Anda di halaman 1dari 34

A.

PENDAHULUAN
1. Latar belakang masalah

Al-Qur’an dan hadis merupakan sumber ajaran Islam. Al-Qur’an untuk dijadikan
sumber atau dasar ajaran Islam tidak perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu, karena al-
Qur’an berstatus qat‘I al-wurud. Sementara hadis untuk dijadikan sumber atau dasar ajaran
Islam harus dilakukan penelitian dahulu apakah benar hadis tersebut berasal dari Nabi
Muhammad saw., karena hadis itu berstatus dzanni al-wurud. Meneliti suatu hadis, bukan
berarti meragukan atau menguji ke-rasul-an Nabi Muhammad saw, melainkan menguji apakah
yang dikatakan hadis Nabi saw, benar- benar ucapan, perbuatan dan taqrir Nabi saw.

Menurut Syuhudi Ismail, ada 4 hal yang mendorong mengapa ulama' hadis melakukan
penelitian terhadap hadis, yaitu: (1) Hadis sebagai sumber hukum Islam, (2) Tidak seluruh
hadis dicatat pada zaman Nabi saw, (3) Munculnya pemalsuan hadis, dan (4) Proses
pembukuan hadis yang terlambat.1

Keempat faktor atau alasan yang diajukan oleh Syuhudi Ismail diatas adalah beberapa
alasan yang faktual dan rasional yang mendorong penelitian hadis untuk keperluan
pengumpulan dan pembukuan hadis dalam kitab-kitab hadis. Setelah hadis-hadis tersebut
terkumpulkan dan dibukukan di dalam kitab-kitab hadis, apakah hadis-hadis tersebut masih
perlu dilakukan penelitian? Menurut hemat penulis, hadis –hadis tersebut masih perlu diteliti
(dilakukan peenelitian).

Ada beberapa alasan yang mendorong mengapa hadis-hadis tersebut masih perlu diteliti
kembali, antara lain sebagai berikut:

1. Kitab-kitab hadis itu tidak semuanya memuat hadis yang lengkap unsur-unsurnya, ada
matannya, ada sanadnya dan ada mukharrijnya. Memang banyak kitab hadis yang
memuat hadis yang lengkap unsur-unsurnya, tetapi juga ada tidak sedikit kitab hadis
yang memuat hadis hanya matannya saja, sanad dan bahkan mukharrijnya tidak. ada.
Hadis yang terdapat dalam kitab yang demikian itu, tidak bisa diteliti untuk ditentukan
kualitasnya.
2. Kebanyakan hadis-hadis yang dimuat dalam kitab-kitab hadis, baru diteliti sanadnya
saja. Itupun yang diteliti hanya kualitas periwayatnya saja, kualitas persambungan
sanadnya tidak ditelti. Sedangkan kualitas matannya juga belum dianalisis/diteliti.

1
Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Jakarta : Bulan bintang, 1988 , Hlm75-104.
3. Semua hadis yang dimuat dalam kitab-kitab hadis itu, baru diteliti secara parsial atau
satu sanad saja, belum ada yang diteliti secara simultan atau multi sanad. Pada hal hasil
kesimpulan penelitian hadis satu sanad, berbeda dengan hasil kesimpulan penelitian
hadis dengan seluruh sanadnya secara bersama-sama.
4. Hadis --setelah diteliti dan /diperoleh hasil berkualitas sahih--- perlu diamalkan dalam
kehidupan nyata. Untuk mengamalkan hadis harus dilakukan fiqh al-hadith nya
terlebih dahulu. Upaya memahami matan hadis hanya dari satu sanad saja adalah tidak
memadai, karena kebanyakan periwayatan hadis itu riwayah bi al-makna. Oleh karena
itu, matan yang mau dipahami perlu dipersandingkan dengan matan lain dari sanad
lain yang satu tema untuk dipahami secara bersama-sama.
Atas dasar beberapa persoalan tersebut di atas, penelitian hadis secara simultan merupakan
suatu kebutuhan mendesak untuk keperluan penelitian hadis.

