Anda di halaman 1dari 25

Hadis Meminta jabatan 1

LARANGAN MEMINTA JABATAN


Oleh Muhmmad Imran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Segala bentuk peristiwa, permasalahan baik dalam konteks pemerintahan,
sosial, ibadah dan segala aspek kehidupan yang telah terjadi di masa lampau
merupakan perwujudan yang akan terjadi dimasa yang akan datang, namun dalam
bentuk dan pola yang berbeda, sehingga apa saja yang disampaikan oleh Rasulullah
saw., berlaku universal untuk seluruh ummat Islam, baik digenerasi para sahabat,
tabi>i>n, dan generasi-generasi selanjutnya namun dalam bentuk penafsiran yang
berbeda-beda sesuai dengan konteks yang dibutuhkan pada saat itu, namun tidak
menghilangkan nilai-nilai dasar dari makna sesungguhnya.
Kasus yang terjadi pada Abdurrahman bin Samurah yang meminta jabatan
merupakan representasi dari apa yang terjadi masyarakat kita sekarang pada
khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, sehingga Rasulullah saw.,
memberikan peringatan kepada siapa saja yang menginginkan jabatan tanpa ada
kemampuan dan keahlian, baik jabatan yang paling tinggi maupun yang paling
rendah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., yang diriwayatkan oleh imam Muslim
dari hadis Abi Dzar ra:
" :
1
"
Selanjutnya imam al-Nawawi> mengomentari hadis tersebut bahwa ini
merupakan peringatan besar bagi yang menginginkan jabatan atau kekuasaan tanpa

1
Muhammad bin Isma>i>l al-Ami>r al-Kahla>ni> al-S{ana>ni>, Subul al-Sala>m (Cet. IV:
Maktabah Must}ofa> al-Ba>bi> al-H{alli>, 1960 M, 1379 H, ), h. 117.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 2

ada keahlian dalam melaksanakan amanah tersebut, sehingga merasakan penyesalan


dan balasan di hari akhir nanti, adapun yang sanggup menjalani jabatan itu dengan
baik sesuai dengan kapasitasnya, maka dia akan mendapatkan pahala yang besar
disisi Allah swt.
Oleh sebab itu, kita tidak menginginkan agama menjadi tameng atau alat
untuk menghendaki dan mendapatkan suatu jabatan, sebagaimana fenomena dan
realita yang kita saksikan saat ini, dimana para pecinta jabatan itu mengatas namakan
agama dan berdiri dibelakang para alim ulama untuk mendapat perhatian dari
masyarakat sehingga dapat memuluskan keinginannya agar mendapatkan sebuah
jabatan yang pada akhirnya mereka sendirilah yang menyalahgunakan amanah
tersebut, sehingga pemerintahan semakin carut marut tidak mempunyai tujuan dan
arah yang jelas, akhirnya keadilan dan propesionalisasi tidak terwujud yang
mengakibatkan munculnya penyelewengan-penyelewengan yang merugikan banyak
orang.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas, pemakalah akan mengkaji lebih lanjut
hadis mengenai larangan meminta jabatan, dengan merumuskan beberapa masalah,
diantaranya yaitu:
1. Bagaimanakah kualitas hadis larangan meminta jabatan?
2. Bagaimanakah bagaimana fiqh al-hadis larangan meminta jabatan?

BAB II
PEMBAHASAN

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 3

A. Redaksi Hadis













.
Artinya:
Diceritakan kepada kami abu> al-Numa>n Muhammad bin al-Fad{l,
diceritakan kepada kami Jari>r bin H{a>zim, diceritakan kepada kami al-
H{asan, diceritakan kepada kami Abdurrahman bin Samurah ia berkata
bahwasanya Nabi saw,. bersabda: Ya Abdurrahman bin Samurah, anda
jangan meminta untuk menjadi pemimpin, sebab sesungguhnya jika
diserahkan padamu karena permintaanmu maka akan diserahkan kepadamu
seluruhnya, sebaliknya jika pimpinan itu diserahkan kepadamu tanpa
permintaanmu maka akan dibantu untuk mengatasinya dan jika kamu telah
terlanjur bersumpah, kemudian kamu melihat ada sesuatu yang lebih baik
daripada sumpahmu itu, maka hendaklah kamu membayar kifarat dari
sumpahmu tadi dan hendaklah kamu mengerjakan sesuatu yang lebih baik.

B. Takhri>j al-H{adi>s\
Sebagaimana yang kita ketahui mayoritas ulama hadis membagi metode
takhrij al-hadis} dalam lima bagian yaitu:2
1. Metode takhrij melalui lafadz pertama pada matan hadis
2. Metode takhrij dengan menggunakan kata-kata yang terdapat pada matan
hadis
3. Metode takhrij berdasarkan tema pada matan hadis
4. Metode takhrij melalui periwayat pertama pada matan hadis
5. Metode takhrij berdasarkan status hadis
Adapun metode takhrij yang digunakan dalam penelurusuran hadis dalam
makalah ini adalah dengan menggunakan metode takhrij melalui lafaz\ dalam matan
hadis tersebut dengan menggunakan kata kerja (fi'il) yaitu kata kunci melalui
kata dasarnya , atau dengan mengunakan kata kunci melalui kata dasarnya

2
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992), h.
45-50.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 4

,maka matan hadis tersebut secara lengkap beserta sanadnya dapat ditemukan
dalam kamus al-Mujam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\, dan ditemukanlah
berbagai periwayatan yang diriwayatkan oleh para mukharrij, diantaranya yaitu:
1. S{ah{i>h{ Bukha>ri>, Kitab al-Aima>n wa al-Nuz{u>r, ba>b al-Kafa>ratu
Qabla al-H{anas wa badahu, Ba>b Man Lam yasal al-Ima>rata wukkila
ilaiha>, Ba>b Man Lam yas al al-Iama>rata aa>nahu al-Allahu.
2. S{ah{i>h Muslim, ba>b Nadb man h}alafa yaminan fara a> ghairaha>, ba>b
al-Nahyu an t}alab al-Ima>rati wa al-H{ars}
3. Sunan al-Tirmiz{i>, ba>b fi man h}alafa ala> yami>nin fara a ghairaha>
khairan minha>
4. Sunan Abi Dawud, ba>b, ma> ja>a fi t}alib al-Ima>rah
5. Sunan al-Nasa>i>, Ba>b: al-Nahyu an masalah al-Ima>rah
6. Sunan al-Da>rimi>, Ba>b: man h{alafa an yami>nin fara> ghairaha> khairan
7. Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Hadis Abdurrahman bin Samurah,3
Adapun hadis-hadis yang telah ditelusuri sesuai dengan bab-bab yang disebut
diatas, adalah sebagai berikut:
Hadis riwayat Imam Bukha>ri








4

.










