Makalah
DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuTugas
Mata KuliahHadisTah}li>li>
Semester 2
Oleh:
Muammar
NIM 80100316002
DosenPemandu:
Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag.
Prof. Dr. Hj. Rosmania Hamid, M.Ag.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Islam agama yang indah dan mengajarkan ajaran keindahan. Al-Quran,
sebagai sumber utamanya, telah memperkenankan bahkan menyerukan kepada
umatnya supaya berhias dan berpakaian dengan baik.1 Ajaran Islam itu sendiri
menganjurkan kepada umatnya untuk selalu berpenampilan indah, bersih, enak
dipandang. Oleh karena itu, orang-orang berusaha untuk selalu berhias diri agar
terlihat menarik dan indah. Salah satunya dengan mengenakan pakaian serta
perhiasan-perhiasan. Tentunya, ia masih dalam batasan yang diperbolehkan dan
tidak berlebih-lebihan. Akan tetapi, sebelum Islam membincangkan perihal
masalah perhiasan dan gerak yang baik, terlebih dahulu Islam memulainya dengan
mengarahkan kepada masalah kebersihan yang merupakan dasar pokok bagi
setiap perhiasan yang baik.2
Akan tetapi, dibalik semua itu, Islam telah mengharamkan kepada lelaki
dua macam perhiasan, dimana kedua perhiasan tersebut justru paling manis untuk
kaum wanita. Dua macam perhiasan itu adalah :1) Berhias dengan emas, dan
2)Memakai kain sutera.3
Melihat realitas sekarang ini, banyak macam perhiasan yang dikenakan,
baik oleh kaum wanita maupun laki-laki. Di berbagai tempat banyak kita jumpai
perhiasan-perhiasan untuk laki-laki yang terbuat dari emas, seperti jam tangan,
kaca mata, kancing baju, pena, cincin dan sebagainya. Namun, bagi kaum laki-
laki berbagai macam perhiasan tersebut tak luput dari problem mengenai
penggunaannya.
1
)26:(
2
Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, terj. Muammal Hamidy
(Jakarta: Bina Ilmu, 1993), h. 105.
3
Muhammad Yusuf al-Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, terj. Muammal
Hamidy, h. 108.
2
Makalah ini menfokuskan kajian tahlili hadis tentang cincin emas dengan
redaksi hadis berikut:
...
B. RumusanMasalah
Pembahasan diatas mengantarkan penulis merumuskan beberapa rumusan
masalah:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Takhri>j al-H{adi>s\
4
Hatim ibn Arif al-Syarif. t.th. at-Takhrij wa Dira>sah al-Asa>ni>d. CD Shoftware
Maktabah al-Sya>milah. h. 2.
5
Kitab Al- Mujam Al- Mufahras li Alfash Al-Hadis\ Al-Nabawi> Dr.Arnold Jonh
Wensink dan ditashih oleh Dr. Fuad Abdul Ba>qi>.
6
Kutub al-fiqhiyyah seperti kutub sittah dan tisah.
7
Metode atra>f adalah sebuah buku yang mengkaji awal dari pada sebuah hadis. Metode
ini dapat dilihat jelas pada kitabTuhfatu al-Afra>f li Marifatu al-Atra>f dan tahzi>bu al-
Kama>l oleh imam al-Mizzi>.
8
Maktabah Sya>milah terbaru yang memuat 6405 kitab yang langsung tersambung
kekitab pdf. Program ini bekapasitas 56.9 gigabyte yang terakhir terup to date padatanggal 09
oktober 2016.
4
5
5525 1
5526
5868
5591 3
5510
-
1737 2
2808
2809 -
6
-
629 - 4
631 -
9465
9467 -
9468 - -
- -
9479
9481 -
9482 -
9488 - -
9492 -
- -
9499 -
94500 -
9568 -
-
-
-
7
-
3643 5
3654 -
4053 6
(
)
816 7
8
829
939
1004 - -
1044 - -
1102 - -
1113 - -
1162 - -
3715 - -
- -
18527
19995
-
Adapun uraian hadis dapat dilihat pada koleksi hadis yang terekam di
beberapa kitab hadis.
- 5525
:
9.
