Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FIQIH

SHOLAT

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :

ADIN ABDILAH

FIKRI RACHMAT FAUZI

JODI APRIYANTO

KHOLIFATUL MUTOHAROH

JURUSAN PENDIDIDKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MAARIF NU METRO
2020/2021
KATA PENGANTAR

Bissmilahirrohmanirrahim

Alhamdulillah segala puji syukur hanya untuk Allah dan telah


mencurahkan Rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas dalam menyusun makalah ini yang berjudul "Shalat".

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW.


Dan keluarganya juga para sahabatnya serta para pengikut nya yang serta
sampai akhir zaman.

Makalah ini adalah makalah yang dapat memotifasi anda untuk memperdalam
tentang "shalat". Kami mencari isi yang tercantum dalam makalah ini dari sumber-
sumber yang terkemuka dan dari buku-buku yang membahas tentang hal yang
bersangkutan.

Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan


dalam isi, bentuk maupun susunan kalimatnya akan tetapi berkat bimbingan dan
dorangan serta do'a dari berbagai pihak maka kesulitan-kesulitan yang kami
hadapi, Alhamdulillah dapat teratasi. Namun kami tetap menerima dan
mengaharapkan kritik serta saran dari pembaca yang menuju ke arah kebaikan
dan kesernpurnaan dalam makalah ini.

Semoga apa yang kami usahakan ini kiranya dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan para pembaca umumnya, Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sudah kita ketahui Bersama bahwa Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat
manusia terhadap tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan
dan kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat nanti. Bentuk dan jenis Ibadah sangat
bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan
lainnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin  yang sudah baligh
berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun.
Sahlat merupkan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas
lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa yang mendirikan
shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat,
maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam  sebanyak lima kali,
berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa
terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah maupun senang,
lapang ataupun sempit.Selain shalat wajib yang lima ada juga shalat sunat.
Untuk membatasi masalah bahasan, maka penulis hanya membahas tentang
shalat wajib yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja dalil-dalil yang mewajibkan shalat?
2.      Apa syarat-syarat shalat?
3.      Apa rukun shalat?
4.      Hal-hal apa saja yang membatalkan shalat?
5.      Apa saja sunnah dalam melakukan shalat?
6.      Bagaimana perbedaan laki-laki dan perempuan dalam shalat?
7.      Apa saja macam-macamnya shalat?
8.      Bagaimana persamaan dan perbedaan pendapat 4 mazhab mengenai sholat?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui dalil-dalil yang mewajibkan shalat.
2.      Untuk mengetahui syarat-syarat shalat.
3.      Untuk mengetahui rukun shalat.
4.      Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan shalat.
5.      Untuk mengetahui sunnah dalam melakukan shalat.
6.      Untuk mengetahui perbedaan laki-laki dan perempuan dalam shalat.
7.      Untuk mengetahui macam-macamnya shalat.
8.      Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pendapat 4 mazhab mengenai sholat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
a. SHALAT
Menurut bahasa, shalat berarti do'a sedang menurut syara' berarti menghadap
jiwa dan raga kepada Allah; karena taqwa hamba kepada tuhannya, mengagungkan
kebesarannya dengan khusyu' dah ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut cara-cara dan syarat-syarat
yang telah ditentukan.

Artinya:
"Dan dirikanlah shalat, keluarkanlah zakat, dan tunduklah/ruku'lah bersama-sama
orang-orang yang ruku ".(Q.S. Al-Baqarah :43).

‫وَأ ِقميُو ۟ا ٱ َّلصلَ ٰو َة َو َءاتُو ۟ا ٱ َّلز َك ٰو َة َوٱ ْر َك ُعو ۟ا َم َع ٱ َّ ٰلر ِك ِع َني‬:َ


Artinya:
"Dan dirikanlah shalat oleh karena itu shalat mencegah kamu dari kejahatan dan dari
munkar (perkerjaan buruk-dan keji)." (QS.Al-ankabut : 45).