5
.






3
A. J. Wensink, Mujam al-Mufahras li al-Fa>z{ al-Hadi>s}, (Leiden; E.J. Brill, Juz I, 1955
M), h. 105.
4
Muhammad bin Isma>il abu> Abdillah al-Bukha>ri> al-Jufi, S{ah{i>h} al-Bukha>ri>
(Cet. I; Beirut: Dar Thuq al-Najat, 1422 H), h.127.
5
Muhammad bin Isma>il abu> Abdillah al-Bukha>ri> al-Jufi>, S{ah{i>h} al-Bukha>ri> ,
h. 147

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 5


6
.















7
.

Hadis riwayat Imam Muslim











8




- -
9
.



>Hadis riwayat Imam al-Tirmiz}i







10
.

Hadis riwayat abi> Da>wud









- -

11

.

6
Muhammad bin Isma>il abu> Abdillah al-Bukha>ri> al-Jufi>, S{ah{i>h} al-Bukha>ri> ,
h. 63
7
Muhammad bin Isma>il abu> Abdillah al-Bukha>ri> al-Jufi>, S{ah{i>h} al-Bukha>ri> ,
h. 63
8
Muslim bin al-Hajja>j abu> al-H{asan al-Naisa>bu>ri>, S{ah{i>h{ Muslim (Beirut: Da>r
Ih{ya> al-Tura>s\ al-Arabi>), h. 1273
9
Muslim bin al-Hajja>j abu> al-H{asan al-Naisa>bu>ri>, S{ah{i>h{ Muslim, h. 1456
10
Muh}ammad bin I<sa> bin Saurah bin Mu>sa bin al-D{ah}h}a>k al-Tirmidzi>, Sunan al-
Tirmidzi, (Cet. II; Mesir Syirkah Maktabah wa Mathbaah Musthafa al-Babi al-Hilabi, 1395 H/1975
M), 158.
>11Abi> Da wud Sulaima>n bin al-Asyas} bin Ishaq bin Basyi>r bin Syadad bin Amr al-
Azdi> al-Sijista>ni>, Sunan abi> Dawud (Beirut: al-Maktabah al-Ashriyyah), h. 130

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 6

>Hadis riwayat al-Nasa>i















12
.

>Hadis riwayat al-Da>rimi


:


:








.
13

Hadis riwayat Imam Ahmad bin Hanbal


:



" :




14

:


" :

15



:



" :











16



" :

12
Ah}mad bin Syuaib abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i> (Cet. II; Hilb:
Maktabah al-Mathbuat al-Islamiyah, 1406 H/1986 M), h. 225
13
Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin al-Fad{l bin Bahra>m bin Abd al-S{amad
al-Da>rimi>, Sunan al-Da>rimi> (Cet. I; al-Mamlakah al-Arabiyyah al-Suudiyyah: Dar al-Mughni li
al-Nasyar wa al-Tauzi>, 1412 H/2000 M), h. 1513
14
Abu> Abdillah Ah}mad bin Muh}ammad bin H{andal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni>,
Musnad ahmad bin hanbal (Cet.I; Beirut: Muassasah al-Risalah, 1421 M/2001 M), h. 223.
15
Abu> Abdillah Ah}mad bin Muh}ammad bin H{andal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni>,
Musnad ahmad bin hanbal, h. 226
16
Abu> Abdillah Ah}mad bin Muh}ammad bin H{andal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni>,
Musnad ahmad bin hanbal, h. 228

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 7


17
"

:
:
) 2( " :
:




18
"

C. Kritik Sanad dan Matan

1) Kritik Sanad

Jalur sanad yang akan di kaji dalam makalah ini adalah, jalur Abi Dawud

sebagai perwakilan dari jalur sanad yang lain. Dalam jalur sanad Abi Dawud terdapat

s}i>ghah al-tah}ammul wa al-ad>a>, diantaranya lambang yang menunjukkan

bahwa perawi (murid) meriwayatkan langsung dari gurunya, berarti sahabat tersebut

meriwayatkan langsung dari Nabi saw., dengan cara al-sama>, namun ada juga

ulama yang mengatakan, bahwa bisa saja sahabat tersebut menerima langsung dari

Nabi dan bisa juga melalui sahabat yang lainnya, karena pada zaman nabi belum ada

pengistilahan yang baku yang berkenaan dengan tata cara periwayatan hadis, seperti
19
, ,

Adapun lambang , sebagian ulama menyatakan, bahwa sanad hadis yang

mengandung huruf menunjukkan sanad yang terputus, namun mayoritas ulama

menilainya melalui al-sama>, apabila memenuhi syarat-syarat berikit ini:a) tidak

terdapat penyembunyian informasi (tadlis) yang dilakukan oleh periwayat. b)

dimungkinkannya terjadi pertemuan antara satu perawi dengan perawi lainnya, c)

antara perawi yang satu dengan perawi yang lainnya haruslah orang-orang yang
17
Abu> Abdillah Ah}mad bin Muh}ammad bin H{andal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni>,
Musnad ahmad bin hanbal, h. 229
18
Abu> Abdillah Ah}mad bin Muh}ammad bin H{andal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni>,
Musnad ahmad bin hanbal, h. 230
19
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, telaah kritis dan tinjauan dengan
pendekatan ilmu hadis (Cet. II; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995), h. 73-75.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 8

terpercaya20, lambang dan memberi petunjuk bahwa guru hadis

menyampaikan langsung kepada muridnya, dalam artian seorang murid

mendengarkan langsung dari gurunya, walaupun terdapat perbedaan pendapat tentang

dua lambang ini.21

Adapun jalur sanad yang diriwayatkan oleh Abi Dawud, adalah sebagai

berikut:

