Dosen Pengampu :
Oleh :
Nurul Khotimah
PROGRAM PASCASARJANA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua telah dibukukan pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, khilafah kelima Bani Umayyah. Sedangkan
sebelumnya hadits– hadits Nabi SAW masih terdengar dalam ingatan para sahabat
Umat Islam di dunia harus menyadari bahwa hadits Rasulullah SAW sebagai
pedoman hidup yang kedua setelah Al Quran. Tingkah laku manusia yaang tidak
Quran secara mutlak dan secara jelas, hal ini membuat para muhaditsin sadar akan
Kemudian berawal dari sebuah pertanyaan, “apakah hadis ini atau hadist itu dapat
dijadikan hujjah atau tidak?” salah satu kelompok dengan kuat mempertahankan
ulama’ berbeda pendapat dalam pengkajian hadist. Hadist yang sering dijumpai tidak
serta merta dapat diterima secara langsung, hadist yang didapati perlu adanya
Bertitik tolak dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk memuat pembagian
hadist yang selama ini beredar terutama hadist dari segi kualitas, mudah-mudahan
dapat mengurangi tingkat kekeliruan dalam memahami hadist, baik dari segi kuantitas
dan kualitas sanadnya. Penulis menyadari didalam makalah sangat jauh dari
kesempurnaan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu “Bagaimana pembagian hadist dari
segi kualitas ?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui pembagian hadist dari segi
kualitasnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembicaraan tentang pembagian hadis dilihat dari segi kualitasnya ini tidak lepas dari
pembahasan tentang pembagian hadis ditinjau dari segi kuatintasnya, yang dibagi
menjadi hadis mutawatir dan hadis ahad sebagian telah dibicarakan pada bab
dan mustahil mereka bersama-sama sepakat untuk berbuat dusta kepada Rasulullah
mutawatir ini harus diterima dan diamalkan tanpa perlu lagi mengadakan penelitian
atau penyelidikan, baik terhadap sanat maupun matan-nya. Berbeda dengan hadis
ahad, yang hanya memberikan pengertian (prasangka yang kuat akan kebenarannya)
maupun matan-nya, sehingga status hadis ahad tersebut menjadi jelas, apakah dapat
Dari persoalan inilah, para ulama ahli hadis membagi hadits, ditinjau dari segi
kualitasnya, menjadi dua, yaitu hadis maqbul dan hadis mardud. 2 Yang dimaksud
dengan Hadits Maqbul adalah hadits yang memenuhi syarat untuk diterima sebagai
dalil dalam perumusan hukum atau untuk beramal dengannya. Hadits Maqbul ini
terdiri dari Hadits Shahih dan Hadits Hasan. Sedangkan yang dimaksud dengan
Hadits Mardud adalah Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat qabul, dan Hadits
1
Mudasir, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 141
2
Ibid, 141.
HADIS MAQBUL
Maqbul menurut bahasa berarti makhudz (yang diambil) dan mushaddaq (yang
Artinya;
Hadis maqbul atau hadis yang dapat diterima digolongkan menjadi dua, yaitu
1. Hadis Shahih
Kata shahih berasal dari bahasa Arab as-shahih bentuk pluralnya ashiha’ dan
berakar kata pada shahha. Dari segi bahasa, kata ini memiliki beberapa arti,
diantaranya: (1) selamat dari penyakit, (2) bebas dari aib/cacat. 4 Kata shahih juga
telah menjadi kosakata bahasa Indonesia dengan arti sah, benar, sempurna (tiada
celanya); pasti.5
Para ulama telah memberikan definisi hadis shahih sebagai hadis yang telah
“Hadis shahih adalah hadis yang bersambung sanadnya, yang diriwayatkan oleh
rawi yang adil dan dhabit dari rawi lain yang (juga) adil dan dhabit sampai akhir
sanad, dan hadis itu tidak janggal serta tidak mengandung cacat (illat).”6
3
Ibid, 141-142.
4
Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadits (Yogyakarta: Penebit Teras, 2010), 244.
5
Mudasir, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 143.
6
Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 240.