Shalat adalah ibadah yang paling utarna untuk membuktikan keislaman


seseorang. Islam memandang shalat sebagai tiang agama dan inti sari islam terletak
pada shalat, sebab dalarn shalat tersimpul seluruh rukun agama. Oleh karena itu amalan
shalat ini perlu sekali ditanamkan dalam jiwa anak-anak oleh setiap orang tua. Harus
melatih anaknya untuk mengerjakan shalat dan memerintahkannya kala mereka berusia 7
tahun. Anak harus diperintah umtuk mengerjakan shalat dengan keras bila mereka telah
mencapai usia 10 tahun.

‫(رواه‬.‫مروا اوالدكم بالصالة وهم ابناء سبع واضربو هم عليها وهم ابنا عشر‬
)‫ابو داود‬
Artinya : Dari amri bin Syuaib dari ayahnya, dari neneknya. Nabi bersabda
perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu usia mereka meningkat 7 tahun
dan (dimana perlu) pukullah mereka meningkat 1 tahun. (H.R. Abu Dawud).

b. SYARAT - SYARAT WAJIB MENGERJAKAN SHALAT


Tentang syarat- syarat wajib mengerjakan itu ada 6 ( enam ) perkara, yaitu:

1. Islam.
2. Suci dari hadas besar dan kecil.
3. Sampai dakwah Islam kepadanya.
4. Berakal.
5. Ada pendengaran / tidak tuli

c. SYARAT – SYARAT SAHNYA SHALAT


Syarat-syarat sah shalat ada 5, yaitu:
1. suci badannya dari dua hadats; yaitu hadats keeil dan hadats besar.
2. bersih badan, pakaian dan tempatnya dari najis
3. menutup aurat; bagi laki-laki antara pusat dan lutut dan bagi wanita seluruh
badannya kecuali muka dan telapak tangan.
4. sudah masuk shalat.
5. menghadap kiblat.

d. RUKUN SHALAT.
Tentang rukun shalat ini dirumuskan menjadi 13 perkara:
1. Niat, artinya menyegaja di dalam hati untuk melakukan shalat.
Sabda Nabi Muhammad s.a.w.:

‫انما األعمال بالنيا‬


2. Berdiri, bagi orang yang kuasa ;(tidak dapat berdiri boleh dengan duduk
tidak dapat duduk boleh berbaring).
3. Takbiratul iliram, membaca "Allah Akbar", Artinya Allah maha Besar.
4. Membaca Surat Al-fatihah.
5. Rukun' dan thuma'ninah artinya membungkuk sehingga punggung menjadi
sama datar dengan leher dan kedua belaah tangannya memegang lutut.
6. I'tidal dengan thuma'ninah.
7. Sujud dua kali dengan thuma'ninah.
8. Duduk diantara dua sujud dengan thuma'ninah.
9. Duduk untuk tasyahud pertama.
10. Membaca tasyahud akhir.
11. Membaca shalawat atas Nabi .
12. Mengucap salam yang pertama.
13. Tertib.
Keterangan:
Thuma'ninah yakni berhenti sejenak sekedar ucapan “subhanallah”.

e. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT

Adapun hal-hal yang membatalkan shalat, ialah


1. Berhadats kecil maupun besar.
2. Terkena najis yang tidak bisa dimaafkan.
3. Berkata-kata dengan sengaja selain bacaan shalat.
4. Sengaja meninggalkan sesuatu rukun atau syarat shalat tanpa `udzur.
5. Tertawa berbahak-bahak.
6. Bergerak tiga kali berturut-turut.
7. Mendahului Imam sampai dua rukun.
8. Murtad, yakni keluar dari Islam.

f. PERBUATAN – PERBUATAN YANG MAKRUH DIDALAM SHALAT.