Nama perawi Urutan perawi Lambang

Abdurrah{ma>n bin Samurah Perawi I

H{asan Perawi II

Yu>nus dan Mans}u>r Perawi III

Husyaim Perawi IV

Muhammad bin S{aba>h{ al-Bazza>z Perawi V

Abi Dawud Perawi VI

1. Abi> Da>wud

Nama lengkapnya adalah Sulaiman bin al-Asyas\ bin Syadda>d bin Amru>

bin A<mir, ada yang mengatakan Sulaiman bin al-Asyas\ bin Bisyr bin Syadda>d,

ada juga yang mengatakan Sulaiman bin al-Asyas\ bin Ishaq bin Bisyr bin

Syadda>d. ia meriwayatkan hadis dari Ibrahim bin Basysya>r al-Rama>di>, Ahmad

bin Muhammad bin Hanbal, Isahaq bin Ra>hawaih, Muhammad bin S{aba>h{ al-

Bazza>z dll. Adapun murid-muridnya diantaranya yaitu: al-Tirmiz\i>, al-Nasa>i>,

20
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, telaah kritis dan tinjauan dengan
pendekatan ilmu hadis h. 70.
21
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, telaah kritis dan tinjauan dengan
pendekatan ilmu hadis. 60.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 9

Abu Bakr Abdullah bin Abi Dawud, Muhammad bin Ahmad bin Hamma>d al-

Du>la>bi> dll.

Abu Bakar al-khalla>l mengatakan: Imam Abi Dawud adalah imam paling

hebat dimasanya, Abu Ha>tim ibn Hibban mengatakan: salah satu imam yang

tersohor dalam bidang fiqh, keilmuan, hafalan, kawaraan, dan telah mengumpulkan

hadis Nabi saw., dan mengumpulkannya dalam kitab al-Sunan, Musa bin Harun

berkata: Abu Daud diciptakan didunia untuk hadis dan diciptakan di akhirat untuk
surga. Ia lahir pada tahun 202 H. Meninggal pada tanggal 14 syawwal tahun 275 H.22

2. Muhammad bin S{aba>h{ al-Bazza>z

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn S{aba>h} al-Daula>bi>, lebih

dikenal dengan Abu> Jafar al-Baghda>di> al-Bazza>z, ia meriwayatkan hadis dari:

Husyaim bin basyi>r, Waki> bin al-Jarra>h}, Ismail bi Zakatiyya dll, dan yang

meriwayatkan darinya adalah: Bukha>ri, Muslim, Abi> Dawud, Ahmad ibn Hanbal,

Hasan ibn S{aba>h{ al-Bazza>z. Ahmad ibn Hanbal, Ibn Hibba>n mengatakan ia

adalah perawi s\iqah mamu>n dan dimasukkan dalam kita>b al-s\iqa>t li ibn

Hibba>n,Yaqu>b ibn Syaibah mengatakan: ia adalah perawi yang s\iqah dan

berpengetahuan. Ia lahir di desa yang disebut dengan al-Du>la>b, meninggal di akhir


muharram tahun 227 H.

3. Husyaim

Nama lengkapnya adalah Husyaim bin basyi>r bin al-Qa>sim bin al-Dina>r

al-Sullami>, lebih dikenal dengan nama Abu> Mua>miyah ibn Abi> Kha>zin, ia

meriwayatkan hadis dari Isamail bin Abi> Kha>lid, Yunus bin Ubaid, Mansur bin

22
Abi al-H{ajja>j Yusuf al-Mizzi>, Tahz\i>b al-Kama>l fi Asma>\ al-Rija>l (Cet II; Beitut:
Muassasah al-Risa>lah, 1983 M, 1403 H), h. 355-366.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 10

Za>z\a>n, Hamzah ibn Dina>r, dan diantara murid-muridnya adalah: Ahmad ibn

Hanbal, Abdullah ibn al-Muba>rak, Waki> ibn al-Jarra>h}, Muhammad bin

S{aba>h} { al-Bazza>z al-Daula>bi> dll.

Abdurrahman ibn Mahdi> mengatakan: Husyaim mempunyai hafalan lebih

kuat disbanding Sufyan al-S|auri>, Abdurrahman bin Abi H{a>tim, Muhammad ibn

Saad mengatakan ia adalah perawi yang s\iqah, meriwayatkan banyak hadis namun

ia terkadang melakukan tadli>s, maka apabila ia meriwayatkan hadis dengan


lambang maka dapat diterima dan dijadikan hujjah, namau apabila ia tidak

menggunakan lambang , maka hadisnya dapat ditolak. Ibn Hajar mengatakan ia

perawi s\iqah s\abt namun banyak melakukan tadlis dan irsa>l khafi>. Ia lahir pada

tahun 103 H, Ahmad ibn Hanbal mengatakan ia lahir pada tahun 104 H, dan juga ada

yang mengatakan lahir tahun 105 H. ia meninggal di bulan syaban tahun 183 H di

Baghdad.23 Dari pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jalur Husyaim

menunjukkan ketersambungan sanad karena ia meriwayatkan hadis dengan

menggunkan lambang periwayatan .

4. Yunus

Nama lengkapnya adalah Yunus bin Ubaid bin Dina>r al-Abdiyyu, lebih
dikenal dengan panggilan Abu> Abdillah, lahir di Kufah dan meninggal pada tahun

139 H, ada juga yang mengatakan tahun 140 H. diantara guru-gurunya adalah: Jari>r

bin Yazi>d bin Jari>r bin Abdillah, Hasan al-Bas}ri>, Humaid ibn Hila>l, dll. Dan

diantara murid-muridnya: Asma> bin Ubaid, Hamma>d bin Yazi>d, Abdul waris\

bin Saad, Husyaim bin Basyi>r.

23
Abi al-H{ajja>j Yusuf al-Mizzi>, Tahz\i>b al-Kama>l fi Asma>\ al-Rija>l, h. 282-288.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 11

Ali ibn al-Madani> mengatakan: ia telah meriwayatkan 200 hadis,

Muhammad bin Saad, Abu Hatim, al-Nasa>i>: mereka mengatakan ia adalah

perawi yang terpercaya.24

5. Mans}u>r

Nama lengkapnya adalah Mans}u>r bin Za>z\a>n al-Wa>sit}i>, lebih dikenal

dengan panggilan Abu al-Mughi>rah, diantara guru-gurunya adalah Hasan al-Basri,

Humaid bin Hila>l, Muhammad ibn Si>ri>n, dan diantara murid-muridnya adalah,
Jari>I bin Hazm, Syubah ibn al-Hajjaj, Husyaim bin Basyi>r.

