Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TRADISI RITUAL, KEBATINAN, KEJAWEN


DALAM BALUTAN ISLAM

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Budaya Lokal
Dosen pengampu: Lukmanul Hakim, M.Hum

Disusun oleh:

1. Muhamad Habib (33010180026)


2. Muhamad Khusni Multazam (33010180034)
3. Arya Wahid Rois (33010180023)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul Tradisi
ritual, kebatinan, dan kejawen dalam balutan Islam”. Tidak lupa shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang di harapkan syafaatnya di hari akhir nanti.
Serta kami sampaikan terimakasih kepada dosen matakuliah Islam dan Budaya Lokal yang
telah memberi kami kesempatan untuk mempresentasikan makalah ini,dan pada anggota tim
kelompok delapan yang selalu kompak dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas ini.

Akhirnya kami sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
juga kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.Menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini,
begitupun dengan makalah kami.Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran
dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

Salatiga, 24 Maret 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tradisi ritual merupakan sebuah tradisi yang telah ada sejak dahulu kala saat
zaman nenek moyang kita, para leluhur-leluhur yang saat itu masih banyak yang
menganut Animisme seringkali melakukan tradisi ritual untuk penyembahan ataupun
tujuan tertentu.
Berbeda dengan aliran kebatinan yang tidak asing di telinga kita, khususnya bagi
masyarakat di Pulau Jawa, terutama masyakatam Jawa Timur yang banyak
menjalankan berbagai batin dengan harapan untuk mencari ketenangan jiwa. Karena
menurut mereka kesulitan-kesulitan dalam hidup mereka belum bisa dimudahkan oleh
Agama, maka dari itu mereka beralih ke sebuah aliran batin.

Sedangkan Kejawen merupakan sebuah kepercayaan atau mungkin bias


dikaitkan dengan agama, yang terutama dianut di Pulau Jawa. Bisa disebut juga
agama namun tidak seperti agama islam ataupun Kristen yang terorganisir. Salah satu
cirri khas kejawen sendiri yaitu adanya perpaduan Animisme.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari kepercayaan ritual, kebatinan dan kejawen?
2. Bagaimana pengertian dan sejarah munculnya Aliran kebatinan?
3. Bagaimana pengertian dan sejarah tentang kepercayaan kejawen?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tradisi ritual, aliran batin, dan kejawen
2. Untuk mengetahui pengertian dan awal munculnya aliran kebatinan
3. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah tentang kepercayaan kejawen
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ritual, Kebatinan dan Kejawen


1. Ritual
Pengertian Ritual menurut KBBI adalah tata cara dalam upacara keagamaan.
upacara ritual adalahrangkaian tindakan yang ditatat oleh adat atau hukum yang
berlaku dalam masyarakat.
Homans C anthony wallace ( Djamiri, 1993: 39) meninjau ritual dari segi ja
gkaunya yaitu:
a. Ritual sebagai teknologi seperti upacara yang berhubungan dengan
kegiatan pertanian dan perburuan
b. Ritual sebagai terapi, sreperti upacara utuk mengobati dan mencegah
hal-hal yang tidak di inginkan
c. Ritual sebagai ideologis mitos dan ritual tergabung untuk
mengendalikan suasana hati, nilai sentimen dan perilaku untuk
kelompok yang baik
d. Ritual sebagai penyelamatan
e. Ritual sebagai revitalisasi( penguatan atau openghidupan kembali.
2. Kebatinan
Jika dilihat dari akar katanya, maka istilah ”kebatinan” berasal dari kata
“batin” (bahasa Arab) yang berarti “di dalam”, “yang tersembunyi”. Karena
sifatnya yang tersembunyi, maka kebatinan sangat sulit untuk dirumuskan karena
bersifat subjektif. Meskipun begitu, ada banyak definisi istilah kebatinan yang
telah dirumuskan, di antaranya;
a. H.M Rasyidi yang mengatakan bahwa kata ”batiny” terambil dari kata
”batin” yang artinya bagian dalam. Kata ”batiny” dapat diartikan sebagai
orang-orang yang mencari arti yang dalam dan tersembunyi dalam kitab
suci.1
b. BKKI (Badan Kongres Kebatinan Indonesia) bahwa kebatinan adalah sepi
ing pamrih, rame ing gawe, mamayu bayuning bawono; artinya;

