Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR AYAT HUKUM PUASA

AL QUR’AN SURAT AL BAQARAH AYAT 183-185, 187 DAN 189

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Tafsir Ahkam”


Dosen Pengampu: Muhammad Taufiq Zamzami, S.H.I., M.A.

Disusun Oleh:
Ayik Agil Husaini (33010180033)
Muhammad Habib (33010180026)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan. Keislaman
seseorang belum sempurna apabila ia belum memenuhi rukun puasa
Ramadhan ini Defenisi puasa secara sederhana adalah menahan diri dari hal-
hal yang bisa membatalkan puasa dimulai dari waktu sahur sampai waktu
berbuka, Namun, jika dikaji lebih dalam puasa sebenarnya mengandung
faidah yang lebih dalam lebih dari sekedar menahan lapar dan haus. Dalam
berpuasa kita diatih untuk menjadi pribadi yang bertakwa, seperti apa yang
disampaikan oleh Allah swt., pada akhir ayat mengenai kewajiban berpuasa,
"... agar kalian bertakwa."
Pada ayat 183 surah Al-Baqarah terdapat perintah akan wajibnya
berpuasa dan pada ayat-ayat selanjutnya terdapat penjelasan-penjelasan
khusus terkait puasa. Melihat hal ini disebutkan secara khusus di Al-Quran
menandakan bahwasanya ibadah puasa adalah ibadah yang istimewa, karen
Allah swt. sendiri lah yang mengatur hukum hukum yang berkaitan
dengannya Berbeda dengan shalat yang hanya dijelaskan kewajibannya,
adapun penjelasan khususnya baru terdapat di hadis-hadis Nabi saw.
Karenanya pada makalah yang kami susun ini akan membahas mengenai
ayat-ayat yang membahas ibadah puasa dan hal-hal yang berkaitan dengan
puasa berdasarkan ayat 183-187 dan 189 surah Al-Baqarah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tafsir surat al baqarah ayat 183-185, 187 dan 189 ?
2. Bagaimana kandungan hukum pada surat al baqarah ayat 183-185, 187
dan 189 ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tafsir surat al baqarah ayat 183-185, 187 dan 189
2. Untuk mengetahui kandungan hukum pada surat al baqarah ayat 183-185,
187 dan 189.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Al Baqarah 183
1) Ayat dan terjemahannya

‫ين ِمن َقْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َتَّت ُقو َن‬ ِ َّ


َ ‫ب َعلَى ٱلذ‬
ِ
َ ‫ٱلصيَ ُام َك َما ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَْي ُك ُم‬ ِ ۟ ِ َّ ٓ ٰ
َ ‫يَأَيُّ َها ٱلذ‬
َ ‫ين ءَ َامنُو ا ُكت‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

2) Tafsir dan Kandungan Hukum


 َ ‫ فُ ِر‬: diwajibkan/difardhukan    
‫ض‬
 ‫ل َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬  : Agar kamu bertaqwa maksudnya menjaga dirimu dari maksiat
karena puasa itu dapat membendung syahwat yang menjadi
pangkal/biangnya maksiat.
 ‫يَام‬GG‫الص‬ menurut
ِّ bahasa berarti al-imsak  yakni menahan diri dari suatu
perbuatan, baik makan, berkata maupun apa saja.1

Ash-Shaum menurut istilah dalam syariat Islam ialah menahan diri dari segala
macam makanan, minuman dan bersenggama dengan wanita, maupun hal hal
yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sidiq (subuh) sampai
terbenam matahari (magrib) dengan niat dan syarat-syarat yang tertentu.2
“Kutiba ‘alaikum” dalam ayat di atas menunjukkan akan wajibnya puasa
Ramadan. Imam Asy Syaukani rahimahullah menyatakan bahwa tidak ada beda
pendapat pada para ulama tentang wajibnya puasa Ramadan . Perintah puasa 3

dapat dipahami sebagai bentuk syari’at karena terdapat kata “kutiba” yang artinya
“diwajibkan” yang konotasinya adalah “perintah”.4