Ahmad bin Hambal, Abi Ishaq bin Mansur dari Yahya bin Mai>n, Abi hatim

dan al-Nasa>i> mengatakan: s\iqah, Muhammad ibn Saad mengatakan: ia s\iqah

s\abt. Ia meninggal pada tahun 128 H, ada yang mengatakan tahun 129 H, ada

mengataka ia meninggal pada tahun 131 H, dan pada tahun itu disebut dengan tahun

penyebaran penyakit.25

6. Hasan

Nama lengkapnya adalah al-Hasan bin Abi al-Hasan Yasar, ia lebih dikenal

dengan sebutan al-Hasan al-Bas}ri> atau Abu> sai>d, lahir diakhir pemerintahan

Umar bin al-Khatta>b, meninggal dalam usia 88 tahun, ada yang mengatakan 89
tahun di bulan rajab tahun 110 H, meriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya,

Ubayya ibn Kaab, Anas bin Ma>lik, Abdullah ibn Umar ibn Khatta>b, Abdullah ibn

Amru> ibn al-A<s} , Abdurrahman bin Samurah, dll. Dan diantara muridnya

adalah, Ma>lik bin Dina>r, Mans}ur bin Za>z\a>n, Yunus bin Ubaid dan masih

banyak lagi

24
Abi al-H{ajja>j Yusuf al-Mizzi>, Tahz\i>b al-Kama>l fi Asma>\ al-Rija>l, h. 517-520.
25
Abi al-H{ajja>j Yusuf al-Mizzi>, Tahz\i>b al-Kama>l fi Asma>\ al-Rija>l , h. 523-527.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 12

Jari>r ibn Hazm dari Humaid ibn Hila>l, bahwasanya Abu> Qata>dah

berkata: belajarlah dari hasan karena saya belum mendapati orang yang mirip dengan

Umar bin Khattab dalam keilmuan kecuali Hasan, al-Qa>sim bin al-fadhl al-

Hudda>ni> dari Amru> ibn Murrah berkata: saya tidak mendapati orang yang

melebihi Hasan dan Muhammad ibn Si>ri>n di Bas}rah, Abu Awwa>nah dari

Qata>dah berkata: saya belum menemukan guru yang lebih faqi>h dari hasan.26

Ia juga meriwayatkan hadis dari beberapa sahabat seperti, Ali bin Abi
T{a>lib, T{alh{ah{ bin Ubaidillah, Umar bin Khattab, Us\man bin Affa>n, Amma>r

bin Ya>sir namun ia tidak mendengarkan langsung dari sahabat tersebut, sehingga

beberapa riwayatnya mengandung mursal. Adapun hukum hadis mursal adalah

termasuk hadis yang ditolak karena hilangnya ketersambungan sanad dan ketidak

tahuan akan perawi yang dihilangkan, karena kemungkinan yang dihilangkan itu

adalah sahabat. Namun terdapat beberapa pandangan ulama tentang hukum hadis

mursal, diantaranya: a) lemah dan ditolak b) diterima dan dapat dijadikan hujjah

dengan syarat perawi yang melakukan irsa>l adalah perawi yang terpercaya dan

tidak melakukan irsa>l kecuali terhadap orang terpercaya juga, dan yang melakukan

irsa>l harus dari kalangan tabiin besar.27 Walaupun riwayatnya terkadang


mengandung mursal, namun terdapat jalur lain yang menunjukkan ketersambungan

sanad yang diriwayatkan oleh Hasan, yaitu dengan menggunakan lambang

periwayatan h}addas\ani>.

7. Abdurrahman bin Samurah

26
Abi al-H{ajja>j Yusuf al-Mizzi>, Tahz\i>b al-Kama>l fi Asma>\ al-Rija>l , h. 95-100.
27
Mahmu>d al-T{ah{h{a>n, Taisi>r Mus}t}alah al-Hadis (Cet 9; Riya>dh: Maktabah al-
Maa>rif, 1996 M, 1417 H), h. 72-73.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 13

Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Samurah bin Habib bin Abd. al-

Syamsi, ia lebih dikenal dengan julukannya yaitu Abu Said sedangkan laqabnya

adalah al-Absyamy atau al-Qurasy.28 Beliau menetap dan meninggal di Bashrah, ia

meninggal pada tahun 50 H, atau sesudahnya.29ada yang mengatakan tahun 51 H,

Guru dan muridnya dalam periwayatan hadis. Abd. al-Rahman bin Samurah

banyak meriwayatkan hadis secara langsung dari Rasulullah Saw, di samping itu juga

meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad saw., dan Muadz bin Jabal, adapun yang
meriwayatkan dari beliau adalah Ibn Abbas, Said bin Musayyib, Hasan al-Basri>,

Abu Lubaid, Abi> Laila>, Muhammad ibn Si>ri>n.30

Abdurrahman bin Samurah tidak banyak disoroti oleh ulama atau para

kritikus hadis, hal ini sangat memungkinkan karena Abd. al -Rahman bin

Samurah dari tingkat sahabat (Tabaqat al-Sahabat) oleh jumhur ulama

menilai bahwa semua sahabat dipandang adil dan tidak perlu diteliti.

dengan demikian pernyataan bahwa ia meriwayatkan hadis secara langsung

dari Rasulullah Saw. dengan menggunakan lambang dapat dipercaya, itu berarti

sanad antara Abdurrah}man bin Samurah dan Rasulullah Saw., dalam keadaan

bersambung.