1
H.M. Rasyidi, Islam danKebatinan, (Jakarta: Yayasan Islam Studi Club Indonesia, 1967), hlm. 49.
Kebatinan adalah sumber asas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk
mencapai budi luhur, guna kesempurnaan hidup.2
c. Rahmat Subagyo. Ia menjelaskan bahwa kebatinan adalah suatu ilmu atas
dasar ketuhanan Absolut, yang mempelajari kenyataan dan mengenal
hubungan langsung dengan Allah tanpa pengantara.3
d. Sumantri Mertodipuro mendefinisikan lebih kepada fungsi. Ia mengatakan
bahwa kebatinan adalah cara ala Indonesia mendapatkan kebahagiaan. Di
Indonesia, kebatinan apa pun namanya sperti tasawuf, ilmu
kesempurnaanteosofi dan mistik adalah gejala umum. Kebatinan
memperkembangkan inner reality, kenyataan rohani.4
3. Kejawen
Kejawen atau biasa dipanggil kebatinan adalah sebuah kepercayaan yang di
anut di Pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainya yang menetap di Jawa.
Hal itu bisa dilihat dari ajaranya yang Universal dan selalu melekat dan
berdampingan denga agama yang dianut pada zamanya.
Kejawen berasal dari kata “Jawa” yang aretinya dalam bahasa indonesia
adalah “Segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan
Jawa(kejawaan)”. Dalam konteks umum, Kejawen sebagai filsafat yang memiliki
ajaran-ajaran tertetentu terutama dalam membangun tata krama. Penganut ajaran
kejawen biasanya tidak menganggap ajaranya sebagai agama, tetapi lebih
melihatnya sebagai seperangkat cara pandang nilai-nilai yang di barengi dengan
sejumlah laku (mirip dengan “ibadah”).5
Ajaran-ajaran kejawen bervariasi, dan sejumlah aliran dapat mengadopsi
ajaran agama pendatang, baik Hindu, Budha, Islam, maupun Kristen. Kejawen
selalu berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap, serta filosofi orang-
orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku jawa,
lakui olah spiritualitis kejawen yang utama adalah Pasa (berpuasa) dan Tapa
(bertapa)6.

2
Definisiiniadalahdefinisi yang dirumuskanolehBadanKongresKebatinan Indonesia (BKKI) yang ke 1, 1959), hal.
7
3
RahmatSubagyo, KepercayaanKebatinanKerohanianKejiwaandan Agama, (MajalajSpektrum No. 3, Tahun
1973), hal. 189
4
SumantriMertodipuro, AliranKebatinan di Indonesia, (Mayapada v, No. 13, 1967), hal. 133
5
Suwardi Endraswana, Kebatinan Jawa dan jagad mistik kejawen (Yogyakarta: Lembu Jawa 2011) h. 24.
6
Ibid h. 26.
B. Sejarah Munculnya Aliran Kebatinan di Indonesia

Di atas telah di jelaskan bahwa kebatinan adalah cara orang Indonesia mendapatkan
kebahagiaan. Jika memang betul demikian, maka pertanyaannya mengapa aliran kebatinan ini
muncul di Indonesia? Banyak sekali yang menanyakan hal itu, para peneliti juga sudah
banyakyang mengutarakan pendapatnya tentang hal tersebut. Ada yang mengatakan terkait
latar belakang kemunculan aliran kebatinan di Indonesia. Di antaranya isu modernisme dan
globalisasi.
Globalisasi dan modernisasi sebenarnya adalah sebuah era di mana dunia ini
seakan tak bersekat, batas-batas teritorial seakan tak berarti. Dalam era globalisasi
interaksi antar budaya, peradaban dan negara semakin mudah dilakukan. Adanya proses
saling mempengaruhi satu sama lain tak bisa dinafikan. Baik bersifat positif maupun
negatif. Dan, pada akhirnya globalisasi menjadi alat untuk saling mempengaruhi antara
budaya, peradaban, idiologi, bahkan masuk pada agama. Dan ujungnya agama, budaya,
idiologi, dan peradaban telah terkontaminasi dari pengaruh unsur-unsur lain.

