Anda di halaman 1dari 14

M AKALAH

KARAKTERISTIK ILMU TAUHID

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Tauhid

Dosen Pengampu : Dr.Sahri, M.A.

Disusun Oleh :

Royyan Robbani (12109067)

Luluk Maghfirah (12109051)

PROGRAM STUDI

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…..

Segala puji dan syukur senantiasa kepadanTuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah-
Nya.Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan tugas kami dalam membuat makalah yang
berjudul “Karakteristik Ilmu Tauhid”. Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas

mata kuliah ilmu tauhid.


Makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik apabila tanpa bantuan dan bimbingan dari
semua orang yang terlibat . Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih atas kontribusi kepada :

1.Bpk.Dr.Sahri, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Tauhid.


2.Rekanitas dari program studi Ilmu Al-qur’an dan Tafsir kelas 1C, untuk semua saran, kritik,
pendapat, dan bantuannya.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyajikan makalah ini.Namun, jika terdapat
beberapa kekurangan, kami mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dalam penulisan
kedepannya.

13 Oktober 2021
DAFTAR ISI

BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................2
a. Karakteristik Ilmu Tauhid..................................................................................................2
b. Taufiqiah............................................................................................................................4
c. Ghaibiyah...........................................................................................................................5
e. Syumuliyah........................................................................................................................6
f. Takamul..............................................................................................................................7
g. Tawazun.............................................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................9
a). Kesimpulan.......................................................................................................................9
b). Saran.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap agama memiliki kepercayaan tentang Tuhan, sebab pada hakikatnya agama adalah
peraturan ketuhanan yang menjadi tuntunan bagi umatnya untuk mencapai kebahagiaan
hidup lahir dan batin,baik didunia maupun diakhirat.Itulah sebabnya setiap agama
menjadikan ajaran atau ilmu ketuhanan dalam agamanya tersebut sebagai pelajaran utama.
Tauhid (ilmu ketuhanan) merupakan dasar agama islam,artinya mengakui keesaaan
allah Swt merupakan inti dari aqidah islam.Karena itu,mengenal keesaan Allah Swt dan
mengesakan-Nya dalam aktivitas hidup sehari-hari menjadi kewajiban utama bagi setiap
umat islam.
Ilmu yang membahas tentang keesaan Allah Swt disebut Teologi Islam yang dalam
literatur islam lebih dikenal dengan nama Ilmu Tauhid.Dengan demikian, Teologi Islam atau
Ilmu Tauhid adalah salah satu ilmu keislaman yang sangat penting diketahui oleh setiap
muslim, bahkan terpenting disbanding ilmu-ilmu keislaman lainnya.Sebab tanpa pengetahuan
yang memadai tentang ilmu ini, seseorang akan mudah terjerumus ke dalam jurang
kesesatan dan dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah Swt, yaitu syirik.
Adapun ilmu tauhid itu mempunyai 5 karakteristik yaitu taufiqiah, ghaibiyah,
syumuliyah, takamul, dan tawazun.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi dari 5 Karakteristik Ilmu Tauhid yaitu Taufiqiah, Ghaibiyah,


Syumuliyah, Takamul, dan Tawazun?

1.3 Tujuan Masalah

1. Agar dapat mengetahui masing-masing Definisi 5 Karakteristik Ilmu Tauhid.


BAB II

KARAKTERISTIK ILMU TAUHID

A. Pendahuluan

Menurut bahasa1, tauhid adalah bahasa Arab yang berarti mengesakan

atau menganggap sesuatu itu esa atau tunggal. Dalam ajaran Islam, yang

dimaksud dengan tauhid adalah keyakinan akan keesaan Allah swt. Sebagai

Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan menentukan segala sesuatu

yang ada di alam ini. Keyakinan seperti ini dalam ajaran tauhid disebut

dengan Rubūbiyyah. Sebagai konsekuensi dari keyakinan ini, kita dituntut

untuk melaksanakan ibadah hanya tertuju kepada Allah swt. Dengan kata lain

hanya Allah yang berhak disembah dan diibadati. Keyakinan ini disebut

dengan Ulūhiyyah.

Kedua ajaran tauhid ini (yakni Rubūbiyyah dan Ulūhiyyah) harus

kita jadikan bagian dari hidup dan kehidupan kita, dalam menghadapi

berbagai keadaan, baik dalam menghadapi hal-hal yang menyenangkan karena

memperoleh nikmat atau dalam menghadapi hal-hal yang menyedihkan, karena

ditimpa oleh musibah.