- 5526
.
10 .
- 5868
:
9
Muh}ammad bin Isma>il Abu>Abdillah al-Bukha>ri al-Jufi>, Sahih Bukhari, juz 5
(Beirut: Da>r Ibn Kas\i>r, 1987H), h.2202.
10
Muh}ammad bin Isma>il Abu>Abdillah al-Bukha>ri al-Jufi>, Sahih Bukhari, juz 5,
h.2202.
10
11 .
2. S}ahih Muslim
- 5510
- -
.
12.
- 5591
- -
13 .
11
Muh}ammad bin Isma>il Abu>Abdillah al-Bukha>ri al-Jufi>, Sahih Bukhari, juz 5,
h.2297.
12
Muslim bin al-H}ajja>j abu al-Hasan al-Nai>sabu>ri>, S}ah}ih Muslim, juz 6
(Beirut: Dar Jail, t.th), h. 135.
13
Muslim bin al-H}ajja>j abu al-Hasan al-Nai>sabu>ri>, S}ah}ih Muslim, juz 6, h.
149.
11
- 1737
:
14. 4226
- 2808
:
15 .
- 2809
:
16 .
14
Muh}ammad bin I<sa bin Su>rah bin Musa bin al-Dhahhak Al-Tarmiz\i>, Sunan al-
Tarmiz\i, juz 5 (Cet. II; Mesir Syirkah Maktabah wa Mathbaah Musthafa al-Babi al-Hilabi, 1395
H/1975 M), h. 226.
15
Muh}ammad bin I<sa bin Su>rah bin Musa bin al-Dhahhak Al-Tarmiz\i>, Sunan al-
Tarmiz\i, juz 5, h. 116.
16
Muh}ammad bin I<sa bin Su>rah bin Musa bin al-Dhahhak Al-Tarmiz\i>, Sunan al-
Tarmiz\i, juz 5, h. 117.
12
- 629
:
17.
- 631
:
18 .
- 9465
:
19.
17
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 1
(Beriut: Dar Kutub al-Ilmiyyah, 1996), h. 217.
18
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 1,
h. 218.
19
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 440.
13
- 9467
:
20.
- 9468
:
21 .
- 9479
:
22 .
- 9481
:
20
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 441.
21
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 441.
22
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 443.
14
23 .
- 9482
:
24 .
- 9488
:
25 .
- 9492
:
23
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 443.
24
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 443.
25
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 445.
15
26 .
- 9499
:
27 .
- 9500
:
.
28
- 9545
:
26
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 446.
27
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 447.
28
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 447.
16
29 .
- 9568
:
30 .
- . 3643
31.
- 3654 .
29
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 456.
30
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz 5,
h. 461.
Ibnu Ma>jahAbu> AbdillahMuh}ammad bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu
31
32
- 4053
- -
- -
33.
- 816
:
34.
- 829
:
32
Ibnu Ma>jahAbu> AbdillahMuh}ammad bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu
Ma>jah, juz 2 (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 1205.
33
Abu> Da>ud Sulai>man bin al-Asy'asy al-Sajsata>ni>, Tali>q: Al-alba>ni>, al-
Sunan, Juz: 4 (Beirut: Dar al-Kutub al-Arabi, t.th), h.87.
34
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 1 (Cet.I; Beirut: Muassasah al-Risalah, 1421 H/2001 M), h.104.
18
35 .
- 939
:
:
36 .
- 1004
:
.
: 37 .
- 1044
:
35
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 1, h.105.
36
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 1, h.116.
37
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 1, h.123.
19
:
38 .
-
:
:
39 .
- 1113
:
. :
40 .
38
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 1, h.126.
39
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 1, h.132.
40
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 1, h.133.
20
- 1162
:
.
:
41 .
- 3715
:
:
42 .
- 10053
41
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 1, h.138.
42
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 1, h.392.
21
:
.
:
43 .
- 18527
:
.
:
44 .
- 19995
:
.
43
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 2, h.468.
44
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
al-Musnad, Juz: 4, h.284.
22
. :
45
- 5525
:
5 .