Dari definisi diatas dapat dinyatakan bahwa syarat-syarat hadis shahih adalah:
1. Sanad-nya bersambung
Para ulama ahli hadis membagi hadis shahih menjadi dua bagian, yaitu shahih li
dzatihi dan shahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian ini terletak pada segi
hafalan atau ingatan perawinya. Pada hadis shahih li ghairihi, ingatan perawinya
kurang sempurna. 8
Yang dimaksud dengan hadis shahih li dzatihi adalah hadis shahih yang
mencapai tingkat keshahihannya dengan sendirinya tanpa dukungan hadis lain yang
ِ ََح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِع ْي ٍد َح َّدثَنَا َج ِر ْي ُر ع َْن ُع َما َرةَ ب ِْن القَ ْعق
َجا َء َر ُج ٌل اِلَى,اع ع َْن اَبِى ُزرْ َعةَ ع َْن اَبِى ه َُر ْي َرةَ قَا َل
َ َق.َال اُ ُّمك
:ال َ َ ثُ َّم َم ْن؟ ق: قَا َل.ك
َ اُ ُّم:ال
َ َص َحابَتِى؟ ق ُّ يَا َرسُوْ ُل هّللا ِ َم ْن اَ َح:ال
َ ق بِ ُح ْس ِن َ َصلَّى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق
َ ِ َرسُوْ ِل هّللا
َ ثُ َّم َم ْن؟ قَا َل ثُ َّم اَبُوْ ك: قَا َل.َثُ َّم َم ْن؟ قَا َل اُ ُّمك.
kami Jarir dari ‘Umarah bin Al-Qa’qa’ dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah, ia
berkata: ‘Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW., lalu berkata: ‘Ya
7
Mudasir, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 145.
8
Ibid, 148.
9
Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 270.
Rasulullah menjawab: ‘Ibumu.’ Orang itu bertanya lagi: ‘Kemudian siapa?’
Sedangkan yang dimaksud dengan hadis shahih li ghairihi adalah hadis hasan li
dzatihi yang diriwayatkan melalui jalur lain yang semisal atau yang lebih kuat, baik
dengan redaksi yang sama maupun hanya maknanya saja yang sama, maka kedudukan
hadis tersebut menjadi kuat dan meningkat kualitasnya dari tingkatan hasan kepada
tingkatan shahih.11 Dengan kata lain, hadis ini keshahihannya tidak berasal dari
sanadnya sendiri melainkan dibantu oleh adanya matan atau sanad yang lainnya. 12
Contoh hadis shahih li ghairihi, antara lain hadis riwayat Turmudzi melalui jalur
Muhammad bin Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW.
bersabda:
صالَ ٍة ِ ق َعلَى اُ َّمتِ ْى َأَل َمرْ تُهُ ْم بِال ِّس َوا
َ ِّك ِع ْن َد ُكل َّ لَوْ الَ اَ ْن اَ ُش.
sebagai orang yang jujur, tetapi ke-dhabit-annya kurang sempurna sehingga hadis
riwayatnya hanya mencapai tingkat hasan. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Bukhari
melalui jalur Al-A’raj Abu Hurairah yang hadisnya dinilai shahih. Oleh karena itu
10
Ibid, 243-244.
11
Ibid, 270.
12
Mudasir, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 148.
13
Ibid, 149-150.
Para ulama hadis membagi tingkatan hadis shahih menjadi tujuh, yang secara
1. Hadis yang disepakati keshahihannya oleh Al-Bukhari dan Muslim, yang lazim
4. Hadis shahih yang diriwayatkan oleh selain Al-Bukhari dan Muslim, tetapi
5. Hadis shahih yang diriwayatkan oleh selain Al-Bukhari dan Muslim, tetapi
6. Hadis shahih yang diriwayatkan oleh selain Al-Bukhari dan Muslim, tetapi
7. Hadis shahih yang diriwayatkan oleh ahli hadis yang terkenal selain Al-Bukhari
Muslim dan tidak pula mengikuti syarat-syarat keshahihan salah satu dari Al-
Para ulama telah menyusun sejumlah kitab yang khusus menghimpun hadis-
hadis shahih. Yang paling masyhur diantaranya adalah shahih Al-Bukhari dan shahih
Muslim. Berikut ini adalah nama-nama kitab yang memuat hadis shahih.
2. Al-Jami’ as-Shahih al-Bukhari, disusun oleh Imam Abu Abdullah Muhammad ibn
3. Shahih Muslim, disusun oleh Imam Muslim ibn al-Hajaj al-Qusyairy an-
Naisabury.
14
Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 57.