1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, Hlm.401
2
Muhammad Abduh Tuasikal, Untaian Faedah dari Ayat Puasa, Rumasyo, Yogyakarta,
2020. Hlm. 5
3
Muhammad Abduh Tuasikal, Untaian Faedah dari Ayat Puasa, Rumasyo, Yogyakarta,
2020. Hlm. 10
4
Achyar Zein, Tafsir Ayat-Ayat Puasa (Menelaah Format Hukum Tuhan), Perdana
Publishing, Medan, 2016. Hlm. 5

3
Berkaitan dengan firman Allah bahwasannya kewajiban puasa yang Allah
wajibkan kepada ummat Muhammad itu semisal dengan kewajiban yang Allah
berikan pada umat-umat terdahulu, para ulama ahli tafsir berselisih pendapat
tentang maknanya dan maksudnya.5
Pada ayat ini Allah mewajibkan puasa kepada semua manusia yang beriman,
sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum mereka supaya mereka
menjadi orang yang bertakwa. Jadi puasa ini sungguh penting bagi kehidupan
orang-orang yang beriman. Kalau kita selidiki macam-macam agama dan
kepercayaan pada masa kita sekarang ini, dapat dipastikan bahwa kita akan
menjumpai bahwa puasa salah satu ajaran yang umum untuk menahan hawa
nafsu dan lain-lain sebagainya.

B. Surat Al Baqarah 184


1) Ayat dan terjemahannya

‫ين يُ ِطي ُقونَهُۥ‬ ِ َّ ِ ِ


َ ‫ُخَر ۚ َو َعلَى ٱلذ‬ َ ‫يضا أ َْو َعلَ ٰى َس َف ۢ ٍر فَع َّد ۭةٌ ِّم ْن أَيَّ ٍام أ‬
ً ‫ت ۚ فَ َمن َكا َن من ُكم َّم ِر‬ٍ ۢ ‫ود‬
َٰ ‫أَيَّا ًۭما َّم ْع ُد‬
‫ومو ۟ا َخْي ۭ ٌر لَّ ُك ْم ۖ إِن ُكنتُ ْم‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ص‬ ُ َ‫ع َخْي ۭ ًرا َف ُه َو َخْي ۭ ٌر لَّهُۥ ۚ َوأَن ت‬َ ‫ف ْديَ ۭةطٌَ َع ُام م ْسكني ۢ ٍن ۖ فَ َمن تَطََّو‬
‫َت ْعلَ ُمو َن‬
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu
ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan
wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang
siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih
baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”

2) Tafsir dan Kandungan Hukum


Al Baqarah ayat 184 ini turun berkenaan (Asbabun nuzul) dengan sebagai
berikut Ibnu sa’ad dalam kitab ath-thabaqaat meriwayatkan dari mujahid, dia
berkata, ”Ayat ini turun pada tuan saya, Qais ibnus-Saa’ib lalu dia pun tidak
berpuasa dan memberi makan kepada orang miskin untuk setiap harinnya. Ayat
5
Ustadz Aris Munandar, Menggali Tafsir & Faedah Ayat Puasa, ustadzaris.com Publishing
Yogyakarta. Hlm. 10