Dilihat dari segi isi-kandungannya, hadis Nabi saw ada yang dikategorikan : hadis ahkam,
hadis akhlaq dan hadis tarbawi. Kumpulan hadis ahkam, seperti kitab Bulugh al-Maram, karya
: Ibn Hajar al-Asqalani, dan kumpulan hadis akhlaq, seperti kitab Riyad al-Salihin karya : al-
Nawawi dan kumpulan hadis tarbawi, seperti kitab Tuhfah al-Mawdud bi Ahkam al-Mawlud
karya : Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah.

2. Rumusan Masalah.

1) Bagaimana isi dan bagan sanad hadits siwak?


2) Bagaimana biografi periwayat hadits siwak?
3) Bagaimana penelitian parsial hadits siwak?
4) Bagaimana penelitian simultan hadits siwak?
5) Bagaimana fiqh al-Hadits dari hadits siwak?

3. Tujuan Penelitian.

1) Untuk mengetahui isi dan bagan sanad hadits siwak.


2) Supaya mengetahui biografi periwayat hadits siwak.
3) Bagaimana penelitian parsial hadits siwak.
4) Bagaimana penelitian simultan hadits siwak.
5) Bagaimana fiqh al-Hadits dari hadits siwak.
B. HADITS YANG DITELITI
1. Matan hadits

َّ َِّ ُُُُُُ‫َعداَا ِ َ ع َِن َألَع َْمجَِ ع َْن ر َ ِبِّ ُه َمي َْمةَ َر ِض‬
ُ‫َّللا‬ ِ ِّ‫اَ َاخَب ر َ ْنبَ َماَا ٌَا ِعنْ َ ع َْن ر َ ِب‬ ُ ُ‫َّللاِ ْبنُ ي‬
َ ُُُُُُ‫وس‬ َ ‫َح َّدث َ َنا‬
َّ ‫ع ْب ُد‬
‫َك‬ ِ ‫اس َأل َ ٌَ ْمت ُ ُه ْم ِب‬
ِ ‫اعس َو‬ ِ َّ‫ع َلى َعن‬ َ ‫ع َلى ر ُ ٌَّتِِّ ر َ ْو‬
َ ‫ق‬ ُ َ ‫سلَّ َم َاخَب « َع ْوالَ ر َ ْن ر‬
َّ ‫ش‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو َخ‬ ُ ‫ع ْنهُب رَنَّ َر‬ َ
2
)‫صالَة» (روَه َعبخاري‬
َ ‫ٌَ َع ك ُِل‬

2. Terjemah
Telah bercerita kepada kami abdulloh bin yusuf, dia berkata bahwasannya malik
bercerita kepadaku dari abi zinad dari a’roj dari abu hurairoh RA, sesungguhnya
rasululloh SAW telah bersabda: “Andai kata bersiwak itu tidak memberatkan bagi
umatku niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak disetiap akan
melaksanakan sholat ” (HR. Bukhori)
3. Struktur sanad

Rasulullah SAW

Abu Hurairah

Al-A’raj

Abu zinad

Malik ibn anas

Abdullah ibn yusuf

Al-Bukhari

2
Al-Bukhari, al-jami’ al-sahih al-musnad min hadits Rasul Allah SAW Wa sunanihi Wa ayyamihi, juz 2, 4, CD
shofware Maktabah shamilah, isdar Al-Awal
4. Para Periwayat.

dalam sanad hadits diatas terdapat 5(lima) periwayat, yaitu:

1). Abdullah ibn yusuf 2). Malik ibn anas 3). Abu zinad 4). abdurrahman ibn harmaz al-a'raj
5). Abu Hurairah.
C. Biografi periwayat.
1. Abdullah bin yusuf
1) Nama lengkap

Abd al-'Al ibn Hammad ibn Nasr al-Bahli Moulham, Abu Yahya al-Basri al-ma’ruf bi
al-Narsi3

2) Guru-gurunya.