Natijah

28
Abd. al-Gaffar Sulaiman al-Bandari> Mausuah Rija>l al-Kutub al- Tisah, Juz II (Beirut;
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1413 H/1993 M), h. 415.
29
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman al-Z{ahab>, Siyar Ala>m al-
Nubala>, Juz III (Cet. VII; Beirut: Muassisu al-Risalah, 1410 H/1990 M), h. 571.
30
Ahmad bin Ali bin H{ajar Abu al-Fad}l al-Asqala>ni> al-Sya>fii>, al-Is}a>bah fi>
Tamyi>z al-S{ah{a>bah (Cet I; Beirut: Da>r al-Ji>l, 1412 H), h. 310

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 14

Setelah melakukan penelusuran dan penelitian pada setiap perawi yang

meriwayatkan hadis dari jalur Abi Dawud berikut transmisi sanad, kredibilitas dan

integritas setiap perawi hadis, maka sejauh ini pemakalah tidak menemukan adanya

keterputusan sanad walaupun diantara perawi hadis ada yang biasa melakukan irsa>l

dan tadli>s, namun ulama hadis telah memberikan persyaratan yang ketat bagi yang

melakukan irsa>l dan tadli>s dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Maka

hadis ini telah memenuhi syarat hadis s}ah}i<h}. Dan yang lebih menguatkan lagi,
karena adanya jalur lain yang menggunakan lambang periwayatan h}addas\ani> yang

menunjukkan ketersambungan sanad.

2) Kritik Matan

Adapun matan hadis yang akan diteliti dalam makalah ini adalah, matan hadis

yang diriwayatkan oleh imam Abi Dawud sebagaimana dalam penilitian sanad

sebelumnya. Pemakalah melihat adanya perbedaan matan yang diriwayatkan oleh

imam Abi Dawud dan matan hadis yang diriwayatkan oleh mukharrij-mukharrij yang

lainnya, yaitu terdapat penambahan matan dan perbedaan lafaz\ pada periwayatan

Bukha>ri>, Muslim, al-Tirmiz\i>, al-Da>rimi>, Ahmad ibn Hanbal.

Riwayat Abi Dawud:







)(
) (
) (
)
(
)(
Setelah meneliti, memperhatikan serta membandingkan dari matan hadis yang
lain, maka kita dapat melihat adanya tambahan dan perbedaan lafaz\ dari beberapa

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 15

matan hadis, namun menurut pemakalah tambahan yang terdapat dalam matan hadis

tersebut, merupakan penjelasan dari konteks matan sebelumnya, yaitu apabila dia

terlanjur berjanji untuk mendapatakan kekuasaan tersebut, maka dia harus

mengeluarkan kafarat dan berbuat yang lebih baik, maka menurut pamakalah matan

hadis yang diriwayatkan Abi Dawud masih berkaitan erat dengan matan hadis yang

diriwayatkan oleh mukharrij yang lain dan tidak terdapat pertentangan atau

menyalahi makna dari kandungan yang terdapat dalam matan hadis tersebut, karena
matan hadis yang diriwayatkan Abi Dawud juga diriwayatkan oleh Muslim, yang

merupakan rujukan utama dalam penelitian hadis dan dijamin keakuratannya. Adapun

perbedaan lafaz\ atau makna kebahasaan yang terdapat dalam matan hadis Abi

Dawud, juga tidak menjadikan matan hadis tersebut berbeda dengan makna matan

hadis yang diriwayatkan oleh mukharrij yang lain. Dan tidak ditemukan

kemungkinan adanya syadz maupun illat.

Natijah:

Mengacu pada argumen diatas, maka sejauh penelusuran pemakalah matan

hadis yang diriwatkan oleh Abi Dawud bebas dari syaz\ dan illat. Walaupun

diriwayat lain terdapat ziya>dah, namun ziya>dah tersebut tidaklah menunjukkan


syaz\ atau illat, karena itu merupakan penjelasan dari matan sebelumnya. Dan matan

hadis ini dapat kita masukkan dalam kategori riwa>yah bil mana.

D. Syarah Hadis






- -




.
Artinya:
DariAbdurraahman bin Samurah berkata: bahwa Nabi SAW. Bersabda kepada
saya: Ya Abdurrahman bin Samurah, anda jangan meminta untuk menjadi

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 16

pemimpin sebab sesungguhnya jika diserahkan padamu karena permintaanmu


maka akan diserahkan seluruh urusan kepada dirimu untuk mengurusnya,
sebaliknya jika pimpinan itu diserahkan kepadamu tanpa permintaanmu maka
akan dibantu untuk mengatasinya
E. Penjelasan Makna kosakata, Frasa, Klausa dan Kalimat
31
:

Kekuasaan, wilayah, jabatan atau kepemimpinan32 :


33
Menyerahkan : ( (
kamu ( )

dibiarkan, ditinggalkan tanpa ada pertolongan.34

: , ( )

: ( )

(janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin atau hakim)

:) ( ) (

(setelah kamu meminta jabatan itu )

: ( )

(diserahkan kepada kamu urusan tersebut tanpa ada pertolongan dari Allah swt)

:35 ( )

(Allah swt., menyiapkan bagimu penolong yang akan menasihati dan mendukung

perencanaan kamu)

31
Ahmad bin Fa>ris bin Zakariya, Mujam Maqa>yis al-Lughah, Cet. I ( Beirut; Dar al-Ji>l:
Juz V, 1411 HC1991 M), h. 22.
32
A. W. Munawwir, Kamus Arab-Indonesia (Cet. 25; Pustaka Progresif, 2002), h. 38.
33
Atabik Ali Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al-As}ri> (Multi Karya Grafika, tt), h. 2037.
34
Abu al Ala> Muhammad bin Abd Rahman bin Abd. Al-Rahim al-Mubarakfu>ri>, Tuh}fah
al- Ahwaz{i> bi Syarah Jami al-Tirmizi> (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyah), h. 106.
35
Muhammad bin Isma>il abu> Abdillah al-Bukha>ri> al-Jufi>, S{ah{i>h} al-Bukha>ri> ,
h. 127

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 17

:36 ( )

(Allah swt., akan memberikan kamu pertolongan atas jabatan yang di amanahkan

kepadamu)

