Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PEMBAHASAN
A; PENGERTIAN MUTAH

Mutah berasal dari kata tamattu yang berarti bersenang-senang, memberi


kesenangan, meningkatkan tinggi atau menikmati Apabila mutah ini dihubungkan
dalam perkawinan dikenal dengan istilah kawin kontrak atau perkawinan berjangka
waktu tertentu, karena pernikahan tersebut dijalankan dalam jangka waktu tertentu saja.
Adapun secara istilah mutah berarti seorang laki-laki menikahi seorang wanita
dengan memberikan sejumlah harta tertentu (mahar) dalam waktu tertentu, pernikahan
ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah di tentukan tanpa talak serta
tanpa kewajiban memberi nafkah atau tempat tinggal dan tanpa adanya saling mewarisi
antara keduanya meninggal sebelum berakhirnya masa nikah mutah itu. Dalam
pengertiannya, nikah seperti ini dikenal dengan nama ash-sighah pada sebagian Negara
timur1.
Mutah sendiri telah menjadi kebiasaan antara kabilah-kabilah Arab dalam setiap
waktu, sebagaimana pernikahan yang dilakukan oleh oleh sebagian laki-laki saat
permulaan Islam, ketika mereka jauh dari isteri mereka ketika perang.
B; HADITS PERTAMA






Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah bin Numair] telah
menceritakan kepada kami [ayahku] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin
1 Ali Yusuf as-Subki, Fiqh Keluarga, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 134.
1

Umar] telah menceritakan kepadaku [Ar Rabi' bin Sabrah Al Juhani] bahwa [ayahnya]
telah menceritakan kepadanya bahwa dia pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam (dalam Fathu Makkah), beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia,
sesungguhnya saya pernah mengizinkan kepada kalian nikah mut'ah terhadap wanita,
dan sesungguhnya (mulai saat ini) Allah telah mengharamkannya sampai Hari Kiamat,
oleh karena itu barangsiapa yang masih memiliki (wanita yang dimut'ah), maka
ceraikanlah dia dan jangan kamu ambil kembali apa yang telah kamu berikan padanya2."
C; ASBABUL WURUD

Sebagaimana tercantum dalam al Jamiul Kabir dari Sabrah : Kami bersama Nabi
SAW dalam haji wada. Ketika kami tiba di Mekkah kami bertahallul. Carilah olehmu
kesenangan karena tahallul ini dengan istri (mu). Maka kami mencari perempuan (untuk
bersenang-senang) namun mereka menolak untuk dinikahi kecuali masa tertentu. Maka
kami sebutkan hal itu kepada Rosulullah SAW. Beliau bersabda : hendaklah kalian
tetapkan batas waktu (ajal) antara kamu dengan mereka. Maka aku keluar dengan
seorang anak pamanku. Aku dan dia sama-sama memiliki baju (burdah) namun bajunya
lebih baik dari bajuku, padahal aku lebih muda. Kami berjumpa dengan seorang
perempuan yang kagum dengan baju sahabatku, sedangkan perempuan itu mengangumi
kegantenganku. Perempuan itu berkata : Baju itu seperti bau. Maka aku langsung
menikahinya dan aku tetapkan jangka waktu perkawinan itu selama sepuluh (hari).
Maka aku bermalam bersamanya pada malam itu. Kemudian, besok pagi dan sorenya,
tiba-tiba Rosulullah berdiri antara pintu dan tiang rumah dan berkhutbah dihadapan
manusia dengan sabdanya : Wahai manusi.... dst, bunyi hadits di atas3.

D; TAKHRIJ HADITS
a; Imam-iman yang meriwayatkan hadits serupa

2 Bab.fi nikah mutah, H.R Sunan abi daud no. 1775 juz 7 hal.637
3 Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul wurud, (Jakarta : KALAM MULIA) hlm.
274

Di sini, penulis memakai metode takhrij dengan cara mengetahui topik pembahasan
hadis. Penulis menggunakan kata
dalam melakukan takhrij hadis, Penulis
menggunakan software Hadith Encyclopedya dalam proses pentakhrijan hadis ini.
Setelah itu maka diperoleh hadis-hadis sesuai dengan tema ini, untuk lebihnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :

NO
1
2
3
4
5
4
6

KITAB
Shahih Muslim
Sunan Nasai
Sunan Abu Daud
Musnad Ahmad
Sunan Darimi
Ibnu Majah

