimin, agama ditujukan untuk kemaslahatan hamba di dunia
dan di akhirat. Islam sebagai agama memiliki hukum yang fungsi utamanya terhadap
kemaslahatan umat. Adapun fungsi adanya hukum Islam adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Ibadah,
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hukum Islam
adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan
ibadah yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.

2. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan kehidupan
umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Sebagai
contoh, proses pengharaman riba dan khamar, jelas menunjukkan adanya keterkaitan
penetapan hukum (Allah) dengan subyek dan obyek hukum (perbuatan mukallaf).
Penetap hukum tidak pernah mengubah atau memberikan toleransi dalam hal proses
pengharamannya. Riba atau khamar tidak diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap.

Ketika suatu hukum lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar hukum tersebut
dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh. Penetap hukum sangat mengetahui
bahwa cukup riskan kalau riba dan khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat
pecandu riba dan khamar. Berkaca dari episode dari pengharaman riba dan khamar,
akan tampak bahwa hukum Islam berfungsi sebagai salah satu sarana pengendali sosial.

Hukum Islam juga memperhatikan kondisi masyarakat agar hukum tidak dilecehkan
dan tali kendali terlepas. Secara langsung, akibat buruk riba dan khamar memang hanya
menimpa pelakunya. Namun secara tidak langsung, lingkungannya ikut terancam
bahaya tersebut. Oleh karena itu, kita dapat memahami, fungsi kontrol yang dilakukan
lewat tahapan pengharaman riba dan khamar. Fungsi ini dapat disebut amar ma’ruf
nahi munkar. Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hukum Islam, yakni mendatangkan

4
Ahmad hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967)
kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan, baik di dunia maupun di akhirat
kelak.

3. Fungsi Zawajir
Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang disertai dengan
ancaman hukum atau sanksi hukum.Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak pidana
terhadap jiwa/ badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian,
perzinaan, qadhaf, hirabah, dan riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua
macam tindak pidana tersebut. Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum
Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk
ancaman serta perbuatan yang membahayakan. Fungsi hukum Islam ini dapat
dinamakan dengan Zawajir.

4. Fungsi Tanzhim wa Islah al-Ummah


Fungsi hukum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin
dan memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang
harmonis, aman, dan sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan
yang cukup rinci dan mendetail sebagaimana terlih at dalam hukum yang berkenaan
dengan masalah yang lain, yakni masalah muamalah, yang pada umumnya hukum
Islam dalam masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya.

Perinciannya diserahkan kepada para ahli dan pihak-pihak yang berkompeten pada
bidang masing-masing, dengan tetap memperhatikan dan berpegang teguh pada aturan
pokok dan nilai dasar tersebut. Fungsi ini disebut dengan Tanzim wa ishlah al-ummah.
Ke empat fungsi hukum Islam tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk
bidang hukum tertentu, tetapi satu dengan yang lain saling terkait.

2.3. Ruang lingkup hukum islam


Objek kajian hukum islam sangat berbeda jika dibandingkan dengan hukum barat.
Dalam hukum barat, pembagiannya menjadi hukum privat dan hukum publik. Sedangkan
dalam hukum islam, pembagiannya menjadi hukum yang membahas hubungan antara manusia
dengan tuhan atau Ibadah dan hukum yang membahas hubungan antara manusia dengan
sesamanya atau Muamalah.
 Ibadah
Ibadah merupakan hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Aturan itu berasal
dari Allah dan rasul-Nya, maka bersifat tetap. Manusia tinggal melaksanakannya. Menurut
Ibnu Katsir, hakikat ibadah adalah suatu ungkapan yang menghimpun kesempurnaan cinta,
tunduk, dan takut (Ash Shiddieqy, 1985: 8). Sedangkan secara etimologis kata ibadah berasal
dari bahasa arab al-‘ibadah, yang merupakan mashdar dari kata kerja ‘abada-ya’budu yang
berarti menyembah atau mengabdi(Munawwir, 1997: 886)
Ibadah tidak pernah berubah-ubah, tidak bisa ditambah maupun dikurangi. Ibadah
hanya tertuju pada Allah dan tidak boleh ditujukan pada selain Allah. Ibadah bersifat tertutup,
yang artinya semua perbuatan ibadah dilarang untuk dilakukan kecuali perbuatan-perbuatan itu
dengan tegas diperintahkan. Allah mensyaratkan ibadah harus dilakukan dengan ikhlas (QS.
Al-Zumar [39]: 11) dan harus dilakukan secara sah sesuai dengan petunjuk syara’ (QS al-Kahfi
[18]: 110)

 Muamalah
Muamalah merupakan aturan hubungan antara manusia dengan manusia lain, dan
antara
manusia dengan alam semesta. Secara prinsip, muamalah diserahkan kepada manusianya.
Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup hukum Islam dalam bidang
muamalah, menurut Abdul Wahhab Khallaf (1978: 32-33), meliputi:
1. ahkam al-ahwal al-syakhshiyyah/‫ )يةالشخص والحا امأحك‬hukum-hukum masalah
personal/keluarga);
2. al-ahkam al-madaniyyah/‫ )ةالمدني امحكا‬hukum-hukum
perdata);
3. al-ahkam al-jinaiyyah/‫ )ةالجنائي امحكا‬hukum-hukum pidana);
4. ahkam al-murafa’at/‫ )اتالمرافع امأحك‬hukum-hukum acara peradilan);
5. al-ahkam al-dusturiyyah/‫ )توريةالدس امحكا‬hukum-hukum perundang-undangan);
6. alahkam al-duwaliyyah/‫ )ةالدولي امحكا‬hukum-hukum kenegaraan); dan
7. alahkam al-iqtishadiyyah wa al-maliyyah/ ‫ال امحكا‬,‫ )ةوالمالي اديةقتص‬hukum-hukum
ekonomi dan harta)

o Hukum Pidana/ Al-ahkam al-jinaiyyah5


o Asas-asas Hukum Pidana Islam
Asas-asas hukum pidana Islam adalah asas-asas hukum yang mendasari
pelaksanaan hukum pidana Islam, diantaranya:
 Asas Legalitas
Asas legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran dan
tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang menyatakannya. Asas ini
berdasarkan pada Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 15 dan Surat Al-An’am ayat 19.

5
https://kurniahidayati.wordpress.com
Kedua ayat tersebut mengandung makna bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad SAW supaya menjadi peringatan (dalam
bentuk aturan dan ancaman hukuman) kepadamu.
 Asas Larangan Memindahkan Kesalahan Pada Orang Lain
Asas ini adalah asas yang menyatakan bahwa setiap perbuatan manusia, baik
perbuatan yang baik maupun perbuatan yang jahat akan mendapat imbalan
yang setimpal.
Seperti yang tertulis pada ayat 38 Surat Al-Mudatsir, Allah menyatakan bahwa
setiap orang terikat kepada apa yang dia kerjakan, dan setiap orang tidak akan
memikul dosa atau kesalahan yang dibuat oleh orang lain.
 Asas Praduga Tak Bersalah
Asas praduga tak bersalah adalah asas yang mendasari bahwa seseorang yang
dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak bersalah sebelum
hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan dengan tegas
persalahannya itu.
B. Unsur-unsur Hukum Pidana Islam
Untuk menentukan suatu hukuman terhadap suatu tindak pidana dalam hukum
Islam, diperlukan unsur normative dan moral, sebagai berikut:
 Unsur Yuridis Normatif
Unsur ini harus didasari oleh suatu dalil yang menentukan larangan terhadap
perilaku tertentu dan diancam dengan hukuman.
 Unsur Moral
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerima sesuatu yang secara nyata
mempunyai nilai yang dapat dipertanggung jawabkan.

