Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Hadis Tah}li>li>
Semester 2
Oleh:
Abdul Rahman Zain
NIM 80100316011
Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag.
Prof. Dr. Hj. Rosmania Hamid, M.Ag.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis nabi sebagai sumber hukum kedua dalam ajaran Islam setelah
Alquran. Selain itu, hadis nabi juga merupakan sumber kerahmatan, sumber
merupakan manifestasi Alquran yang bersifat praktis. Antara Alquran dan hadis
nabi, dinilai berasal dari sumber yang sama. Perbedaan keduanya hanya pada
Selain itu, hadis nabi juga berfungsi sebagai baya>n al-tasyri> yang berarti
memberikan penjelasan hukum secara mandiri atas apa yang tidak disebutkan
hadis berdasarkan teksnya semata. Ada tiga hal yang dipertimbangkan dalam
memahami hadis nabi dari segi teksnya. Pertama, keragaman teknik periwayatan.
Kedua, keragaman bentuk dan gaya bahasa. Ketiga, keragaman aspek kandungan.3
teks lain, baik teks di dalam satu teks ataupun di luar teks karena adanya
hubungan yang terkait. Ada tiga hal yang dipertimbangkan dalam memahami
1
Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis (Cet. II; Makassar: Alaudddin
Univerty Press, 2013), h. 1.
2
Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis, h. 104-106.
3
Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis, h. 19-20.
2
hadis nabi dari segi interteksnya. Pertama, keserasian dan keragaman lafal. Kedua,
beberapa hal yang diperhatikan dari segi konteksnya, yaitu otoritas dan kedudukan
Nabi Muhammad saw., perbedaan sosial budaya sahabat nabi, bentuk peristiwa
hadis, tempat dan waktu peristiwa hadis, serta perkembangan peradaban masa
kini.5
tah}i>li>. Redaksi hadisnya yaitu: . Artinya, barang
siapa yang menimbun maka ia berdosa.
B. Rumusan Masalah
makalah ini adalah bagaimana hadis tentang larangan menimbun bahan kebutuhan
pokok. Agar pembahasan ini lebih terfokus, dijabarkan dua rumusan masalah
sebagai berikut:
pokok?
pokok?
4
Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis, h. 89-105.
5
Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis, h. 117-165.
3
II. PEMBAHASAN
A. Takhri>j al-H{adi>s\
pokok, terlebih dahulu dilakukan takhri>j al-h}adi>s\.6 Dalam makalah ini yaitu
menentukan keragaman lafal hadis.7 Keragaman lafal hadis diambil dari kitab
Muwat}ta} Ma>lik, S{ah}i>h} al-Bukha>ri> dan Muslim, serta lima kitab Sunan
metode secara tematik. Dan kitab yang digunakan adalah kitab Kanzu al-
Umma>l fi Sunan al-Aqwa>l wal al-Afa>l karya Ali ibn H{isamuddin al-
Hindi> (w. 975 H). Penelusuran secara tematik ditemukan dalam pembahasan
Kita>b al-Buyu> min Qism al-Aqwa>l, Ba>b al-S|a>lis\ fi> al-Ih}tika>r wa al-
6
Takhri>j al-h}adi>s\ merupakan langkah awal dalam metodologi penelitian hadis.
Penggunaan kegiatan takhri>j al-h}adi>s\ untuk menelusuri hadis-hadis dari berbagai kitab
sumbernya, agar diketahui asal-usul dan seluruh riwayat serta perawi bagi suatu hadis yang diteliti.
Lihat M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang,
2007), h. 39.
7
Hal ini didasarkan pada ketentuan dalam kontrak kuliah hadis tahlili. Menurut penulis,
keragaman lafal ini diambil satu hal dari klasifikasi hadis secara tematik.
Ali> ibn H{isa>m al-Di>n al-Hindi>, Kanz al-Umma>l fi> Sunan al-Aqwa>l wa al-
8
Afa>l, Juz IV (Cet. V; Baru>t: Muassasah al-Risa>lah, 1985), h. 97-98. Makalah ini hanya
dicantumkan data hadis yang terkait dengan al-ih}tika>r.
4
.""."
"-9723
9
."". -9731
Berdasarkan data takhri>j al-h}adi>s\ di atas, hadis tentang al-ih{tika>r
Umar ibn al-Khat}t}a>b, Ibnu Umar (Mamar ibn Abdullah), Abu> Hurairah, dan
Pertama, hadis riwayat Ibnu Ma>jah berasal dari Umar ibn al-Khat}t}a>b.
( :
10 .)
Artinya:
Nas}r ibn Ali> al-Jahd}ami> telah menceritakan kepada kami, Abu>
Ah}mad telah menceritakan kepada kami, Isra>i>l telah menceritakan
kepada kami, dari Ali> ibn Sa>lim ibn S|auba>n, dari Ali> ibn Zaid ibn
Juda>n, dari Sai>d ibn al-Sayyab, dari Umar ibn al-Khat}t}a>b ia
berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, Orang yang mencari nafkah itu
diberi rezeki dan orang yang menimbung itu dilaknat. HR Ibnu Ma>jah
Kedua, hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Ma>jah berasal dari Umar ibn al-
Khat}t}a>b.