BAB

NO. HADIS
2502
3315
1774,1775
14796,14805
2098,2099
1952

b; Bagan sanad

Rosulullah SAW


4 Software encyclopedia hadith
3

Sabrah bin Ma'bad bin


'Awsajah

Ar Rabi' bin Sabrah bin


Ma'bad

Abdul 'Aziz bin 'Umar biun


'Abdul 'Aziz bin Marwan

Abdullah bin Numair


Muhammad bin 'Abdullah bin
Numair

c; Biografi perawi

NO
1

Nama Perowi Wafat


Sabrah Bin
-

Guru Perawi
Rasulullah saw

Murid Perawi
Ar Rabi bin Sabrah

Jarh wa tadil
Kalangan sahabat

Muabbad
2

ausajah
Ar Rabi bin

Sabrah Bin

Abdul Aziz

An NasaI

Sabrah bin

Muabbad ausajah

Muabbad

bin sabrah
Abdul Aziz

tsiqatun
Ibnu Habban

tsiqatun
Ad Dahabi

bin Amr bin


abdul aziz bin

tsiqatun

Marwan
Abdul Malik
bin rabi bin
sabrah

Abdul Aziz bin

Ar rabi bin

Umar bin

Sabrah bin

Marwan

muabbad
Shalih ibn

Kaisan
Abdurrahma

Abdullah bin

Numair
Abdul aziz bin
Mutalab bin

Abdullah
4

Abdullah bin

199 H

Numair

khitab
Abdah bin

tsiqatun
Abu daud ;

tsiqatun
An NasaI ;
Laisa bihi

Sulaiman

Abdul

Muhammad

Yahya bin
muain ;

Abdullah bin

n bin

Basun

Yahya bin

Azizz Bin

bin abdillah

Muin ;

Umar bin

bin Numair
Ahmad bin

Tsiqatun
Al Ajali ;

Hamid
Ishaq bin

Marwan
Al hasan

Bin Umaru
Saad bin

Ibrahim bin

Said

Tsiqatun

mukholid

Shalihun
Muhammad
bin Said ;
Tsiqatun,
soduqun

Muhammad bin 234 H

Abdullah

bin Numair
Ishaq bin

Abdullah bin
Numair

Sulaiman

Muhamad Bin

Abu Hatim ar

razi ;tsiqatun
Al Ajaliy ;

Ismail bin
Ibrahim

Tsiqatun

5 Software encyclopedia hadith


5

Ishaq bin
Mansur

An NasaI ;
Tsiqatun

d; Kesimpulan hadits

Seperti yang telah penulis kemukakan dalam takhrij hadis di atas mengenai hadis
ini, maka dapat disimpulkan bahwa hadis ini dinilai shahih-marfu oleh para ulama
karena diriwayatkan oleh Imam Muslim yang tidak bisa dibantah keotentikannya karena
standarisasinya yang ketat, tetapi hadisi ini juga diriwayatkan oleh banyak perawi hadis,
seperti Imam Abu Dawud, Ibnu Majjah, ad-Darimi, Tirmidzi, an-Nasai dan Imam
Ahmad. Hanya Bukhari saja yang luput dari periwayatn hadis ini. Dan skema sanad
haditsnya mutashil.
E; HADITS PENDUKUNG DAN BERTENTANGAN
a; Hadits yang pendukung

1; Riwayat Ibnu Majah (No. 1952) dari Ar Rabi bin Sabrah dari bapaknya dia
berkata:















Terjemahan :
Kami keluar bersama Rasulullah SAW dalam haji wada(dalam riwayat muslim pada
saat Fathu Makkah) mereka berkata: wahai Rasulullah sesungguhnya membujang (tidak
beserta istri) sungguh sangat berat bagi kami, dia (Rasulullah) berkata: menikahlah
dengan wanita-wanita ini, maka kami mendatangi mereka (wanita-wanita tsb) mereka
menolak menikah dengan kami kecuali dengan menentukan batas waktu pernikahan

atara kami dengan mereka, maka kami menyampaikan hal tersebut kepada Nabi SAW,
kemudian beliau berkata: buatlah tempo (pernikahan) antara kalian dengan mereka
kemudian pagi harinya Rasulullah berdiri antara tiang dan pintu dan dia berkata: Wahai
manusia, aku dahulu telah mengizinkan kalian menikahi perempuan dengan mutah dan
sesungguhnya Allah telah mengharamkannya hingga hari kiamat, maka barangsiapa
yang masih mempunyai istri dari hasil nikah mutah, hendaknya ia membebaskannya
dan jangan mengambil apapun yang telah kalian berikan kepadanya6"

2; Hadits riwayat Abu Dawud (hadits no 1774) dari Az Zuhri dia berkata: dan abu

dawud menyatakan : ini adalah riwayat yang paling sahih tentang yg demikian
(mutah):




Terjemahan :
Kami bersama Umar Bin Abdul Aziz, maka kami menyebut tentang mutah, maka
berkata kepadanya seorang lelaki yang disebut Rabi bin Sabrah: aku menyaksikan
bapakku sesungguhnya dia berkata sesungguhnya Rasulullah SAW melarangnya pada
haji wada7
b; Hadits bertentangan

