PEMBAHASAN
A; PENGERTIAN MUTAH
Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah bin Numair] telah
menceritakan kepada kami [ayahku] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin
1 Ali Yusuf as-Subki, Fiqh Keluarga, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 134.
1
Umar] telah menceritakan kepadaku [Ar Rabi' bin Sabrah Al Juhani] bahwa [ayahnya]
telah menceritakan kepadanya bahwa dia pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam (dalam Fathu Makkah), beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia,
sesungguhnya saya pernah mengizinkan kepada kalian nikah mut'ah terhadap wanita,
dan sesungguhnya (mulai saat ini) Allah telah mengharamkannya sampai Hari Kiamat,
oleh karena itu barangsiapa yang masih memiliki (wanita yang dimut'ah), maka
ceraikanlah dia dan jangan kamu ambil kembali apa yang telah kamu berikan padanya2."
C; ASBABUL WURUD
Sebagaimana tercantum dalam al Jamiul Kabir dari Sabrah : Kami bersama Nabi
SAW dalam haji wada. Ketika kami tiba di Mekkah kami bertahallul. Carilah olehmu
kesenangan karena tahallul ini dengan istri (mu). Maka kami mencari perempuan (untuk
bersenang-senang) namun mereka menolak untuk dinikahi kecuali masa tertentu. Maka
kami sebutkan hal itu kepada Rosulullah SAW. Beliau bersabda : hendaklah kalian
tetapkan batas waktu (ajal) antara kamu dengan mereka. Maka aku keluar dengan
seorang anak pamanku. Aku dan dia sama-sama memiliki baju (burdah) namun bajunya
lebih baik dari bajuku, padahal aku lebih muda. Kami berjumpa dengan seorang
perempuan yang kagum dengan baju sahabatku, sedangkan perempuan itu mengangumi
kegantenganku. Perempuan itu berkata : Baju itu seperti bau. Maka aku langsung
menikahinya dan aku tetapkan jangka waktu perkawinan itu selama sepuluh (hari).
Maka aku bermalam bersamanya pada malam itu. Kemudian, besok pagi dan sorenya,
tiba-tiba Rosulullah berdiri antara pintu dan tiang rumah dan berkhutbah dihadapan
manusia dengan sabdanya : Wahai manusi.... dst, bunyi hadits di atas3.
D; TAKHRIJ HADITS
a; Imam-iman yang meriwayatkan hadits serupa
2 Bab.fi nikah mutah, H.R Sunan abi daud no. 1775 juz 7 hal.637
3 Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul wurud, (Jakarta : KALAM MULIA) hlm.
274
Di sini, penulis memakai metode takhrij dengan cara mengetahui topik pembahasan
hadis. Penulis menggunakan kata
dalam melakukan takhrij hadis, Penulis
menggunakan software Hadith Encyclopedya dalam proses pentakhrijan hadis ini.
Setelah itu maka diperoleh hadis-hadis sesuai dengan tema ini, untuk lebihnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
NO
1
2
3
4
5
4
6
KITAB
Shahih Muslim
Sunan Nasai
Sunan Abu Daud
Musnad Ahmad
Sunan Darimi
Ibnu Majah
BAB
NO. HADIS
2502
3315
1774,1775
14796,14805
2098,2099
1952
b; Bagan sanad
Rosulullah SAW
4 Software encyclopedia hadith
3
Muhammad bin 'Abdullah bin
Numair
c; Biografi perawi
NO
1
Guru Perawi
Rasulullah saw
Murid Perawi
Ar Rabi bin Sabrah
Jarh wa tadil
Kalangan sahabat
Muabbad
2
ausajah
Ar Rabi bin
Sabrah Bin
Abdul Aziz
An NasaI
Sabrah bin
Muabbad ausajah
Muabbad
bin sabrah
Abdul Aziz
tsiqatun
Ibnu Habban
tsiqatun
Ad Dahabi
tsiqatun
Marwan
Abdul Malik
bin rabi bin
sabrah
Ar rabi bin
Umar bin
Sabrah bin
Marwan