Karena alasan itu-lah maka ada sebagian kelompok (baca: aliran kebatinan) yang
berusaha ”lari” atau menghindari perkembangan dunia modern dan mulai gandrung akan
romatisme masa lalu. Biasanya kelompok ini mulai menelusuri nilai-nilai asli dahulu
yang kini sudah terdesak dengan arus modernisasi dan globalisasi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu alasan munculnya aliran
kebatinan dipicu oleh dampak negatif dari modernisme yang menggerus nilai-nilai moral,
estetika, sehingga membawa manusia jatuh pada jurang materialisme. Karena itu, aliran
kebatinan hadir sebagai solusinya. Jika di lihat dari latar belakang kemunculannya, kondisi ini
hampir mirip dengan latar belakang kemunculan sufisme dalam Islam.

Motivasi seseorang masuk aliran kebatinan, sebagai berikut:


 para pemimpin agama kurang memperhatikan soal kebatinan dan tidak cakap
dalam menyimpulkan ajaran agamanya dalam prinsip-prinsip pokok yang
sederhana, yang mudah dipergunakan sebagai pegangan bagi seorang manusia.
 kondisi Indonesia sendiri yang masih terdapat kalangan orang-orang Jawa
abangan, agama suku pedalaman yang memiliki latar belakang tradisi kebudayaan
spiritual nenek moyang yang masih kuat dipengaruhi oleh spiritualitas Hindu-
Budha atau Hindu-Jawa.
 Ajaran kebatinan dipandang lebih sederhana dan mudah dipahami karena
menggunakan bahasa daerah, dibandingkan dengan ajaran agama lainnya 7
7
Suwarno Imam, Konsep Tuhan, Manusia. hal. 83.
 Amalan kebatinan dianggap tidak terlalu berat dibandingkan dengan amalan-amalan
yang diajarkan agama lainnya. Amalan kebatinan lebih menitikberatkan penghayatan
batin8

C. Sejarah Munculnya Kejawen Dalam Balutan Islam

Jika dikaitkan dengan sejarah penyebaran agama islam di pulau jawa memang
berbeda dengan pulau lainya. Pada penyebaran islam di pulau Jawa menggunakan
perantara budaya sebagai sarana mediator penyebaranya, seperti menggunakan wayang
dan gamelan. Aspek-aspek kepercayaan jawapun digabungkan kedalam ibadah islam.
Contohnya pada saat islam dulu belum masuk ke pulau jawa para penduduk desa ketika
ada orang yang mati, maka akan dilakukan ritual-ritual sesajen, penjagan roh dan lain
sebagainya. Tetapi stelah islam memasuki jawa aktivitas tersebut dirubah dengan
melakukan tahlilan, selamatan pada 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 harinya.
Dari metode penyebaran agama islam yang sangat terkait dengan media budaya
jawa menyebabkan adanya percampuran antara kepercayaan kejawen dengan
islamsehingga terjalinya sebuah hubungan yang akhirnya membentuk islam kejawen.
islam kejawen ini merupakan islam yang sangat dipengaruhi oleh animisme kejawen/
kepercayaan kejawen. Sehinggadalam perilaku ibadahnya juga menggabungkan syariat
islam dan budaya jawanya.
Orang jawa pada zaman dahulu tidak berbeda jauh dengan orang nusantara pada
umumnya yaitu bersikap permisif terhadap setiap kepercayaan atau agama baru yang
masuk ke wilayah nusantara. Hal ini menyebabkan percampuran dua entitas yaitu agama
dan tradisi berasimilasi sehingga memunculkan budaya Islam yang sinkretis sebab telah
terjadi percampuran antara Islam dan tradisi lokal jawa yang disebut kejawen.
Dalam trilogi Geertz, kejawen lebih mirip kaum abangan yang penuh dengan
sinkretisme. Sinkretisme merupakan percampuran dua tradisi atau lebih, dan terjadi
lantaran masyarakat mengadopsi suatu kepercayaan baru dan berusaha untuk tidak terjadi
benturan dengan gagasan dan praktik budaya lama. Terjadinya percampuran tersebut
biasanya melibatkan sejumlah perubahan pada tradisi-tradisi yang diikutsertakan.
Islam di Jawa bercorak sinkretis yang disebut kejawen tadi, dalam arti terdapat
terdapat perpaduan atau lebih budaya, misalnya budaya Hindu, Budha, dan animisme.