Bishr ibn al-Sari, Bisher bin Mansour Al-Sulaimi, Hammad bin Zaid, Hammad bin
Salamah, Khalid bin Abdullah Al Wasta, Dawud bin Abdul Rahman Al Attar, Zakaria
ibn Yahya ibn Amara al-Zara, Sufian bin Aynah, Abi Al-Ahswauz, salam bin sulaim,,
Abi Badr Shuja Bin Al Walid, Abdullah bin Dawud al-Khuraibi, Abdullah bin Wahab
al-mishra, Abdul-Jabbar ibn al-Ward al-Makki, Abdul Rahman bin Abi Al-zinad,
Abdul Rahman bin Zaid bin Aslam, Abdul Rahman bin Mahdi, Abdul Aziz bin
Mohammed Al-Darwardi, Abdul Wahab bin Abdul Majeed Al Thaqafi, Othman bin
Omar bin Fares, Omar bin Ali al-Qadmi, Issa bin Younis, katsir Bin Hisham, Malik
bin Anas, Abi Ahmed Mohammed bin Abdullah bin Zubair Zubairi, Muslim Bin
Khalid Al Zanji, Mu'tamar bin Suleiman, Wakih bin Jarrah, Wahab bin Jarir bin Hazm,
Wahib bin Khalid, Yahya bin Saeed Al Qattan, Yahya bin Maimun Altmar, Yazid Bin
Zurea, Yazid bin Harun, Yakub bin Ishak Hadrami, yaqub bin Abdullah al-Qimi.4

3) Murid-muridnya

Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibrahim bin Harb al-asa’skari al-simsar, Ibrahim bin
Abdullah bin Junaid Mutla, Ibrahim bin Nasr bin Abdul Razzaq, Ibrahim bin Yusuf bin
Khalid Al-Hasnjani, Ahmad bin Hussein bin Nasr Al-khada’ al-A’skariy, Ahmed bin
Zaid bin Harun al-Qazzaz, Ahmed Bin Sinan Al Qattan Al Wasti, Abu Bakar Ahmed
bin Ali bin Said Al-Qadi Al-Maruzi, Abu Ali bin Ahmed bin Ali Al - Muthanna Al –
Musalla, Abu Bakar Ahmad bin Amr ibn Abi Asim, Ahmed bin Muhammad bin al-Jad
al-Washa, Ahmad bin Manshur Al-Ramadi, Ahmad bin Yahya bin Jabir Al-Baladri al-
katib, Ishaq ibn Ibrahim ibn al-Khalil al-Khallal, Abu Ya'qub Ishaq ibn Abi 'Imran al-
Esfraini al-Syafi’I, baqa’bin mukhlid al-Andalus, Jafar bin Mohammed al-Freabi,
Hamed bin Mohammed bin Shuaib Al Balkhi, Al-Hasan bin Ahmad bin al-Layth al-

3
Al-mizzi, tahdhib al-kamal, (Beirut: Muassasah al-risalah,1980), Juz 16, Hlm. 348. CD shofware Maktabah
shamilah, isdar Al-Awal
4
Ibid. Juz 16, Hlm 349
Razi, Hassan bin Ali bin Shabib al – Maamari, Zakaria ibn Yahya al-Sajazi, Abu Habib
Al Abbas bin Ahmed bin Mohammed bin Isa Al Barqi, Abdullah bin Ahmed bin
Hanbal, Abdullah bin Mohammed bin Abi al-dunya, Abdullah bin Mohammed bin
Abdul Aziz Al-Baghawi, Abdullah bin Muhammad bin Najia, Abdul Karim bin Al-
Haytham Al-Dirakawali a’quli, Abu Zar'a 'Obeid Allah' Abd Al -karim al-razi, Obeid
Allah bin ustman Al-ustmani, Ali bin Hassan bin Bayan, Ali bin Said bin Bashir Al –
Razi, Ali bin Ghalib Salami, Umar bin Ismail bin Abi Ghailan Thaqafi, Muhammad bin
Ahmad bin Yazid Al Balkhi, Abu Hatim Muhammad bin Idris Al – Razi, Muhammad
bin Tahir bin Abi Aldamik, Muhammad bin Abdul Rahim, Muhammad bin Abdul
Hamid Alkashi, Muhammad bin Abdus bin Kamel Al – Sarraj, Muhammad bin Wasel
qari, Mahmud bin Muhammad Al Wasti, Musa bin Harun al-Hafiz, Nasr bin al-Qasim
al-Furaidi, Al - Haytham bin Khalaf Aldouri, Yusuf bin Yaqub al-Qadi.5