2202
Abu Abdillah Ah}mad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani,
45
2. Kritik Matan
Hadis tentang larangan memakai cincin dari emas bagi laki-laki, secara
tekstual, intertekstual maupun kontekstual yang terkandung di dalamnya sesuai
dengan beberapa hadis dan ayat al-Quran. Allah telah memberikan pakaian dan
perhiasan untuk dinikmati oleh manusia. Dalam pandangan Islam, pakaian
digunakan untuk menutup aurat dan keperluan berhias. Sebagaimana firman Allah
Q.S. Al-Araf: 26
Terjemahannya:
Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan
pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka
selalu ingat. (Al-Araf:26)
Akan tetapi, dibalik semua itu, Islam juga mengharamkan perhiasan bagi
laki-laki, yaitu salah satunya adalah cincin dari emas. Hal ini telah banyak
disebutkan dalam berbagai varian hadis yang melarang akan hal tersebut. Namun
25
bukan berarti tidak tanpa alasan mengapa Islam melarang hal tersebut bagi kaum
Adam. Sesungguhnya dibalik palarangan tersebut terdapat hikmah dan pendidikan
moral yang tinggi bagi kaum Adam khususnya.46
Dengan memperhatikan redaksi dan makna hadis di atas, maka penulis
berkesimpulan bahwa matan hadis tersebut berkualitas sahih dan layak untuk
dijadikan hujjah.
Artinya: Rasulullah telah melarang kami dari tujuh perkara, beliau melarang
kami memakai cincin dari emas dan sutera,.....
46
Muhammad Yusuf al-Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, terj. Muammal
Hamidy, h. 110.
26
sighat nahyi itu bermakna larangan, yaitu tuntutan untuk tidak melakukan suatu
pekerjaan.47 Dan apabila dilihat dari sighat nahyi-nya, maka larangan itu berarti
haram.48
Berdasarkan matan hadis-hadis di atas, maka larangan memakai cincin
emas berlaku umum, baik itu laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi hal ini
ditakhsis dengan hadis lain yang setema dari sahabat Ali bin Abi Thalib,
- 9446
:
(
49.)
Artinya:
Sesungguhnya Rasulullah saw mengambil sutera, beliau letakkan di tangan
sebelah kanan, kemudian mengambil emas dan beliau letakkan di tangan
sebelah kiri, kemudian bersabda: Sesungguhnya kedua barang ini haram
bagi orang laki-laki dari umatku. (HR. Nasa>I)
Dihadis lain Rasulullah saw memperjelas keharaman emas dan sutra bagi
laki-laki.
- 234
47
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh (Beirut: Dar Al-Fikr, t. Th), h. 181
48
Amir Abdul Aziz, Usul Fiqh al-Islami (Mesir: Dar as-Salam, 1997), h. 703
49
Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n al-Nasa>i>, Sunan al-Nasa>i>, juz IV
(Beriut: Dar Kutub al-Ilmiyyah, 1996), h. 93.
27
:
:
( 50
)
Artinya:
Emas dan sutra halal bagi perempuan dan harab bagi laki-laki dari
ummatku. (HR. Al-Tabra>ni)
isyarat/petunjuk kepada jenis keduanya yang haram. Kata haram di sini tidak
ditulis dengan bentuk mutsanna/jama, hal ini dimaksudkan supaya tidak
menimbulkan keraguan bahwa masing-masing dari sutera dan emas adalah haram
bagi laki-laki. Haram di sini adalah haram dalam arti menggunakannya, yakni
haram memakainya untuk dikenakan di badan. Adapun keharaman bagi laki-laki
juga masih umum, mencakup di dalamnya laki-laki dewasa atau anak-anak yang
sudah terkena taklif.
Para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan sebab-sebab
diharamkannya emas dan sutera bagi laki-laki. Di antara pendapat tersebut adalah
bahwa sutera san emas merupakan icon kemewahan. Hal ini tentu merupakan
suatu ketidakwajaran apabila laki-laki mengenakan keduanya.
Pendapat lain mengatakan bahwa mengenakan emas dan sutera akan
menyerupai pakaian kaum musyrik. Dalam kitab Fath al-Mabadi disebutkan
50
Sulai>man bin Ahmad bin Ayyu>b al-Tabra>ni>, Pentahqiq: Hamdi> bin Abdu al-
Majid, al-Mujam al-Kabi>r, Juz 2 (Cet.II; al-Mausal: Maktabah al-Ulum wa al-Hakam, 1983), h.