Perbuatan-perbuatan yang makruh didalam shalat ialah


1. Menahan hadats.
2. Melihat kekanan / kekiri.
3. Meludah kemuka, ke kanan atau ke kiri.
4. Memalingkan muka.
5. Memejamkan mata.
6. Menutup mata rapat-rapat.
7. Melihat ke arah langit.
8. Terangkat kepalanya atau menurunkannya dengan sangat di waktu ruku
9. Menahan telapak tangannya dilengan bajunya ketika sedang takbiratul'ihram,
ruku atau sujud.
10. Bertolak pinggang ; yakni meletakkan kedua tangannya di atas pinggang.
11. Shalat di kuburan atau biara / gereja.

g. SHALAT BERJAMAAH
Shalat berjama'ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak bersama-sama,
sekurang-kurangnya dua orang, seorang diantaranya mereka yang lebih fasih
bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum Islam dipilih menjadi imam.
Shalat berjama'ah hukumnya sunnah mu'akkad kecuali shalat jama'ah
pada shalat jum'at. Padahal 27 derajat (kali) dibandingkan dengan shalat sendirian.
Rasululah saw. Bersabda:

‫ قل رسول هللا صلى هللا عليه‬:‫عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال‬
‫وسلم صالة‬
‫ (رواه البخار‬.‫الجماعة افضل من صالة الفرض سبع وعشرين درجة‬
)‫ومسلم‬
h. SHALAT BAGI YANG BEPERGIAN
Bagi rang yang bepergian (musafir) dibolehkan mengqashar atau menjama'
shalat-shalat fardhu.
i. SHALAT QASHAR
Shalat qashar ialah shalat yang diperpendek (diringkaskan). Seorang musafir
diperbolehkan mengqashar shalat fardhu yang empat raka'at menjadi dua raka'at.
Adapun shalat maghrib (3 raka'at) dan shubuh (2 raka'at) tetap sebagaimana biasa.
َ ‫صلَ ٰو ِة إِنْ ِخ ْف ُت ْم أَن َي ْف ِت َن ُك ُم ٱلَّذ‬
َّ‫ِين َك َفر ُٓو ۟ا ۚ إِن‬ ُ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُج َنا ٌح أَن َت ْق‬
۟ ‫صر‬
َّ ‫ُوا م َِن ٱل‬ َ ‫ض َفلَي‬ ِ ْ‫ض َر ْب ُت ْم فِى ٱأْل َر‬ َ ‫َوإِ َذا‬
َ ‫ْٱل ٰ َكف ِِر‬
۟ ‫ين َكا ُن‬
‫وا لَ ُك ْم َع ُد ًّوا م ُِّبي ًنا‬
Artinya”
"Apabila kamu mengadakan perjalanan diatas bumi (didarat maupun dilaut) maka
tidak ada halangan bagimu untuk memendekkan shalat " (Q.S An-Nisa : 101).

Syarat-syarat sahnya shalat qashar:


1. Jarak perjalanan sekurang-kurangnya dua hari perjalanan kaki, atau dua marhalal
(yaitu sama dengan 16 farsah). Keterangan ini berdasarkan hadist Nabi saw.

‫كان ابن عمر وبن عباس رضي اللهه عنهم تقصر ان ويفطر ان‬
)‫ (رواه البخار ومسلم‬.‫فى اربعة برد هي ستر عشر فرسخا‬
Artinya:
"Pernah Ibnu Umar dan Ibn Abbas r.a. mengqashar dan berbuka dalam
perjalanan sejauh empat burud yaitu enam batas farsakh".
2. Bepergian bukan untuk maksiat.
3. Shalat yang boleh diqashar hanya shalat yang empat raka'at saja, dan bukan
shalat qadla.
4. Niat mengqashar pada waktu takbiratul 'ihram.
5. Tidak ma'mun kepada orang shalat yang bukan musafir.