4
tersebut turun berkenaan dengan Qais bin as-Saib yang memaksakan diri
berpuasa, padahal dia sudah tua sekali.
Dalam kitab tafsir al-misbah “Barang siapa di antara kamu sakit” yang
memberatkan baginya puasa, atau menduga kesehatannya akan terlambat pulih
bila berpuasa, “atau ia benar-benar dalam perjalanan” kata benar-benar
ٰ dalam redaksi jadi bukan perjalanan biasa yang mudah.
dipahami dari kata (‫)على‬
Dahulu perjalanan itu dinilai sejauh sekitar sembilan puluh kilometer, jika yang
sakit dan yang dalam perjalanan itu berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa
“pada hari-hari lain”, baik berturut-turut maupun tidak, maka wajiblah baginya
berpuasa “pada hari-hari lain”, baik berturut-turut maupun tidak, “sebanyak
hari yang ditinggalkan itu”6
Pada ayat ini dijelaskan bahwa puasa yang diwajibkan itu ada beberapa hari
yaitu pada bulan Ramadan menurut jumlah hari bulan Ramadan itu (29 atau 30
hari). Nabi Besar Muhammad SAW semenjak turunnya perintah puasa sampai
wafatnya, beliau selalu berpuasa di bulan Ramadan selama 29 hari, kecuali satu
kali saja bulan Ramadan genap 30 hari.
Walau kewajiban berpuasa berlaku kepada semua orang beriman, namun
Allah Yang Maha Bijaksana memberikan keringanan kepada orang-orang yang
sakit dan musafir untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadan dan menggantinya
pada hari-hari lain di luar bulan tersebut. Pada ayat tersebut tidak diperincikan
jenis/sifat batasan dan kadar sakit dan musafir itu, sehingga para ulama
memberikan hasil ijtihadnya masing-masing antara lain sebagai berikut:
1. Dibolehkan tidak berpuasa bagi orang yang sakit dan musafir tanpa
membedakan sakitnya itu berat atau ringan demikian pula perjalanannya,
jauh atau dekat, sesuai dengan bunyi ayat ini. Pendapat ini dipelopori oleh
Ibnu Sirin dan Daud Az-Zahiri
2. Dibolehkan tidak berpuasa bagi setiap orang yang sakit yang benarbenar
merasa kesukaran berpuasa, karena sakitnya. Ukuran kesukaran itu
diserahkan kepada rasa tanggung jawab da keimanan masingmasing.
Pendapat ini dipelopori oleh sebagian ulama tafsir.

6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, Hlm.486

5
3. Dibolehkan tidak berpuasa bagi orang yang sakit dan musafir dengan
ketentuan-ketentuan, apabila sakit itu berat dan akan mempengaruhi
keselamatan jiwa atau keselamatan sebagian anggota tubuhnya atau
menambah sakitnya bila ia berpuasa. Juga bagi orangorang yang musafir,
apabila perjalanannya itu dalam jarak jauh, yang ukurannya paling sedikit
ialah 16 farsakh (kurang lebih 80 km).
4. Tidak ada perbedaan pendapat mengenai perjalanan musafir, apakah
dengan berjalan kaki, atau dengan apa saja, asalkan tidak untuk
mengerjakan perbuatan maksiat. Sesudah itu Allah menerangkan lagi
pada pertengahan ayat 184 yang terjemahannya, "Dan wajib bagi orang
yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fidyah, (yaitu) memberi makan orang miskin.7
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menjelaskan bahwa siapa saja yang tidak
berpuasa karena ada uzur maka hendaklah ia mengqadha’ (mengganti) puasanya
di hari yang lain. Seperti orang sakit, musafir wanita yang berhalangan dan lain
sebagainya. Dan bagi orang yang tidak dapat berpuasa selamanya seperti pada
orang yang sudah tua dan orang yang sakit di mana sakitnya tidak diharapkan
sembuhnya, maka wajib baginya menunaikan fidyah (memberi makan) yang
merupakan pendapat Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan frman Allah Ta’ala
mengenai ini.8

C. Surat Al Baqarah 185


1) Ayat dan terjemahannya
ِ َ‫ت ِّمن ٱهْل َد ٰى وٱلْ ُفرق‬
‫ان‬ ْ َ ُ َ ٍ َ‫َّاس َو َبِّيٰن‬
ۢ ِ ‫ى أُن ِز َل فِ ِيه ٱلْ ُق ْرءَا ُن ُه ۭ ًدى لِّلن‬
ٓ ‫ضا َن ٱلَّ ِذ‬
َ ‫َش ْهُر َر َم‬
ِ ِ
َ ‫يضا أ َْو َعلَ ٰى َس َف ۢ ٍر فَع َّد ۭةٌ ِّم ْن أَيَّ ٍام أ‬
ۗ ‫ُخَر‬ ً ‫ص ْمهُ ۖ َو َمن َكا َن َم ِر‬ ُ َ‫َّهَر َفْلي‬ْ ‫فَ َمن َش ِه َد من ُك ُم ٱلش‬
‫ْملُو ۟ا ٱلْعِ َّد َة َولِتُ َكِّبُرو ۟ا ٱللَّهَ َعلَ ٰى َما َه َد ٰى ُك ْم‬
ِ ‫يد بِ ُكم ٱلْعسر ولِتُك‬
َ َ ْ ُ ُ ُ ‫يد ٱللَّهُ ب ُك ُم ٱلْيُ ْسَر َواَل يُِر‬
ِ ُ ‫ي ِر‬
ُ
‫َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكُرو َن‬
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
7
Irsyadul Ibad, Skripsi, Nilai-Nilai Kependidikan Dalam Pengamalan Ibadah Puasa
Ramadan, Salatiga, IAIN Salatiga, 2015, Hlm. 17-18
8
Muhammad Abduh Tuasikal, Untaian Faedah dari Ayat Puasa, Rumasyo, Yogyakarta,
2020. Hlm. 27