1; Riwayat Muslim (no. 2493) dari Qais dia berkata aku telah mendengar Abdullah
berkata:







Terjemahan :
6 Riwayat Ibnu Majah no. 1952
7 Riwayat Abu Dawud hadits no. 1774
7

Kami berperang bersama Rasulullah SAW dan kami tidak mempunyai istri, maka kami
berkata: bolehkah kami mengebiri (diri kami), maka beliau melarang yang demikian
(mengebiri) kemudian memberi keringanan (rukhsoh) kepada kami untuk menikahi
wanita dengan (mahar) baju sampai batas waktu tertentu8.
2; Riwayat Muslim (no. 2494) dari Jabir bin Abdullah dan Salamah bin Al Akwa,

mereka berkata:





Terjemahan :
Telah menemui kami penyeru (penyampai pesan/muadzzin) Rasulullah SAW, maka dia
berkata: sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengizinkan kalian untuk (nikah)
mutah9.

F; MAKNA MUFRODAT

Kata mutah (), berasal dari kata mataa ( ) mataa, yantau, matan wa
mutatan yang maknanya berkisar pada memanfaatkan ( ) dan
bersenang-senang.

G; KANDUNGAN HUKUM DAN METODE ISTINBATNYA PARA FUQAHA

a. Fiqh Hadiths
1. Haram melakukan nikah mutah berdasarkan ijma ulama. Sekumpulan sahabat ada
yang masih menetapkan rukhsah nikah mutah ini, tetapi dalam riwayat yang lain

8 Riwayat Muslim no. 2493


9 Riwayat Muslim no. 2494
8

disebutkan bahawa mereka telah pun rujuk daripada pendapat ini. Malah menurut Ibn
Rusyd, riwayat yang mengharamkan nikah mutah adalah mutawatir.
2. Diharamkan memakan daging keledai kampung, yakni keledai jinak.10
Lafadz Mutah diambil dari at tamattu bi asy syai. Dinamakan demikian karena
tujuannya adalah seorang laki laki bermutah (bersenang senang) dengan seorang wanita
dengan jangka waktu yang telah diepakati dalam akad. Ibnu Hubairah berkata, semua
ulama sepakat mengatakan bahwa nikah mutah hukumnya batal.
Al Qurtubi berkata, semua riwayat sepakat mengatakan bahwa masa dibolehkannya
mutah, tidaklah panjang atau lama, setelah itu diharamkan untuk selamanya. Kemudian
ulama salaf dan Khalaf mengeluarkan ijma atas pengharaman mutah, kecuali golongan
Rafidhah.
At Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu abbas bahwa ia berkata, Mutah berlangung
hingga firman Allah berikut turun, kecuali terhadap istri istri mereka atau budak yang
mereka miliki (Q.s Al Mumin {23}; 6.
Ibnu Abbas berkata, selain kemaluan kedua wanita tersebut (Istri dan budak perempuan
yang dimiliki) hukumnya haram. Hal ini menunjukkan bahwa pengharaman mutah
bersumber dari Al quran.
Sekiranya pengharaman mutah yang berifat qathi dikarenakan ada ijma, maka
ijma juga terkait dengan pengharaman mutah. Perselisihannya sebenarnya terletak
pada keharaman untuk selamanya, dicabut atau tidak.11
H; HIKMAH

Ketika Allah SWT mengharamkan suatu perbuatan, biasanya ada dampak negatif
yang timbul bila larangan itu dilanggar.

10 Nor Hasanuddin, IBANAH AL AHKAM SYARAH BULUGH AL MARAM, (Kuala Lumpur, al


hidayah publication, 2010), juz 3 h, 366
11 Abdullah bin Abdurrahman, syarah Bulughul Maram, (Jakarta ; Putaka Azzam,2006), h.348

a; Di antara sekian banyak dampak negatif dari nikah mutah adalah beredarnya

penyakit kelamin semacam spilis, raja singa dan sejenisnya di kalangan mereka
yang menghalalkannya.
b; Hikmah pengharaman nikah mutah adalah tidak terealisasinya tujuan-tujuan
dasar pernikahan abadi dan langeng, serta tidak bertujuan keluarga yang
langgeng. Sehingga diharamkan tidak akan lahir anak-anak hasil zina dan
lelakinya yang memanfaatkan nikah mutah untuk berbuat zina.
c; Hikmah dilarangnya mutah lebih menjamin terhindarinya promiskuitas atau
pencampur adukan benih yang berdampak negatif seperti ketiddak jelasan nasab
dan timbulnya penyakit kelamin yaitu yang paling berbahaya adalah Aids.
d; Menghormati lima hal prinsip utama yaitu perlindungan atas agama, jiwa, akal,
keturunan ,akal dan harta.
I;