muabbad
Shalih ibn
Kaisan
Abdurrahma
Abdullah bin
Numair
Abdul aziz bin
Mutalab bin
Abdullah
4
Abdullah bin
199 H
Numair
khitab
Abdah bin
tsiqatun
Abu daud ;
tsiqatun
An NasaI ;
Laisa bihi
Sulaiman
Abdul
Muhammad
Yahya bin
muain ;
Abdullah bin
n bin
Basun
Yahya bin
Azizz Bin
bin abdillah
Muin ;
Umar bin
bin Numair
Ahmad bin
Tsiqatun
Al Ajali ;
Hamid
Ishaq bin
Marwan
Al hasan
Bin Umaru
Saad bin
Ibrahim bin
Said
Tsiqatun
mukholid
Shalihun
Muhammad
bin Said ;
Tsiqatun,
soduqun
Abdullah
bin Numair
Ishaq bin
Abdullah bin
Numair
Sulaiman
Muhamad Bin
Abu Hatim ar
razi ;tsiqatun
Al Ajaliy ;
Ismail bin
Ibrahim
Tsiqatun
Ishaq bin
Mansur
An NasaI ;
Tsiqatun
d; Kesimpulan hadits
Seperti yang telah penulis kemukakan dalam takhrij hadis di atas mengenai hadis
ini, maka dapat disimpulkan bahwa hadis ini dinilai shahih-marfu oleh para ulama
karena diriwayatkan oleh Imam Muslim yang tidak bisa dibantah keotentikannya karena
standarisasinya yang ketat, tetapi hadisi ini juga diriwayatkan oleh banyak perawi hadis,
seperti Imam Abu Dawud, Ibnu Majjah, ad-Darimi, Tirmidzi, an-Nasai dan Imam
Ahmad. Hanya Bukhari saja yang luput dari periwayatn hadis ini. Dan skema sanad
haditsnya mutashil.
E; HADITS PENDUKUNG DAN BERTENTANGAN
a; Hadits yang pendukung
1; Riwayat Ibnu Majah (No. 1952) dari Ar Rabi bin Sabrah dari bapaknya dia
berkata:
Terjemahan :
Kami keluar bersama Rasulullah SAW dalam haji wada(dalam riwayat muslim pada
saat Fathu Makkah) mereka berkata: wahai Rasulullah sesungguhnya membujang (tidak
beserta istri) sungguh sangat berat bagi kami, dia (Rasulullah) berkata: menikahlah
dengan wanita-wanita ini, maka kami mendatangi mereka (wanita-wanita tsb) mereka
menolak menikah dengan kami kecuali dengan menentukan batas waktu pernikahan
atara kami dengan mereka, maka kami menyampaikan hal tersebut kepada Nabi SAW,
kemudian beliau berkata: buatlah tempo (pernikahan) antara kalian dengan mereka
kemudian pagi harinya Rasulullah berdiri antara tiang dan pintu dan dia berkata: Wahai
manusia, aku dahulu telah mengizinkan kalian menikahi perempuan dengan mutah dan
sesungguhnya Allah telah mengharamkannya hingga hari kiamat, maka barangsiapa
yang masih mempunyai istri dari hasil nikah mutah, hendaknya ia membebaskannya
dan jangan mengambil apapun yang telah kalian berikan kepadanya6"
2; Hadits riwayat Abu Dawud (hadits no 1774) dari Az Zuhri dia berkata: dan abu
dawud menyatakan : ini adalah riwayat yang paling sahih tentang yg demikian
(mutah):
Terjemahan :
Kami bersama Umar Bin Abdul Aziz, maka kami menyebut tentang mutah, maka
berkata kepadanya seorang lelaki yang disebut Rabi bin Sabrah: aku menyaksikan
bapakku sesungguhnya dia berkata sesungguhnya Rasulullah SAW melarangnya pada
haji wada7
b; Hadits bertentangan
1; Riwayat Muslim (no. 2493) dari Qais dia berkata aku telah mendengar Abdullah
berkata:
Terjemahan :
6 Riwayat Ibnu Majah no. 1952
7 Riwayat Abu Dawud hadits no. 1774
7
Kami berperang bersama Rasulullah SAW dan kami tidak mempunyai istri, maka kami
berkata: bolehkah kami mengebiri (diri kami), maka beliau melarang yang demikian
(mengebiri) kemudian memberi keringanan (rukhsoh) kepada kami untuk menikahi
wanita dengan (mahar) baju sampai batas waktu tertentu8.