6
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur”
2) Tafsir dan Kandungan hukum
Ayat ini menerangkan bahwa pada bulan Ramadan, al-Qur’an diwahyukan,
yaitu pada malam Qadar. Ayat ini juga menjelaskan puasa yang diwajibkan ialah
pada bulan Ramadan. Pada ayat 185 ini, Allah memperkuat ayat 184, bahwa
walaupun berpuasa diwajibkan, tetapi diberi kelonggaran bagi orang-orang yang
sakit dan musafir untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadan dan menggantikan
pada hari-hari yang lain. Kemudian pada penutup ayat ini Allah menekankan
supaya disempurnakan bilangan puasa dan menyuruh bertakbir serta bersyukur
kepada Allah atas segala petunjuk yang diberikan.
Dalam kitab tafsir Al misbah karya prof. Dr. Muhammaa Quraish Shihab
disebutkan: hari yang ditentukan, yakni dua puluh sembilan atau tiga puluh hari
saja selama bulan Ramadan. Bulan tersebut dipilih karena ia adalah bulan yang
mulia. Bulan yang didalamnya diturunkan permulaan al-Qur’an sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu serta pembeda yang jelas antara yang haq dan yang batil.
Penegasan bahwa al-Qur’an yang demikian itu sifatnya diturunkan pada bulan
Ramadan mengisyaratkan bahwa sangat dianjurkan untuk membaca dan
mempelajari al-Qur’an selama bulan Ramadan.
Penggalan ayat ini dapat juga berarti, maka barang siapa di antara kamu
mengetahui kehadiran bulan itu, dengan melihatnya sendiri atau melalui
informasi yang dapat dipercaya, maka hendaklah ia berpuasa. Mengetahui
kehadiran bulan dengan melihat melalui mata kepala, atau dengan mengetahui
melalui perhitungan, bahwa ia dapat dilihat dengan mata kepala walau secara

7
faktual tidak terlihat karena satu dan lain hal, misalnya mendung maka hendaklah
ia berpuasa.9
D. Surat Al Baqarah 187
1) Ayat dan terjemahannya