8
ibid
Sebagaimana dinyatakan Geertz, Agama Jawa ini tampak dari luar adalah Islam, tetapi
setelah dilihat secara mendalam kenyataannya adalah agama sinkretis.9
Jika diperhatikan, proses sinkretisasi yang berlangsung antara budaya Jawa dan
budaya Islam dapat berjalan dengan mulus karena berada pada tatanan simbolis. Dalam
artian, islamisasi Jawa tidak dilakukan pada tataran yang kasar (wadah, kulit luar), tetapi
diarahkan pada ketulusan (isi, inti).
Perlu kita ingat kembali bahwa pada awalnya Islam yang berkembang di Indonesia
adalah Islam mistik (sufi) yang memiliki salah satu karakter moderat dan akomodatif
terhadap kebudayaan dan kepercayaan lokal (setempat). Di tangan para dai yang
berhaluan sufi, kepercayaan itu dibiarkan eksis seperti apa adanya. Salah satu buktinya,
para dai dari kalangan sufi yang diperankan walisongo memiliki rasa toleran terhadap
kepercayaan orang lain, yaitu melarang umat Islam untuk menyembelih sapi dengan
maksud menghormati umat Hindu yang menganggap binatang itu suci (keramat).
Tetapi di pihak lain juga berdampak positif. Artinya, ajaran yang disinkretiskan
tadi telah menjadi jembatan yang memudahkan masyarakat Jawa dalam menerima Islam
sebagai agama mereka yang baru. Selain itu, sikap ini juga memudahkan pihak Islam,
terutama kalangan pesantren, untuk mengenal dan memahami pemikiran budaya Jawa,
sehingga memudahkan mereka dalam mengajarkan dan menyiarkan Islam kepada
masyarakat Jawa. Paling tidak, hal ini tercermin dalam beragam kesenian Jawa yang
bernafaskan Islam.10

Bahasa sandi masyarakat kejawen yang tertuang dalam karya tulis:

Orang Jawa memiliki bahasa sandi yang dilambangkan dan disiratkan dalam
semua sandi kehidupanya dan mempercayai ajaran kejawen tertuang didalamnya
tanpa mengalami perubahan sedikitpun karena memiliki aturan yag dijaga ketat.
Semuanya merupakan ajaran yang tersirat untuk membentuk laku utama yaitu tata
krama untuk membentuk orang jawa yang ber akhlaq terpuji, hal-hal tersebut tertuang
dalam jenis karya tulis sebagai berikut;

 Kakawin (Sastra Kawi)

9
Cliford Geertz, Abangan, santri, priyayi: dalam masyarakat jawa (Religion of java) (Jakarta: Pustaka Jaya
1982) h. 67.
10
Purwadi, History of Java: Melacak Asal-Usul Tanah Jawa, (yogyakarta: Mitra Abadi, 2008) cet 1, h. 27
Kakawin adalah kitab sastra metrum kuno (lama) berisi nasihat berupa ajaran
yang tersirat dalam kisah perjalanan yang berjumlah 5 kitab, ditulis menggunakan
aksara Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno.

 Macapat (Sastra Carakan)

Macapat adalah kitab sastra metrum anyar (baru) berisi nasihat berupa ajaran
tersirat dalam kisah perjalanan yang terdiri lebih dari 82 kitab ditulis
menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa beberapa ditulius menggunakan huruf
Pegon.