2; Riwayat Muslim (no. 2494) dari Jabir bin Abdullah dan Salamah bin Al Akwa,
mereka berkata:
Terjemahan :
Telah menemui kami penyeru (penyampai pesan/muadzzin) Rasulullah SAW, maka dia
berkata: sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengizinkan kalian untuk (nikah)
mutah9.
F; MAKNA MUFRODAT
Kata mutah (), berasal dari kata mataa ( ) mataa, yantau, matan wa
mutatan yang maknanya berkisar pada memanfaatkan ( ) dan
bersenang-senang.
a. Fiqh Hadiths
1. Haram melakukan nikah mutah berdasarkan ijma ulama. Sekumpulan sahabat ada
yang masih menetapkan rukhsah nikah mutah ini, tetapi dalam riwayat yang lain
disebutkan bahawa mereka telah pun rujuk daripada pendapat ini. Malah menurut Ibn
Rusyd, riwayat yang mengharamkan nikah mutah adalah mutawatir.
2. Diharamkan memakan daging keledai kampung, yakni keledai jinak.10
Lafadz Mutah diambil dari at tamattu bi asy syai. Dinamakan demikian karena
tujuannya adalah seorang laki laki bermutah (bersenang senang) dengan seorang wanita
dengan jangka waktu yang telah diepakati dalam akad. Ibnu Hubairah berkata, semua
ulama sepakat mengatakan bahwa nikah mutah hukumnya batal.
Al Qurtubi berkata, semua riwayat sepakat mengatakan bahwa masa dibolehkannya
mutah, tidaklah panjang atau lama, setelah itu diharamkan untuk selamanya. Kemudian
ulama salaf dan Khalaf mengeluarkan ijma atas pengharaman mutah, kecuali golongan
Rafidhah.
At Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu abbas bahwa ia berkata, Mutah berlangung
hingga firman Allah berikut turun, kecuali terhadap istri istri mereka atau budak yang
mereka miliki (Q.s Al Mumin {23}; 6.
Ibnu Abbas berkata, selain kemaluan kedua wanita tersebut (Istri dan budak perempuan
yang dimiliki) hukumnya haram. Hal ini menunjukkan bahwa pengharaman mutah
bersumber dari Al quran.
Sekiranya pengharaman mutah yang berifat qathi dikarenakan ada ijma, maka
ijma juga terkait dengan pengharaman mutah. Perselisihannya sebenarnya terletak
pada keharaman untuk selamanya, dicabut atau tidak.11
H; HIKMAH
Ketika Allah SWT mengharamkan suatu perbuatan, biasanya ada dampak negatif
yang timbul bila larangan itu dilanggar.
a; Di antara sekian banyak dampak negatif dari nikah mutah adalah beredarnya
penyakit kelamin semacam spilis, raja singa dan sejenisnya di kalangan mereka
yang menghalalkannya.
b; Hikmah pengharaman nikah mutah adalah tidak terealisasinya tujuan-tujuan
dasar pernikahan abadi dan langeng, serta tidak bertujuan keluarga yang
langgeng. Sehingga diharamkan tidak akan lahir anak-anak hasil zina dan
lelakinya yang memanfaatkan nikah mutah untuk berbuat zina.
c; Hikmah dilarangnya mutah lebih menjamin terhindarinya promiskuitas atau
pencampur adukan benih yang berdampak negatif seperti ketiddak jelasan nasab
dan timbulnya penyakit kelamin yaitu yang paling berbahaya adalah Aids.
d; Menghormati lima hal prinsip utama yaitu perlindungan atas agama, jiwa, akal,
keturunan ,akal dan harta.
I;
KESIMPULAN
Menurut riwayat Muslim, larangan nikah mutah itu baru terjadi pada tahun
penaklukan kota makkah. Artinya pada penaklukan itu masih boleh, baru sesudah itu
terdapat larangan. Imam Syafii secara formil mengatakan bahwa nikah mutah ini
terjadi dua kali penaskh-an. tidak pernah saya mengetahui sesuatu yang dihalalkan
Allah lalu diharamkan, kemudian dihalalkan dan kemudian diharamkan lagi selain
daripada kawin mutah.