Ali> ibn H{isa>m al-Di>n al-Hindi>, Kanz al-Umma>l fi> Sunan al-Aqwa>l wa al-
9
- - :
: : :
: . :
:
: :
:
" :
:
"
. :
11
. :
Artinya:
Abu> Sai>d budak Bani> Ha>syim telah menceritakan kepada kami, al-
Hais\am ibn Ra>fi al-T{a>t}ari> orang Bas}rah telah menceritakan kepada
kami, Abu Yah}ya> seorang lelaki penduduk Mekah telah menceritakan
kepadaku, dari Farru>kh hamba sahaya Us\ma>n, bahwa Umar pada saat
menjadi amirulmukminin, ia keluar menuju mesjid kemudian melihat
makanan berserakan, lalu ia bertanya, Makanan apa ini? Mereka
menjawab, Makanan yang didatangkan kepada kami. Maka ia berkata,
Semoga Allah memberkati makanan ini dan orang yang
mendatangkannya. Kemudian ada yang berkata, Wahai Amirulmukminin,
makanan itu telah ditimbun. Umar bertanya, Siapa yang telah
menimbunnya? Mereka menjawab, Farru>kh hamba sahaya Us\ma>n
dan Fulan hamba sahaya Umar. Maka Umar mengutus utusan untuk
memanggil keduanya, kemudian dia berkata, Apa yang mendorong kalian
berdua untuk menimbun makanan kaum muslimin? Keduanya menjawab,
Wahai Amirulmukminin, kami membeli dengan harta kami dan menjual.
Maka Umar menjawab, aku mendengar Rasulllah saw. bersabda, Barang
siapa menimbun harta kaum muslimin maka Allah akan menimpakan
kepadanya kebangkrutan atau penyakit kusta. Maka Farru>kh ketika itu
berkata, Wahai Amirulmukminin, aku berjanji kepada Allah dan kepadamu
untuk tidak akan mengulangi menimbun makanan selama. Adapun hamba
sahaya Umar berkata, Hanya saja kami membeli dengan harta kami dan
11
Abu> Abdullah Ahmad ibn Muhamad, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Juz I (Cet. I;
Bairu>t: Muassasah al-Risa>lah, 2001), h. 284. Menurut Syuaib al-Arnau>t}, sanadnya d}ai>f.
Sebab, Abu>Yah}ya al-Makki> dan Farru>kh maula Usma>n dianggap jaha>lah (tidak dikenal
dari segi ke-s\iqah-annya). Perawi lain yaitu al-Hais\am ibn Ra>fi, biografinya dalam kitab al-
Ka>syif karya al-Z|ahabi>, dinilai s}adu>q tetapi ditolak hadisnya tentang al-h{ukrah
(penimbunan barang). Lihat Syamsuddin al-Z|ahabi>, al-Ka>syif fi> Marifah man lahu
Riwa>yah fi> al-Kutub al-Sittah, Juz II [Maktabah Syamilah], h. 344.
6
menjual. Abu> Yah}ya berkata, Maka sungguh aku melihat hamba sahaya
Umar terkena penyakit kusta. HR Ahmad
12
Muh}ammad ibn Yazi>d al-Qazuwaini>, Sunan Ibnu Ma>jah, Juz II, h. 729. Menurut
al-Alba>ni>, (hadisnya) d}ai>f. Sementara Ibnu H{ajar al-Asqala>ni dalam kitabnya
menyebutkan sanad Ibnu Ma>jah dinilai h}asan. Lihat Ibnu H{ajar, Fath} al-Ba>ri>, Juz IV
(Bairu>t: Da>r al-Marifah, t.th.), h. 348. Berikut keterangan lainnya:
.
.
.
.
.
13
Abu> Abdullah Ahmad ibn Muhamad, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Juz XIV, h. 625.
Menurut Syuaib al-Arnau>t}, kualitas hadis h}asan ligairih. Namun, sanad hadis ini d}ai>f,
karena perawinya Abu> Masyar dinilai d}ai>f.
7
- -
16
.
Artinya:
Sai>d ibn Amru al-Asyas\i> telah menceritakan kepada kami, H{a>tim
ibn Isma>i>l telah menceritakan kepada kami, dari Muh}ammad ibn
Ajla>n, dari Muh}ammad ibn Amru ibn At}a>, dari Sai>d ibn al-
Musayyab, dari Mamar ibn Abdullah, dari Rasulullah saw. bersabda,
Tidaklah seseorang menimbun barang, kecuali telah berbuat salah. HR
Muslim
Data takhri>j dalam kitab Kanz alUmma>l menunjukkan hadis berasal dari Abdullah
14
ibn Umar. Namun, setelah ditelusuri dalam kitab sumbernya hadis tersebut berasal dari Mamar
ibn Abdullah.