 Babad (Sejarah)
Babad adalah kitab yang menceritakan sejaraah nusantara berjumlah lebih dari 15
kitab ditulis menggunakan aksara Jawa kuno dan bahasa jawa kuno serta aksara
Jawa dan bahasa Jawa.
 Suluk (Jalan Spiritual)
Suluk adalah kitab tata cara menempuh jalan supranatural untuk membentuk
pribadi hanjawani (terpuji) yang luhur dan dipercaya siapa saja yang mengalami
kesempurnaan akan memperoleh kekuatan supranatural yang berjumlah lebih dari
35 kitab, ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa, beberapa ditulis
menggunakan huruf Pegon.
 Kidung (Doa-doa)
Kidung adalah sekumpulan doa-doa atau mantra-mantra yang dibaca dengan nada
khas, sama seperti doa lain ditunjukan kepada tuhan bagi pemeluknnya masing-
masing yang berjumlah 7 kitab, ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa
Jawa.
 Piwulang (Pengajaran)
Piwulang secara bahasa berarti “yang di ulang-ulang” berupa kitab yang
mengajarkan tatanan terdiri dari Pituduh (perintah) dan Wewaler (larangan) untuk
membentuk pribadi yang hanjawani, ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa
Jawa.
 Primbon (Himpunan)
Secara bahasa berarti ”kumpulan” atau “rangkuman” berupa kitab praktik praktis
dalam pelaksanaan tatanan adat sepanjang waktu, juga biasanya dilengkapi cara
untuk membaca gelagat alam semesta untuk memprediksi kejadian, ditulis
menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa.11

Naskah-naskah diatas mencakup seluruh swendi kehidupan orang jawa dari


kelahiransampai kematian, dari resep makanan kuno sampaiasmaragama
(kamasutra), dan ada ribuan naskah lainya yang menyariatkan kitab-kitab utama
diatas dalam bentuk karya tulis, biasanya dalam bentuk ajaran nasihat, falsafah,
kaweruh (pengetahuan), dan sebagainya.

11
Suwarno Imam S, Konsep tuhan, manusia, mistik dan berbagai kebatinan jawa (Jakarta: RajaGrafindo
Persada). h. 105.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengertian Ritual menurut KBBI adalah tata cara dalam upacara keagamaan. upacara
ritual adalahrangkaian tindakan yang ditatat oleh adat atau hukum yang berlaku dalam
masyarakat.

Jika dilihat dari akar katanya, maka istilah ”kebatinan” berasal dari kata “batin”
(bahasa Arab) yang berarti “di dalam”, “yang tersembunyi”. Karena sifatnya yang
tersembunyi, maka kebatinan sangat sulit untuk dirumuskan karena bersifat subjektif.
Meskipun begitu, ada banyak definisi istilah kebatinan yang telah dirumuskan, di antaranya;

H.M Rasyidi yang mengatakan bahwa kata ”batiniyyah” terambil dari kata ”batin”
yang artinya bagian dalam. Kata ”batiny” dapat diartikan sebagai orang-orang yang mencari
arti yang dalam dan tersembunyi dalam kitab suci. Kejawen atau biasa dipanggil kebatinan
adalah sebuah kepercayaan yang di anut di Pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa
lainya yang menetap di Jawa. Hal itu bisa dilihat dari ajaranya yang Universal dan selalu
melekat dan berdampingan denga agama yang dianut pada zamanya.

Kejawen berasal dari kata “Jawa” yang aretinya dalam bahasa indonesia adalah
“Segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa(kejawaan)”. Dalam
konteks umum, Kejawen sebagai filsafat yang memiliki ajaran-ajaran tertetentu terutama
dalam membangun tata krama. Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajaranya
sebagai agama, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang nilai-nilai yang di
barengi dengan sejumlah laku (mirip dengan “ibadah”).
DAFTAR PUSTAKA

Geertz,Cliford .1982.” Abangan, santri, priyayi: dalam masyarakat jawa (Religion of


java)”Jakarta: Pustaka Jaya.

Kiki Muhammad Hakiki .Al-AdYaN/Vol.VI, N0.2/Juli-Desember/2011.

Anda mungkin juga menyukai