97.
51
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir; Kamus Arab-indonesia (Yogyakarta:
t.tp, 1984), h. 277.
28
- 4033
-
-
53
Artinya:
Rasulullah bersabda, Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka
dia termasuk dari (golongan) mereka. (HR. Abu Daud)
-5546
- -
- -
.
54
Artinya:Rasulullah saw telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita
dan wanita yang menyerupai laki-laki. (HR. Bukhari)
52
Abdullah bin Hijazy al-Syarqawi, fath Al Mabadi Syarh Mukhtasar Al Zabidi juz 3
(Birut: Dar Al-Fikr, 1994), h. 297.
53
Abu> Da>ud Sulai>man bin al-Asy'asy al-Sajsata>ni>, Tali>q: Al-alba>ni>, al-
Sunan, Juz: 4, h.78.
54
Muh}ammad bin Isma>il Abu>Abdillah al-Bukha>ri al-Jufi>, Sahih Bukhari, juz 5
(Beirut: Da>r Ibn Kas\i>r, 1987H), h.2207.
29
sikap yang abnormal dan menentang tabiat. Sedangkan tabiat itu ada dua hal,
yaitu tabiat laki-laki dan tabiat wanita. Masing-masing mempunyai
keistimewaan dan karakteristik sendiri. Maka jiakalau ada laki-laki yang berlagak
seperti wanita, dan begitu juga sebaliknya, wanita berlagak seperti laki-laki, maka
hal ini adalah suatu sikap yang tidak normal dan derajatnya akan jatuh.55
2. Hadis-Hadis yang Terjalin Satu Tema tentang Larangan Memakai
Cincin Emas Bagi Laki-Laki
Untuk berhasil memahami al-Sunnah dengan benar, maka hadis-hadis
yang terjalin dalam satu tema harus dihimpun. Hal ini dilakukan agar antara hadis
yang satu dengan yang lain saling menguatkan dan menjelaskan. Kemudian
mengembalikan kandungannya yang mutasyabih kepada yang muhkam,
mengaitkan yang muthlaq dengan yang muqayyaddan menafsirkan yang am
dengan yang khas.56
Setelah dilakukan analisa terhadap hadis yang penulis teliti, maka ada
beberapa hadis yang terjalin dalam satu tema.
:
:
55
Muhammad Yusuf al-Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, terj. Muammal
Hamidy, h. 111.
56
M. Yusuf Al-Qardhawi, terj. Moh. Al Baqir, Bagaimana Memahami Hadis Nabi saw,
(Bandung: Karisma, 1993), h. 43.
30
) )
Artinya: Rasulullah bersabda: Tidak akan masuk surga barang siapa yang di
dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya seberat biji atom,
dan tidak akan masuk neraka barang siapa yang di dalam hatinya terdapat
iman walaupun hanya seberat biji atom. Seseorang berkata: Wahai
Rasulullah! Sesungguhnya seseorang yang senang pakaiannya indah dan
alas kakinya indah (Apakah termasuk keangkuhan?) Nabi menjawab:
Sesungguhnya Allah itu Indah, senang kepada keindahan, keangkuhan
adalah menolak kebenaran dan menghina orang lain. (HR. Muslim)
-
-
-
-
Artinya:
Rasulullah bersabda: Barang siapa memakai pakaian yang berlebih-
lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan nanti pada hari
kiamat.
emas merupakan barang mewah. Sehingga siapa saja yang memakainya akan
terkesan berlebih-lebihan.
Terjemahannya:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
57
M. Yusuf al-Qardhawi, terj. Moh. Al Baqir, Bagaimana Memahami Hadis Nabi saw, h.
43.
32
Terjemahannya:
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah
yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu
(disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia,
khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.
Terjemahannya:
(bagi mereka) syurga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya
mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan
dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera.
Terjemahannya:
33
- 5594
- -
.
.
.
149 6 : .
- 9466
:
58
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1996), h.165.