Dapat diketahui bahwa nikah mutah tidak disepakati dan demi kebaikan manusia,
karena dengan hal ini hilanglah keturunan, pemanfaatan perempuan terbatas hanya
untuk pemenuhan syahwat oleh laki-laki dengan merendahkan kepribadian perempuan,
maka wajib keharamannya. Pernikahan ini hukumnya batal dan haruslah dibatalkan
ketika terjadi. Haruslah memberi mahar jika telah bercampur, dan jika tidak, maka tidak
ada kewajiban baginya
A; HADITS KEDUA
10
Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] Telah menceritakan kepada kami
[Laits] dari [Nafi'] bahwa apabila [Ibnu Umar] ditanya tentang hukum menikahi
wanita Nashrani dan wanita Yahudi ia menjawab, "Sesungguhnya Allah telah
mengharamkan wanita-wanita musyrik atas orang-orang yang beriman. Dan aku
tidak mengetahui adanya kesyirikan yang paling besar daripada seorang wanita yang
mengatakan bahwa Rabbnya adalah Isa, padahal ia hanyalah hamba dari hambahamba Allah."
B; TAKHRIJ HADITS
a; Imam-iman lain yang meriwayatkan hadits serupa :
Dalam hal ini penulis menggunakan aplikasi sofware encyclopedia hadith untuk
mengetahui perawi yang meriwayatkan hadits serupa, hadits ini tidak
diriwayatkan oleh perawi yang lainnya seperti Imam Abu Dawud, Ibnu Majjah,
ad-Darimi, Tirmidzi, an-Nasai dan Imam Ahmad. Hanya Bukhari saja yang
meriwayatkan hadits tersebut.
b; Sanad hadits
c; Biografi perawi
No
1
Nama Perawi
Wafat
Abdullah Bin
73 H 22 Guru
Guru Perawi
Murid Perawi
255 Murid
Ustman bin
affan
Ali bin abi
thalib
Bilal Bin
Adam Bin
Ali
Nafi Maula
Ibn Umar
Yazid bin
Rabbah
2
113 Murid
Umar Bin
Nafi bin
Abdurrahman
Laisa bin
Umar bin
Kalangan
sahabat
Atarid
117 H 29 Guru
Jarh wa Tadi
Khatab
Yazid bin
Said bin
12
Yahya bin
Muain ;
tsiqatun
Al Ajali ;
Tsiqatun
sabab
Said bin
Malik
3
56 Murid
Ibnu
Khariz ;
Anas
175 H 79 guru
Abdurrahman
Abdurrahman
Malik bin
tsiqatun
Ahmad
Nafi Maula
Adam bin
bin
Ibn Umar
Musa bin Ali
Muawiyah
abyas
Qutaibah
hambal
bin shalih
bin said
Ishaq bin ais
Tsiqatun
Ali bin
Madini ;
Tsiqatun
Yahya Bin
Muain
Tsiqatun
12
2 Murid
Laisa Bin
Said Bin
Ahmad bin
shaghir
Ahmad bi
Yahya bi
Muain ;
Said bin
Abdurrahma
n
Malik bin anas
Muhammad
Tsiqatun
Abu
Hatim Ar
muhammmad
razi ;
bin hanbal
tsiqatun
An NasaI
Tsiqatun,
Saduqun
d; Kesimpulan hadits
Seperti yang telah penulis kemukakan dalam takhrij hadis di atas mengenai hadis ini,
maka dapat disimpulkan bahwa hadis ini dinilai shahih-mauquf oleh para ulama karena
diriwayatkan oleh shohih bukhari yang tidak bisa dibantah keotentikannya karena dalam
mengklafikasikan hadits beliau sangat ketat, dan di riwayatkan oleh shohih bukhari saja.
14
Dapat dikatakan bahwa ayat-ayat tersebut adalah umum dan ditakhsisoleh surat alMaidah: 5.13, atau bahwa kata-kata musyrikat ini tidak meliputi Ahli Kitab sama sekali
menurut bahasa Al-Quran.