j. SHALAT BAGI ORANG YANG SAKIT


Orang yang sedang sakit wajib pula mengerjakan shalat, selama akal dan
ingatanya masih radar.
1. Kalau tidak dapat berdiri, boleh mengerjakanya sambil duduk.
2. Jika tidak dapat duduk, boleh mengerjakanya dengan cara; dua belah kakinya
diarahkan ke arah kiblat, kepalanya ditinggikan dengan alas bantal dan
mukanya diarahkan ke kiblat.
3. Jika duduk seperti biasa dan berbaring juga tidak dapat, maka boleh
berbaring dengan seluruh anggota badan dihadapkan ke arah kiblat.
4. Jika tidak dapat mengerjakan dengan cara berbaring seperti tersebut diatas,
maka cukup dengan isyarat, bak dengan kepada maupun dengan mata.

j. SUJUD SAHWI
Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena kelupaan dalam
shalat. Cara mengerjakannya sama dengan sujud biasa, artinya dengan takbir
diantara dua sujud dan dikerjakan sesudah tahiyat akhir sebelum salam.

‫سبحان من ل ينا م وال يسهوا‬


Artinya:
"Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa".

B. MACAM-MACAM SHALAT
a. Shalat fardhu
Shalat fardlu meliputi shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magh-rib, dan Isya.
b. Shalat Sunnah
1) Arti Shalat Sunnah
Shalat-shalat sunah/nawafil ialah shalat-shalat sunnah yang diluar
dari pada shalat-shalat yang difardhukan. Shalat itu dikerjakan
oleh Nabi Muhammad untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk
mengharapkan tambahan pahala.
2) Shalat Sunnah Rawatib.
Shalat sunnah rawatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan
sesudah shalat fardhu. Seluruh dari shalat rawatib ini 22 raka'at.
 2 raka'at sebelum shalat Subuh (sesudah shalat shubuh tidak ada
sunnat ba'diyah); 2 raka'at sebelum shalat Zhuhur; 2 atau 4 raka'at
sesudah shalat zhuhur.
 2 raka'at 4 raka'at sebelum shalat `ashar, (sesudah shalat `ashar
tidak ada surmah ba'diyah).
 2 raka'at sesudah shalat mahgrib.
 2 raka'at sebelum shalat isya.
 2 raka'at sesudah shalat isya.
Shalat-shalat tersebut, yang dikerjakan sebelum shalat fardhu
dinamakan “Qabliyah” dan sesudahnya disebut "Ba’diyah".
3) Shalat Tahyatul Masjid
Shalat sunnah yang dikerjakan oleh jama'ah yang sedang masuk ke
masjid, baik pada hari Jum'at maupun lainya, diwaktu malam atau siang.
Sabda Rasulullah saw.

‫ جاء احدكم المسجد فليصل سجد تين من قبل ان يجلس‬Š‫إذا‬


Artinya
"Jika salah seorang diantaramu masuk di masjid, maka hendaklah ia
shalat dua raka'at sebelum duduk ".
4) Shalat Sunnah Taubat
Shalat yang disunnahkan, shalat ini dilaksanakan setelah seseorang
melakukan dosa atau merasa berbuat dosa, lalu bertaubat kepada Allah
swt.

Doanya :
"Saya memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung, saya
mengaku bahwa tiada tuhan yang hidup terus selalu jaga. Saya
memohon taubat kepadanya, selaku taubatnya seorang hamba yang
banyak dosa, yang tidak mempunyai daya upaya untuk bertaubat
madlarat atau manfa'at, untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
5) Shalat Sunnah Awwabin
Sesudah sunnah ba'da maghrib (ba'diyyah), disunnahkan pula
bagi siapa saja yang mengerjakan sunnah dua sampai dengan enam
raka'at, yang dinamakan shalat sunnah awwabin.