Syeikh Muhammad Sholih bin Utsaimin2 mendefinisikan tauhid secara

bahasa dan istilah sebagai berikut:

1
Abdul Karim, Realisasi Tauhid Dalam Kehidupan, LP2M UIN Antasari Banjarmasin, 24-06-2019.
2
Muhammad Shalih bin Utsimin, Al-Qaulul Mufid ‘Ala Kitab At-Tauhid, hal. 11 jilid 1
‫ جعل‬:‫ أي‬،‫ فهو مصدر وحد يوحد‬،ً‫ مشتق من وحد الشيء إذا جعله واحدا‬:‫التوحيد يف اللغة‬
.ً‫الشيء واحدا‬
    .‫ مبا خيتص به من الربوبية واأللوهية واألمساء والصفات‬- ‫ سبحانه‬- ‫ إفراد اهلل‬:‫ويف الشرع‬
)7(

Tauhid secara bahasa adalah berasal dari kata wahhada asy-syai’

yaitu menjadikannya satu, masdar dari wahhada yuwahhidu tauhidan, artinya

menjadikan ia satu.

Sedangkan menurut istilah syari’at tauhid itu bermakna meng-esa-kan

Allah SWT dalam rububiyah, uluhiyyah, asma wa shifat. Sedangkan menurut

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah :

‫ وأن اهلل رب‬،‫ ال خالق إال اهلل‬:‫ ليس التوحيد جمرد إقرار العبد بأنه‬:‫قال العالمة ابن القيم رمحه اهلل‬
‫ بل التوحيد يتضمن من‬،‫ كما كان عباد األصنام مقرين بذلك وهم مشركون‬،‫كل شيء ومليكه‬
‫ وإرادة وجه ه‬،‫ وإخالص العب ادة ل ه‬،‫ وكم ال االنقي اد لطاعت ه‬،‫ وال ذل ل ه‬،‫ واخلض وع ل ه‬،‫حمب ة اهلل‬
‫ م ا حيول بني ص احبه وبني‬،‫ واحلب والبغض‬،‫ واملن ع والعط اء‬،‫األعلى جبمي ع األق وال واألعم ال‬
‫ ومن عرف هذا عرف قول النيب صلى اهلل عليه‬،‫األسباب الداعية إىل املعاصي واإلص رار عليها‬
3
)) ‫وسلم (( إن اهلل حرم على النار من قال ال إله إال اهلل يبتغي بذلك وجه اهلل‬
Tauhid bukanlah sekedar pengakuan seorang hamba bahwa tiada Pencipta

kecuali Allah, dan bahwa Allah adalah Rabb dan Pemilik segala sesuatu,

sebagaimana para penyembah berhala juga mengakui hal tersebut dan mereka

berbuat syirik, akan tetapi tauhid itu mencakup kecintaan kepada Allah,

tunduk kepada-Nya, merendah untuk-Nya, berserah diri secara totalitas

untuk-Nya, ikhlas beribadah hanya untuk-Nya, mengharapkan keridhaan-Nya

dengan segala amalan dan perkataan, menahan dan memberi karena Dia,

mencintai dan membenci karena Ia, apa yang mencegah pemilik tauhid dari
3
HR. Bukhari dari ‘Itban bin Malik, No. Hadits 5401
penyebab-penyebab yang mendorong kepada dosa, dan siapa pun yang

mengetahui hal ini maka ia akan mengetahui sabda Nabi (sesungguhnya Allah

mengharamkan api neraka bagi siapapun yang mengucapkan “laa ilaaha illa

Allah” dengan mengharap keridhaan-Nya.4

Pembahasan ilmu tauhid terbagi 5 bagian, yaitu taufiqiyah,

ghaibiyah, syumuliyah, takamul, dan tawazun.

B. Tauqifiyah

Kata tauqifiyah adalah masdar dari waqqafa-yuwaqqifu-tauqif artinya

menghentikan. Sedangkan dalam ilmu tauhid, tauqifiyah diartikan sebagai

menyandarkan semua perbuatan sesuai dengan tuntunan Alqur’an dan sunnah

Rasulullah SAW dan sesuai dengan akal yang sehat.

Defenisi di atas mengandung arti bahwa:

1. Rasululloh SAW telah menjelaskan semua rincian muatan Aqidah Islam.


Beliau tidak membiarkan satu bagian pun lepas dari penjelasan. Sebab

Aqidah merupakan bagian terpenting dari seluruh muatan agama.

2. Harus konsisten dengan lafadz dan makna Alqur’an dan As-Sunnah. Dalam
menyatakan berbagai hal tentang aqidah, kita tidak menggunakan lafadz-

lafadz maupun gaya ungkapanya. Ketidak-mampuan akal menemukan dalil

untuk menemukan muatan-muatan tersebut dianggap sebagai kemungkinan

adanya dalil lain yang menetapkan muatan-muatan aqidah seperti dalil

naqli ( Alqur’an dan As-Sunnah ) dan dalil indra.