Pengertian ahli kitab ini disini mengacu pada 2 agama besar sebelum islam, yakni
Yahudi dan Nasrani. Ibnu Rusyd menulis bahwa para ulama sepakat akan kehalalan
mengawini perempuan ahli kitab dengan syarat ia merdeka. Sedangkan mengenai ahli
kitab yang budak dan ahli kitab yang berstatus tawanan para ulama berbeda pendapat.
Ibnu Munzhir berkata: Tidak ada dari sahabat yang mengharamkan (laki-laki muslim
mengawini perempuan ahli kitab).
Adapun pendapat fuqoha 4 madzhab sunni adalah sebagai berikut:
a; MADZHAB HANAFI
makruh mutlak. Hanya saja kemakruhan yang di dar al-harb kualitasnya lebih berat.
2; Memandang tidak makruh mutlak sebab dzohir/membolehkan secara mutlak. Tetapi
tetap saja makruh karena digantungkan kemakruhannya berkait dengan dar al-Islam,
sebab perempuan ahli kitab tetap boleh minum khomr, memakan babi dan
sebagainya.
c; MADZHAB SYAFII
Para fuqaha madzhab syafii memandang makruh mengawini perempuan ahli kitab
yang berdomisili di dar al-Islam, dan bahkan sangat mengharamkan (tasydid alkarohah)14 Ulama syafiiyah memandang kemakruhan tersebut apabila terjadi dalam
peristiwa berikut:
a; Calon suami tidak ada niat untuk mengajak calon istri untuk masuk Islam.
b; Masih ada perempuan muslimah yang sholihah
c; Apabila tidak mengawini perempuan ahli kitab ia akan terperosok kedalam
perbuatan zina.
d; MADZHAB HANBALI
a; Laki-laki muslim diperbolehkan mengawini perempuan ahli kitab.
Bahkan tidak dimakruhkan sama sekali, hal ini di dasrakan pada surat al-Maidah
ayat 5. Dengan syarat perempuan ahli kitab itu merdeka (tidak budak),karena
lafadz al-muhshonat yang dimaksudakan adalah perempuan merdeka
b; Perempuan muslim dengan laki-laki nonmuslim
D; HIKMAH
1; Adapun hikmah dilarangnya perkawinan antara orang Islam(pria/wanita) dengan
E; KESIMPULAN
17
Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] dan [Abu Ma'mar], mereka berkata; telah
menceritakan kepada kami [Abdul Warits] dari [Habib], telah menceritakan kepadaku
['Amr bin Syu'aib] dari [Sa'id Al Maqburi] dari [Abu Hurairah], ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang pezina yang didera tidak boleh menikah
kecuali dengan wanita seperti dirinya." [Abu Ma'mar] berkata; telah menceritakan
kepadaku [Habib Al Mu'allim] dari ['Amr bin Syu'aib]15
Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami [Abdush Shamad bin Abdul Warits] [bapakku]
telah menceritakan kepadaku, ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Habib]
-yaitu Al Mu'allim- berkata; telah menceritakan kepada kami [Amru bin Syu'aib] dari
[Sa'id bin Abi Sa'id Al Maqburi] dari [Abu Hurairah], dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Seorang pezina yang telah dijilid tidak boleh
menikahi kecuali orang sepertinya."(H.R Ahmad 7949)
15 Bab Az Zaani la yankihu illa Zaaniatin, Sunan Abi Daud, H.R Abu Daud. No 1756, h. 593
18
19
b. Sanad hadits
c. Biografi perawi
No
Nama Perawi
Wafat
1.
Abdul warits,
bin said bi
dzakwan at
Tamimy Al
Anbariy
84 H
Guru Perawi
Murid Perawi
61 Guru
Jarh wa Tadil
45 Murid
Habib Al
Muallim
Said bin
jumhan
Sunan bin
Abu Mamar
abdullah bin
amral
rabiah
Abu Zurah
Abu
Hatim
NasaI
Muhammad bin
muqad
Musaddad
said
bin
Muarhad
Abu Salamah
Musa
bin
isma
2.
Habib Al
Muallim Abu
Muhammad Al
Basyriy Maula
Maqil bin Yasar
6 Guru
5 Murid
Amr
Syuaaib
Hisyam
bin Urwah
At Tamimy
bin
Abdul
Warits
20
Abi
ibn
Said
Abdul Wahab
At Tsaqifiy
Yazid
bin
Zuraij
Abu Zurah
Nasai
Abdullah
Ahmad
Hanbal
bin
3.