15
Penambahan dua sumber kitab ini karena sumber data dalam makalah ini diambil dari
kitab Muwat}ta} Ma>lik, S{ah}i>h} al-Bukha>ri> dan Muslim, serta lima kitab Sunan Abu>
Daud, al-Tirmizi>, al-Nasa>i>, Ibnu Ma>jah, dan al-Da>rimi>.
16
Abu> al-H{usain Muslim ibn al-Hajja>j, S{ah}i>h} Muslim, Juz V (Bairu>t: Da>r al-
Jail, t.th.), h. 56.
17
Sulaima>n ibn al-Asyas\, Sunan Abi> Da>wud, Juz III (Bairu>t: Da>r al-Kita>b al-
Arabiah, t.th.), h. 285.
8
Mamar salah satu dari Bani> Adi> ibn Kab ia berkata bahwa Rasulullah
saw. bersabda, Tidaklah seseorang menimbun barang, kecuali telah berbuat
salah. Kemudian aku berkata kepada Sai>d, sesungguhnya engkau
menimbun. Ia berkata, dan Mamar pernah menimbun. Abu> Da>wud
berkata, dan aku bertanya kepada Ahmad, apakah h}ukrah itu? Ia
menjawab, sesuatu yang padanya terdapat kehidupan manusia. Abu>
Da>wud berkata bahwa al-Auza>i> menyatakan al-muh}takir adalah orang
yang datang ke pasar untuk membeli apa yang dibutuhkan orang-orang dan
menyimpannya. HR Abu> Da>wud.
:
. !
.
18
.
Artinya:
Ish}aq ibn Mans}u>r telah menceritakan kepada kami, Yazi>d ibn Ha>ru>n
telah mengabarkan kepada kami, Muh}ammad ibn Ish}aq telah
mengabarkan kepada kami, dari Muh}ammad ibn Ibra>him, dari Sai>d ibn
Musayyab, dari Mamar ibn Abdullah ibn Nad}lah ia berkata, aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda, Tidaklah seseorang menimbun
kecuali ia telah berbuat salah. Aku bertanya kepada Sai>d, Wahai Abu>
Muhammad, sesungguhnya engkau menimbun. Ia mengatakan, sedangkan
Mamar telah telah menimbun.
Abu> I<sa> berkata, sesungguhnya telah diriwayatkan dari Sai>d ibn al-
Musayyab bahwa ia pernah menimbun minyak, biji gandum, atau yang
serupa dengan itu. Abu> Isa> berkata, dalam hal ini ada hadis serupa dari
Umar, Ali>, Abu> Uma>mah dan Ibnu Umar. Dan hadis Mamar adalah
hadis hasan sahih. Hadis ini menjadi pedoman amal menurut ulama, mereka
memakruhkan penimbunan makanan tetapi sebagian mereka membolehkan
penimbunan selain makanan. Dan Ibnu al-Maba>rak mengatakan bahwa
tidak mengapa menimbun kapas, kulit yang disamak atau serupa dengan itu.
HR al-Tirmiz\i>
Muh}ammad ibn I<sa> al-Tirmiz\i>, Sunan al-Tirmiz\i>, Juz III (Bairu>t: Da>r
18
:
:
.
" :
19
Artinya:
Yazi>d Suraij telah menceritakan kepada kami bahwa ia berkata,
Muh}ammad ibn Ish}aq telah menceritakan kepada kami, dari Muh}ammad
ibn Ibra>hi>m al-Taimi>, dari Sai>d ibn al-Musayyab, dari Mamar ibn
Abdullah ibn Nad}lah al-Qurasyi> bahwa ia berkata, saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda, Tidak ada yang menimbun kecuali orang yang
salah. HR Ahmad
:
. ":
20
Artinya:
Muh}ammad ibn Jafar telah menceritakan kepada kami, Syubah telah
menceritakan kepada kami, dari Muh}ammad ibn Ish}a>q, dari
Muh}ammad ibn Ibra>him, dari Sai>d ibn al-Musayyab, dari Mamar
lelaki dari Quraisy bahwa ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Tidak ada
yang menimbun kecuali orang yang salah. HR Ahmad
:
":
:
.
"
21
Artinya:
Yah}ya ibn Sai>d al-Umawi> telah menceritakan kepada kami bahwa ia
berkata, Yah}ya> ibn Sai>d telah menceritakan kepada kami, dari Sai>d
al-Musayyab, dari Mamar al-Adawi> bahwa ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, Tidak ada yang menimbun kecuali orang yang salah. Dan
Sai>d ibn al-Musayyab menimbun minyak. HR Ah}mad.
19
Abu> Abdullah Ahmad ibn Muhamad, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Juz XXV, h. 37.
20
Abu> Abdullah Ahmad ibn Muhamad, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Juz XXV, h. 39.
21
Abu> Abdullah Ahmad ibn Muhamad, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Juz XXV, h. 40.