‫سٌ هَّلُ َّن ۗ َعلِ َم ٱللَّهُ أَنَّ ُك ْم ُكنتُ ْم‬ ِ


ۭ ‫سٌ لَّ ُك ْم َوأَنتُ ْم لبَا‬
ِ ِ ِ ُ َ‫ٱلرف‬
ۭ ‫ث إِىَل ٰ ن َسٓائ ُك ْم ۚ ُه َّن لبَا‬ ِّ َ‫أ ُِح َّل لَ ُك ْم لَْيلَة‬
َّ ‫ٱلصيَ ِام‬
‫ب ٱللَّهُ لَ ُك ْم ۚ َو ُكلُو ۟ا‬ ۟ ِ
َ َ‫وه َّن َو ْٱبَتغُو ا َما َكت‬ ُ ‫اب َعلَْي ُك ْم َو َع َفا َعن ُك ْم ۖ فَٱلْٔـََٰٰٔ َن بَٰشُر‬
َ َ‫خَت ْتَانُو َن أَن ُف َس ُك ْم َفت‬
ۚ ‫ٱلصيَ َام إِىَل ٱلَّْي ِل‬ِّ ‫َس َو ِد ِم َن ٱلْ َف ْج ِر ۖ مُثَّ أَمِت ُّو ۟ا‬ ِ
ْ ‫ض م َن ٱخْلَْيط ٱأْل‬
ِ ‫ط ٱأْل َبي‬ ۟
ُ َْ ُ ‫َوٱ ْشَربُو ا َحىَّت ٰ َيتََبنَّي َ لَ ُك ُم ٱخْلَْي‬
‫ك يَُبنِّي ُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِۦِه‬ ِ ِ ِِ
َ ‫وها ۗ َك َٰذل‬ َ ُ‫ود ٱللَّه فَاَل َت ْقَرب‬ُ ‫ك ُح ُد‬ َ ‫وه َّن َوأَنتُ ْم َٰع ِك ُفو َن ىِف ٱلْ َم َٰسجد ۗ تِْل‬ ِ
ُ ‫َواَل ُتبَٰشُر‬
ِ ‫لِلن‬
‫َّاس لَ َعلَّ ُه ْم َيَّت ُقو َن‬
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan istri-
istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian
bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan
nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,
(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam
mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa”
2) Tafsir dan Kandungan hukum
Prof. Dr. Muhammad Quraish shihab dalam tafsirnya menjelaskan: Izin
bercampur dengan istri yang ditegaskan dalam ayat ini menunjukkan bahwa
puasa tidak harus menjadikan seseorang terlepas sepenuhnya dari unsur-unsur
jasmaniahnya. Seks adalah kebutuhan pria dan wanita. Karena itu, mereka para
istri adalah pakaian bagi kamu wahai suami dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengteahui bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat menahan nafsu
kamu sehingga ada yang bercampur di malam hari dan menjadikan kamu
bagaikan mengkhianati diri kamu sendiri akibat menduga bahwa hubungan seks
di malam Ramadan adalah hukumnya haram. Karena itu, Allah mengampuni
kamu setelah kami mengakui dan menyadari kesalahanmu, dan memaafkan
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, Hlm.490

8
kamu, yakni menghapus dampak apa yang kamu lakukan itu dari lembaran hari
kamu dan lembaran catatan amal amal kamu.10
Pada masa awal pensyariatan puasa Ramadan, sebagaimana diriwayatkan
Dari Al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata “Ketika turun, mereka para sahabat
tidak boleh mendekati istri mereka di seluruh hari Ramadan. Lalu ada di antara
para sahabat yang diam-diam tidak bisa tahan” (HR. Bukhari, no. 4508).
Hukum mencampuri istri pada malam bulan ramadhan ini dijelaskan
ulang ketika turun ayat “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa
bercampur dengan istri-istri kamu....” (Al Baqarah 147). Menurut ulama ushul
kaidah perintah setelah larangan berarti: ketika awal puasa dahulu dilarang
hubungan intim, maka kembali ke hukum sebelum dilarang. Hukum asal
hubungan intim adalah mubah, berarti hubungan intim di malam hari Ramadan
dihukumi mubah. Dengan kata lain dihalalkan pada setiap malam Ramadan untuk
berjimak dengan istri, ini berlaku di seluruh malam Ramadan.11

E. Surat Al Baqarah 189


1) Ayat dan terjemahannya

‫وت ِمن ظُ ُهو ِر َها‬ ۟


َ ُ‫س ٱلْرِب ُّ بِأَن تَأْتُو ا ٱلُْبي‬ ِ ِ ُ ِ‫ك َع ِن ٱأْل َِهلَّ ِة ۖ قُ ْل ِهى َم َٰوق‬
َ ‫يت للنَّاس َوٱحْلَ ِّج ۗ َولَْي‬ َ َ َ‫يَ ْسَٔٔـَلُون‬
‫وت ِم ْن أ َْب َٰوهِبَا ۚ َو َّٱت ُقو ۟ا ٱللَّهَ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحون‬ ۟ ِٰ
َ ُ‫َولَك َّن ٱلْرِب َّ َم ِن َّٱت َق ٰى ۗ َوأْتُو ا ٱلُْبي‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu
ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”