C. Ciri-ciri Hukum Pidana Islam

Ciri-ciri hukum pidana Islam adalah sebagai berikut:

1. Hukum Islam adalah bagian dan bersumber dari ajaran agama Islam
2. Hukum Islam mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dicerai-
pisahkan dengan iman dan kesusilaan atau akhlak Islam.
3. Hukum Islam mempunyai istilah kunci, yaitu a)syariah, dan b) fikih.
4. Hukum Islam terdiri dari dua bagian utama, yaitu 1) hukum ibadah dan
2) hukum muamalah dalam arti yang luas.
5. Hukum Islam mempunyai struktur yang berlapis-lapis seprti dalam
bentuk bagan bertingkat.
6. Hukum Islam mendahulukan kewajiban dari hak, amal, dan pahala.
7. Hukum Islam dapat dibagi menjadi: 1) hukum taklifi, 2) hukum wadh’i.

o Hukum Perdata/ Al-ahkam al-madaniyyah6


Hukum Perdata Islam : adalah peraturan yang dirumuskan berdasarkan
wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang tingkah laku mukallaf dalam hal
perdata/mu’amalah yang diakui dan diyakini berlaku mengikat bagi semua
pemeluk Islam ( di Indonesia ).
Ruang lingkup hukum perdata Islam (Komaruddin Hidayat, 2000:19)
adalah sebagai berikut :
1. Munakahat, mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkawinan, perceraian, serta akibat – akibatnya.
2. Wirasah, mengatur segala masalah yang berhubungan dengan
pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta harta peninggalan warisan.
Hukum kewarisan Islam ini juga disebut faraid.
3. Adapun hukum publik ( Islam ) adalah jinayat yang memuat aturan-
aturan yang mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan
hukuman, baik dalam jarimah hudud maupun dalan jarimah ta’zir.
4. Mukhassamat, mengatur soal peradilan, kehakiman dan hukum acara.
5. Al ahkam al-sulthaniyah, membicarakan soal-soal yang berhubungan
dengan kepala negara, pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah,
tentara, pajak dan sebagainya.
6. Siyar mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan
pemeluk agama dan negara lain.

o Hukum Perundang-undangan/ Al-ahkam al-duwaliyyah7


A. Pembagian Fiqih Siyasah Dauliyah dan Ruang Lingkupnya
Dauliyah bermakna tentang daulat, kerajaan, kekuasaan, wewenang.

6
penadarisma.wordpress.com
7
http://fatabiruuu89.blogspot.co.id/
Sedangkan Siyasah Dauliyah bermakna sebagai kekuasaan Kepala Negara
untuk mengatur negara dalam hal hubungan Internasional, masalah
territorial, nasionalitas, ektradisi, tahanan, pengasingan tawanan politik,
pengusiran warga negara asing. Selain itu, juga mengurusi masalah kaum
dzimmi, perbedaan agama, akad timbal balik dan sepihak dengan kaum
dzimmi, hudud dan qishash. Atau dapat dikatakan yang mengatur hubungan
antar Negara tersebut (Politik Hukum Internasional).
Dasar-dasar Siyasah Dauliyah, diantaranya sebagai berikut:
1. Kesatuan Umat Manusia
2. Al-‘Adalah (Keadilan)
3. Al-Musawah (Persamaan)
4. Karomah Insaniyah (Kehormatan Manusia)
5. Tasamuh (Toleransi)
6. Kerja Sama Kemanusiaan
7. Kebebasan, Kemerdekaan/Al-Huriyah
8. Perilaku Moral yang Baik (Al-Akhlakul Karimah)

a) Hubungan-hubungan Internasional Diwaktu Damai


b) Hubungan-hubungan Internasional Diwaktu Perang
Sebab terjadinya perang:
a. Mempertahankan Diri
Dalam perang badar, bukan Nabi yang menyerang akan tetapi mush
nabi yang menyerang ka Madinah. Adapan waktu fathu Makkah,
rasulullah datang ke Makkah bukan sebagai perang atau penakluk,
meainkan sebagai pemberi amnesti umum disertai tetap menghormati
harga diri tokoh-tokoh mekkah, seperti Abu Sofyan yang pada waktu
itu masih kafir.
b. Dalam Rangka Dakwah
Perang juga bisa terjadi di dalam rangka menjamin jalannya dakwah.
Artinya, dakwah kepada kebenaran dan keadilan serta pada prinsip-
prinsip yang mulia tidak boleh dihalangi dan ditindas oleh penguasa
manapun. Telah dijelaskan bahwa Islam tidak menghendaki
pemaksaan beragama.
c. Etika dan Aturan Perang di dalam Siyasah Dauliyah
1) Dilarang membunuh anak.
2) Dilarang membunuh wanita yang tidak berperang.
3) Dilarang membunuh orang tua yang tidak ikut perang.
4) Tidak memotong dan merusak tanaman, sawah dan ladang.
5) Tidak membunuh binatang ternak
6) Tidak menghancurkan tempat ibadah.
7) Dilarang mencincang mayat musuh.
8) Dilarang membunuh pendeta dan pekerja.
9) Bersikap sabar, berani dan ikhlas.
10) Tidak melampaui batas.
B. Pembagian Negara Islam
Menurut A. Djazuli, pembagian dunia pada masa sekarang adalah:
1. Al-Alam al-Islami (dunia Islam) yang terdiri dari:
a. Dawlah Islamiyah (negara Islam/Islamic States).
b. Baldah Islamiyah (negeri muslim/negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam/Muslim Countries).
2. Al-Alam al-‘Ahd: negara-negara yang berdamai dengan negara Islam.
Kriteria Dar al-Islam
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan identitas suatu negara
apakah termasuk dar al-Islam. Diantara mereka ada yang melihat dari sudut
hukum yang berlaku di negara tersebut. Ada pula yang memandang dari sisi
keamanan warganya menjalankan syari’at Islam. Semantara ada juga yang
melihat dari sisi pemegang kekuasaan tersebut.
a. Dari sudut hukum yang berlaku di negara tersebut
Imam Abu Yusuf, tokoh terbesar madzhab Hanafi berpendapat bahwa suatu
negara disebut dar al-Islam bila berlaku hukum Islam di dalamnya,
meskipun mayoritas warganya tidak muslim. Sementara dar al-harb,
menurutnya adalah negara yang tidak meberlakukan hukum Islam,
meskipun sebagian besar penduduknya beragama Islam.
Dalam pemikiran modern, pandangan demikian dianut oleh Sayyid Quthb.
Ia memandang bahwa negara yang menerapkan hukum islam adalah dar al-
Islam, tanpa mensyaratkan penduduknya harus muslim. Pendapat ini
berbeda dengan Ibnu Qayyim al-Jauziyah yang mensyaratkan penduduknya
harus mayoritas muslim.
b. Dari sisi keamanan warganya menjalankan syariat Islam
Imam Abu Hanifah membedakan dar al-Islam dan dar al-harb berdasarkan
rasa aman yang dinikmati penduduknya. Bila umat Islam merasa aman
dalam menjalankan aktivitas keagamaan mereka, maka negara tersebut
termasuk dar al-Islam. Sebaliknya, bila tidak ada rasa aman, maka negara
tersebut termasuk dar al-harb.
c. Dari sisi pemegang kekuasaan negara tersebut
Menurut al-Rafi’i (salah seorang tokoh madzhab Syafi’i), suatu negara
dipandang sebagai dar al-Islam apabila dipimpin oleh seorang muslim.
Menurut Javid Iqbal, dar al-Islam adalah negara yang pemerintahannya
dipegang umat Islam, mayoritas penduduknya beragama Islam dan
menggunakan hukum Islam sebagai undang-undangnya.
Pembagian Dar al-Islam
Berdasarkan tingkat kesucian wilayah dan hak non-muslim untuk menetap
di wilayah Dar al-Islam, maka dar al-Islam terbagi dalam 3 bagian, yaitu:
tanah suci, Hijaz, dan selain keduanya.
a. Tanah suci (Kota Mekah dan wilayah sekitarnya).
Menurut jumhur ulama kota Madinah termasuk dalam wilayah ini. Di
kedua wilayah ini non-muslim tidak boleh menetap. Bahkan untuk kota
Mekah, di sekitar al-Masjid al-Haram, non-muslim sama sekali tidak boleh
memasukinya.
b. Wilayah Hijaz
Wilayah ini boleh dimasuki non-muslim dengan mendapat jaminan
keamanan dari pemerintahan Islam. Tetapi mereka tidak boleh menetap di
wilayah ini melebihi 3 hari. Ketentuan ini berdasarkan keputusan Khalifah
‘Umar bin Khaththab. Jika mereka bertempat tinggal di salah satu tempat di
Hijaz lebih dari 3 hari, maka mereka dikenakan ta’zir jika mereka tidak
diberi izin sebelumnya.
c. Wilayah dan negara-negara Islam lainnya
Di wilayah ini, pemerintah Islam boleh melakukan akad dzimmah dengan
non-muslim. Mereka boleh masuk dan menetap di wilayah ini untuk
sementara waktu berdasarkan perjanjian yang disetujui kedua belah pihak.
Pembagian Dar al-Harb
Muhammad Iqbal dalam bukunya menjelaskan bahwa dar al-harb
dibedakan menjadi 3 kategori:
a. Negara yang di dalamnya tidak terpenuhi unsur pokok dar al-Islam.
b. Negara yang hanya memenuhi salah satu unsur pokok dar al-Islam,
meskipun tidak utuh.
c. Negara yang dikategorikan sebagai dar al-harb. Wilayah ini dikuasai oleh
pemerintahan non-muslim dan tidak memberlakukan hukum Islam.
C. Pembagian Penduduk
Penduduk Dar al-islam terdiri dari muslim, ahl al-zimmi dan musta’min,
sedangkan penduduk dar al-harb terdiri dari muslim dan harbiyun.
1. Muslim
Berdasarkan tempat menetapnya, muslim dapat dibedakan antara satu dengan
yang lainnya.
Pertama mereka yang menetap di dar al-Islam dan mempunyai komitmen yang
kuat untuk mempertahankan dar al-Islam. Kedua, muslim yang tinggal menetap
di dar al-harb dan tidak berkeinginan untuk hijrah ke dar al-Islam.
2. Ahl al-Zimmi
Akad dzimmah mengandung ketentuan untuk membiarkan orang-orang non
muslim tetap berada dalam keyakinan/agama mereka, disamping menikmati
hak untuk memperoleh jaminan keamanan dan perhatian kaum Muslim.
Syaratnya adalah mereka membayar jizyah serta tetap berpegang teguh
terhadap hukum-hukum Islam di dalam persoalan-persoalan publik. Landasan
adanya penarikan jizyah dari ahl al-zimmi yaitu dalam Surat At Taubah ayat
29.
Unsur-unsur seseorang dikatakan ahl al-zimmi yaitu: Non-muslim, baligh,
berakal, laki-laki, bukan budak, tinggal di dar al-Islam dan mampu membayar
jizyah.
Yang dikatakan non-muslim adalah ahl al-Kitab, murtad, dan orang musyrik.
a. Sebagaimana pendapat Abu Bakar ibnu Ali al-Jashshash yang
dikutip oleh Dr. Muhammad Iqbal dalam bukunya Fiqih Siyasah, ahl
al-Kitab yang tergolong ahl al-zimmi yaitu Yahudi dan Nasrani, serta
Majusi.
b. Mayoritas ulama sepakat mengenai ketidakbolehan orang-orang
murtad melakukan akad zimmah dengan pemerintahan Islam,
berdasarkan firman Allah QS. Al-Fath, 48:16, yang artinya: Kamu
perangi mereka, atau mereka sendiri menyerah masuk Islam.
c. Ulama berbeda pendapat mengenai kebolehan menerima orang
musyrik sebagai ahl al-zimmi. Mazhab Syafi’i, Hambali, Zahiri, dan
Syi’ah Imamiyah berpendapat bahwa pemerintahan Islam tidak boleh
menerima orang musyrik yang bukan ahl al-Kitab sebagai ahl al-zimmi
dan memungut jizyah mereka. Mereka berlandaskan pada QS. Al-
Taubah, 9:5: Perangilah orang-orang musyrik dimana pun kamu
bertemu dengan mereka. Sedangkan Imam Malik, al-Auza’i dan Ibn
Qayyim al-Jauziyah berpendapat bahwa jizyah boleh diambil dari
orang non-muslim mana pun, tanpa memandang mereka sebagai ahl al-
Kitab atau bukan.
3. Musta’min/Mu’ahid
Menurut Ahli Fiqih, musta’min adalah orang yang memasuki wilayah lain
dengan mendapat jaminan keamanan dari pemerintah setempat, baik ia muslim
maupun harbiyun, untuk tujuan tertentu, kemudian ia kembali ke wilayah Dar
al-Harb.
4. Harbiyun
Kafir Harbi adalah setiap orang kafir yang tidak tercakup di dalam perjanjian
(dzimmah) kaum Muslim, baik orang itu kafir mu’ahid atau musta’min, atau
pun bukan kafir mu’ahid dan kafir musta’min.