4. Shahih ibn Huzaimah, disusun oleh Abu Abdullah ibn Abu Bakar al-Huzaimah.
5. Shahih ibn Hibban, disusun oleh Abu Hatim Muhammad ibn Hibban.15
2. Hadis Hasan
Hasan menurut bahasa ialah “sesuatu yang baik dan cantik.” Sedangkan
menurut terminologi, hadis hasan ialah hadis yang muttasil sanadnya, diriwayatkan
oleh rawi yang adil dan dhabit, tetapi kadar kedhabitannya di bawah kedhabitan hadis
shahih, dan hadis itu tidak syadz dan tidak pula terdapat illat (cacat).16
yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada matan-nya) tidak
ada kejanggalan (syadz) dan (hadist tersebut) diriwayatkan pula melalui jalan lain”17
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa hadis hasan sama dengan hadis
shahih, hanya saja terdapat perbedaan dalam soal ingatan perawi. Pada hadis shahih,
ingatan atau daya hafalannya harus sempurna, sedangkan pada hadis hasan, ingatan
atau daya hafalannya kurang sempurna. Dengan kata lain bahwa syarat-syarat hadis
1. Sanadnya bersambung
2. Perawinya adil
15
Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadits (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2010), 248.
16
Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 59.
17
At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Dar Al-Fikr, Bairut, 1980, hal.76
Para ulama membagi hadis hasan menjadi dua bagian, yaitu hasan li dzatihi dan
hasan li ghairihi.
Yang dimaksud dengan hadis hasan li dzatihi ialah hadis yang telah memenuhi
persyaratan hadis hasan diatas. Dengan demikian, maka pengertian hadis hasan li
dzatihi sama dengan pengertian hadis hasan sebagaimana telah diuraikan diatas. 18
Menurut Ibn Ash-Shalah, pada hadist hasan Li-Dzatih para perawinya terkenal
kebaikannya, akan tetapi daya ingatannya atau daya kekuatan hafalan belum sampai
adalah sebagai berikut : Artinya :”Dari Ibnu Umar r.a. Rasulullah SAW
bersabda :Barang siapa menuntut ilmu pengetahuan karena selain Allah atau bertujuan
Sedangkan yang dimaksud dengan hadis hasan li ghairi adalah suatu hadis yang
meningkat kualitasnya menjadi hadis hasan karena diperkuat oleh hadis lain. 20 Contoh
Artinya: “Hak bagi orang-orang muslim ialah mandi di hari jum’at, hendaklah salat
18
Mudasir, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 154.
19
Muhammad Jamal, ad-Din Al-Qasimi, Qowaid al-Tahdist Min Funun Musthalahah al-Hadist, Dar al-Kutub,
Bairut, 1979, hal.102
20
Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 271.
Hadis tersebut bersanadkan Abu Yahya Ismail bin Ibrahim At-Taimi, Yazid bin
Abi Ziad, Abdurrahman bin Abi Laila, dan Al-Barra’ bin Aziz. Karena itu, hadis
Di samping itu, ada pula hadis yang semakna dengan hadis At-Turmudzi tadi,
yakni hadis Bukhari yang bersanadkan Harami bin Umrah Syu’bah, Abu Bakar bin
Al-Munkadir, Amru bin Sulaim Al-Anshari, dan Abu Sa’id r.a. Kata Abu Sa’id, aku
– اَ ْل ُغ ْس ُل يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة َوا ِجبٌ َعلَى ُك ِّل ُمحْ تَلِ ٍم َو اَ ْن يَ َمسَّ ِط ْيبًا ِإ ْن َو َج َد – الحديث
Artinya: “Mandi pada hari jum’at wajib bagi setiap orang yang bermimpi sampai
Dengan demikian, hadis At-Turmudzi yang bersanad Abu Yahya Ismail bin
Ibrahim At-Tamimi yang dhaif itu, naik menjadi hasan li ghairihi, karena dibantu
Para ulama belum pernah ada yang membukukan hadis hasan secara terpisah.
dengan hadis dhaif, meskipun mereka tidak memasukkan hadis dhaif ke dalam kitab
susunan mereka kecuali sangat sedikit dan amat jarang.22 Sumber-sumber hadis hasan
21
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Mustalahul Hadis (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), 31-32.
22
Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 279.
4. Sunan Al-Mushthafa, karya Ibn Majah.23
HADIS MARDUD
Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak atau yang tidak diterima,
Artinya:
“Hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagian syarat hadis maqbul.”
Hadis mardud atau hadis yang tidak diterima digolongkan pada hadis Dhaif.
Hadis Dhaif
Kata dha’if menurut bahasa berasal dari kata dhu’fun yang berarti lemah.24
Menurut An-Nawawi, hadis dhaif secara istilah adalah hadis yang di dalamnya tidak
Hasan.”26
Secara umum hadis dhaif tidak boleh diamalkan, baik dalam hal
amal dengan memberikan iklim yang kondusif yang menggairahkan atau merasa takut
23
Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadits (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2010), 266-267.