10
.
:
24
Artinya:
Ah}mad ibn Kha>lid telah menceritakan kepada kami, Muh}ammad ibn
Ish}aq telah menceritakan kepada kami, dari Muh}ammad ibn Ibra>hi>m,
dari Sai>d ibn al-Musayyab, dari Mamar ibn Abdullah ibn Na>fi ibn
Nad}lah al-Adawi> bahwa ia berkata, saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda, Tidak menimbun kecuali ia akan berdosa. Beliau mengucapkan
hingga dua kali HR al-Da>rimi>.
Adapun hadis riwayat Muslim berasal dari Mamar ibn Abdullah di bawah
22
Kedua riwayat hadis ini tidak disebutkan dalam data takhri>j kitab Kanz al-Umma>l.
Namun, ditemukan dalam takhri>j secara komputer melalui program maktabah syamilah.
23
Muh}ammad ibn Yazi>d al-Qazuwaini>, Sunan Ibnu Ma>jah, Juz II, h. 782.
Abdullah ibn bd. al-Rah}ma>n, Sunan al-Da>rami>, Juz II (Cet. I; Bairu>t: Da>r al-
24
Kita>b al-Arabiah, 1407 H), h. 323. Menurut H{usain Sali>m Asad, perawi dalam sanad ini
tergolong s\iqah meskipun Muh}ammad ibn Ish}a>q dianggap mudallis. Namun, secara
keseluruhan hadis ini dinilai sahih.
11
25
.
Artinya:
Abdullah ibn Maslamah ibn Qanab telah menceritakan kepada kami,
Sulaima>n yaitu Ibnu Bila>l telah menceritakan kepada kami, dari Yah}ya>
yaitu Ibnu Sai>d bahwa ia berkata, Sai>d ibn al-Musayyab telah
menceritakan bahwa Mamar berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda,
Barang siapa menimbun barang maka ia berdosa. Kemudian dikatakan
kepada Sai>d bahwa engkau menimbun. Sai>d berkata bahwa Mamar
yang menceritakan hadis ini telah menimbun. HR Muslim.
B. Redaksi Hadis
empat klasifikasi hadis, maka redaksi hadis yang dijadikan sebagai pembahasan
yaitu hadis riwayat Muslim yang berasal dari Mamar ibn Abdullah.
- -
-
-
. - -
.
Artinya:
Abdullah ibn Maslamah ibn Qanab telah menceritakan kepada kami,
Sulaima>n, yaitu Ibnu Bila>l, telah menceritakan kepada kami, dari
Yah}ya>, yaitu Ibnu Sai>d, ia berkata bahwa Sai>d ibn al-Musayyab
pernah menceritakan bahwa Mamar berkata, Rasulullah saw. bersabda,
Barang siapa yang menimbun maka ia termasuk pendosa. Kemudian
dikatakan kepada Sai>d bahwa engkau telah melakukan ih}tika>r. Sai>d .
HR Muslim.
25
Abu> al-H{usain Muslim ibn al-Hajja>j, S{ah}i>h} Muslim, Juz V, h. 56.
12
hadis. Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan hadis yang dibahas berkualitas
1. Kritik Sanad
sanad terakhir dan dilakukan secara berturut-turut. Berikut susunan nama perawi:
Susunan Lambang Penilaian
Nama Perawi
Perawi/Sanad Periwayatan Ulama
Perawi
Mamar (w. 41 H) Sanad V Qa>la S{ah}abi>
I
Sai>d ibn al-Musayyab Perawi anna Ah}ad al-
Sanad IV
(w. 93/94 H) II Qa>la Ulama
Yah}ya> ibn Sai>d Perawi Ka>na
Sanad III S|iqah S|abt
(w. 143 H) III yuh}addis\u
Sulaima>n ibn Bila>l Perawi
Sanad II an Qa>la S|iqah
(w. 177 H) IV
Abdullah ibn Maslamah Perawi H{addas\ana S|iqah
Sanad I
(w. 221 H) V > A<bid
Al-
Muslim ibn al-H{ajja>j Perawi Mukharri H{addas\ana
Muh}addis\
(204-261H) VI @j >
al-H{a>fiz}
Berdasarkan skema di atas, dengan memperhatikan data berupa tahun
wafat, lambang periwayatan dan penilaian ulama, maka dapat dikatakan bahwa
sanad hadis riwayat Muslim dikategorikan sahih. Dengan demikian, kritik matan
dapat dilanjutkan.
2. Kritik Matan
Ada dua hal dalam kritik matan, yaitu terhindar dari syuz\u>z\ dan illah.
Berikut penelitian lafal-lafal matan dan penelitian kandungan matan sebagai bukti
bahwa hadis yang diteliti terhindar dari dari syuz\u>z\ dan illah.
