SHOLAT
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
ADIN ABDILAH
JODI APRIYANTO
KHOLIFATUL MUTOHAROH
Bissmilahirrohmanirrahim
Makalah ini adalah makalah yang dapat memotifasi anda untuk memperdalam
tentang "shalat". Kami mencari isi yang tercantum dalam makalah ini dari sumber-
sumber yang terkemuka dan dari buku-buku yang membahas tentang hal yang
bersangkutan.
Semoga apa yang kami usahakan ini kiranya dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan para pembaca umumnya, Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah kita ketahui Bersama bahwa Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat
manusia terhadap tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan
dan kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat nanti. Bentuk dan jenis Ibadah sangat
bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan
lainnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh
berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun.
Sahlat merupkan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas
lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa yang mendirikan
shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat,
maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa
terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah maupun senang,
lapang ataupun sempit.Selain shalat wajib yang lima ada juga shalat sunat.
Untuk membatasi masalah bahasan, maka penulis hanya membahas tentang
shalat wajib yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja dalil-dalil yang mewajibkan shalat?
2. Apa syarat-syarat shalat?
3. Apa rukun shalat?
4. Hal-hal apa saja yang membatalkan shalat?
5. Apa saja sunnah dalam melakukan shalat?
6. Bagaimana perbedaan laki-laki dan perempuan dalam shalat?
7. Apa saja macam-macamnya shalat?
8. Bagaimana persamaan dan perbedaan pendapat 4 mazhab mengenai sholat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dalil-dalil yang mewajibkan shalat.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat shalat.
3. Untuk mengetahui rukun shalat.
4. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan shalat.
5. Untuk mengetahui sunnah dalam melakukan shalat.
6. Untuk mengetahui perbedaan laki-laki dan perempuan dalam shalat.
7. Untuk mengetahui macam-macamnya shalat.
8. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pendapat 4 mazhab mengenai sholat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
a. SHALAT
Menurut bahasa, shalat berarti do'a sedang menurut syara' berarti menghadap
jiwa dan raga kepada Allah; karena taqwa hamba kepada tuhannya, mengagungkan
kebesarannya dengan khusyu' dah ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut cara-cara dan syarat-syarat
yang telah ditentukan.
Artinya:
"Dan dirikanlah shalat, keluarkanlah zakat, dan tunduklah/ruku'lah bersama-sama
orang-orang yang ruku ".(Q.S. Al-Baqarah :43).
(رواه.مروا اوالدكم بالصالة وهم ابناء سبع واضربو هم عليها وهم ابنا عشر
)ابو داود
Artinya : Dari amri bin Syuaib dari ayahnya, dari neneknya. Nabi bersabda
perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu usia mereka meningkat 7 tahun
dan (dimana perlu) pukullah mereka meningkat 1 tahun. (H.R. Abu Dawud).
1. Islam.
2. Suci dari hadas besar dan kecil.
3. Sampai dakwah Islam kepadanya.
4. Berakal.
5. Ada pendengaran / tidak tuli
d. RUKUN SHALAT.
Tentang rukun shalat ini dirumuskan menjadi 13 perkara:
1. Niat, artinya menyegaja di dalam hati untuk melakukan shalat.
Sabda Nabi Muhammad s.a.w.:
g. SHALAT BERJAMAAH
Shalat berjama'ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak bersama-sama,
sekurang-kurangnya dua orang, seorang diantaranya mereka yang lebih fasih
bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum Islam dipilih menjadi imam.
Shalat berjama'ah hukumnya sunnah mu'akkad kecuali shalat jama'ah
pada shalat jum'at. Padahal 27 derajat (kali) dibandingkan dengan shalat sendirian.
Rasululah saw. Bersabda:
قل رسول هللا صلى هللا عليه:عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال
وسلم صالة
(رواه البخار.الجماعة افضل من صالة الفرض سبع وعشرين درجة
)ومسلم
h. SHALAT BAGI YANG BEPERGIAN
Bagi rang yang bepergian (musafir) dibolehkan mengqashar atau menjama'
shalat-shalat fardhu.
i. SHALAT QASHAR
Shalat qashar ialah shalat yang diperpendek (diringkaskan). Seorang musafir
diperbolehkan mengqashar shalat fardhu yang empat raka'at menjadi dua raka'at.
Adapun shalat maghrib (3 raka'at) dan shubuh (2 raka'at) tetap sebagaimana biasa.
َ صلَ ٰو ِة إِنْ ِخ ْف ُت ْم أَن َي ْف ِت َن ُك ُم ٱلَّذ
َِّين َك َفر ُٓو ۟ا ۚ إِن ُ ْس َعلَ ْي ُك ْم ُج َنا ٌح أَن َت ْق
۟ صر
َّ ُوا م َِن ٱل َ ض َفلَي ِ ْض َر ْب ُت ْم فِى ٱأْل َر َ َوإِ َذا
َ ْٱل ٰ َكف ِِر
۟ ين َكا ُن
وا لَ ُك ْم َع ُد ًّوا م ُِّبي ًنا
Artinya”
"Apabila kamu mengadakan perjalanan diatas bumi (didarat maupun dilaut) maka
tidak ada halangan bagimu untuk memendekkan shalat " (Q.S An-Nisa : 101).
كان ابن عمر وبن عباس رضي اللهه عنهم تقصر ان ويفطر ان
) (رواه البخار ومسلم.فى اربعة برد هي ستر عشر فرسخا
Artinya:
"Pernah Ibnu Umar dan Ibn Abbas r.a. mengqashar dan berbuka dalam
perjalanan sejauh empat burud yaitu enam batas farsakh".