2) Tafsir dan Kandungan hukum


Dalam ayat ini Allah menjelaskan ini faidah dan hikmah dari perbedaan
bentuk hilal setiap bulannya. Disebutkan bahwa para sahabat bertanya kepada
Rasulullah tentang hal itu, Maka Allah menjawab bahwa itu adalah tanda-tanda
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, Hlm.497
11
Muhammad Abduh Tuasikal, Untaian Faedah dari Ayat Puasa, Rumasyo, Yogyakarta,
2020. Hlm. 70-73

9
yang dapat digunakan manusia untuk mengetahui waktu-waktu ibadah mereka
yang dikerjakan sesuai waktu tertentu seperti puasa, haji, zakat, dan banyak
kegunaan lainnya.
Dan perbuatan baik bukanlah dengan meniru adat jahiliyah, seperti masuk
rumah dari atapnya ketika kalian melaksanakan ihram haji dan umrah; namun
perbuatan baik adalah dengan bertakwa kepada Allah, dengan menjalankan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Masuklah ke dalam
rumah-rumah kalian dari pintunya, dan takutlah kepada Allah dengan
menjalankan hukum-hukum-Nya agar kalian meraih kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Syeikh as-Syinqithi berkata: dalam firman Allah {‫ }ولكن البر من اتقى‬Diterangkan:

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan Mereka itulah orang-orang yang
bertakwa.12
Terkait dengan hukum puasa ayat 189 ini menjelaskan awal dimulainya
ramadahan atau hari pertama puasa, yakni dengan rukyatul hilal. Sesuai dalam
hadist yang diriwayatkan: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi “Berpuasalah karena melihat hilal (rukyatul hilal). Berhari
rayalah karena melihatnya pula. Jika tidak nampak bagi kalian, maka
genapkanlah bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari, no. 1909).13

12
Tafsir WEB, (https://tafsirweb.com/702-quran-surat-al-baqarah-ayat-189.html),
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2020 Pukul 16.28 WIB

13
Muhammad Abduh Tuasikal, Untaian Faedah dari Ayat Puasa, Rumasyo, Yogyakarta,
2020. Hlm. 53

10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Didalam yat 183-187 dan 189 surah al-Baqarah menjelaskan beberapa
hal yaitu; Kewajiban puasa Ramadhan bagi mereka yang memenuhi syarat
wajib untuk melaksanakannya, puasa dapat mengantarkan seseorang menuju
ketakwaan, kebolehan membatalkan puasa bagi mereka yang sedang sakit
atau dalam perjalanan dan perintah untuk mengganti puasa yang dibatalkan
tersebut pada hari-hari yang lain, bagi orang tua yang sudah tidak mampu
melaksanakan puasa secara sempurna maka diperbolehkan untuk tidak
berpuasa namun diwajibkan membayar fidyah, suami dan istri itu adalah dua
komponen yang saling melindungi dan dilarangnya berhubungan suami istri
saat buasa, kemudian menjelaskan cara menentukan waktu kapan awal puasa
Ramadhan.

12
Daftar pustaka
Munandar, Aris. Menggali Tafsir & Faedah Ayat Puasa, ustadzaris.com
Publishing Yogyakarta.
Shihab, Muhammad Quraish, (2002), Tafsir Al Misbah, Jakarta: Lentera
Hati.
Ibad, Irsyadul. Skripsi; Nilai-Nilai Kependidikan Dalam Pengamalan
Ibadah Puasa Ramadan, Salatiga, IAIN Salatiga, 2015
Tuasikal, Muhammad Abduh. Untaian Faedah dari Ayat Puasa,
Rumasyo, Yogyakarta, 2020
Zein, Achyar. Tafsir Ayat-Ayat Puasa (Menelaah Format Hukum
Tuhan), Perdana Publishing, Medan, 2016
https://tafsirweb.com/702-quran-surat-al-baqarah-ayat-189.html
(Diakses pada tanggal 1 Oktober 2020 Pukul 16.28 WIB)

13

Anda mungkin juga menyukai