F. Asba>b Wuru>d Hadis

Untuk kasus dalam hadis yang dibahas ini, penulis belum menemukan secara

pasti tentang latar belakang munculnya hadis larangan Rasulullah terhadap

Abdurrahman bin Samurah tersebut untuk meminta jabatan secara spesifik. Namun
secara tekstual, pada hadis ini terjadi suatu dialog antara Abdurrahman bin Samurah

dan Rasulullah Saw., dimana Rasulullah saw., melarang Abdurrahman bin Samurah

meminta jabatan, apabila jabatan itu diserahkan kepadanya karena permintaanya

maka akan diserahkan seluruhnya, sebaliknya jika jabatan itu diserahkan kepadanya

tanpa diminta, maka akan dibantu untuk mengatasinya. Namun terdapat dua

kemungkinan yang melatarbelakangi munculnya hadis ini, pertama Abdurrahman bin

Samurah meminta kepada Nabi untuk diberikan kepadanya kekuasaan, kedua Nabi

saw., mendapat wahyu dari Allah swt., mengenai apa yang terlintas dalam hati

Abdurrahman bin Samurah ketika ingin meminta kekuasaan dari Nabi saw.37

G. Penjelasan Kandungan Hadis dan Pandangan Ulama


Sehubungan dengan memohon atau meminta jabatan dalam hadis yang

dibahas, al-Asqala>ni> mengomentari bahwa sebuah tuntutan atau permintaan untuk

menduduki jabatan, pada dasarnya menolak pertolongan Allah dan lebih parah lagi

kalau tujuannya untuk meraih keuntungan.38 Lebih jauh al-Muba>rakfu>ri>

36
Abu al Ala> Muhammad bin Abd Rahman bin Abd. Al-Rahim al-Mubarakfu>ri>, Tuh}fah
al- Ahwaz{i> bi Syarah Jami al-Tirmizi> , h. 106.
37
Muhammad Ali bin Muhammad Ala>n bin Ibrahim al-Bakri>, Dali>l al-Fa>lih}i>n li
T{uruqi riya>d} al-S{a>lih}i>n (Cet. IV; Libnan: Da>r al-Marifah , 1425 H/2004 M), h. 138.
38
Syiha>b al-Din al-Fadl Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqala>ni>, Fath al-Ba>ri, (Beirut: Dar al-
Fikr, t.th), h. 124 .

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 18

menjelaskan bahwa setelah seseorang memangku jabatan, maka akan merasa

terbebani oleh jabatan yang merupakan hasil permintaannya.39 Ungkapan ulama hadis

memberikan penjelasan bahwa sosok pejabat yang demikian itu akan dibiarkan saja

tanpa ada pertolongan Allah Swt., bahkan dalam salah satu hadis dikatakan bahwa:

( . "
40
.)
Artinya:
Siapa yang menuntut jabatan qa>d}i (hakim, jaksa) dan minta tolong atasnya,
maka ia dibebani oleh jabatan itu, dan siapa yang tidak menuntut jabatan
qa>d}i dan tidak minta tolong untuk itu, Allah menurunkan Malaikat
kepadanya yang akan menuntunnya kejalan yang benar.
Jika pertolongan Allah telah hilang maka tiadalah artinya sebuah

kepemimpinan, bahkan kehancuran akan selalu menghantui, kekacauan di berbagai

tempat yang membuat kedamaian hilang, ketenteraman pun pudar. Karena keinginan

untuk mendapatkan kepemimpinan atau jabatan ada kecenderungan untuk selalu

menjadi atasan, mengusai orang lain sehingga dia aka leluasa dan sebebas mungkin

untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Mungkin inilah yang sedang terjadi pada

bangsa Indonesia saat ini, memakan korban dalam jumlah yang tidak sedikit. Orang-

orang kaya semakin kaya, orang miskin semakin miskin, krisis moneter yang
merobek-robek kehidupan, kanca perpolitikan tidak pernah menghasilkan hal yang

memuaskan, justru hanya memperburuk keadaan. Inilah ciri-ciri bahwa para

pemimpin tidak lagi mempunyai tujuan yang semestinya, yakni melindungi rakyat,

mengayomi dan lain sebagainya. Biasanya orang berkuasa dan tidak bertujuan pada

yang demikian adalah penguasa-penguasa yang kekuasaannya itu adalah hasil dari

39
Abu al Ala> Muhammad bin Abd Rahman bin Abd. Al-Rahim al-Mubarakfu>ri>, Tuh}fah
al- Ahwaz{i> bi Syarah Jami al-Tirmizi> ,, h. 126.
40
Abi> Da wud Sulaima>n bin al-Asyas} bin Ishaq bin Basyi>r bin Syadad bin Amr al-
Azdi> al-Sijista>ni>, Sunan abi> Dawud,, h. 324.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 19

rekayasanya sehingga menjadi penguasa. Orang yang meminta jabatan dengan tujuan

yang demikian, tidak pantas hanya dengan kata meminta akan tetapi lebih tepat

berambisi. Kata ambisi tersebut berkonotasi pada hal yang buruk. Seperti ambisi

terhadap jabatan maka tentulah dibarengi dengan tujuan-tujuan tertentu yang jauh

berbeda dengan apa yang diharapkan oleh orang banyak.

Selanjutnya dalam ungkapan apabila diberikan tanpa meminta niscaya kamu

akan ditolong. Diberi tanpa meminta niscaya pertolongan dan perlindungan Allah
Saw., akan selalu dilimpahkan kepadanya selama dalam perjuangan

kepemimpinannya. Demikian pula kepada bawahannya akan selalu membantu dalam

pekerjaannya, sehingga tercipta kedamaian, ketenteraman dan keharmonisan dalam

satu instansi. Pertolongan yang dimaksud bisa saja berupa taufiq, hida>yah dan

kemudahan.

Kekuasaan atau Jabatan itu merupakan amanah dari Allah Swt., yang harus

dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan baik serta dapat memper-

tanggungjawabkannya nanti dihadapan Allah Swt., Hal ini dapat dilihat dalam

Alquran QS. an-Nisa> (4): 58 yaitu:







Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.41
Dengan demikian jika dipahami seluas-luasnya, dilihat dari segi hukum dalam

hal boleh atau tidaknya meminta jabatan, maka akan melahirkan berbagai pandangan

41
Deprtemen Agama RI, AlQuran dan Terjemahannya ((Semarang: CV Aiwa, 1993), h. 58.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 20

boleh jadi meminta jabatan itu dianjurkan, diharamkan, dimakruhkan, dibolehkan

bahkan diwajibkan.