1
13
2
3
4
5
26 /
/
6
/
/
Berdasarkan lafal-lafal matan hadis di atas, terdapat dua perbedaan lafal.
maknanya tetap sama. Dengan demikian, dikatakan bahwa matan hadis di atas
pokok. Kandungan petunjuk ini diambil dari judul hadis di dalam kitab Muslim
batil. Sebagaimana tergambar dalam ayat Q.S. al-Nisa>/4: 29. Sebab, ih}tika>r
Lafal
26
didapatkan empat riwayat hadis Mamar ibn Abdullah dalam kitab Abu>
Abdullah Ahmad Ibnu Muhamad, al-Musnad, Juz XII (Cet. I; Kairo: Da>r al-H}adi>s\,1995), h.
301-302.
27
Abu> al-H{usain Muslim Ibnu al-Hajja>j, S{ah}i>h} Muslim, Juz V, h. 56.
14
Muslim dinyatakan terhindar dari syuz\u>z\ dan illah. Itu berarti bahwa matan
D. Syarah Mufrada>t
yang mengikat antara dua kalimat. Kalimat pertama menjadi syarat bagi kalimat
Lafal
berarti maka.30 Ia merupakan ,
yaitu kata penghubung atau pemisah antara dua kalimat dalam isim syarat mabni.
penghubung kalimat pertama yaitu dengan kalimat berikutnya yaitu
.
berasal dari kata
Kata
yang salah satu maknanya adalah ,31
berarti berbuat dosa/kesalahan.32 Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. QS
Yu>suf/12: 97.
Terjemahnya:
28
A.W. Munawir, Kamus al-Muwawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 1361.
29
A.W. Munawir, Kamus al-Muwawwir Arab-Indonesia Terlengkap, h. 285.
30
A.W. Munawir, Kamus al-Muwawwir Arab-Indonesia Terlengkap, h. 1029.
Ah}mad Mukhta>r, Mujam al-Lugah al-Arabiya al-Mua>s}irah (Cet. I; A<lam al-
31
Mereka berkata, Wahai ayah kami! Mohonkanlah ampun untuk kami atas
dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang yang bersalah
(berdosa).33
kamus, Ta>j al-Aru>s dan Lisa>n al-Arab, yaitu
.34
Artinya, membeli sesuatu dan menahannya supaya langka sehingga
Mamar ibn Abdullah ibn Abi> Mamar, sahabat Nabi saw. yang wafat
tahun 41 H. Dia masuk Islam sebelum hijrah, tetapi sahabat ini terlambat berhijrah
Guru-guru Mamar di samping Nabi saw. adalah antara lain khulafa al-
ra>syidi>n, Zaid ibn S|a>bit, Zaid ibn Aslam, dan selainnya. Sedangkan murid-
muridnya adalah Abdullah ibn Umar, Said ibn al-Musayyab, dan segolongan
tabiin lainnya. Dia adalah perawi hadis yang s\iqah, mutqin, adl sabt, dan hujjah.
Ibn Abd. al-Bar berkata, Dia termasuk tokoh dari Bai Adwi. Menurut Ibnu
F. Asaba>b al-Wuru>d
Departement Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Edisi Tahun 2002 (Semarang:
33
[Maktabah Sya>milah], h. 72. Muh}ammad al-Mas}ri>, Lisa>n al-Arab, Juz IV (Cet. I; Bairu>t:
Da>r S{a>dir, t.th.), h. 208.
35
Ibnu H{ajar al-Asqala>ni>, al-Is}a>bah fi> Tamyi>z al-S{ah}a>bah, Juz VI (Cet. I;
Bairu>t: Da>r al-Jail, t.th.), h. 188.
17
Penulis telah berusaha untuk mengetahui lebih jauh tentang asba>b al-
wuru>d dari hadis tentang larangan menimbun bahan kebutuhan pokok. Namun,
penulis tidak atau belum menemukan. Jadi, hadis tersebut dikemukakan oleh nabi
saw. tanpa didahului sebab tertentu. Hal ini sangat mungkin terjadi, karena ada
hadis yang tidak mempunyai sebab secara khusus dan ada hadis yang mempunyai
Pertama, hadis riwayat Abu> Hurairah dengan redaksi hadis sebagai barikut:
.
Kedua, hadis riwayat Umar ibn al-Khat}t}a>b dengan redaksi hadis sebagai
barikut:
.
.
Ketiga, hadis riwayat Ibnu Umar dengan redaksi hadis sebagai barikut:
.
Keempat, hadis Umar ibn al-Khat}t}a>b yang setema dengan hadis tentang
H. Syarah Hadis
1. Pengertian Ih}tika>r
penahanan atau penimbunan atas suatu barang dagangan dengan tujuan untuk
yaitu upaya dari seseorang menimbun barang pada saat barang itu harganya murah
untuk menunggu harga akan naik. Misalnya, pedagang gula pasir di awal
Ramadan tidak mau menjual barang dagangannya, karena mengetahui bahwa pada
lebaran. Dengan menipisnya stok gula di pasar, harga gula pasti akan naik. Ketika
36
Ibn Abidin, Rad al-Mukhta>r ala> al-Da>r al-Mukhta>r Syarh} Tanwi>r al-Abs}a>r,
Juz IX (Bairu>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiah, 1994), h. 27.