o Hukum Keluarga/ Ahkam al-ahwal al-syakhshiyyah8


Jika kita melihat pendapat para ahli di bidang hukum Islam terutama di bidang
hukum keluarga, banyak sekali perbedaan pendapat terhadap ruang
lingkup/cakupan hukum keluarga Islam, namun kita bisa menyimpulkan
bahwasanya cakupan hukum keluarga Islam adalah :

1. Perkawinan, yang mencakup: peminangan, syarat dan rukun nikah,


termasuk mahar, mahram dan status nikah (sah atau tidaknya
perkawinan tersebut).
2. Kehidupan rumah tangga, yang mencakup: hak dan kewajiban
suami, istri dan anak, bias juga diartikan bahwasanya ini mencakup

8
http://notesnasution.blogspot.co.id/
urusan hubungan orang tua dan anak-anaknya. Dan point kedua ini
juga mencakup poligami, dan nafkah.
3. Perceraian, atau proses penyelesaian permasalahan dalam rumah
tangga (dan bukan berarti penyelesaian atau jalan keluarnya harus
cerai), disini mencakup: percekcokan antara suami istri dan juga
nusyuz “durhaka”. Termasuk juga didalamnya adalah Talaq (hak
suami) dan khuluk (istri). Dan juga masa penantian (iddah) dan
kembali damai/tidak jadi pisah “cerai” (ruju’).
4. Hadlonah/pengasuhan dan pemeliharaan anak.
5. Tentang waris, atau dengan kata lain adalah penyelesaian masalah
harta setelah terjadinya kematian/penyelesaian urusan harta akibat
waris mewarisi, disini mencakup: waris, wasiyat, wakaf, dan transaksi
penyerahan/penerimaan lain.

Adapun undang-undang di Indonesia seperti misalnya undang-undang No. 1


tahun 1974 tentang perkawinan, yang mencakup seluruh aspek dalam
permasalahan prkawinan dan perceraian. Dilengkapi pula dengan Kompilasi
Hukum Islam(KHI) buku I-II dan III yang mencakup tentang perkawinan,
perceraian, waris dan wakaf.

o Hukum Tata Negara/ Al-ahkam al-duwaliyyah


“Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara” (Logenman,
1954).

“Hukum yang mengatur masyarakat atas masyarakat hukum bawah menurut


tingkatannya yang menentukan wilayahnya dan penduduknya serta menentukan badan-
badan berikut fungsi dan kewenangannya.” (Van Vollenhoven,1934)

o Hukum Internasional/ Al-ahkam al-duwaliyyah


1. Pengertian Hukum Internasional
Secara umum, hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional. Hukum internasional pada mulanya
diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara yang kemudian meluas
sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi
internasional.
2. Subyek Hukum Internasional
Subyek hukum intersional adalah pemegang semua hak dan kewajiban menurut
hukum Internasional. Subyek hukum internasional terbagi atas 6 bagian:
a. Negara
b. Tahta Suci
c. Palang Merah Internasional
d. Organisasi Internasional
e. Orang Perseorangan (Individu)
f. Pemberontakan dan Pihak Bersengketa
3. Lembaga Peradilan Internasional
Lembaga peradilan internasional merupakan pegawai tegaknya hukum
internasional. Fungsi lembaga peradilan internasional dijalankan oleh mahkamah
internasional. Mahkamah internasional merupakan suatu mahkmah yang
berwenang untuk menyelesaikan persengketaan internasional tanpa pwnggunaan
kekerasan senjata.
Adapun tugas dan wewenang mahkamah internasional :
a. Memeriksa perselisihan di antara negara-negara anggota PBB penyelesaikan
sengketa di antara negara negara anggota PBB.
b. Memberikan pendapat kepada Majelis Umum PBB tentang penyelesaian
sengket di antara negaranegara anggota PBB.
c. Mendesak dewan keamanan untuk bertindak terhadap salah satu salah satu
pihak yang berselisih apabila negara tersebut tidak menghiraukan keputusan-
keptusan Mahkamah Internasional.
d. Memberi nasehat tentang persoalan hukum kepada majelis Umum dan
dewan keamanan PBB.
4. Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional
Ada dua teori yang menganalisis keterkaitan hukum internasional dan hukum
nasional, yaitu:
a. Teori monoisme
Teori ini memandang bahwa hukum nasional dan hukum internasional
hanyalah merupakan bagian dari satu sistem hukum yang lebih besar yaitu
hukum pada umumnya.
Menurut pandangan teori ini :
1) Hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua aspek yang
sama dari satu sistem,
2) Hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua bagian dari
satu kesatuan perangkat hukum,
3) Ada dan berlakunya hukum internasional dan hukum nasional sama
sekali terlepas dari kemauan negara,
4) Bahwa hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua bagian
dari satu kesatuan hukum yang lebih besar yaitu hukum yang mengatur
kehidupan manusia
b. Teori dualism
Teori ini memandang bahwa hukum internasional dan hukum nasional
merupakan dua bidang hukum yang berbeda dan berdiri sendiri satu dengan
lainnya. Menurut pandangan teori ini :
1) Hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem hukum
yang sama sekali berbeda dan terpisah,
2) Hukum internasional mempunyai sifat yang berbeda secara intrinsik
dengan hukum nasional
3) Hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua perangkat
hukum yang berdampingan, berbeda, bahkan saling terpisah satu sama
lainnya,
4) Bahwa ada daya ikat hukum internasional bersumber pada kemauan
negara,
5) Bahwa ada dan berlakunya hukum internasional dan hukum nasional
bergantung dan bersumber pada hukum negara