KESIMPULAN

Menurut riwayat Muslim, larangan nikah mutah itu baru terjadi pada tahun
penaklukan kota makkah. Artinya pada penaklukan itu masih boleh, baru sesudah itu
terdapat larangan. Imam Syafii secara formil mengatakan bahwa nikah mutah ini
terjadi dua kali penaskh-an. tidak pernah saya mengetahui sesuatu yang dihalalkan
Allah lalu diharamkan, kemudian dihalalkan dan kemudian diharamkan lagi selain
daripada kawin mutah.
Dapat diketahui bahwa nikah mutah tidak disepakati dan demi kebaikan manusia,
karena dengan hal ini hilanglah keturunan, pemanfaatan perempuan terbatas hanya
untuk pemenuhan syahwat oleh laki-laki dengan merendahkan kepribadian perempuan,
maka wajib keharamannya. Pernikahan ini hukumnya batal dan haruslah dibatalkan
ketika terjadi. Haruslah memberi mahar jika telah bercampur, dan jika tidak, maka tidak
ada kewajiban baginya

A; HADITS KEDUA




10

Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] Telah menceritakan kepada kami
[Laits] dari [Nafi'] bahwa apabila [Ibnu Umar] ditanya tentang hukum menikahi
wanita Nashrani dan wanita Yahudi ia menjawab, "Sesungguhnya Allah telah
mengharamkan wanita-wanita musyrik atas orang-orang yang beriman. Dan aku
tidak mengetahui adanya kesyirikan yang paling besar daripada seorang wanita yang
mengatakan bahwa Rabbnya adalah Isa, padahal ia hanyalah hamba dari hambahamba Allah."

B; TAKHRIJ HADITS
a; Imam-iman lain yang meriwayatkan hadits serupa :

Dalam hal ini penulis menggunakan aplikasi sofware encyclopedia hadith untuk
mengetahui perawi yang meriwayatkan hadits serupa, hadits ini tidak
diriwayatkan oleh perawi yang lainnya seperti Imam Abu Dawud, Ibnu Majjah,
ad-Darimi, Tirmidzi, an-Nasai dan Imam Ahmad. Hanya Bukhari saja yang
meriwayatkan hadits tersebut.

b; Sanad hadits

Abdullah Bin Umar bin


Khatab

Nafi Maula Ibn Umar


11

Laisa bin Said Abdurrahman

Qutaibah bin Said

c; Biografi perawi

No
1

Nama Perawi

Wafat

Abdullah Bin

73 H 22 Guru

Umar bin Khatab

Guru Perawi

Murid Perawi
255 Murid

Ustman bin

affan
Ali bin abi

thalib
Bilal Bin

Adam Bin

Ali
Nafi Maula

Ibn Umar
Yazid bin

Rabbah
2

Nafi Maula Ibn


Umar

113 Murid

Umar Bin

Nafi bin

Abdurrahman
Laisa bin

Umar bin

Kalangan
sahabat

Atarid

117 H 29 Guru

Jarh wa Tadi

Khatab
Yazid bin

Said bin

12

Yahya bin
Muain ;

tsiqatun
Al Ajali ;
Tsiqatun

sabab
Said bin

Malik
3

Laisa bin Said

56 Murid

Ibnu
Khariz ;

Anas

175 H 79 guru

Abdurrahman

Abdurrahman
Malik bin

tsiqatun

Ahmad

Nafi Maula

Adam bin

bin

Ibn Umar
Musa bin Ali
Muawiyah

abyas
Qutaibah

hambal

bin shalih

bin said
Ishaq bin ais

Tsiqatun
Ali bin
Madini ;

Tsiqatun
Yahya Bin
Muain
Tsiqatun

12

Qutaibah bin Said 240 H 87 Guru

2 Murid

Laisa Bin

Said Bin

bin ismail bin


muslim

Ahmad bin

shaghir
Ahmad bi

Yahya bi
Muain ;

Said bin

Abdurrahma
n
Malik bin anas
Muhammad

Tsiqatun
Abu
Hatim Ar

muhammmad

razi ;

bin hanbal

tsiqatun
An NasaI
Tsiqatun,
Saduqun

d; Kesimpulan hadits

Seperti yang telah penulis kemukakan dalam takhrij hadis di atas mengenai hadis ini,
maka dapat disimpulkan bahwa hadis ini dinilai shahih-mauquf oleh para ulama karena
diriwayatkan oleh shohih bukhari yang tidak bisa dibantah keotentikannya karena dalam
mengklafikasikan hadits beliau sangat ketat, dan di riwayatkan oleh shohih bukhari saja.