34
:5
4409466 :
- 9545
:
: 5 4569545
- 5596
-
-
- -
. . :6
150
1021
35
: : . .
1112102 3
4.
59
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyyah (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2007), h. 1.
36
begitu saja kecuali jika sanggup memegang kendali keamanan dan perdamaian.
Sementara itu kondisi yang aman seperti ini tidak terwujud di Jazirah Arab
kecuali pada bulan-bulan suci. Pada saat itu dibuka pasar-pasar Arab yang sangat
terkenal, seperti Ukazh, Dzil-Majaz, Majinnah, dan lain-lain.60
Alat transaksi yang digunakan saat itu menggunakan mata uang dinar
(emas) dan dirham (perak). Emas dan perak pada zaman Nabi disebut dengan
naqdain. Transaksi dengan menggunakan kedua mata uang ini sudah dikenal sejak
zaman pra Islam meskipun masih terdapat segolongan kecil yang menggunakan
sistem barter (barang ditukar dengan barang).
Oleh karena itu, menurut analisa penulis, maka larangan mamakai
memakai cincin emas pada saat itu, karena mendasarkan bahwa emas merupakan
barang yang sangat mewah dan memiliki nilai tukar yang tinggi. Sehingga pada
selanjutnya digunakan sebagai alat tukar dalam melakukan perniagaan. Dapat
dibayangkan jika kaum laki-lakipun memakai emas untuk menghias dirinya, yang
memungkinkan berakibat tidak ada lagi bahan untuk membuat mata uang yang
akan memudahkan mereka dalam bertransaksi.
Adapun situsai mikro (asbab al-wurud) berkenaan dengan larangan memakai
cincin emas bagi laki-laki, sejauh penelusuran penulis, maka tidak diketemukan
dalam berbagai sumber.
5. Generalisasi Makna
Setelah menganalisa matan hadis tentang larangan memakai cincin emas
bagi laki-laki, maka selanjutnya makna-makna tersebut digeneralisasikan dengan
mempertimbangkan situasi-situasi historis hadis tersebut agar dapat ditangkap
makna universal yang tercakup dalam hadis tersebut.
Melihat pemaknaan tekstual dan kondisi sosio-historisnya, penyusun
berkesimpulan bahwa hadis tersebut tidak hanya dapat dipahami secara tekstual,
tetapi juga kontekstual. Secara tekstual, hadis tersebut memberikan pemahaman
tentang larangan memakai cincin emas bagi laki-laki, tepatnya ketika masa Nabi
saw. Larangan ini berlaku karena emas pada saat itu merupakan icon perhiasan
60
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, h.34.
37
yang sangat mewah dan barang yang mempunyai nilai jual tinggi di samping
sebagai alat tukar (dinar). Oleh karena itu, hanya segelintir orang saja yang dapat
memakainya, yaitu orang kaya. Melihat fenomena seperti ini, maka dengan
sendirinya akan nampak jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, walaupun
memiliki emas bukan satunya-satunya patokan yang membedakan antara
keduanya. Jadi sangat wajar apabila Rasulullah melarang sutera dan emas pada
waktu itu dengan maksud mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat Arab.
Emas merupakan perhiasan yang biasa dipakai oleh kaum wanita. Hal ini
tidak lain untuk memenuhi perasaan, sesuai dengan tuntutan sifat kewanitaannya
dan kecenderungan fitrahnya, yaitu suka berhias. Oleh karena itu, dikhawatirkan
apabila laki-laki memakainya, walaupun hanya sekedar untuk berhias, akan
menghilangkan sifat keperwiraannya. Hal ini dilakukan karena konteks pada saat
itu, peran laki-laki sangat diperlukan demi kepentingan perang.
Kemudian yang tidak kalah penting adalah kekhawatiran apabila
seseorang memakainya, maka akan timbul kesombongan dalam dirinya. Hal ini
tentu sangat wajar karena memang emas merupakan barang mewah dan bernilai
tinggi pada saat itu. Hemat penulis, apabila ini dijadikan alasan pengharamannya,
maka bukan hanya laki-laki saja yang dilarang, akan tetapi termasuk wanita.