o Hukum Perekonomian/Al-ahkam al-iqtishadiyyah wa al-maliyyah


1. Pengertian Hukum Perekonomian
Hukum ekonomi adalah suatu hubungan sebab akibat atau pertalian peristiwa
ekonomi yang saling berhubungan satu dengan yang lain dalam kehidupan ekonomi
sehari-hari dalam masyarakat.
2. Sistem Ekonomi yang Berlaku di Indonesia
Sistem ekonomi yang diterapkan di Indonesia adalah Sistem Ekonomi Pancasila,
yang di dalamnya terkandung demokrasi ekonomi maka dikenal juga dengan Sistem
Demokrasi Ekonomi, berarti bahwa kegiatan ekonomi dilakukan dari, oleh, dan
untuk rakyat di bawah pengawasan pemerintah hasil pemilihan rakyat. Dalam
pembangunan ekonomi masyarakat berperan aktif, sementara pemerintah
berkewajiban memberikan arahan dan bimbingan serta menciptakan iklim yang
sehat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu ciri positif demokrasi ekonomi adalah potensi, inisiatif, dan daya kreasi
setiap war ga negara dikembangkan dalam batas-batas yang tidak merugikan
kepentingan umum. Negara sangat mengakui setiap upaya dan usaha warga
negaranya dalam membangun perekonomian.
Landasan pokok perekonomian Indonesia adalah Pasal 33 Ayat 1, 2, 3, dan 4 UUD
1945 hasil Amendemen, yang berbunyi sebagai berikut :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
3. Ruang lingkup hukum ekonomi
Ruang lingkup hukum ekonomi jika didasarkan pada klasifikasi internasional
pembagiannya sbb:
a) Hukum ekonomi pertanian atau agraria, yg di dalamnya termasuk norma-norma
mengenai pertanian, perburuan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
b) Hukum ekonomi pertambangan.
c) Hukum ekonomi industri, industri pengolahan.
d) Hukum ekonomi bangunan.
e) Hukum ekonomi perdagangan, termasuk juga norma-norma mengenai
perhotelan dan pariwisata.
f) Hukum ekonomi prasarana termasuk gas, listrik air, jalan.
g) Hukum ekonomi jasa-jasa, profesi dokter, advokad, pembantu rumah tangga,
tenaga kerja.
h) Hukum ekonomi angkutan.
i) Hukum ekonomi pemerintahan termasuk juga pertahanan dan keamanan
(hankam) dll.

o Hukum Acara Pidana/Ahkam al-murafa’at


Hukum Acara Pidana adalah hukum yang mengatur bagaimana cara-cara
pelaksanaan hukum pidana, mulai timbulnya persangkaan akan adanyasesuatu
perbuaan pidana (tindak pidana) sampai dengan pelaksanaan putusan.
Didalamnya diatur manakah dari alat-alat Negara yang ditugaskan untuk
menyelidiki kebenaran persangkaan itu dan yang melakukan tindakan
penyidikan(pengusutan) terhadap siapa-siap pembuatnya dan mengambil
tindakan-tindakan (langkah-langkah) yang perlu, menangkap sipembuat
itu(tersangka”) kalau perlu menahannya, kemudian mengumpulkan bahan-bahan
bukti yang diperoleh selama dalam penyelidikandan penyidikan itu, selanjutnya
bila terdapat cukup alasan , menghadapkan tersangka itu kedepan pengadilan
sebagai terdakwa.
1. Perbuatan Pidana
Perbuatan pidana itu ialah perbuatan yang apabila dilakukan maka kepada
pembuatnya dapat dikenakan pidana (hukuman) atau tindakan, yakni
apabila perbuatan itu demikian rupa sifat melawan haknya sehingga
memenuhi segenap unsure-unsur yang diperlukan dalam rumusan tindak
pidana yang tersebut dalam pasal/ketentuan KUHP/peraturan pidana diluar
KUHP.
2. Perbedaan penting Perkara pidana-Perkara perdata.
Perkara pidana adalah bersangkutan dengan kepentingan umum, juga
mempunyai sifat hukum public, berbeda sekali dengan sifat perkara perdata,
yang mana bersangkutan dengan kepentingan pribadi(perseorangan/privat).
Dalam perkara pidana walaupun alat bukti sudah cukup, apabila hakim
tidak yakin akan kesalahan terdakwa, tidaklah cukup untuk
menjatuhkan pidana (hukuman) terhadapnya, sedang dalam perkara
perdata apabila alat bukti telah cukup, tidak diperlukan lagi adanya
keyakinan hakim akan adanya kebenaran .
3. Peraturan-peraturan Hukum Acara Pidana
Setelah berlakunya KUHAP (31-12-1981) maka peraturan-peraturan
mengenai hukum acara pidana diluar KUHAP itu dicabut.
Yang diatur didalam KUHAP :
Acara pemeriksaan di pengadilan tingakt pertama, upaya hukum di tingkat
banding dan tingkat kasasi.
a) Hubungan antara penyidikan, penuntutan dengan pengadilan (izin
ketua pengadilan untuk penahanan, penggeledahan, pemasukan
rumah, pemeriksaan surat dan penyitaan),
b) Wewenang pengadilan, yang meliputi Praperadilan, pengadilan
negeri, Pengadila Tinggi, Mahkamah Agung,
c) Mengenai koneksitas, ganti kerugian dan rehabilitasi dan
penggabungan gugatan ganti kerugian.

2.4 Implementasi Hukum Islam


Hukum Islam menempati posisi sentral dan menjadi inti serta jantung dari ajaran Islam
itu sendiri.”

Islam, sebagaimana juga Yahudi, dikenal sebagai agama hukum (a religion of law)
yang berbeda dengan Kristen yang disebut sebagai agama teologi (a religion of theology).
Wajar jika Pemerintah Kolonial Belanda memberikan perhatian khusus terhadap pemikiran dan
implementasi hukum Islam di daerah-daerah jajahannya, termasuk di Indonesia

Robert Van Niel: “Di Indonesia, agama tidak bisa dipisahkan dari seluruh aspek
kehidupan, dan sejalan dengan itu, kebijakan dalam hal agama tidak bisa dipisahkan dari
kebijakan-kebijakan lain yang diterapkan terhadap masyarakat setempat.” Karena itu disadari
bahwa: “Islam menjadi elemen penting, jika bukan yang terpenting, dalam kultur kehidupan
masyarakat Indonesia.”

Salah satu kebijakan sentral yang diambil Pemerintah Kolonial Belanda adalah
merumuskan dan memformulasikan teori-teori yang dijadikan pijakan dalam pemikiran dan
implementasi hukum Islam di Indonesia.

Salah satu contoh terjelas dari implementasi muamalah adalah tata cara berdagang
dan perbankan. Dengan meminimalisasi peluang kecurangan dan persengketaan, Islam
menawarkan nilai-nilai perdagangan yang dilandasi kejujuran dan keuntungan bersama

Selain hubungan dengan Allah, seseorang yang beragama Islam juga harus
menerapkan syari’at Islam dalam kehidupannya sendiri, misalnya :
a. Berpakaian rapih dan sopan. Bagi seorang muslimah menutup aurat dan menggunakan
pakaian yang longgar, tidak membentuk lekuk tubuh,
b. Menggunakan pakaian sesuai gender, laki-laki tidak menyerupai perempuan dan
perempuan tidak menyerupai laki-laki,
c. Berpaikaian semata-mata untuk menutup aurat dan rasa nyaman, bukan untuk pamer dan
berlebih-lebihan,
d. Selalu berpikir sebelum berkata-kata maupun bertindak
BAB III

HASIL STUDI LAPANGAN

Dari rumusan masalah dan dasar teori yang digunakan, maka penulis melakukan studi
lapangan dengan mewawancarai beberapa pengajar universitas lain, tokoh masyarakat dan beberapa
mahasiswa atau mahasiswi dari universitas lain. Adapun pertanyaan yang penulis ajukan diantaranya :
1. Kenapa hukum islam ada?
2. Bagaimana pendapat anda tentang perbedaan hukum yang ada pada perbedaan golongan
islam (Muhammadiyah, NU, dll) ?
3. Saat ada hukum islam yang bertentangan dengan hukum negara (seperti masalah
pemerintahan yang harus dari umat islam) bagaimana pendapat anda dan apa yang anda
lakukan?
4. Saat ini hukum islam dan hukum Indonesia menjadi perdebatan. Ada yang ingin memisahkan
keduanya karena dikatakan bahwa dasar hukum Indonesia bukan dari Al-Qur’an namun ada
juga yang ingin menyatukannya, bagaimana menurut anda?
5. Hukum penistaan agama. Kasus Ahok sampai saat ini masih menjadi kontroversial. Sebagai
seorang mahasiswa tentu saya bersikap netral, bagaimana pendapat anda mengenai kasus
tersebut?