12 Software encyclopedia hadith


13

C; KANDUNGAN HUKUM DAN METODE ISTINBATNYA FUQAHA

Secara umum dari penjelasan diatas terdapat hukum tentang pengharaman


perkawinan muslim dengan non muslim. Hanya ada beberapa pengecualian terutama
akibat ketentuan khusus dari QS al-Maidah ayat 5, menjadikan pergeseran dari tingkat
hukum haram menjadi makruh, mubah, atau lainnya.
a). Laki-laki muslim dengan perempuan ahli kitab.
Pada dasarnya laki-laki muslim diperbolehkan mengawini perempuan ahli kitab
berdasarkan pengkhususan QS al-Maidah: 5 Allah berfirman yang Artinya : pada hari
ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi
Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan
Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang
beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang
diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan
maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya
gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukumhukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang
merugi.

14

Dapat dikatakan bahwa ayat-ayat tersebut adalah umum dan ditakhsisoleh surat alMaidah: 5.13, atau bahwa kata-kata musyrikat ini tidak meliputi Ahli Kitab sama sekali
menurut bahasa Al-Quran.
Pengertian ahli kitab ini disini mengacu pada 2 agama besar sebelum islam, yakni
Yahudi dan Nasrani. Ibnu Rusyd menulis bahwa para ulama sepakat akan kehalalan
mengawini perempuan ahli kitab dengan syarat ia merdeka. Sedangkan mengenai ahli
kitab yang budak dan ahli kitab yang berstatus tawanan para ulama berbeda pendapat.
Ibnu Munzhir berkata: Tidak ada dari sahabat yang mengharamkan (laki-laki muslim
mengawini perempuan ahli kitab).
Adapun pendapat fuqoha 4 madzhab sunni adalah sebagai berikut:

a; MADZHAB HANAFI

Para ulama Hanafi mengharamkan seorang laki-laki mukmin mengawini perempuan


ahli kitab yang berdomosili diwilayah yang sedang berperang dengan islam. Karena
mereka tidak tunduk terhadap hukum orang-orang Islam sehingga bisa membuka fitnah.
Seorang suami muslim yang menikah dengan perempuan ahli kitab dikhawatirkan akan
patuh terhadap sikap istrinya. Sedangkan mengawini ahli kitab Dzimmi (yang berada di
negara dan perlindungan pemerintahan Islam) hukumnya makruh, sebab mereka tunduk
pada hukum Islam.
b; MADZHAB MALIKI

Pendapat madzhab maliki ada 2:


1; Mengawini perempuan ahli kitab baik di dar al-harb maupun dzimmiyah hukumnya

makruh mutlak. Hanya saja kemakruhan yang di dar al-harb kualitasnya lebih berat.
2; Memandang tidak makruh mutlak sebab dzohir/membolehkan secara mutlak. Tetapi
tetap saja makruh karena digantungkan kemakruhannya berkait dengan dar al-Islam,
sebab perempuan ahli kitab tetap boleh minum khomr, memakan babi dan
sebagainya.

13 Yusuf Qardlawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer jilid 1, hal 586


15

c; MADZHAB SYAFII

Para fuqaha madzhab syafii memandang makruh mengawini perempuan ahli kitab
yang berdomisili di dar al-Islam, dan bahkan sangat mengharamkan (tasydid alkarohah)14 Ulama syafiiyah memandang kemakruhan tersebut apabila terjadi dalam
peristiwa berikut:
a; Calon suami tidak ada niat untuk mengajak calon istri untuk masuk Islam.
b; Masih ada perempuan muslimah yang sholihah
c; Apabila tidak mengawini perempuan ahli kitab ia akan terperosok kedalam

perbuatan zina.

d; MADZHAB HANBALI
a; Laki-laki muslim diperbolehkan mengawini perempuan ahli kitab.

Bahkan tidak dimakruhkan sama sekali, hal ini di dasrakan pada surat al-Maidah
ayat 5. Dengan syarat perempuan ahli kitab itu merdeka (tidak budak),karena
lafadz al-muhshonat yang dimaksudakan adalah perempuan merdeka
b; Perempuan muslim dengan laki-laki nonmuslim

D; HIKMAH
1; Adapun hikmah dilarangnya perkawinan antara orang Islam(pria/wanita) dengan

orang yang bukan Islam(pria/wanita, selain Ahli Kitab).


a; orang Islam dengan orang kafir selain Kristen dan Yahudi itu terdapat way of
life dan filsafat hidup yang sangat berbeda. Sebab orang Islam percaya
sepenuhnya kepada Allah sebagai pencipta alam semesta, percaya kepada para
nabi, kitab suci, malaikat, dan percaya pula pada hari kiamat, sedangkan orang
musyrik/kafir pada umumnya tidak percaya pada semuanya itu. Kepercayaan
mereka penuh dengan kufarat dan irasional. Bahkan mereka selalu mengajak
orang-orang yang telah beragama/beriman untuk meninggalkan agamanya dan
kemudian diajak mengikuti kepercayaan/ideologi mereka.
14 Dr. Irwan Abdullah, Kawin Lintas Agama, hal 41
16

b; Adapun hikmah dilarangnya perkawinan antar seseorang wanita Islam dengan

pria Kristen/yahudi, karena dikhawatirkan wanita Islam itu kehilangan


kebebasan beragama dan menjalankan ajaran-ajaran agamanya, kemudian
terseret pada agama suaminya.
c; Demikian pula anak-anak yang lahir dari hasil perkawinannya dikhawatirkan
pula mereka akan mengikuti agama bapaknya, karena bapak sebagai kepala
keluarga terhadap anak-anak melebihi ibunya.