Dengan demikian, maka lafadz-lafadz yang digunakan ada dua macam:

4
Hadits Riwayat Bukhori (no. 425), Muslim (no. 33) dari Atban bin Malik
1. Lafadz-lafadz dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lafadz-lafadz ini dianggap benar jika ia

sesuai dengan makna-maknanya yang dikehendaki oleh Alqur’an dan As-Sunnah

2. Lafadz-lafadz yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lafadz-lafadz ini

ada yang sudah menjadi istilah yang konotasinya terhadap kebenaran bersifat mutlak

dan jelas

3. Adapun ibadah yang bersifat Tauqifiyah artinya suatu aktifitas ibadah haruslah memiliki

dalil dari Alqur’an dan Assunnah. Tidak ada satupun dari aktifitas ibadah yang

disyariatkan, kecuali memiliki dasar yang kuat dari Alqur’an dan Assunnah, di luar itu

berarti bid’ah. Dan segala bid’ah dalam agama adalah sesat dan tertolak

C. Ghaibiyah

Maksud kata ghoibiyah  adalah keimanan kepada yang ghoib. Allah

Ta’ala berfirman

َ‫ب َويُقِ ْي ُموْ نَ الص َّٰلوةَ َو ِم َّما َرزَ ْق ٰنهُ ْم يُ ْنفِقُوْ ن‬


ِ ‫الَّ ِذ ْينَ ي ُْؤ ِمنُوْ نَ بِ ْال َغ ْي‬

Artinya: “Orang-orang mutaqien yaitu mereka yang beriman kepada

yang ghaib. Yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang

kami anugerahkan kepada mereka” (QS. Al-Baqarah: 3)

Yang dimaksud dengan istilah ghoib dalam keimanan Islam di sini

bukanlah “ghaib” versi dunia dukun dan paranormal yang dibatasi pada

keghaiban alam jin saja dan hanya terkait dengan hal-hal yang berbau

mistis.
Namun yang dimaksud ghaib dalam istilah Alqur’an dan As-Sunnah yang

meliputi semua yang ada dibalik alam nyata yang tidak bisa tertangkap oleh

kemampuan alami indera manusia. Dan bahkan tidak mampu dijangkau oleh

penalaran akalnya dan logikanya. Yang sebagaimana telah terangkum dalam

prinsip-prinsip dan rukun-rukun iman. Dan yang paling utama tentulah

keghaiban Allah SWT dengan segala yang terkait dengan-Nya sesuai ketentuan

akidah Islam seperti tentang dzat-Nya, asma’ dan sifat-Nya dan lain lain.

Selanjutnya keghaiban rukun-rukun Iman yang lain tentang keghaiban

alam malaikat (termasuk juga keghaiban alam ruh dan jin). Keghaiban hari

akhir segala rincian dan kronologinya yang mencakup antara lain: peristiwa

dasyatnya hari kiamat, alam barzakh, nikmat dan azab kubur, hari

berbangkit, hari hisab, surga, neraka,  kekekalan hidup di akhirat dan

lain lain.

D. Syumuliyah

Syumuliyah adalah berasal dari kata syamil yang artinya sempurna

atau menyeluruh. Syumuliatul Islam berarti kesempurnaan Islam mencakup

semua secara menyeluruh. Artinya ajaran ini mencakup seluruh dimensi

kehidupan manusia dari pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara, dari

sosial, politik, hukum, keamanan, lingkungan, pendidikan hingga

kebudayaan, seluruh etnis manusia, dari kepercayaan, sistem hingga akhlak,

dari kehidupan dunia hingga kehidupan akhirat.

Jadi cakupan Islam dapat kita dari beberapa dimensi, yaitu dimensi

waktu, dimensi demografis, dimensi geografis, dan dimensi kehidupan.


Yang dinamakan dimensi waktu adalah bahwa Islam telah diturunkan

Allah SWT sejak nabi Adam hingga mata rantai kenabian ditutup pada masa

Rasulullah SAW. Dan Islam bukanlah Agama yang hanya diturunkan semasa

hidup Rasulullah SAW, tetapi untuk hidup seluruh umat manusia di alam

semesta ini.

Yang dimaksud dengan dimensi demografis adalah bahwa Islam

diturunkan untuk seluruh umat manusia dan seluruh etnisnya, dan bahwa

mereka semua sama di mata Allah SWT sebagai ciptaanya dan dibedakan satu

sama lain.