37
Rosalinda, Fikih Ekonomi Syariah (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 351.
38
Yusuf al-Qard}a>wi>, Daur Qiya>m wa al-Akhla>k fi> al-Iqtis}a>d al-Isla>mi>
(Kairo: Maktabah Wahbah, t.th.), h. 293.
19
39
Rosalinda, Fikih Ekonomi Syariah, h. 358.
40
Ambo Asse, Hadis Nabi Saw. tentang Ekonomi dan Bisnis (Cet. I; Makassar: Alauddin
University Press, 2014), h.166.
41
Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi (Cet. I; Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 68.
20
Meskipun ayat di atas menjelaskan tentang hukum riba, tetapi ayat ini
dapat pula menjelaskan bahwa setiap perbuatan aniaya, termasuk perbuatan
ih}tika>r, diharamkan oleh agama. Demikian pula, QS al-Mut}affifi>n/83: 1.
Terjemahnya:
Celakalah bagi orang-orang yang berbuat curang.43
menakar dan menimbang dalam berdagang. Meskipun demikian, dalam ayat ini
salah satu bentuk kecurangan lainnya dalam berdagang yaitu perbuatan ih}tika>r.
salah satu tujuan harta adalah harta itu beredar dan bisa dinikmati oleh seluruh
Terjemahnya:
Agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu44
kelompok tertentu, sehingga masyarakat tidak bisa menikmatinya atau hanya bisa
mendapatkan dengan harga yang tinggi, dan menimbulkan mafsadah, sehingga hal
Berdasarkan Alquran dan hadis Nabi saw., para ulama sepakat mengatakan
pula, perbuatan ih}tika>r harus dicegah oleh pemerintah dengan segala cara. Hal
.
Artinya:
Barang siapa menimbun dengan maksud menaikkan harga atas kaum
muslimin maka ia telah berdosa. HR Ah}mad
satunya adalah menghambat penjual lain masuk pasar sehingga ia menjadi aktor
45
Al-Sya>t}ibi>, al-Muwa>faqa>t, Juz II (Cet. I; Da>r Ibnu Affa>n, 1997), h. 545.
22
Hadis lain yang melarang keras praktik ih{tika>r dengan maksud merusak
harga pasar.
: :
46 .
Artinya:
Sejelek-jelek hamba yang muh}takir yaitu merasa sedih saat harga rendah
dan merasa senang dengan harga yang tinggi
Pedagang yang melakukan ihtikar tentu merasa sedih saat harga rendah, dan tentu
pula merasa senang saat harga tinggi. Pedagang yang melakukan ihtikar
sebenarnya tidak pernah memikirkan nasib orang lain. Yang hanya di benaknya
Abu> Bakr Ah}mad al-Baihaqi>, Syuab al-I<ma>n, Juz VII (Cet. I; Bairu>t: Da>r al-
46
lainnya, atau jumlah permintaan yang tinggi pada musim-musim tertentu oleh para
konsumen, tentu keuntungan dari penjualan dengan harga tinggi sesuai dengan
harga pasar pada waktu itu adalah halal. Dan laba yang besar tersebut merupakan
rezeki dari Allah untuk para pedagang.50
Suatu ketika harga bahan-bahan makanan melambung tinggi di masa
Rasulullah saw., beberapa sahabat mengadu kepada Rasulullah saw. meminta
beliau untuk mematok harga, lalu Nabi saw. bersabda:
51
.
Artinya:
Sungguh! Hanya Allah yang menetapkan harga, Dia Yang menahan, Dia
Yang menghamparkan dan Dia Yang memberi rezeki. Sesungguhnya aku
berharap dapat menemui Allah (di akhirat) tanpa seorang pun menuntut
balasan kezaliman yang aku lakukan terhadap jiwa dan harta (karena
menzalimi pedagang dengan menetapkan harga yang tentunya mengurangi
laba untuk mereka). HR Abu> Dawud
menurunkan laba yang seharusnya mereka dapatkan dari kenaikan harga, maka
beliau juga tidak mau para pedagang menzalimi khalayak ramai dengan cara
untuk kebutuhan hari esok, tidak termasuk perbuatan ih{tika>r. Jika jumlah yang
disimpan kurang dari nisab zakat, yaitu 20 Dinar (kurang lebih 85 gr) emas dan
300 s}a> (kurang lebih 617 kg) makanan pokok, maka para ulama sepakat
Bila mencapai nisab maka wajib dikeluarkan zakatnya. Namun, jika harta
yang disimpan telah dibayarkan zakatnya, maka harta tersebut boleh disimpan
50
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer (Cet. XII; Bogor: Berkat Mulia
Insani, 2016), h. 194.
51
Sulaima>n al-Sijista>ni>, Sunan Abi> Da>wud, Juz III, h. 286.
52
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, h. 195.