Mengingat masalah kesombongan merupakan sifat yang dapat menjangkiti
siapapun tanpa terkecuali. Dan apabila dicermati, maka tolak ukur keharaman
tersebut lebih ditekankan pada etika dan pembinaan akhlak.
Dengan demikian jika kita merujuk pada pendapat Yusuf al-Qardhawi,
apabila kondisi telah berubah dan tidak ada lagi illah, maka hukum yang
berkenaan dengan suatu nashakan gugur dengan sendirinya. Hal ini sejalan
dengan kaidah suatu hukum berjalan seiring dengan illah-nya, baik dalam halal
damaupun tidak adanya. Begitu pula terhadap hadis yang berlandaskan su atu
kebiasaan temporer yang berlaku pada zamanNabi danmengalami perubahan pada
masa kini, maka yang dipegangi adalah maksud yang dikandungnya dan bukan
pengertian harfiyahnya.
Dari pemaparan di atas, penulis memberikan kesimpulan, secara tekstual
hadis tentang larangan memakai cincin emas bagi laki-laki tepat bersifat temporal
38
mengingat kondisi sosial ekonomi masyarakat saat itu. Di sisi lain juga adanya
kekhawatiran Nabi saw akan penyerupaan antara laki-laki dan perempuan dalam
segala hal.
Sedangkan pemahaman secara kontekstual terhadap hadis-hadis tentang
larangan memakai cincin emas bagi laki-laki, maka di sini memberikan beberapa
pemahaman. Menurut penulis, larangan memakai cincin emas bagi laki-laki lebih
ditekankan pada kondisi sosial ekonomi. Apabila kondisi sosial, ekonomi, dan
politik pada suatu masyarakat telah mapan dan terorganisir dengan baik, maka
larangan dalam hadis tersebut tidak berlaku lagi. Begitupun sebaliknya, apabila
tatanan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat belum tertata dengan baik, maka
hukum dalam hadis tersebut masih berlaku.
Adapun faktor sombong, angkuh, congkak, dan yang lainnya adalah lebih
ditekankan pada tujuan pendidikan moral. Sekecil apapun nilai perbuatan yang
dilakukan seseorang, apabila di dalamnya masih terdapat unsur sombong, maka
hal tersebut dilarang, dan itu tidak hanya berlaku pada laki-laki saja, melainkan
termasuk juga wanita. Hal ini menunjukkan bahwa niat mempunyai posisi yang
penting dalam perbuatan seseorang.
61
Muhammad al-Ghazali, Studi Kritis Atas Hadis Nabi Saw: Antara Pemahaman Tekstual
dan Kontekstual (Bandung: Mizan, 1994), h. 111
39
62
Artinya:
Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan
sebesar biji sawi. Seorang laki-laki berkata, ada orang ingin bajunya
bagus dan sandalnya bagus. Nabi Saw. bersabda, sesungguhnya Allah
Maha Indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu mengingkari
kebenaran dan menghina orang lain. (HR. Muslim)
Emas adalah salah satu dari barang yang bisa dijadikan sebagai penghias
diri. Akan tetapi, menurut Sunnah Nabi, Emas, sebagai perhiasan, diharamkan
bagi kaum laki-laki dan tidak bagi kaum perempuan. Hal ini menjadi pertanyaan
besar, mengapa dilarang bagi kaum laki-laki dan diperbolehkan hanya bagi
perempuan.
Menurut kaca mata penulis, maka ada dua aspek yang perlu diketengahkan
dalam menjawab masalah ini, yaitu:
1. Ekonomi
Emas adalah instrument ekonomi yang paling tuadan kekal sepanjang
sejarah manusia. Emas dipersepsikan bernilai dan sangat disukai setiap zaman.
Kedudukan emas yang istimewa dihadapan manusia bukankarena manusia yang
menetapkannya, tetapi manusia mengikuti ketetapan dari Pencipta Alamini.
Firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 14 berbunyi:
62
Muslim bin al-H}ajja>j abu al-Hasan al-Nai>sabu>ri>, S}ah}ih Muslim, juz V
(Beirut: Dar Jail, t.th), h. 247.