2. Bepergian bukan untuk maksiat.
3. Shalat yang boleh diqashar hanya shalat yang empat raka'at saja, dan bukan
shalat qadla.
4. Niat mengqashar pada waktu takbiratul 'ihram.
5. Tidak ma'mun kepada orang shalat yang bukan musafir.
j. SUJUD SAHWI
Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena kelupaan dalam
shalat. Cara mengerjakannya sama dengan sujud biasa, artinya dengan takbir
diantara dua sujud dan dikerjakan sesudah tahiyat akhir sebelum salam.
B. MACAM-MACAM SHALAT
a. Shalat fardhu
Shalat fardlu meliputi shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Magh-rib, dan Isya.
b. Shalat Sunnah
1) Arti Shalat Sunnah
Shalat-shalat sunah/nawafil ialah shalat-shalat sunnah yang diluar
dari pada shalat-shalat yang difardhukan. Shalat itu dikerjakan
oleh Nabi Muhammad untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk
mengharapkan tambahan pahala.
2) Shalat Sunnah Rawatib.
Shalat sunnah rawatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan
sesudah shalat fardhu. Seluruh dari shalat rawatib ini 22 raka'at.
2 raka'at sebelum shalat Subuh (sesudah shalat shubuh tidak ada
sunnat ba'diyah); 2 raka'at sebelum shalat Zhuhur; 2 atau 4 raka'at
sesudah shalat zhuhur.
2 raka'at 4 raka'at sebelum shalat `ashar, (sesudah shalat `ashar
tidak ada surmah ba'diyah).
2 raka'at sesudah shalat mahgrib.
2 raka'at sebelum shalat isya.
2 raka'at sesudah shalat isya.
Shalat-shalat tersebut, yang dikerjakan sebelum shalat fardhu
dinamakan “Qabliyah” dan sesudahnya disebut "Ba’diyah".
3) Shalat Tahyatul Masjid
Shalat sunnah yang dikerjakan oleh jama'ah yang sedang masuk ke
masjid, baik pada hari Jum'at maupun lainya, diwaktu malam atau siang.
Sabda Rasulullah saw.
Doanya :
"Saya memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung, saya
mengaku bahwa tiada tuhan yang hidup terus selalu jaga. Saya
memohon taubat kepadanya, selaku taubatnya seorang hamba yang
banyak dosa, yang tidak mempunyai daya upaya untuk bertaubat
madlarat atau manfa'at, untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
5) Shalat Sunnah Awwabin
Sesudah sunnah ba'da maghrib (ba'diyyah), disunnahkan pula
bagi siapa saja yang mengerjakan sunnah dua sampai dengan enam
raka'at, yang dinamakan shalat sunnah awwabin.
D. HIKMAH SHALAT
a. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah.
b. Memberikan ketenangan dalam diri (lahir dan bathin).
c. Mendapatkan kecintaan kepada Allah.
d. Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
e. Mendapatkan ridha Allah Swt.
Hukum Meninggalkan Shalat
Bila yang meninggalkan shalat tersebut tidak meyakini kewajiban shalat maka
ulama sepakat bahwa orang tersebut kafir menurut nash/dalil yang ada dan ijma’.
Namun bila meninggalkannya karena malas maka ada perbedaan pendapat dalam hal
ini.
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Orang yang meninggalkan shalat
karena mengingkari kewajibannya maka orang itu kafir menurut kesepakatan kaum
muslimin. Ia keluar dari Islam, kecuali jika orang itu baru masuk Islam dan tidak
berkumpul dengan kaum muslimin sesaatpun yang memungkinkan sampainya berita
tentang wajibnya shalat padanya dalam masa tersebut. Bila ia meninggalkan shalat
karena malas-malasan sementara ia meyakini akan kewajibannya sebagaimana keadaan
kebanyakan manusia, mereka tidak mengerjakan shalat karena malas padahal tahu
hukum shalat tersebut maka ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.”(Al-Minhaj,
2/257)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan penyerahan diri secara talalitas untuk menghadap Tuhan, dengan
perkataan dan perbuatan menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syarat. Shalat
merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa kecuali.
Shalat Merupakan Syarat Menjadi Taqwa. Taqwa merupakan hal yang penting
dalam Islam karena dapat menentukan amal / tingkah laku manusia, orang – orang yang
betul – betul taqwa tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan
sebaliknya. Salah satu persyaratan orang – orang yang betul betul taqwa ialah
diantaranya mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah.
Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin
efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat.
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan
khusu tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu berbuat zina.
Maksiat, merampok dan sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi sebaliknya kalau
ada yang melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya perlu
dipertanyakan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut: 45.
Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur Dengan mendirikan shalat, maka banyak
hal yang didapat, shalat akan mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan
khusus.
Shalat Akan membangun etos kerja Sebagaimana keterangan – keterangan di atas
bahwa pada intinya shalat merupakan penentu apakah orang – orang itu baik atau buruk,
baik dalam perbuatan sehari – hari maupun ditempat mereka bekerja
Apabila mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi terhadap
etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur dalam melaksanakan
tugas
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, S.A. Zainal, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang, 2001)
Hamid ,Abdul. Beni HMd Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009).
Al-Qor’an dan terjemahannya
Asas Agama Islam, Bulan Bintang, 1976
Bimbingan Shalat lengkap,Mitra Umat,1998
Mimbar Utama, Edisi September 2004