Yang dimaksud dengan dimensi geografis adalah bahwa ajaran islam

diturunkan untuk diterapkan diseluruh penjuru bumi. Maka Islam tidak dapat

diidentikkan  dengan kawasan Arab (Arabisme), karena itu hanya tempat

lahirnya. Islam tidak mengenal sekat-sekat tanah air sama seperti ia tidak

mengenal batasan etnis.

Yang dimaksud dengan dimensi kehidupan adalah bahwa Islam membawa

ajaran ajaran yang terkait dengan seluruh dimensi kehidupan manusia,

sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, pendidikan, lingkungan dan

kebudayaan.

E. Takamul

Hukum Islam membentuk umat adalah dalam kesatuan yang bulat walaupun mereka

berbeda-beda bangsa dan berlainan suku. Di dalam menghadapi asas-asas yang umum

mereka padau walaupun dari segi kebudayaan mereka berbeda-beda.


Hukum-hukum Islam walaupun masa berganti masa, namun ia mempunyai karakter

yang utuh, haronis dan dinamis. Hukum Islam menghimpun segala sudut dan dan segi segi

yang berbeda-beda di dalam suatu kesatuan. Karena hukum Islam tidak menghendaki

adanya pertentangan antara ushul (pokok) dan furu’ (cabang).

Dan hukum Islam bersifat elastis (lentur dan luwes) ia meliputi segala bidang dan

lapangan kehidupan manusia, permasalahan kemanusiaan, kehidupan jasmani dan rohani,

hubungan seama makhluk yang khalik, serta tuntunan hidup manusia diakhirat terkandung

didalamnya. Hukum Islam memperhatikan berbagai segi kehidupan, baik muamalah, aqidah,

ibadah dan jinayah.dan lain lain.

Hukum Islam dapat dikatakan sempurna Karena ia mencakup berbagai dimensi

kehidupan;

F. Tawazun

Tawazun adalah keseimbangan atau seimbang, sedangkan menurut istilah

tawazun merupakan sikap seseorang memilih titik yang seimbang atau adil

dalam menghadapi suatu persoalan. Dalam kehidupan terdapat suatu kejadian

di mana seseorang hanya mementingkan urusan duniannya saja atau berprinsip

hidup hanyalah untuk mencari kesenangan semata.

Dan hal ini dia wujudkan dengan aktivitasnaya sehari-hari dalam

pergaulannya seperti merokok, meminum minuman keras, mengkonsumsi narkoba,

dan semua perbuatan maksiat lainnya atau meskipun tidak berbuat dia

memenuhi kebutuhan secara berlebihan seperti tidur dan makan dengan

berlebih-lebihan atau bermalas-malasan fenomena yang seperti ini merupakan

kecenderungan terus menerus terhadap hal yang begatif.


Sedang kecenderungan yang terus menerus terhadap hal yang positif

dapat diumpamakan sebagai berikut seorang yang terus menerus melakukan

ibadah dengan cara mengurung diri, serta tidak memperdulikan lingkungan

sekitar.

BAB III

PENUTUP

a).Kesimpulan
Ilmu Tauhid adalah ilmu yang mempelajari tentang meng-esa-kan Allah

SWT dalam rububiyah, uluhiyyah, asma wa shifat. Tauhid itu mencakup

kecintaan kepada Allah, tunduk kepada-Nya, merendah untuk-Nya, berserah

diri secara totalitas untuk-Nya, ikhlas beribadah hanya untuk-Nya,

mengharapkan keridhaan-Nya dengan segala amalan dan perkataan, menahan dan

memberi karena Dia, mencintai dan membenci karena Ia, apa yang mencegah

pemilik tauhid dari penyebab-penyebab yang mendorong kepada dosa.

Karakteristik Ilmu Tauhid ada 5 jenis yaitu Tauqifiyyah, Ghaibiyah,

Syumuliyyah, Takamul, dan Tawazun.

b). Saran

Demikianlah makalah yang telah kami susun. Semoga dapat

bermanfaat dan dimengerti oleh para khalayak ramai.Kami mohon maaf sebesar-

besarnya.karena hanya inilah batas kemampuan kami.


DAFTAR PUSTAKA

Alqur’an Al-Karim, Cetakan Madinah Al-Munawarah


Abdul Karim, 2019. Realisasi Tauhid Dalam Kehidupan, LP2M UIN Antasari
Banjarmasin.
Imam Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-Shahih, Maktabah Syamilah
Muhammad Shalih bin Utsimin, Al-Qaulul Mufid ‘Ala Kitab At-Tauhid

Anda mungkin juga menyukai