24 Guru
83 Murid
Habib
Muallim
Hajaj
bin
Utah
Hariz
Said Ibn
Abi Said
Al
Maqburi
Sulaiman
Ibn Yasar
Thowus
Al
shahih, Yahya
bin Muim, Amr
ibn
ustman
Muaiyah bin
bin Suaib
Ahmad bin
Abdullah Al
ar
rakhabiy
ibn Kaisan
4
126 H
43 Guru
Said, ismuhu
Abu
Hurairah
Aisyah
Ummu
Kaisan Al
Maqburi
52 Murid
Ali
Bin
Urwah
Ad
Dimasqiy
Amr
bin
Suaib
Malik
Salamah
Abu
Hatim
Abu
Zurah,
Nasai
Abdullah
Hambal
Bin
Anas
16
Abu hurairah Ad 57 H
11 Guru
Dausiyyu Al
Rasululla
h SAW
Usamah
Yamaniyyu
263 Murid
Maqburiy
Said Ibn
Musayyab
Said Ibn
Bin
Kharitsah
Umar bin
Samaan Al
Khatab
Madaniy
d. Kesimpulan hadits
Sahabat Rasulullah
Bin Zaid
bin
Hadits ini adalah hadits shahih. Ibnu Hajar berkata ; Perawi perawi hadits ini
adalah orang orang yang terpercaya. Dalam Al Muharrar, Ibnu Abdul Hadi berkata,
Sanad hadits ini shahih-Marfu sampai ke Amru, ia terkenal dipercaya oleh kalangan
jumhur. Hadits ini dianggap shahih oleh Al Hakim dan disetujui oleh Adz Dzahabi.
Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami [Abdush Shamad bin Abdul Warits] [bapakku] telah
menceritakan kepadaku, ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Habib] -yaitu Al
Mu'allim- berkata; telah menceritakan kepada kami [Amru bin Syu'aib] dari [Sa'id bin
Abi Sa'id Al Maqburi] dari [Abu Hurairah], dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam Bersabda: "Seorang pezina yang telah dijilid tidak boleh menikahi kecuali
orang sepertinya17."
D. MAKNA MUFRODAT
Orang yang dikenai hukuman had zina (dicambuk), ini adalah sifat yang
E; KANDUNGAN
HUKUM
METODE
INTINBATNYA
DALAM
PRESPEKTIF FUQAHA
1; Secara bahasa nikah berarti al wathu (menggauli) dan al aqd (akad).
Dinamakan nikah sebagai majaz pada hadits ini karena perbuatan yang
dilakukan orang yang terkena hukuman had, bukan nikah secara hakikat, karena
nikah disini dijadikan sebagai jalan untuk menggauli wanita (berzina).
2; Pendapat yang unggul mengatakan bahwa maksud dari hadits ini adalah mencela
perbuatan zina, sebab zina tidak akan pernah terjadi pada laki-laki dan wanita
yang iffah (menjaga diri dari hal hal yang dilarang). Akan tetapi zina terjadi pada
laki laki dan perempuan yang biasa melakukan zina.
3; Kandungan hadits ini senada dengan kandungan firman Allah swt, Laki laki
yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik, dn perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan
oleh laki laki yang berzina atau laki laki musyrik, dan yang demikian itu
diharamkan atas orang orang yang mukmin. (Qs An Nur ;24 ;3).
Dalam hal ini Ibnu Katsir berkata, Ayat di atas merupakan pemberitahuan dari
Allah bahwa laki-laki yang berzina tidak boleh menggauli seorang perempuan
melainkan ia juga seorang yang berzina, atau musyrik. Maksudnya, perbuatan zina tidak
disetujui kecuali oleh seorang perempuan yang maksiat atau musyrik yang tidak peduli
akan keharamannya. Demikian pula dengan perempuan yang berzina, ia tidak dinikahi
melainkan oleh laki laki yang berzina atau musyrik, maksudnya laki laki yang berbuat
maksiat atau laki laki musyrik yang tidak memedulikan ihwal keharaman sesuatu.