Muhammad Al Farrah mengomentari bahwa sebuah jabatan adalah

merupakan sesuatu yang dibenci (makruh).42 Abd Qadim Zallum, berpendapat bahwa

hukum meminta jabatan tidak termasuk dalam perkara yang makruh dalam syara

akan tetapi memasukkannya dalam perkara yang mubah. Menurut beliau bahwa

larangan meminta jabatan yang terdapat dalam hadis yang dibahas, tidak lain adalah
larangan khusus bagi mereka yang lemah.43seperti dalam hadis yang diriwayatkan

oleh imam Muslim dari Abi> dzar:


" :
44
"

Jalaluddin Al-Suyu>t}i lebih tegas mengatakan bahwa hukum tentang

ambisi dalam suatu jabatan tidak boleh. Sehingga ambisi dalam menduduki

jabatan menurut beliau adalah haram. Hal ini tidak ada pengecualian walaupun

ia terpilih melalui usulan orang banyak atau melalui delegasi ataupun

masyarakat yang memintakannya karena mungkin dia adalah orang yang

ditakuti, sering mengancam masyarakat, lalu ia naik memangku jabatan. 45 Ibnu

Taimiyyah dalam gagasannya tanpa ada ketegasan boleh tidaknya meminta jabatan,

42
Muhammad Bin Husain Al-Farrah Al-Hambali, Al-Ahka>m Al-Sult}a>niyah, (Beirut: Da>r
Al-S{aqa>fahAl-Ilmiyah, 1986), h. 72.
43
Abd. Qadim Zallum, Niz{a>m al-Hukm al-Isla>mi>, diterjemahkan oleh Drs. M. Maghfur
W. dengan judul Sistim Pemerintahan Islam (Cet. VI; Jakarta: al-Izzah, 2002 ), h. 77.
44
Muhammad bin Isma>i>l al-Ami>r al-Kahla>ni> al-S{ana>ni>, h. 117.
45
Jalaluddin Al-Suyu>>t}i, Bisyarh}i Sunnah Al-Nasa>i, Juz VII (Beirut: Dar Al-Fikr, t.th.),
h. 30.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 21

mengatakan, bahwa soal menduduki jabatan tidak seharusnya diminta, tetapi melihat

siapa yang berhak untuk memangku jabatan tersebut.46

Olehnya itu, hukum boleh tidaknya meminta sebuah jabatan yang disebutkan

di atas haruslah dijadikan sebagai patokan bagi siapa saja yang menginginkan sebuah

jabatan tersebut. Berkenaan dengan hal ini, sebagai masing-masing individu sebelum

menginginkan sebuah jabatan, haruslah memperhatikan berbagai pertimbangan-

pertimbangan yang dimaksud ialah kriteria-kriteria yang harus menjadi persyaratan


bagi para pemimpin, sebab jika jabatan dipegang oleh orang yang tidak memenuhi

kriteri-kriteria tersebut, maka tunggulah kehancurannya. Hal ini sejalan dengan sabda

Nabi Saw., yaitu:

( . ) (
47
)
Artinya:
Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran-nya, sahabat
bertanya: bagaimana menyia-nyiakannya? Rasulullah menjawab: apabila
sesuatu jabatan diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kiamat kehancuran-nya.
Dari uraian diatas sangat jelaslah bagaimana pandangan para ulama tentang

hukum meminta jabatan, ada yang mengatakan bahwa jabatan merupakan sesuatu
yang di benci, ada yang menempatkannya ditempat yang mubah dengan syarat orang

yang memikul jabatan tersebut bukan orang yang lemah, yaitu lemah dalam

kepemimpinan bahkan ada yang menempatkannya dalam perkara haram, bagi mereka

yang berambisi meminta jabatan tersebut, namun ada yang membolehkannya dengan

46
Ibnu al-Taimiyyah, al-Siya>sah al-Syariah fi Is}la>h} al Ra>i> wa al-Raiyyah,
diterjemahkan oleh K.H. firdaun A.N. dengan judul Pedoman Islam Bernegara (Cet. IV; Jakarta:
Bulan Bintang, 1989), h. 15.
47
Muhammad bin Isma>il abu> Abdillah al-Bukha>ri> al-Jufi>, S{ah{i>h} al-Bukha>ri>,
h. 104.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 22

pertimbangan sesuai kriteria-kriteria seorang pemimpin serta sanggup mengemban

amanah (jabatan) yang diberikan kepadanya. Adapun menurut pandangan penulis,

meminta jabatan merupakan hal yang sah-sah saja di zaman sekarang ini dengan

syarat dia sanggup memberikan perubahan yang signifikan dan bersifat positif sesuai

ketentuan Alquran dan sunnah Rasulullah Saw., sehingga amanah (jabatan) tersebut

terhindar dari orang-orang yang tidak berhak mengembangnya bahkan dapat

diwajibkan. Mari kita menyimak pesan yang disampaikan Rasulullah Saw., kepada
ummat ini


- -

.




.
Artinya:
Sesungguhnya kami tidak akan memberikan urusan (jabatan) ini kepada orang
yang memintanya dan berambisi untuk mendapatkannya.48
Jadi sudah sangat jelas sekali, bahwa jabatan tidak boleh diberikan kepada

orang yang sangat menginginkan jabatan itu karena ditakutkan dia akan

menyalahgunakannya dan tidak berpihak pada kemaslahatan umat.

48
Muslim bin al-Hajja>j abu> al-H{asan al-Naisa>bu>ri>, S{ah{i>h{ Muslim, h. 6.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 23

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan hadis diatas serta pandangan ulama terkait dengan hukum

meminta jabatan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:


1. Hadis diatas merupakan hadis yang shahih karena hadis tersebut didukung

oleh hadis lain yang dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya.

2. Para ulama berbeda pandangan tentang hukum meminta jabatan, ada yang

membolehkan dengan persyaratan, ada yang memakruhkan bahkan ada yang

mengharamkan.

3. Secara kontekstual melalui pemahaman yang seluas-luasnya bahwa meminta

jabatan pada kenyataannya adalah boleh atau tidak dilarang, larangan hanya

berlaku bagi mereka yang lemah dalam artian tidak sanggup atau tidak ada

kriteria-kriteria untuk menjadi seorang pemimpin.