40
Artinya:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga)63
Jelas sudah bahwa kecintaan manusia kepada emas dan perak bukan tidak
berdasar. Dan ayat ini pun telah menunjukkan kepada kita Umat yang baru lahir
ini untuk mengikuti dan menjalankan urutan-urutan investasi yang dimulai dari
Investasi Istri Solehah, Investasi Anak Soleh dan yang ketiga Investasi Emas.
Urut-urutan ini pun bukanlah dari penulis tetapi juga dari yang menciptakan Alam
Semestaini. Dan jikaadateori/produkInvestasi yang tidak didasarkan dengan Al
Quran dan As Sunnah , makabisa dibilang teori dan produkinvestas tersebut
tidakakan lama.
Melihat kedudukan emas yang begitu istemewa dalam perekonomian
sedangkan hasil pertambangan emas di negara-negara Arab tidaklah tinggi, maka
pelarangan pemakaian emas pun tidak bisa dihindari. Pelarangan berlaku untuk
kaum laki-laki agar pemakaian emas tidak menjadi sebuah trend dalam
masyarakat. Jika kaum laki-laki banyak yang mengenakan emas maka hal ini akan
cepat menjadi sebuah trend. Sebab dahulu yang selalu terexpose adalah kaum
laki-laki, dalam pergaulan di masyarakat, peperangan, dan sebagainya. Pemakaian
emas oleh laki-laki juga bisa mengancam keselematan harta. Misalnya, dalam
peperangan yang kalah, selain akan mempersulit pertarungan, emas yang
dikenakan oleh para prajurit juga bisa menjadi harta rampasan.
2. Sosial
Emas adalah barang yang begitu istemewa sehingga untuk
mendapatkannya sangatlah sulit. Perlu banyak alat untuk menggali atau
menambangnya. Perlu banyak uang untuk membelinya. Sehingga bagi yang punya
cukup alat atau uang akan merasa kedudukannya lebih tinggi dari orang biasa. Hal
ini bisa menimbulkan kesenjangan sosial dalam masyarakat.
Dua aspek tersebut tentu yang ada dalam kondisi masyarakat Makkah atau
Madinah pada zaman dahulu. Jika kita tarik ke kondisi Indonesia pada saat ini,
maka sudah sepatutnya jika fatwa bisa berubah. Indonesia adalah
PenghasilEmasterbesarketujuhduniadannegara yang
mempunyaikandungemasterbesardunia
Saat ini fungsi emas juga semakin bertambah dan semakin diminati.
Antara lain karena selain emas sebagai perhiasan dan merupakan alat
pembayaran yang tidak akan terganti sampai kapanpun, Emas juga dipakai pada
alat-alat elektronik karena emas bisa menjadi alat penghantar yang baik
dibandingkan logam lainnya sehingga ia menjadi sebuah teknologi canggih.
42
BAB III
PENUTUP
1. Hadis tentang cincin emas tererkam dalam beberapa kitab hadis yang
mutabarah. Hadis ini sahih karena semua periwayat hadis s\iqah dan
lain yang terbuat dari emas hanyalah dilarang pada kaum laki-laki saja
karena emas adalah simbol kelembutan. Perhiasan ini hanya
diperuntukkan pada kaum hawa saja yang sesuai dengan karakter dan
kelembutannya.
43
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim
Abdul Aziz, Amir. Usul Fiqh al-Islami. Mesir: Dar as-Salam, 1997.
Al- Bukha>ri, Muh}ammad bin Ismail abu Abdillah al-Jufi, juz II, Cet. I;
bin Bahram bin Abd al-Shamad. Sunan al-Darimi, juz III, Cet. I;
Al- Ghazali, Muhammad, Studi Kritis Atas Hadis Nabi Saw: Antara
Al- Mizzi, Yusuf bin al-Zaki Abdurrahman abu al-Hajjaj Tahdzib al-
H./1980 M.
Al- Nasa>i, Ah}mad bin Syuaib Abu> Abdirrahma>n >, Sunan al-
-------, terj. Muammal Hamidy. Halal dan Haram dalam Islam. Jakarta:
Al- Tarmiz\i>, Muh}ammad bin I<sa bin Su>rah bin Musa bin al-
1395 H/1975 M
45