Hasil wawancara dan studi lapangan tersebut diantaranya adalah :

a. Pertanyaan pertama

 Penanya : Ainun Fitrayawati


- Narasumber : Dudi Ferdinan (Pegawai di kampus UNAIR C)
- Hasil Wawancara :
Hukum islam adalah hukum-hukum beragama yang terdapat di Al-Qur’an dan hadist.
Hukum pada dasar-nya mengatur manusia hidup, bagaimana seseorang itu berperilaku.
- Narasumber :Ningsih Putri Herman
(Mahasiswa baru departemen kimia UNAIR 2017)
- Hasil Wawancara :

Hukum islam adalah peraturan – peraturan bagi umat yang harus ditaati agar mereka
memperoleh keteraturan dalam beragam. Hukum islam harus ada karena kita adalah umat
beragama, jika kita tidak mempunyai hukum maka kita tidak akan bisa menjadi manusia yang
dapat mengontrol diri dan juga kita dapat disebut bukan umat beragama.

 Penanya : Jessica Aalya Kaamiliaa


- Narasumber : Rachmat Agung Widodo (Mahasiswa FK UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Karena kita membutuhkannya. Karena kita meyakini bahwa islam itu agama yang
benar, bahwa islam itu mengandung petunjuk-petunjuk, anjuran dan larangan, yang kita
yakini itu untuk kebaikan kita dalam mengarungi hidup di dunia yang fana ini, sebagai bekal
untuk kehidupan abadi setelah ini.
- Narasumber : Nadiah Raini Khalida (Mahasiswa FK UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Kita sendiri orang islam, jadi harus melaksanakannya. Secara umum sendiri, hukum
islam sudah mencangkup semuanya.
 Penanya : Nadila Shafira Kusnadi
- Narasumber : Muhammad Fadhel Maulana (Mahasiswa Teknobiomedik UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Karena umat Islam perlu suatu sistem yang dapat menjadi pedoman untuk hidup.
Selain itu, menjadi acuan/referensi dalam membuat peraturan.
- Narasumber : Fashalli Giovi Bilhaq (Mahasiswa Teknobiomedik UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Untuk mengatur seluruh umat manusia.
 Penanya : Muhammad Nadim Cundoko
- Narasumber : Achmad Zidane Assyauqi (Mahasiswa Bioteknologi UB)
- Hasil Wawancara :
Karena kita membutuhkannya, supaya lebih tertata. karena islam itu agama yang
toleran sehingga dapat di terima orang dan bersifat universal
- Narasumber : Syarief Abdullah Shofi (Imam dan pengajar di mushola)
- Hasil Wawancara :
Ya itukan sebenarnya cara agar kita tetap teratur, dan benar dalam kehidupan
bermasyarakat, dan agar kita tetap dalam batas - batas kemanusiaan dan hidup dengan penuh
keadilan dan keamanan.
 Penanya : Harvesta Anugrah Aji
- Narasumber : Andrian Mahendra Jasra (Mahasiswa Fakultas Peternakan UB)
- Hasil Wawancara :
Hukum islam di ambil pada al quran, sunnah, ijma dan qiyas. Hukum islam sebagai
rujukan utama dalam kehidupan manusia karena di dalamx terdapat aturan hidup boleh
tidaknya, halal haramnya dsb.
- Narasumber : Joko Sudiono (Karyawan Sekolah Negeri Surabaya)
- Hasil Wawancara :
Di semua sekolah tinggi (fakultas), hukum yang didirikan oleh pemerintah Belanda
dahulu, Hukum Islam disebut sebagai "Mohammedaansch Recht". Tradisi ini dilanjutkan oleh
fakultas hukum yang didirikan setelah Indonesia merdeka. Penamaan Mohammedaansch
Recht untuk Hukum Islam tidaklah benar, sebab berbeda dengan hukum-hukum yang lain.
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Agama Islam yang berasal dari Allah,
Tuhan Yang Maha Esa.

b. Pertanyaan kedua

 Penanya : Ainun Fitrayawati


- Narasumber : Dudi Ferdinan (Pegawai di kampus UNAIR C)
- Hasil Wawancara :
Saya tidak termasuk kedua golongan tersebut. Agama saya islam dan saya
berpedoman pada alquran dan hadist. Untuk perbedaannya, menurut saya NU itu muatan
lokal kegiatan beragama nya itu lebih ada poin poin nya seperti tahlilal mereka melakukan
doa bersama ada 7 hari 14 hari dan seterusnya. Mereka berperilaku seperti ini karena
mengikuti adat istiadat sejak dahulu sedangkan muhammadiyah tidak ada kegiatan seperti itu.
- Narasumber : Ningsih Putri Herman
(Mahasiswa baru departemen kimia UNAIR 2017)
- Hasil Wawancara :
Tentu ada perbedaan dari keduanya, karena sejatinya umat islam sudah mendunia
sejak dulu dan pasti ada perbedaan dalam beribadahnya. Namun, menurut saya sendiri biarin
mereka mempunyai golongan sendiri baik itu Muhammadiyah maupun NU tapi saya saat ini
masih memegang kepercayaan agamaku islam dengan pedoman Al-Qur’an dan hadist.
 Penanya : Jessica Aalya Kaamiliaa
- Narasumber : Rachmat Agung Widodo (Mahasiswa FK UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Di lihat dari 2 sudut pandang, kita sebagai golongan tersebut, dan kita sebagai orang
yang memandang 2 golongan tersebut. Kalau kita menjadi salah satu golongan, kita
memandang golongan lain harus bijaksana, tidak saling menyalahkan, karena pada dasarnya
kita sama, berdasarkan Al-Quran dan hadis, yang berbeda adalah penafsirannya. Contohnya
cara agar kita bisa berbaur dengan masyarakat indonesia itu dengan mengadakan tahlilan,
syukuran. Namun ada golongan yang pure islam, kalau tidak ada tahlilan ya tidak perlu ada.
Kedua duanya memiliki dasar, dan sama sama benar. Kalau memang mau mengingatkan,
dengan cara damai, tidak anarki. Jika dengan sudut pandang orang luar, kita harus sadar kalau
mereka saudara kita, selama mereka tidak salah iman, selama mereka beriman bahwa Tuhan
itu Allah dan Muhammad itu utusan Allah, maka urusan sudah selesai, tidak perlu dimusuhi.
Kalau mau mengoreksi, koreksilah dengan bijak, jangan sampai menjatuhkan dan membuat
musuh dalam saudara berdiri.
- Narasumber : Nadiah Raini Khalida (Mahasiswa FK UNAIR)
- Hasil Wawancara :

Biasa saja, karena pasti ada yang seperti itu, mashab saja ada yang berbeda. Lalu
tentang perbedaan antar golongan tersebut, sebenarnya hanya beda penafsiran saja dari
Al-Quran dan hadist. Toleransi saja, saling menghormati.
 Penanya : Nadila Shafira Kusnadi
- Narasumber : Muhammad Fadhel Maulana (Mahasiswa Teknobiomedik UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Sebaiknya perlu diadakan musyawarah untuk mencari kebenaran baik antar golongan
Islam dalam negeri maupun dengan golongan Islam yang ada pada kancah Internasional.
- Narasumber : Fashalli Giovi Bilhaq (Mahasiswa Teknobiomedik UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Menurut saya, ini lebih tepat untuk organisasi. Islam sendiri luas sehingga sebagian
golongan menjalankan sebagian hukum yang ada namun sebagian lainnya tidak
menjalankannya. Perbedaan ini menjadikan banyak organisasi Islam di Indonesia maupun
seluruh dunia. Saya baik-baik saja asal tetap bersumber dari Al-qur’an dan hadis dan saling
menghargai antar satu dengan lainnya.
 Penanya : Muhammad Nadim Cundoko
- Narasumber : Achmad Zidane Assyauqi (Mahasiswa Bioteknologi UB)
- Hasil Wawancara :
Tidak ada salahnya, karena setiap ulama itu pasti memiliki pemahaman yang berbeda
- beda.
- Narasumber : Syarief Abdullah Shofi (Imam dan pengajar di mushola)
- Hasil Wawancara :
Segala hukum yang ada dan lain - lainnya, jika ada perbedaan itu tidak apa - apa
asalkan kita tetap memperhatikan toleransi dan menghargai perbedaan. Karena hukum dan
lain - lainnya itu hanya agama yang ada di permukaannya saja sedangkan yang lebih penting
adalah agama substansialnya yang ada pada nilai kejiwaan islamnya itu sudah jelas sama.
 Penanya : Harvesta Anugrah Aji
- Narasumber : Andrian Mahendra Jasra (Mahasiswa Fakultas Peternakan UB)
- Hasil Wawancara :
Masalah perbedaan itu adl rahmat. Perbedaan nu dan muhammadiyah itu termasuk
perbedaan khilafiyah namun rujukanx utama sama yakni al quran dan sunnah. Masalah
perbedaan khilafiyah tergantung keyakinan hati masing2 contoh sholat traweh di nu 20 rokaat
sedangkan traweh di muhammadiyah 8 rokaat.
- Narasumber : Joko Sudiono (Karyawan Sekolah Negeri Surabaya)
- Hasil Wawancara :
Sebagai hamba yang beriman, kita diperintahkan untuk bisa menerima bahwa adanya
berbagai macam perbedaan pendapat dan paham itu sudah merupakan ketetapan Allah. Dan
sudah seharusnya juga kita menyikapi hal ini secara wajar. Dalam arti tetap menjalin interaksi
dan toleransi terhadap berbagai macam golongan dengan tetap mepertahankan nilai-nilai
Islam.