4. Kandungan hadis yang dibahas, sangat relevan diterapkan baik dalam


lingkungan pemerintahan maupun dalam lingkungan kepemimpinan secara

umum. Dalam lingkungan pemerintahan, Negara akan terbebas dari korupsi,

kolusi dan nepotisme sebab para pejabat diangkat berdasarkan kemampuan

dan profesionalisme, bukan kedekatan pribadi atau golongan. Demikian pula

dalam lingkungan kepemimpinan secara umum baik masing-masing pribadi

maupun keluarga dan lain sebagainya, akan mengalami kedamaian,

ketenteraman dan sebagainya.

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 24

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim
Abu> Abdillah Ah}mad bin Muh}ammad bin H{andal bin Hila>l bin Asad al-
Syaiba>ni>, Musnad ahmad bin hanbal, h. 226
al-Asqala>ni, Ahmad bin Ali bin H{ajar Abu al-Fad}l > al-Sya>fii>, al-Is}a>bah
fi> Tamyi>z al-S{ah{a>bah , Cet I; Beirut: Da>r al-Ji>l, 1412 H
al-Asqala>ni>, Syiha>b al-Din al-Fadl Ahmad bin Ali bin Hajar. Fath al-Ba>ri, Beirut:
Dar al-Fikr, t.th
al-Bakri>, Muhammad Ali bin Muhammad Ala>n bin Ibrahim. Dali>l al-
Fa>lih}i>n li T{uruqi riya>d} al-S{a>lih}i>n, Cet. IV; Libnan: Da>r al-
Marifah , 1425 H/2004 M
al-Bandari>, Abd. al-Gaffar Sulaiman. Mausuah Rija>l al-Kutub al- Tisah, Beirut;
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1413 H/1993 M
al-Bukha>ri>, Muhammad bin Isma>il abu> Abdillah al-Jufi. S{ah{i>h} al-
Bukha>ri>, Cet. I; Beirut: Dar Thuq al-Najat, 1422 H
al-Da>rimi>, Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin al-Fad{l bin Bahra>m
bin Abd al-S{amad. Sunan al-Da>rimi>, juz, Cet. I; al-Mamlakah al-
Arabiyyah al-Suudiyyah: Dar al-Mughni li al-Nasyar wa al-Tauzi>, 1412
H/2000 M
Al-Hambali, Muhammad Bin Husain Al-Farrah. Al-Ahka>m Al-Sult}a>niyah, Beirut:
Da>r Al-S{aqa>fahAl-Ilmiyah, 1986
al-Mizzi>, Abi al-H{ajja>j Yusuf. Tahz\i>b al-Kama>l fi Asma>\ al-Rija>l, Cet II;
Beitut: Muassasah al-Risa>lah, 1983 M, 1403 H
al-Mubarakfu>ri>, Abu al Ala> Muhammad bin Abd Rahman bin Abd. Al-Rahim.
Tuh}fah al- Ahwaz{i> bi Syarah Jami al-Tirmizi>, Beirut: Da>r al-Kutub al-
Ilmiyyah
al-Naisa>bu>ri>, Muslim bin al-Hajja>j abu> al-H{asan. S{ah{i>h{ Muslim, Beirut:
Da>r Ih{ya> al-Tura>s\ al-Arabi
al-Nasa>i>, Ah}mad bin Syuaib abu> Abdirrahma>n. Sunan al-Nasa>i>, Cet. II;
Hilb: Maktabah al-Mathbuat al-Islamiyah, 1406 H/1986 M
al-S{ana>ni>, Muhammad bin Isma>i>l al-Ami>r al-Kahla>ni>. Subul al-Sala>m,
Cet. IV: Maktabah Must}ofa> al-Ba>bi> al-H{alli>, 1960 M, 1379 H
al-Sijista>ni>, Abi> Da wud Sulaima>n bin al-Asyas} bin Ishaq bin Basyi>r bin
Syadad bin Amr al-Azdi>. Sunan abi> Dawud, Beirut: al-Maktabah al-
Ashriyyah
al-Syaiba>ni>, Abu> Abdillah Ah}mad bin Muh}ammad bin H{andal bin Hila>l bin
Asad. Musnad ahmad bin hanbal (Cet.I; Beirut: Muassasah al-Risalah, 1421
M/2001 M

Oleh: M. Imran. A
Hadis Meminta jabatan 25

al-T{ah{h{a>n, Mahmu>d. Taisi>r Mus}t}alah al-Hadis, Cet 9; Riya>dh: Maktabah


al-Maa>rif, 1996 M, 1417 H
al-Taimiyyah, Ibnu al-Siya>sah al-Syariah fi Is}la>h} al Ra>i> wa al-Raiyyah,
diterjemahkan oleh K.H. firdaun A.N. dengan judul Pedoman Islam
Bernegara (Cet. IV; Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 15.
al-Tirmidzi>, Muh}ammad bin I<sa> bin Saurah bin Mu>sa bin al-D{ah}h}a>k.
Sunan al-Tirmidzi, Cet. II; Mesir Syirkah Maktabah wa Mathbaah Musthafa
al-Babi al-Hilabi, 1395 H/1975 M
al-Z{ahabi>, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman. Siyar Ala>m al-
Nubala Cet. VII; Beirut: Muassisu al-Risalah, 1410 H/1990 M
bin Zakariya, Ahmad bin Fa>ris. Mujam Maqa>yis al-Lughah, Cet. I, Beirut; Dar al-
Ji>l: Juz V, 1411 HC1991 M
Ismail, M. Syuhudi. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, telaah kritis dan tinjauan
dengan pendekatan ilmu hadis, Cet. II; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995
Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: PT Bulan Bintang,
1992
Muhdlor, Atabik Ali Ahmad Zuhdi Kamus al-As}ri> , Multi Karya Grafika, tt.
Munawwir, A. W. Kamus Arab-Indonesia, Cet. 25; Pustaka Progresif, 2002
Wensink, A. J. Mujam al-Mufahras li al-Fa>z{ al-Hadi>s}, Leiden; E.J. Brill, Juz I,
1955 M
Zallum, Abd. Qadim Niz{a>m al-Hukm al-Isla>mi>, diterjemahkan oleh Drs. M.
Maghfur W. dengan judul Sistim Pemerintahan Islam Cet. VI; Jakarta: al-
Izzah, 2002

Oleh: M. Imran. A

Anda mungkin juga menyukai