An Nawawi berkata ; Dari Habib bin Abu Umar, dari Said bin Jubair, dari Ibnu
Abbas; perbuatan semacam ini bukanlah nikah, akan tetapi persetubuhan, maksudnya
laki-laki tidak bersetubuh kecuali dengan wanita yang berzina atau musyrik.
23
Ini adalah sanad yang shahih, diriwayatkan oleh Abu Hatim dengan sanad dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda,
Tidaklah seorang laaki laki pezina yang dicambuk menikah kecuali dengan
pasangan yang sepertinya.
Ibnu Al Jauzi berkata, Makna ayat diatas adalah mencela para pelaku zina dan
perbuatan zina itu. Sebab perbuatan zina tidak akan pernah terjadi kecuali dilakukan
oleh seorang laki laki yang berzina atau berbuat maksiat atau musyrik, dan tidak
disetujui atau disepakati kecuali oleh seorang perempuan yang berbuat zina atau
musyrik atau maksiat.
4; Kebanyakan ulama menafsirkan hadits ini dengan mengatakan bahwa laki laki
24
atas laki laki yang berbuat zina hingga ia bertobat, dan masa iddah nya selesai.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim berkata ; Seorang laki laki tidak boleh menikahi
perempuan hamil dari hasil perbuatan zina darinya sampai masa iddahnya selesai, yaitu
sampai perempuan tersebut melahirkan.
Syaikhul Islam berkata, Menikahi seorang perempuan berzina hukumnya haram
sampai ia bertobat, baik ia menikah dengan laki laki yang membuatnya hamil dengan
cara tidak halal atau dengan laki laki lain. Keharaman hukum ini merupakan pendapat
madzhab sekelompok ulama tradisional dan kontemporer yang bersandarkan pada
Kitabullah, Sunnah, dan Itibar, seperti Ahmad bin Hanbal.18
F; HIKMAH
1; Laki-laki yang berzina tidak boleh menggauli seorang perempuan melainkan ia
juga seorang yang berzina, atau musyrik. Maksudnya, perbuatan zina tidak
disetujui kecuali oleh seorang perempuan yang maksiat atau musyrik yang tidak
peduli akan keharamannya.
2; Laki laki yang berzina diharamkan menikahi perempuan yang iffah (terjaga
kehormatannya), dan perempuan yang iffah diharamkan menikah dengan laki
laki yang berzina.
3; Seorang laki laki tidak boleh menikahi perempuan hamil dari hasil perbuatan
zina darinya sampai masa iddahnya selesai, yaitu sampai perempuan tersebut
melahirkan.
4; Menikahi seorang perempuan berzina hukumnya haram sampai ia bertobat, baik
ia menikah dengan laki laki yang membuatnya hamil dengan cara tidak halal
atau dengan laki laki lain.
25
G. KESIMPULAN
Menurut jumhur ulama, mereka boleh berkahwin dan nikahnya pula dinyatakan sah,
namun ada sekumpulan ulama yang melarangnya. IbnHazm dan Ibn al-Qayyim memilih
pendapat yang melarang dengan dalil firman Allah (s.w.t):
Pezina lelaki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan atau wanita
musyrik, pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali kepada pezina lelaki atau
seorang musyrik, dan yang demikian itu diharamkan terhdap orang orang mumin.
Jumhur ulama menyanggah pendapat ini dengan mengatakan bahawa maksud ayat
di atas adalah wanita yang sudah terkenal sebagai pezina danorang musyrik.Mereka
turut menyanggah hadith ini dengan mengatakan bahawa hadith ini hanya sekadar
menunjukkan kebiasaan, kerana orang yang gemar berzina biasanya tidak berkahwin
kecuali dengan pasangn yang sama seperti dirinya.
26
DAFTAR PUSTAKA
As Subki, Ali Yusuf, Fiqh Keluarga, Jakarta: Amzah, 2010.
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul wurud, Jakarta : KALAM
MULIA
Abdullah Bin Abdurrahman, Syarah Bulughul Maram, Jakarta ; Pustaka Azzam, 2006
Muhammad Syakir, Musnd Imam Ahmad, Jakarta ; Pustaka Azzam,2009
27