c. Pertanyaan ketiga

 Penanya : Ainun Fitrayawati


- Narasumber : Dudi Ferdinan (Pegawai di kampus UNAIR C)
- Hasil Wawancara :
Untuk hal ini saya juga sudah sering bertanya pada ustad ustad dan mereka menjawab
bahwa semuanya ada plus dan minusnya sendiri. Kalau saya sendiri hati kecil ingin pemimpin
muslim namun jika pemimpin non muslim itu cocok menjadi seorang pemimpin kenapa
tidak? Saya juga tidak ada sesungguhnya kalau pemimpin non muslim itu gimana
kedepannya, takutnya awalnya baik memajukan negara kita tapi pada akhirnya merubah kita
menjadi sosok non muslim semuanya, yang saya takutkan hanya itu.

- Narasumber : Ningsih Putri Herman


(Mahasiswa baru departemen kimia UNAIR 2017)
- Hasil Wawancara :
Menurut saya dan sejujurnya saya tidak setuju dengan pemimpin yang non islam
karena pada dasarnya kita mayoritas umat beragama islam diindonesia dan mau dipimpin
sama umat non islam, memang pada dasarnya mereka bagus dalam kepemimpinan akan tetapi
apakah kita mau dipimpin dengan yang minoritas? Bukan masalah minoritas juga, namun
yang jadi permasalahannya kekuatan dari bangsa kita sendiri kan pada awalnya dari umat
islam.
 Penanya : Jessica Aalya Kaamiliaa
- Narasumber : Rachmat Agung Widodo (Mahasiswa FK UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Kembali lagi ke tujuan. Kita hidup di dunia ini untuk apa. Untuk membangun negara
atau untuk beribadah. Kita hidup, pakem utamanya adalah agama, bukan negara. Jadi apapun
yang kita lakukan, kembalikan lagi ke agama. Tujuan kita adalah menaati agama, dan
menjauhi larangan.
- Narasumber : Nadiah Raini Khalida (Mahasiswa FK UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Indonesia itu pluralisme, dari banyaknya suku, budaya dan lain lain. Foundingfather,
pembangunan Indonesia itu didasari dari keberagaman, jadi Indonesia bukan negara islam,
tinggal toleransi aja satu sama lain. Kalaupun ada yang melanggar, tinggal dipertanyakan
islam atau imannya.
 Penanya : Nadila Shafira Kusnadi
- Narasumber : Muhammad Fadhel Maulana (Mahasiswa Teknobiomedik UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Sebagai umat Islam, kita harus menjunjung tinggi hukum Islam sehingga apabila itu
terjadi kita dapat mengkaji ulang hukum tersebut, kemudian memikirkan solusi terbaik yang
tidak merugikan masing-masing pihak. Karena hukum Islam berdasar dari Allah SWT
sehingga tidak mungkin adanya ketidaksempurnaan.

- Narasumber : Fashalli Giovi Bilhaq (Mahasiswa Teknobiomedik UNAIR)


- Hasil Wawancara :
Karena banyak rakyat Indonesia yang menganut agama yang berbeda sehingga kita
tidak bisa memaksakan hukum yang Islam kepada seluruh masyarakat Indonesia. Tetapi,
untuk kita sendiri sudah seharusnya mengatur diri dengan hukum Islam yang ada asal tidak
mengganggu harmonitas yang ada.

 Penanya : Muhammad Nadim Cundoko


- Narasumber : Achmad Zidane Assyauqi (Mahasiswa Bioteknologi UB)
- Hasil Wawancara :
Sebagai mahasiswa muslim sudah seharusnya memilih pemerintah yang muslim, tetapi
tidak melarang agama lain untuk ikut dalam pemerintahan atau demokrasi dan yang saya
lakukan adalah saling menghormati pilihan orang serta tidak ikut - ikut kegiatan yang tidak
bermanfaat sebagai mahasiswa.

- Narasumber : Syarief Abdullah Shofi (Imam dan pengajar di mushola)


- Hasil Wawancara :
Sebenarnya jika hukum negara diimplementasikan dengan baik dari pancasila, dan
hukum islam di tafsirkan dengan benar, sesuai, dan bijak. Maka tidak akan bertentangan,
karena pancasilapun berdasarkan pada ketuhanan dan setiap agama apapun pasti berdasarkan
pada kebaikan dan bertujuan pada keadilan dan kejujuran dan kesejahteraan sama seperti
tujuan negara.

 Penanya : Harvesta Anugrah Aji


- Narasumber : Andrian Mahendra Jasra (Mahasiswa Fakultas Peternakan UB)
- Hasil Wawancara :
Kita hidup bernegara jadi kita harus taat kepada hukum yg berlaku pada negara
tersebut. Hay org yg beriman Taat kpd Allah, rasul dan ulil amri (pemerintah)
- Narasumber : Joko Sudiono (Karyawan Sekolah Negeri Surabaya)
- Hasil Wawancara :
Di antara negara-negara di dunia ini,mungkin Indonesia adalah negara satu-satunya
negara yang berdiri dengan azas "kompromi",di katakan negara liberal,tapi negara kita sila
pertamanya Ketuhanan,bahkan mempunyai kementerian Agama yang artinya negara
mengurusi masalah agama.Dikatakan negara Teokrasi,Indonesia tidak mengakui satupun
hukum Agama yang berlaku di Indonesia walaupun sepintas tidak melarang pelaksanaan
hukum agama di masing-masing komunitas selama tidak bertentangan dengan hukum
"kompromi" yang diatur dalam UUD-1945 dan turunannya.

d. Pertanyaan keempat

 Penanya : Ainun Fitrayawati


- Narasumber : Dudi Ferdinan (Pegawai di kampus UNAIR C)
- Hasil Wawancara :
Menurut saya hukum negara dan hukum islam tetap dipisahkan. Karena menurut saya
pada dasarnya hukum islam itu tidak kaku, fleksibel asal tidak bertentangan dan tetap
bertujuan pada Allah.
- Narasumber : Ningsih Putri Herman
(Mahasiswa baru departemen kimia UNAIR 2017)
- Hasil Wawancara :
Menurut saya, seharusnya kita tetap mempertahankan apa yang udah menjadi dasar
negara kita, kita udah mempunyai pancasila yang didalam nya terdapat ketuhanan yang maha
esa yang didalamnya sudah terkandung bahwa kita ini bangsa yang bebas beragama menurut
kepercayaan kita masing-masing. Karena itu kenapa kirta harus saling bertentangan, kenapa
harus terjadi perpecahan. Jadi menurut saya lebih baik tetap pada konsep pancasila.

 Penanya : Jessica Aalya Kaamiliaa


- Narasumber : Rachmat Agung Widodo (Mahasiswa FK UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Yang pertama, kita harus pahami bahwa kita tidak boleh memisahkan antara dunia
dan agama. Karena hebatnya islam, dia mengatur semuanya. Mulai dari bangun tidur sampai
tidur lagi sudah diatur. Pada eksekusinya, kita tidak bisa saklek pada hukum islam. Di satu
sisi, saya ingat kalau kita hidup di dunia ini harus sesuai dengan norma-norma yang ada di
negara ini. Kita tetap ada toleransi atau penyesuaian. Misal, saya harus memilih antara
indonesia menjadi negara islam atau indonesia harus memisahkan agama dan duniawi, saya
tidak memilih dua-duanya. Saya memilih untuk menerapkan islam, sebisa mungkin yang saya
terapkan yang sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada di tempat saya hidup. Kita
berusaha menaati aturannya, menjauhi yang haram haram. Karena pada dasarnya hidup itu
harus bisa mempertimbangkan antara mudharat yang besar atau manfaat yang besar. Menurut
saya, jangan memilih yang mudharatnya besar, lebih main aman, lebih baik manfaatnya kecil,
namun mudharatnya juga kecil.