6) Shalat Sunnah Tarawih


Shalat malam yang dikerjakan pada bulan ramadhan. Shalat ini
hukumnya sunnah muakkad, boleh dikerjakan sendiri-sendiri atau
berjama'ah. Shalat tarawih ini dilakukan sesudah shalat isya sampai
waktu fajar. Bilangan raka'atnya ada 8 raka'at sampai 20 raka'at.
7) Shalat Sunnah Witir.
Shalat witir hukumnya sunnah, yakni shalat sunnah yang sangat
diutamakan. Dalam hadits dinyatakan yang artinya:
"Dari Ali .r.a berkata : "Shalat witir itu bukan wajib sebagaimana
shalat lima waktu, tetapi Rasulullah saw. telah mencontohkannya dan
bersabda: "sesungguhnya Allah itu witir (Esa) dan suka kepada witir,
maka shalat witirlah wahai ahli Qur'an". (H.R. Abu Daud dan At-
Tirmidzi).
Waktunya sesudah shalat isya sampai terbit fajar, biasanya shalat witir
itu dirangkaikan dengan shalat tarawih. Bilangan raka'at nya 1, raka'at 3,
5, 7, 9, dan 11.
8) Shalat Id atau Shalat Hari Raya
Shalat Hari Raya ada dua, yaitu hari Raya Fitrah dan hari Raya Adha.
Waktu shalat id dimulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya.
Hukumnya sunnah muakkad bagi laki-laki dan perempuan mukim atau
musafir. Boleh dikerjakan sendirian dan sebaiknya dilakukan berjama'ah.
9) Shalat Istiqarah
Shalat istiqarah ialah shalat sunnah dua raka'at untuk memohon
kepada Allah ketentuan pilihan yang lebih baik diantara dua hal
atau lebih yang belum dapat ditentukan baik buruknya. Shalat
istiqarah lebih utama dikerjakan seperti shalat tahajud yakni dimalam
hari. Hukumnya sunnah muakkad bagi yang sedang menghajatkan
petunjuk itu.

Sabda Nabi Muhammad saw yang artinya : "Tidak akan kecewa


bagi orang yang melaksanakan shalat istiqarah, dan tidak akan
menyesal bagi orang yang suka bermusyawarah dan tidak akan
kekurangan bagi orang yang suka berhemat". (H.R.Thabrani).
10) Shalat Hajat.
Shalat hajat ialah shalat sunnah yang dikerjakan karena mempunyai
hajat agar diperkenankan hajatnya oleh Allah. Shalat hajat
dikerjakan dua raka'at, kemudian berdo'a memohon sesuatu yang
menjadi hajatnya. Shalat hajat dilaksanakan dua raka'at sampai dengan
12 raka'at dengan tiap-tiap dua raka'at satu salam.

‫َّاب ِريْن‬ َ َّ‫صالَ ِة إِن‬


ِ ‫هللا َم َع الص‬ َّ ‫ ِبال‬2‫َيا أَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُنوا اسْ َت ِع ْي ُن ْوا‬
َّ ‫ْر َو ال‬2ِ ‫صب‬
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah
dengan sabar dan shalat, karena sesungguhnya Allah beserta oring-
orang yang sabar". (Q.S. Al-Baqarah. 153).
11) Shalat Tasbih.
Shalat sunnah tasbih ialah shalat yang sebagaimana diajarkan oleh
Rasulullah saw. Kepada pamannya. Sayidina Abbas Ibnu Muthalib.
Shalat tasbih ini dianjurkan mengamalkan, kalau dapat tiap-tiap
malam kalau tidak dapat tiap malam maka sekali seminggu, kalau,
juga tak sanggup sekali seminggu, dapat juga dilakukan sebulan
sekali atau setahun sekali dan kalau tak dapat setahun, setidak-tidaknya
sekali seumur hidup.
12) Shalat Tahajjud
Shalat Tahjjud ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam,
sedikitnya dua raka'at dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas.
Waktunya sesudah shalat isya sampai terbit fajar. Shalat dapat disebut
tahajjud, dengan syarat apabila dilakukan sesudah bangun dari tidur
malam, sekalipun tidur itu hanya sebentar. Hadits Rasulullah saw.
Hadist Rasulullah saw :
"Perintah Allah turun ke langit dunia diwaktu hingga sepertiga yang
akhir dari waktu malam, lalu berseru: adakah orang-orang yang
memohon (berdo'a, pasti akan Ku kabulkan, adakah orang yang
meminta, pasti akan Ku beri dan adakah yang menharap/memohon
ampunan, pasti akan Ku ampuni baginya. Sampai tiba waktu subuh.
13) Shalat Dhuha
Shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik,
hukumnya sunnah. Permulaan shalat Dhuha ini kira-kira matahari
sedang naik setinggi kurang lebih 7 hasta dan berakhir diwaktu
matahari lingsir. Sekurang-kurangnya shalat ini dua raka'at, sebanyak-
banyaknya 8 raka'at.
Dari Zaid bin Arqam r.a. berkata :
‘Abu Hurairah na berkata : " Kekasihku Rasulullah saw berpesan
pada saya supaya berpuasa tiga hari tiap-tiap bulan dan shalat dhuha
dua raka'at, dan shalat witir sebelum tidur". (H.R. Bukhari dan Muslim).

C. TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT.


a. Berdiri
b. Takbiratul ihram
c. Membaca surat iftitah
d. Membaca surat al-Fatihah
e. Membaca surat pendek
f. Rukuk
g. I'tidal
h. Sujud
i. Duduk antara dua Sujud
j. Sujud
k. Duduk tasyahud awal (raka'at kedua )
l. Duduk tasyahud akhir (raka'at terakhir )
m. Salam

D. HIKMAH SHALAT
a. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah.
b. Memberikan ketenangan dalam diri (lahir dan bathin).
c. Mendapatkan kecintaan kepada Allah.
d. Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
e. Mendapatkan ridha Allah Swt.
Hukum Meninggalkan Shalat
Bila yang meninggalkan shalat tersebut tidak meyakini kewajiban shalat maka
ulama sepakat bahwa orang tersebut kafir menurut nash/dalil yang ada dan ijma’.
Namun bila meninggalkannya karena malas maka ada perbedaan pendapat dalam hal
ini.
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Orang yang meninggalkan shalat
karena mengingkari kewajibannya maka orang itu kafir menurut kesepakatan kaum
muslimin. Ia keluar dari Islam, kecuali jika orang itu baru masuk Islam dan tidak
berkumpul dengan kaum muslimin sesaatpun yang memungkinkan sampainya berita
tentang wajibnya shalat padanya dalam masa tersebut. Bila ia meninggalkan shalat
karena malas-malasan sementara ia meyakini akan kewajibannya sebagaimana keadaan
kebanyakan manusia, mereka tidak mengerjakan shalat karena malas padahal tahu
hukum shalat tersebut maka ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.”(Al-Minhaj,
2/257)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Shalat merupakan penyerahan diri secara talalitas untuk menghadap Tuhan, dengan
perkataan dan perbuatan menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syarat. Shalat
merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa kecuali.
Shalat Merupakan Syarat Menjadi Taqwa. Taqwa merupakan hal yang penting
dalam Islam karena dapat menentukan amal / tingkah laku manusia, orang – orang yang
betul – betul taqwa tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan
sebaliknya. Salah satu persyaratan orang – orang yang betul betul taqwa ialah
diantaranya mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah.
Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin
efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat.
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan
khusu tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu berbuat zina.
Maksiat, merampok dan sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi sebaliknya kalau
ada yang melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya perlu
dipertanyakan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut: 45.
Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur Dengan mendirikan shalat, maka banyak
hal yang didapat, shalat akan mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan
khusus.
Shalat Akan membangun etos kerja Sebagaimana keterangan – keterangan di atas
bahwa pada intinya shalat merupakan penentu apakah orang – orang itu baik atau buruk,
baik dalam perbuatan sehari – hari maupun ditempat mereka bekerja
Apabila mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi terhadap
etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur dalam melaksanakan
tugas

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, S.A. Zainal, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang, 2001)
Hamid ,Abdul. Beni HMd Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009).
Al-Qor’an dan terjemahannya
Asas Agama Islam, Bulan Bintang, 1976
Bimbingan Shalat lengkap,Mitra Umat,1998
Mimbar Utama, Edisi September 2004

Anda mungkin juga menyukai