E; KESIMPULAN

1; Menikah secara bahasa artinya menyatukan, menjodohkan atau bersenggama,


sementara menurut istilah adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki
laki dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram sehingga dengan akad
tersebut terjadi hak dan kewajiban antara kedua insan.
2; Tujuan menikah menurut syariat islam adalah : untuk memenuhi tuntutan naluri
manusia yang asasi, untuk membentengi akhlaq yang luhur dan untuk
menundukan pandangan, untuk menegakkan rumah tangga yang Islami, dan
untuk memperoleh keturunan yang sah secara biologis dan secara syariat.
3; Sebagian besar ulama membolehkan pernikahan beda agama dengan syarat laki
laki nya adalah seorang muslim dan wanita non muslim ahli kitab, diluar
keadaan itu maka pernikahan beda agama diharamkan.
4; Dalil mengenai pernikahan beda agama tertulis dalam al quran secara jelas
dalam QS: Al-Baqarah: 221
A. HADITS KETIGA

17

Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] dan [Abu Ma'mar], mereka berkata; telah
menceritakan kepada kami [Abdul Warits] dari [Habib], telah menceritakan kepadaku
['Amr bin Syu'aib] dari [Sa'id Al Maqburi] dari [Abu Hurairah], ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang pezina yang didera tidak boleh menikah
kecuali dengan wanita seperti dirinya." [Abu Ma'mar] berkata; telah menceritakan
kepadaku [Habib Al Mu'allim] dari ['Amr bin Syu'aib]15

B. TAKHRIJ DAN KUALITAS HADITS


a. imam yang meriwayatkan hadits serupa






Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami [Abdush Shamad bin Abdul Warits] [bapakku]
telah menceritakan kepadaku, ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Habib]
-yaitu Al Mu'allim- berkata; telah menceritakan kepada kami [Amru bin Syu'aib] dari
[Sa'id bin Abi Sa'id Al Maqburi] dari [Abu Hurairah], dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Seorang pezina yang telah dijilid tidak boleh
menikahi kecuali orang sepertinya."(H.R Ahmad 7949)

15 Bab Az Zaani la yankihu illa Zaaniatin, Sunan Abi Daud, H.R Abu Daud. No 1756, h. 593
18


19

b. Sanad hadits

c. Biografi perawi
No

Nama Perawi

Wafat

1.

Abdul warits,
bin said bi
dzakwan at
Tamimy Al
Anbariy

84 H

Guru Perawi

Murid Perawi

61 Guru

Jarh wa Tadil

45 Murid

Habib Al

Muallim
Said bin

jumhan
Sunan bin

Abu Mamar
abdullah bin
amral

rabiah

Abu Zurah
Abu
Hatim


NasaI
Muhammad bin

muqad
Musaddad

said

bin

Muarhad
Abu Salamah
Musa

bin

isma
2.

Habib Al
Muallim Abu
Muhammad Al
Basyriy Maula
Maqil bin Yasar

6 Guru

5 Murid

Amr

Syuaaib
Hisyam

bin Urwah
At Tamimy

bin

Abdul
Warits

20

Abi
ibn

Said
Abdul Wahab

At Tsaqifiy
Yazid
bin
Zuraij

Abu Bakar bin


Khoitsamah,

Abu Zurah
Nasai
Abdullah
Ahmad
Hanbal

bin

3.