24
Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 63.
25
Mudasir, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 156.
26
An-Nawaawi, At-Taqrib Li An-Nawawi Fann Ushul Al-Hadist, Abd Rahman Muhammad Kairo,tt,19.
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu amal perbuatan, dan dalam hal
menerangkan biografi. Menurut para ahli hadis, pendapat ini dapat dijadikan
pegangan, tetapi hal itu masih diperselisihkan di kalangan para ulama tentang
2. Apa yang ditunjukkan hadis itu juga ditunjukkan oleh dasar lain yang dapat
3. Jangan diyakini kala menggunakannya bahwa hadis itu benar dari Nabi. Ia hanya
Contohnya adalah hadis yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam kitab Sunan-
nya. Meriwayatkan kepada kami Abu Ahmad al-Marrar bin Hammuyah, katanya:
kami Baqiyyah bin Al-Walid dari Tsaur bin Yazid dari Khalid bin Mi’dan dari Abu
“Barang siapa berdiri mengerjakan salat pada malam dua hari raya semata-mata
karena Allah, maka tidak akan mati hatinya pada hari semua hati mati.”
Para rawi diatas adalah stiqat. Hanya saja Tsaur bin Yazid dituduh sebagai
berpaham Qadariyah. Namun dalam kesempatan ini ia meriwayatkan hadis yang tidak
Hajar menjulukinya sebagai seorang hafiz. Al-Dzahabi berkata, “Ia adalah tsiqat dan
Dalam sanad hadis diatas terdapat Baqiyah bin al-Walid. Ia adalah salah seorang
imam yang hafiz. Ia adalah shaduq, tetapi banyak melakukan tadlis dari para rawi
yang dhaif dan Muslim meriwayatkan hadis darinya hanya sebagai mutaba’ah. Dalam
langsung dari Tsaur bin Yazid dan karenanya hadis ini menjadi dhaif.29
Dhaif dari sudut sandaran matannya, maka hal ini terbagi dua macam, yaitu:
1. Hadits Mauquf, ialah Hadits yang diriwayatkan dari para sahabat, berupa
Bila kau berada diwaktu sore, jangan menunggu datangnya diwaktu pagi
hari, dan bila kau berada diwaktu pagi jangan menunggu datangnya waktu
sore hari, Ambillah dari waktu sehatmu persediaan untuk waktu sakitmu dan
Hadits Syadz, ialah Hadits yang diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah
(kandungan Hadits) yang diriwayatkan oleh para perawi yang lebih kuat
29
Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 301-302.
ketsiqahannya. Contohnya, “Rasulullah SAW, bila telah selesai sembahyang
sunnat dua rakaat fajar, beliau berbaring miring diatas pinggang kanannya.”
Hadits Bukhari diatas yang bersanad Abdullah bin Yazid, Said bin Abi
Ayyub, Abul Aswad, Urwah bin Zubair dan Aisyah r.a dan riwayat dari
rawi-rawi yang lain yang lebih tsiqah yang meriwayatkan atas dasar fiil
(perbuatan Nabi).
c. Dhaif dari salah satu sudutnya, baik sanad ataupun matan secara bergantian.
terjadi pada sanad dan kadang-kadang pada matan, yang termasuk hadits
yaitu:
1. Hadits Maqlub,
tempat lain, adakalanya terjadi pada matan hadits dan adakalanya terjadi
pada sanad hadits. Contoh: Tukar menukar yang terjadi pada matan ,
Hadits Muslim dari Abu Hurairah r.a Artinya: “... dan seseorang yang
Bukhari atau riwayat Muslim Sendiri, pada tempat lain, yang berbunyi.
2. Hadits Mudraf
tambahan.
3. Hadits Mushahhaf
huruf yang diubah. Pengubahan ini juga bias terjadi pada lafadz atau
pada makna, sehingga maksud hadits menjadi jauh berbeda dari makna,
Yang termasuk hadits dhaif dari sudut matan dan sanadnya secara bersama-
sama yaitu: 1) Hadits Maudhu Hadits yang disanadkan dari Rasululah SAW
secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan, melakukan dan
Hadits-hadits yang termasuk dalam kategori Dhaif atau lemah dari sudut
30
Ibnu Hajar Al-Kanani Al-Agalni, Subul Al-Salam, juz, I Dahlan Bandung, tt,hal.3
31
Ibnu Ash-Shaleh, Op.Cit.,hal. 212
1) Hadits Mursal Hadits
Mursal ialah hadits yang gugur sanadnya setelah tabi‟in. Yang dimaksud
gugur disini ialah nama sanad terakhir, yakni nama sahabat tang tidak
Rasulullah SAW.