- Narasumber : Nadiah Raini Khalida (Mahasiswa FK UNAIR)


- Hasil Wawancara :
Menurutku sendiri, indonesia bukan negara islam, tapi hanya mayoritas islam.
Hukum dan agama memang harusnya menyatu, akan tetapi tidak bisa kaum minoritas di
Indonesia dipaksa mengikuti hukum islam karena mereka memiliki keimanan sendiri. Cukup
kesadaran dari diri sendiri aja, untuk menaati hukum islam itu sendiri.

 Penanya : Nadila Shafira Kusnadi


- Narasumber : Muhammad Fadhel Maulana (Mahasiswa Teknobiomedik UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Menurut saya, dua hukum tersebut tidak boleh dipisahkan. Karena sebagian hukum di
Indonesia diadaptasi dari hukum Islam yang kemudian disesuaikan untuk rakyat Indonesia
yang banyak menganut agama yang berbeda.

- Narasumber : Fashalli Giovi Bilhaq (Mahasiswa Teknobiomedik UNAIR)


- Hasil Wawancara :
Hukum itu bersifat mengatur. Dan menurut pribadi saya, dua hukum tersebut tidak
boleh dipisah. Karena hukum bisa dijadikan sebagai acuan untuk kehidupan bermasyarakat
 Penanya : Muhammad Nadim Cundoko
- Narasumber : Achmad Zidane Assyauqi (Mahasiswa Bioteknologi UB)
- Hasil Wawancara :
Hukum islam sangat berpengaruh kepada indonesia, apa lagi saat membuat dasar
negara indonesia. Jadi wajar saja kalau ingin menyatukan keduanya.

- Narasumber : Syarief Abdullah Shofi (Imam dan pengajar di mushola)


- Hasil Wawancara :
seperti nomor tiga diatas yang sudah diuraikan. Cukup kesadaran dari diri sendiri
untuk menaati hukum yang ada.
 Penanya : Harvesta Anugrah Aji
- Narasumber : Andrian Mahendra Jasra (Mahasiswa Fakultas Peternakan UB)
- Hasil Wawancara :
Indonesia jelas berasaskan pancasila dan UUD 1945
- Narasumber : Joko Sudiono (Karyawan Sekolah Negeri Surabaya)
- Hasil Wawancara :
Perdebatan mengenai peluang penerapan syariat (hukum Islam) di Indonesia,
tampaknya merupakan polemik yang tak pernah berkesudahan sejak sidang BPUPKI/PPKI
pada tahun 1945. Pada masa pasca Orde Baru, tema ini muncul kembali melalui perdebatan
tentang perlunya amandemen pasal 29 UUD. Dua fraksi partai Islam yaitu Fraksi Partai
Persatuan Pembangunan (F-PPP) dan Fraksi Partai Bulan Bintang (F-PBB) dalam
pemandangan umum mereka bersikeras untuk memasukkan kembali Piagam Jakarta dalam
Batang Tubuh UUD 1945, khususnya pasal 29.

e. Pertanyaan kelima

 Penanya : Ainun Fitrayawati


- Narasumber : Dudi Ferdinan (Pegawai di kampus UNAIR C)
- Hasil Wawancara :
pendapat saya masalah ahok dengan pribadinya sendiri saya tidak ada masalah. Hal
itu dianggap penistaan saya juga menganggapnya tidak namun kalau tidak mengerti jangan
ikut-ikutan berbicara mengenai hal itu.
- Narasumber : Ningsih Putri Herman
(Mahasiswa baru departemen kimia UNAIR 2017)
- Hasil Wawancara :
menurut saya untuk permasalahan ahok, beliau tidak bermaksud untuk melakukan
penistaan agama. Namun tidak bisa disalahkan lagi, beliau sudah terlanjur mengucap dan
rakyat sudah salah paham sehingga rakyat marah dan dituntut. Untuk seseorang yang bersifat
netral saya memaklumi karena saya juga seorang mahasiswa dan juga bersifat netral, ngapain
juga ngurusin hal seperti itu, tidak ada gunanya buang buang waktu mending belajar dengan
baik agar dapat membangun bangsa Indonesia lebih baik.
 Penanya : Jessica Aalya Kaamiliaa
- Narasumber : Rachmat Agung Widodo (Mahasiswa FK UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Kalau kita menyikapi suatu kasus, kita harus paham dulu kasus itu tentang apa.
Pertama kita harus tau sumber yang benar, bagaimana kejadiannya secara objektif. Yang
kedua, kita harus tau kapasitas kita bisa sejauh apa untuk menyikapi kasus tersebut. Dengan
kita objektif, kita bisa meluruskan kerabat-kerabat terdekat kita tentang kasus tersebut. Yang
kedua, kita harus melihat kita bisa membela agama kita dengan apa. Kalau dari saya pribadi,
menyikapinya dengan tidak mengompori orang lain, namun jika ada yang bertanya, saya bisa
menjelaskan bagaimana kondisi terjadinya kasus tersebut. lalu jika kita melihat suatu
kemungkaran, cegahlah pertama dengan tanganmu, kalau tidak bisa, dengan lisanmu, kalau
tidak bisa, dengan hatimu. Kalau bisa dengan tangan atau perbuatan, silahkan cegah dengan
perbuatan. Kalau tidak bisa, dengan lisan. Kalau tidak bisa, dengan hati, dengan mendoakan.
Kita jadikan pelajaran.
- Narasumber : Nadiah Raini Khalida (Mahasiswa FK UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Kembali lagi, indonesia dibilang sangat toleran dibanding negara lain, meskipun
sekarang sudah tidak lagi. Mudahnya terjadi demo, dan konflik lain. Mempermasalahkan
ibadah orang lain. Seharusnya kita introspeksi diri sendiri, melihat dari sudut pandang sang
pelaku juga.
 Penanya : Nadila Shafira Kusnadi
- Narasumber : Muhammad Fadhel Maulana (Mahasiswa Teknobiomedik UNAIR)
- Hasil Wawancara :
Saya berada dipihak netral karena kondisi kasus ini masih belum jelas siapa yang
salah. Karena dari pihak Ahok masih menyangkal bahwa video yan beredar merupakan hasil
editan. Namun, banyak bukti juga yang memperlihatkan bahwa Ahok telah menghina agama
Islam. Tetapi, apabila ternyata kasus ini benar adanya sudah seharusnya ia dihukum karena
tidak menghargai perbedaan yang ada di Indonesia.

- Narasumber : Fashalli Giovi Bilhaq (Mahasiswa Teknobiomedik UNAIR)


- Hasil Wawancara :
Menurut saya, sudah tepay. Terlepas dari pernyataan dan pembelaan Ahok banyak
bukti yang memperlihatkan bahwa beliau jelas telah menghina agama Islam sehingga beliau
bersalah. Dan untuk pelaksaan hukum penistaan agama masih lamban dan terlalu banyak
perdebatan sehingga tidak bisa ditemukan titik acuan.

 Penanya : Muhammad Nadim Cundoko


- Narasumber : Achmad Zidane Assyauqi (Mahasiswa Bioteknologi UB)
- Hasil Wawancara :
kalau saya sih netral, kan sebagai mahasiswa berbeda - beda sudut pandangnya.