Amr bin Suaib 118 H


bin Muhammad
bin Abdullah bin
Amr bin al
aasyi al qurasyi
as yihami

24 Guru

83 Murid

Habib

Muallim
Hajaj
bin

Utah
Hariz

Said Ibn
Abi Said
Al

Maqburi
Sulaiman

Ibn Yasar
Thowus

Al

shahih, Yahya
bin Muim, Amr

ibn

ustman

Muaiyah bin

bin Suaib
Ahmad bin
Abdullah Al

ar

ijliy dan Nasai

rakhabiy

ibn Kaisan
4

Said bin Abi

126 H

43 Guru

Said, ismuhu

Abu

Hurairah
Aisyah
Ummu

Kaisan Al
Maqburi

52 Murid

Ali

Bin

Urwah

Ad

Dimasqiy
Amr
bin

Suaib
Malik

Salamah

Abu

Hatim

Abu

Zurah,

Nasai
Abdullah

Hambal
Bin

Anas
16

Abu hurairah Ad 57 H

11 Guru

Dausiyyu Al

Rasululla

h SAW
Usamah

Yamaniyyu

263 Murid

Maqburiy
Said Ibn

Musayyab
Said Ibn

Bin

Kharitsah
Umar bin

Samaan Al

Khatab

Madaniy

d. Kesimpulan hadits

16 Al-mujam mufarhas juz 2.


21

Sahabat Rasulullah

Said bin Abi SAW


Said Al

Bin Zaid

bin

Hadits ini adalah hadits shahih. Ibnu Hajar berkata ; Perawi perawi hadits ini
adalah orang orang yang terpercaya. Dalam Al Muharrar, Ibnu Abdul Hadi berkata,
Sanad hadits ini shahih-Marfu sampai ke Amru, ia terkenal dipercaya oleh kalangan
jumhur. Hadits ini dianggap shahih oleh Al Hakim dan disetujui oleh Adz Dzahabi.

C. HADITS PENDUKUNG DAN BERTENTANGAN


a). Hadits pendukung






Terjemahan :

Telah menceritakan kepada kami [Abdush Shamad bin Abdul Warits] [bapakku] telah
menceritakan kepadaku, ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Habib] -yaitu Al
Mu'allim- berkata; telah menceritakan kepada kami [Amru bin Syu'aib] dari [Sa'id bin
Abi Sa'id Al Maqburi] dari [Abu Hurairah], dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam Bersabda: "Seorang pezina yang telah dijilid tidak boleh menikahi kecuali
orang sepertinya17."

D. MAKNA MUFRODAT

orang yang melakukan perbuatan zina.

Orang yang dikenai hukuman had zina (dicambuk), ini adalah sifat yang

umum. disini berarti yujamiu, artinya bersetubuh.

17 Muhammad Syakir, Musnd Imam Ahmad, (Jakarta ; Pustaka Azzam,2009), h. 354


22

E; KANDUNGAN

HUKUM
METODE
INTINBATNYA
DALAM
PRESPEKTIF FUQAHA
1; Secara bahasa nikah berarti al wathu (menggauli) dan al aqd (akad).
Dinamakan nikah sebagai majaz pada hadits ini karena perbuatan yang
dilakukan orang yang terkena hukuman had, bukan nikah secara hakikat, karena
nikah disini dijadikan sebagai jalan untuk menggauli wanita (berzina).
2; Pendapat yang unggul mengatakan bahwa maksud dari hadits ini adalah mencela
perbuatan zina, sebab zina tidak akan pernah terjadi pada laki-laki dan wanita
yang iffah (menjaga diri dari hal hal yang dilarang). Akan tetapi zina terjadi pada
laki laki dan perempuan yang biasa melakukan zina.
3; Kandungan hadits ini senada dengan kandungan firman Allah swt, Laki laki
yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik, dn perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan
oleh laki laki yang berzina atau laki laki musyrik, dan yang demikian itu
diharamkan atas orang orang yang mukmin. (Qs An Nur ;24 ;3).
Dalam hal ini Ibnu Katsir berkata, Ayat di atas merupakan pemberitahuan dari
Allah bahwa laki-laki yang berzina tidak boleh menggauli seorang perempuan
melainkan ia juga seorang yang berzina, atau musyrik. Maksudnya, perbuatan zina tidak
disetujui kecuali oleh seorang perempuan yang maksiat atau musyrik yang tidak peduli
akan keharamannya. Demikian pula dengan perempuan yang berzina, ia tidak dinikahi
melainkan oleh laki laki yang berzina atau musyrik, maksudnya laki laki yang berbuat
maksiat atau laki laki musyrik yang tidak memedulikan ihwal keharaman sesuatu.
An Nawawi berkata ; Dari Habib bin Abu Umar, dari Said bin Jubair, dari Ibnu
Abbas; perbuatan semacam ini bukanlah nikah, akan tetapi persetubuhan, maksudnya
laki-laki tidak bersetubuh kecuali dengan wanita yang berzina atau musyrik.

23

Ini adalah sanad yang shahih, diriwayatkan oleh Abu Hatim dengan sanad dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda,


Tidaklah seorang laaki laki pezina yang dicambuk menikah kecuali dengan
pasangan yang sepertinya.
Ibnu Al Jauzi berkata, Makna ayat diatas adalah mencela para pelaku zina dan
perbuatan zina itu. Sebab perbuatan zina tidak akan pernah terjadi kecuali dilakukan
oleh seorang laki laki yang berzina atau berbuat maksiat atau musyrik, dan tidak
disetujui atau disepakati kecuali oleh seorang perempuan yang berbuat zina atau
musyrik atau maksiat.