24
seberapa pun jumlahnya, jika tidak merusak harga pasar dan tidak ada niat untuk
mencari keuntungan dari kelangkaan barang. Hal ini didasarkan dalil-dalil sebagai
berikut:53
a. Nabi Yusuf as. menganjurkan untuk menyimpan bahan makanan pokok untuk
c. Kisah Saad ibn Abi> Waqqa>s} yang ingin berwasiat lebih dari sepertiga
hartanya, maka Nabi saw. melarangnya. Hal ini dipahami bahwa Saad ibn
penerima warisnya masih dianggap kaya dengan harta warisan yang diterima.
Jika menyimpan harta terlarang tertulah Nabi saw. akan menyuruh Saad ibn
Abi> Waqqa>s} untuk berwasiat lebih sebagai balasan atas tindakan yang tidak
baik.
Hukum bolehnya menyimpan uang dan barang untuk kebutuhan hari esok
diterapkan pada masa-masa normal. Namun, pada musim paceklik dimana rakyat
banyak kekurangan bahan pangan maka status orang yang menyimpan bahan
makanan pokok dalam jumlah yang besar sekalipun untuk kebutuhannya dianggap
53
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, h. 195-196.
Muh}ammad ibn Isma>i>l, S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz VIII (Cet. I; Da>r T{auq al-
54
ih{tika>r serta pihak berwenang boleh memaksanya untuk menjual barang yang
disimpan.55
Jika seorang pedagang membeli barang saat murah, lalu disimpan hingga
harga naik dan dijual pada saat itu sesuai dengan harga pasar, tindakan ini tidak
orang banyak dan tidak merusak harga, karena barang tetap dijual di pasar oleh
pedagang lain.56
Terkait dengan harga jual yang lebih tinggi daripada harga saat dibeli
adalah logis. Sebab, sebanding dengan bertambahnya biaya operasional
penyimpanan barang hingga saat barang dijual. Dan ini merupakan salah satu
siasat dagang yang dibolehkan. Hal ini sesuai dengan prinsip, keuntungan (gunm)
atas modal sah didapatkan jika pemilik modal telah menghadapi risiko (gurm).
Imam Ma>lik ditanya tentang orang yang menyimpan barang, yang
tindakannya tidak mengganggu harga pasar. Ia menjawab, Apa yang
dilakukannya boleh selama tidak merusak pasar.
Dalam Taklimat al-Majmu> juga dijelaskan, Ih{tika>r yang diharamkan
adalah membeli barang pada saat harga naik dan ditimbun agar harganya lebih
tinggi lagi, adapun jika membeli barang pada saat harga murah (musim panen)
lalu ditahan hingga harga naik dan dijual saat itu, maka tidaklah diharamkan.
Diriwayatkan bahwa Abu> Zinad mempertanyakan perbuatan Sai>d al-
Musayyab (w. 94 H) menyimpan bahan pokok, padahal dia yang meriwayatkan
hadis larangan ih{tika>r. Ibnu al-Musayyab menjawab:
55
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, h. 197-198.
56
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, h. 198.
26
57
Artinya:
Ini bukanlah ih{tika>r. Yang dimaksud Nabi dengan ih{tika>r adalah
membeli barang pada saat harga tinggi dan tindakan ini tentu akan
menambah harga menjadi lebih tinggi lagi. Adapun membeli barang pada
saat harga murah lalu disimpan hingga harganya naik dan dia jual saat
masyarakat ramai membutuhkan, maka perbuatan ini adalah suatu kebaikan.
Riwayat al-Baihaqi>
57
Al-Baihaqi>, Sunan al-Sugra>, Juz V (Cet. II; Riya>d}: Maktaabah al-Rusyd, 2001), h.
264.
58
Rosalinda, Fikih Ekonomi Syariah, h. 359.
27
sehingga apapun jenis barang yang menjadi objek kebutuhan orang banyak,
haram ditimbun.
b. Kata makanan yang disebutkan sebagian hadis yang melarang ih}tika>r tidak
penyebutan makanan hanya memberi contoh sebagai salah satu objek yang
dilarang.59 Demikian pula, dalam ilmu ushul fikih ini dinamakan dengan
mafhu>m laqab dan mafhu>m laqab tunjukan maknanya tidaklah kuat. Oleh
kemudaratan yang menimpa orang banyak tidak hanya terbatas pada makanan,
pakaian, dan hewan, tetapi mencakup seluruh produk yang dibutuhkan orang.61
saja. Sebab, sebagian hadis yang melarang ih}tika>r disebutkan bahwa objeknya
bahwa yang dilakukan Sai>d ibn Musayyab dan Mamar adalah penahanan atas
kebutuhan pokok.62
laba. Namun, jika usaha pencarian laba merugikan orang banyak dengan cara
59
Oni Sahrini dan Adiwarman, Maqashid Bisnis & Keuangan Islam (Cet. I; Jakarta:
RajaGrafinda Persada, 2005), h. 111-112.
60
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, h. 200.