- Narasumber : Syarief Abdullah Shofi (Imam dan pengajar di mushola)


- Hasil Wawancara :
tentu itu harus dikonfirmasikan dengan banyak pihak pertama, masyarakat harus bisa
melihat apakah informasi yang akan disebarkan benar atau tidak, manfaat atau tidak, dan juga
untuk penegak hukumnya harus benar - benar netral, dan jujur juga tidak terlibat dengan
masalah dan agenda politis.
 Penanya : Harvesta Anugrah Aji
- Narasumber : Andrian Mahendra Jasra (Mahasiswa Fakultas Peternakan UB)
- Hasil Wawancara :
Sebagai warga negara sebaiknya kita taat hukum yg berlaku karena indonesia ini
adalah negara hukum. Kita serahkan kasus ahok kpd pihak yg berwenang.
- Narasumber : Joko Sudiono (Karyawan Sekolah Negeri Surabaya)
- Hasil Wawancara :
Saya melihat sosok Ahok sebagai sosok pendekar masa kini yang selalu siap untuk
membela yang benar & melawan para penindas yang kebetulan memiliki posisi serta
kekuasaan.
Perjuangannya tidaklah mudah karena seperti harus ‘membuka hutan belantara’. Ada banyak
binatang buas yang harus ia hadapi/ taklukkan. Tapi tanpa munculnya sosok Ahok, Indonesia
(khususnya DKI Jakarta) akan terus ada dalam cengkeraman para begal. Beliau adalah sosok
pengubah bangsa dari domain politik & pemerintahan. Sosok yang saya kagumi & wajib
menjadi teladan bagi generasi muda Indonesia.
BAB IV
ANALISIS

Hukum islam adalah peraturan – peraturan bagi umat islam yang terdapat dalam Al-
Qur’an dan hadist yang harus ditaati agar mereka memperoleh keteraturan dalam beragama.
Hukum islam harus ada karena umat islam adalah umat beragama, jika tidak mempunyai
hukum maka umat islam tidak akan bisa menjadi manusia yang dapat mengontrol dirinya dan
juga tidak dapat disebut sebagai umat beragama. Kita meyakini bahwa islam itu agama yang
benar, bahwa islam mengandung petunjuk-petunjuk, anjuran dan larangan, yang diyakini akan
membawa kebaikan dalam mengarungi hidup di dunia yang fana ini dan sebagai bekal untuk
kehidupan abadi setelah ini. Selain itu, hukum islam tidak hanya mengatur tentang keteraturan
dalam beragama, namun juga dalam kehidupan bermasyarakat agar kita semua tetap dalam
batas-batas kemanusiaan dan hidup penuh keadilan dan keamanan.

Kita mengenal di dalam agama islam terdapat beberapa golongan seperti


muhammadiyah, nahdhatul ulama, dan lain-lain. Adanya beberapa golongan mengakibatkan
timbul perbedaan hukum yang sudah ada. Hal ini terjadi karena sejatinya umat islam sudaj
mendunia sejak dahulu dan pasti ada perbedaan dalam beribadahnya. Namun, hal ini tidak
menjadi permasalahan dikalangan masyarakat karena dasar sumber hukum islam tetap
berpedoman pada Al-Qur’an dan hadist, yang membuat sedikit berbeda adalah penafsirannya.

Salah satu hal yang terdapat pada hukum islam adalah pemimpin suatu bangsa harus
beragama islam alias seagama. Hal ini sudah tertera dengan jelas dalam Al-Qur’an dan hadist
mengapa harus demikian dan alasan-alasan mengapa pemimpin harus beragama islam. Namun,
setelah dilakukan wawancara mengenai hukum islam dan kepemimpinan yang bukan berasal
dari agama islam kepada beberapa mahasiswa, masyarakat, bahkan ustadz, timbul beberapa
jawaban yang tentunya bervariasi. Sebagian besar mereka beranggapan bahwa semuanya hanya
butuh toleransi, memang benar kita harus memilih pemimpin yang beragama islam, namun
karena Indonesia adalah negara yang memiliki beragam suku, agama dan budaya maka hal
yang sudah seharusnya kita lakukan adalah menerapkan tolerasi. Demokrasi dilakukan untuk
memilih seorang pemimpin, sebagai umat islam sudah seharusnya kita memilih pemimpin yang
berasal dari umat islam, jika ada umat islam yang memilih pemimpin non muslim maka
keimanan dan keislamannya patut dipertanyakan dan yang perlu diingat semua yang kita
lakukan didunia ini akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak. Jika nantinya hasil
demokrasi menunjukkan bahwa pemimpin yang diangkat adalah non muslim maka sudah
sepatutnya kita mengkaji kemudian memikirkan solusi terbaik yang tidak merugikan masing-
masing pihak. Karena hukum Islam berdasar dari Allah SWT sehingga tidak mungkin adanya
ketidaksempurnaan.

Pendapat mengenai hukum islam dan hukum negara yang harus disatukanpun menjadi
perdebatan. Sebagian besar umat islam beranggapan bahwa sudah seharusnya hukum negara
bersumber pada hukum islam karena sejatinya didalam hukum islam telah mengatur semua hal
baik dari bangun tidur hingga tidur kembali. Hal yang perlu dipahami ialah dunia dan akhirat
tidak sepantasnya dipisahkan namun saling dihubungkan karena tujuan hidup didunia adalah
untuk mencari bekal amal diakhirat nanti. Namun ada juga yang beranggapan bahwa hukum
islam dan negara tetap harus dipisahkan. Karena pada dasarnya hukum islam itu tidak kaku,
fleksibel asal tidak bertentangan dan tetap bertujuan pada Allah SWT serta tetap harus saling
menghargai karena pada suatu negara tidak hanya memiliki satu umat beragama namun
beragam agama yang dianut sehingga sudah seharusnya mengikuti konsep pancasila agar tidak
terjadi perpecahan.
BAB V
PENUTUP
Hukum islam merupakan hukum yang sudah diatur oleh Allah SWT sendiri dan
disampaikan melalui malaikat Jibril dan Rasulullah SAW. Hukum Islam telah mencangkup
semua hal dalam kehidupan. Hukum Islam merupakan pedoman bagi seluruh umat islam.
Sehingga harus dipatuhi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
 Buku
Prof. Dr. H. Idri, M. Ag. Epistemologi Ilmu Pengetahuan, Ilmu Hadist dan Ilmu Hukum
Islam. (Indonesia : Kencana Prenada Media)
Ahmad hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967)

 Internet
http://rianasusmayanti.lecture.ub.ac.id / 30 September 2017/ 23.45
materikuliahfhunibraw.com/ 29 September 2017/ 01.44
elisa.ugm.ac.id/ 30 September 2017/ 20.17
http://staff.uny.ac.id/30 September 2017/ 18.34
http://bem.law.ui.ac.id/ 30 September 2017/ 00.56
https://kurniahidayati.wordpress.com
http://penadarisma.wordpress.com
http://fatabiruuu89.blogspot.co.id/
http://notesnasution.blogspot.co.id/
https://studihukum.wordpress.com/2013/07/22/pengertian-hukum-islam/
http://tonyzsma8smg.wordpress.com/2011/02/03/hukum-islam-2/
http://yofikapratiwi.blogspot.co.id/2013/04/resume-hukum-acara-
pidana.htmlhttp://nitanovitasr.blogspot.co.id/2016/03/pengertian-hukum-ekonomi-dan-
hukum.html
http://nitanovitasr.blogspot.co.id/2016/03/pengertian-hukum-ekonomi-dan-hukum.html
http://ordinaryelischa.blogspot.co.id/2012/10/ringkasan-hukum-internasional.html
BIODATA

Nama : Jessica Aalya Kaamiliaa

NRP : 02211740000085

Departemen : Teknik Kimia

Alamat asal : Jl. Ngageltirto III/14

Alamat sby : Jl. Ngageltirto III/14

No hp : 081335583924

Email : kjessicaalya@gmail.com

Nama : Ainun Fitrayawati


NRP : 02211740000002
Departemen : Teknik Kimia
Alamat asal : Jl. Indrapuri no.29 Kota Pekanbaru, Riau
Alamat sby : Asrama mahasiswa ITS Jl. Teknik Elektro
No hp : 082280546196
Email : ainunfitrayawati99@gmail.com

Nama : Nadila Shafira Kusnadi

NRP : 02211740000138

Departemen : Teknik Kimia

Alamat asal : Komplek Green Land Blok F1 No.21-22 Batam Center

Alamat sby : Jalan Bhaskara Sari No. 95

No hp : 089656958819

Email : nadilask01@gmail.com
Nama : Muhammad Nadim Cundoko

NRP : 03111740000116

Departemen : Teknik Sipil

Alamat asal : Komplek Puri Bintaro PB1/25 , Tanggerang selatan

Alamat sby : jln kejawan gebang 1 no.17

No hp : 082299584540

Email : nadimcundoko@gmail.com

Nama : Harvesta Anugerah Aji

NRP : 03111740000065

Departemen : Teknik Sipil

Alamat : Jalan Bumi Marina Emas Barat 3 no.56

No. HP : 081252348549

Email : teknologiharvesta@gmail.com
DOKUMENTASI

Narasumber Nadiah Raini Khalida dan Rachmat Agung Widodo

Narasumber : Dudi Ferdinan dan Ningsih Putri Herman


Narasumber : Fashalli Giovi Bilhaq dan Muhammad Fadhel Maulana

Narasumber : Syarief Abdullah Shofi dan Achmad Zidane Assyauqi

Anda mungkin juga menyukai