4; Kebanyakan ulama menafsirkan hadits ini dengan mengatakan bahwa laki laki

berzina yang dirajam menginginkan menikah dengan perempuan sepertinya.


Demikian halnya dengan perempuan.
5; Yang ditunjukkan oleh hadits ini adalah larangan, bukan sekadar pemberitahuan
keinginan untuk menikah. Karenanya, laki laki yang berzina diharamkan
menikahi perempuan yang iffah (terjaga kehormatannya), dan perempuan yang
iffah diharamkan menikah dengan laki laki yang berzina. Keharaman ini Alah
swt tunjukkan melalui firman Nya yang artinya Dan yang demikian itu
diharamkan atas orang orang yang mukmin. (Q.s An Nur {24} ;3. Maksud
orang orang mukmin disini adalah orang orang yang memiliki keimanan yang
sempurna, sebab seseorang tidak melakukan zina selama ia mukmin.
Syaikh Abdurrahman As Sadiy berkata, Laki-laki yang berbuat zina tidak akan
menikah kecuali dengan perempuan yang perilakunya sama dengannya, atau perempuan
musyrik. Demikian halnya dengan perempuan yang berbuat zina, ia tidak akan menikah
dengan laki laki kecuali seorang yang berbuat zina atau musyrik.
Pernyataan hadits ini menunjukkan keharaman yang jelas menikahi perempuan yang
berbuat zina hinga ia bertobat, dan sebaliknya dengan laki laki.

24

6; Dalam Nail Al Maarib dikatakan, Perempuan yang berbuat zina diharamkan

atas laki laki yang berbuat zina hingga ia bertobat, dan masa iddah nya selesai.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim berkata ; Seorang laki laki tidak boleh menikahi
perempuan hamil dari hasil perbuatan zina darinya sampai masa iddahnya selesai, yaitu
sampai perempuan tersebut melahirkan.
Syaikhul Islam berkata, Menikahi seorang perempuan berzina hukumnya haram
sampai ia bertobat, baik ia menikah dengan laki laki yang membuatnya hamil dengan
cara tidak halal atau dengan laki laki lain. Keharaman hukum ini merupakan pendapat
madzhab sekelompok ulama tradisional dan kontemporer yang bersandarkan pada
Kitabullah, Sunnah, dan Itibar, seperti Ahmad bin Hanbal.18
F; HIKMAH
1; Laki-laki yang berzina tidak boleh menggauli seorang perempuan melainkan ia

juga seorang yang berzina, atau musyrik. Maksudnya, perbuatan zina tidak
disetujui kecuali oleh seorang perempuan yang maksiat atau musyrik yang tidak
peduli akan keharamannya.
2; Laki laki yang berzina diharamkan menikahi perempuan yang iffah (terjaga
kehormatannya), dan perempuan yang iffah diharamkan menikah dengan laki
laki yang berzina.
3; Seorang laki laki tidak boleh menikahi perempuan hamil dari hasil perbuatan
zina darinya sampai masa iddahnya selesai, yaitu sampai perempuan tersebut
melahirkan.
4; Menikahi seorang perempuan berzina hukumnya haram sampai ia bertobat, baik
ia menikah dengan laki laki yang membuatnya hamil dengan cara tidak halal
atau dengan laki laki lain.

18 Abdullah Bin Abdurrahman, Syarah Bulughul Maram,( Jakarta ; Pustaka Azzam,


2006), h 357

25

G. KESIMPULAN
Menurut jumhur ulama, mereka boleh berkahwin dan nikahnya pula dinyatakan sah,
namun ada sekumpulan ulama yang melarangnya. IbnHazm dan Ibn al-Qayyim memilih
pendapat yang melarang dengan dalil firman Allah (s.w.t):
Pezina lelaki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan atau wanita
musyrik, pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali kepada pezina lelaki atau
seorang musyrik, dan yang demikian itu diharamkan terhdap orang orang mumin.
Jumhur ulama menyanggah pendapat ini dengan mengatakan bahawa maksud ayat
di atas adalah wanita yang sudah terkenal sebagai pezina danorang musyrik.Mereka
turut menyanggah hadith ini dengan mengatakan bahawa hadith ini hanya sekadar
menunjukkan kebiasaan, kerana orang yang gemar berzina biasanya tidak berkahwin
kecuali dengan pasangn yang sama seperti dirinya.

26

DAFTAR PUSTAKA
As Subki, Ali Yusuf, Fiqh Keluarga, Jakarta: Amzah, 2010.
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul wurud, Jakarta : KALAM
MULIA
Abdullah Bin Abdurrahman, Syarah Bulughul Maram, Jakarta ; Pustaka Azzam, 2006
Muhammad Syakir, Musnd Imam Ahmad, Jakarta ; Pustaka Azzam,2009

27

Anda mungkin juga menyukai