2) Hadits Mungqathi‟
Ialah Hadits yang gugur pada sanadnya. Seorang perawi atau pada sanad
3) Hadits Mu‟dhal
Hadits yang gugur dua sanadnya atau lebih, secara berturut-turut, baik
(gugurnya itu) antara sahabat dengan tabi‟in, atau antara tabi‟in dengan
tabi‟in.33
boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah. Dalam hal ini ada beberapa
pendapat:
memberikan 3 syarat:
b) Dasar Amal yang ditunjukan oleh hadits Dhaif tersebut, masih dibawah
suatu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (Shahih atau
Hasan)
32
Utang Ranuwijaya,Op.Cit.,hal.185
33
Hasbi Ash-Shiddiqie, Dirayah Hadits, Bulan Bintang Jakarta, 1986, hal.257.
c) Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan bahwa hadits tersebut benar-
memperbanyak amalan-amalannya,
Ashba’hani.34
BAB III
PENUTUP
Dari beberapa uraian diatas, maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1) Hadis ditinjau dari kualitasnya dibagi menjadi dua, yaitu hadis maqbul dan hadis
mardud. Hadis maqbul adalah hadis yang dapat diterima. Hadis maqbul digolongkan
menjadi dua, yaitu hadis shahih dan hadis hasan. Perbedaan antara hadis shahih dan
hadis hasan terdapat pada hafalan perawinya. Sedangkan hadis mardud ialah hadis yang
ditolak (tidak dapat diterima). Hadis mardud digolongkan menjadi hadis dhaif, yakni
hadis yang tidak terdapat syarat-syarat hadis shahih dan hadis hasan.
34
Syaikh Mama’ Al-Qaththan, Pengantar Study Ilmu Hadits, terj. Mifdhol Abdurrahman (Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar, 2010), 132.
2) Hadits shahih merupakan hadits yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yanga adil dan dhabit hingga
sampai akhir sanad tidak ada kejanggalan dan tidak berikat. Hadits shahih ini juga
terbagi menjadi dua macam yaitu shahih lizathihi dan shahih lighairi.
3) Hadits hasan merupakan hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil, tapi kurang kuat
ingatannya yang muttasil sanadnya, tidak cacat dan tidak ganjil. Hadits hasan ini juga
terbagi menjadi dua yaitu: Hadits Shahih lizathihi dan Hadits Shahih li-ghairihi.
4) Hadits Dhaif adlah, Hadits yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih
dan hadits hasan. Atau dapat juga diartikan hadits yang kehilangan, satu syarat atau
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
“ Bagaimana cara kita menanggapi adanya hasil penelitian yang diterbitkan dalam
jurnal terkenal yang berisikan bahwa Hadis yang beredar adalah palsu, hanya sebuah
hasil besarnya ego Umat Muslim untuk menjaga eksistensinya. Upaya ini juga diiringi
Jawab :
Tidak dipungkiri saat ini marak adanya isu-isu yang beredar untuk melemahkan
Agama Islam. Banyak orang-orang berusaha mencari celah untuk membuat wajah
Islam terlihat buruk di mata dunia. Bahkan salah satunya adalah hadis diteliti bukan
berasal dari Nabi Muhammad melainkan hasil rekayasa umat Islam sendiri. Hal ini
membuat umat Muslim sedikit terusik. Dan mengkhawatirkan keimanan umat Muslim
yang belum kuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah membentengi diri,
dan keluarga di dalam ruang lingkup kecil. Penguatan agama dilakukan rutin
adanya kajian-kajian tentang isu-isu terkini. Sehingga masyarakat juga melek tentang
informasi baik di dalam dan luar negeri, begitu pula bagaimana cara menanggapinya.
atas Agama Islam. Jika kita tidak tinggal diam diri. Mungkin berita-berita negative itu
tidak mudah menyebar dan agama Islam tetap kuat dan eksis.
2) Pertanyaan Bu Rina
Jawab:
Hadis Dhaif hanya bisa digunakan sebagai penyemangat dalam ibadah atau sebagai
amalan-amalan. Namun tidak dapat dijadikan sebagai dasar hukum dalam beribadah
kepada Allah. Kita sebagai umat Muslim jika ingin menjadikan hadis sebagai
landasan maka menggunakan hadis Shahih atau Hadis Hasan. Namun yang utama