61
Rosalinda, Fikih Ekonomi Syariah, h. 359.
62
Rosalinda, Fikih Ekonomi Syariah, , h. 360-361.
28
ih}tika>r maka ulama sepakat bahwa pihak yang berwenang berhak memaksa
pelaku ih{tika>r menjual barang yang ditimbun dengan harga yang dipatok oleh
pihak berwenang, sehingga tidak merugikan orang banyak. Bila pelaku tidak
dengan harga normal. Mereka tidak boleh menjual barang dagangannya kecuali
Hukuman dan sanksi yang dapat dikenakan bagi para spekulan, produsen
dan pedagang nakal dalam permainan harga, adalah berupa hukuman tegas untuk
ketegori tindak pidana takzir, yaitu keputusan dan vonis hukuman yang
yang setimpal agar para pelaku pelanggaran jera. Hukuman ini dilakukan secara
gradual, yakni dari yang paling ringan berupa teguran dan peringatan sampai
pencabutan izin usaha, kurungan dan denda menurut kemaslahatan serta harus
ditimbulkannya.64
I. Kesimpulan Pelajaran
63
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, h. 201.
64
Lihat Rosalinda, Fikih Ekonomi Syariah, h. 362-363.
29
untuk dijual dengan harga tinggi pada waktu orang lain sangat membutuhkannya
III. KESIMPULAN
sabda atau perkataan. Nabi saw. menyabdakan hadis ini melalui sahabat
Mamar ibn Abdullah. Selain itu, ada juga sabda nabi melalui sahabat Umar
naik;
DAFTAR PUSTAKA
bd. al-Rah}ma>n, Abdullah ibn. Sunan al-Da>rami>, Juz II. Cet. I; Bairu>t:
Da>r al-Kita>b al-Arabiah, 1407 H.
A. Darussalam. Etika Bisnis dalam Perspektif Hadis. Cet. I; Makassar: Aluddin
University Press, 2001.
Ahmad, Arifuddin. Metodologi Pemahaman Hadis. Cet. II; Makassar: Alaudddin
Univerty Press, 2013.
Asse, Ambo. Hadis Nabi Saw. tentang Ekonomi dan Bisnis. Cet. I; Makassar:
Alauddin University Press, 2014.
Al-Asqala>ni>, Ibnu H{ajar. Al-Dira>yah fi> Takhri>j Ah}a>di>s\ al-
Hida>yah, Juz II. Bairu>t: Da>r al-Marifah, t.th..
___________. Al-Is}a>bah fi> Tamyi>z al-S{ah}a>bah, Juz VI. Cet. I; Bairu>t:
Da>r al-Jail, t.th..
___________. Fath} al-Ba>ri>, Juz IV. Bairu>t: Da>r al-Marifah, t.th.
Al-Baihaqi>, Abu> Bakr Ah}mad. Syuab al-I<ma>n, Juz VII. Cet. I; Bairu>t:
Da>r al-Kutub al-Ilmiah, 1410 H.
___________. Sunan al-Sugra>, Juz V. Cet. II; Riya>d}: Maktaabah al-Rusyd,
2001.
Departement Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya, Edisi Tahun 2002.
Semarang: Toha Putra, 2002.
Diana, Ilfi Nur. Hadis-Hadis Ekonomi. Cet. I; Malang: UIN Malang Press, 2008.
Al-H{usaini>, Muh}ammad. Ta>j al-Aru>s min Jawa>hir al-Qa>mu>s, Juz XI.
[Maktabah Sya>milah].
Al-Hindi>, Ali> ibn H{isa>m al-Di>n. Kanz al-Umma>l fi> Sunan al-Aqwa>l
wa al-Afa>l, Juz IV. Cet. V; Baru>t: Muassasah al-Risa>lah, 1985.
Ibn Isma>i>l, Muh}ammad. S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz VIII. Cet. I; Da>r
T{auq al-Najah, 1422 H.
Ibnu Abidin. Rad al-Mukhta>r ala> al-Da>r al-Mukhta>r Syarh} Tanwi>r al-
Abs}a>r, Juz IX. Bairu>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiah, 1994.
Ibnu al-Asyas\, Sulaima>n. Sunan Abi> Da>wud, Juz III. Bairu>t: Da>r al-
Kita>b al-Arabiah, t.th..
Ibnu al-Hajja>j, Abu> al-H{usain Muslim.S{ah}i>h} Muslim, Juz V. Bairu>t:
Da>r al-Jail, t.th..
Ibnu Muhamad, Abu> Abdullah Ahmad. Al-Musnad, Juz XII (Cet. I; Kairo: Da>r
al-H}adi>s\,1995), h. 301-302.
Ibnu Muhamad, Abu> Abdullah Ahmad. Musnad Ahmad ibn Hanbal, Juz I, XIV,
XXV. Cet. I; Bairu>t: Muassasah al-Risa>lah, 2001.
Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Cet. II; Jakarta: Bulan
Bintang, 2007.
32