4) Wafatnya.

Abdullah bin yusuf wafat sekitar tahun 237 hijriyyah atau 236 hijriyyah

2. Malik.
1) Nama lengkap

Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr al-Asbahi al-Hamiri, Abu Abdullah
al-Madani al-Faqih.6

2) Guru-gurunya.

Ibrahim bin Abi Abla al-Maqdisi, Ibrahim bin Aqba, Ishaq bin Abdullah bin Abi Talha,
Ismail bin Abi Hakim, Ayoub ibn Abi Tamaytah al-Sokhtani, Ayub bin Habib al-Zahri,
Tsaur Bin Zaid Al-Dayli, Jafar Bin Muhammad Al-Sadiq, Hamid bin Qais Al-Maki Al-
A'araj, Hamid Al-Tawil, Khubayb bin Abdul Rahman, Dawud Bin Al-Husain, Rabiah
Bin Abi Abd Al-Rahman, Ziad ibn Abi Ziad Mawla Ibn Ayyash, Ziad Bin Saad, Zaid
bin Aslam, Zaid bin Abi Anisa, Zaid bin Rabah, Salim Abi Al-Nader, Saad bin Ishaq
bin Kaab bin Ajra, Said bin Abi Said Al-Maqbari, Said bin Amr bin Sharhabil bin Said
bin Saad bin ibadah, Abi Hazem Salamah Bin Dinar Al Madani, Sami’ Mawla Abi Bakr

5
Ibid, Juz. 16 Hlm. 350
6
Ibid, Juz. 27 Hlm. 91
ibn 'Abd al-Rahman ibn al-Harits ibn Hisyam, Suhail bin Abi Saleh, Syarik bin
Abdullah bin Abi Nimer, Saleh bin Kisan, Safwan Bin Sulayem, Saifi Mawla Abi
Ayub, Damra Bin Saeed Al Mazni, Talha bin Abdul Malik Al-Ili, Amer Bin Abdullah
Bin Al Zubair, Abdullah bin Abi Bakar bin Mohammed bin Amr bin Hazm, Abdullah
bin Dinar, Abi Al-Zinad Abdullah Bin Dzikwan, Abdullah bin Abdullah bin Jabir bin
Atiq, Abi Tawala Abdullah bin Abdul Rahman bin Moamer, Abdullah, 'Ubaydillah ibn'
Abd al-Rahman, Abdullah bin al-Fadl al-Hashemi, Abdullah bin Yazid bin Hormuz,
Abdullah bin Yazeed Mawla Al-Aswad bin Sufyan, Abdu Rabbih bin Said Al Ansari,
Abdulrahman bin Harmalah al-Aslami, Abdul Rahman bin Abdullah bin Abdul
Rahman bin Abi Saas'a, Abdul Rahman bin Qasim bin Mohammed bin Abi Bakar al-
Siddiq, Abdul Karim bin Malik al-Jazri, Abi Ameer Abdul Karim bin Abi Almkharq,
Abdul Majid bin Suhail bin Abdul Rahman bin Auf, Ubaidullah bin Abi Abdullah Al-
Aghar, Ataa Al-Khorasani, Alqamah ibn Abi Alqama, Amr Ibn Abi Amr Molly
Muttalib, Amr ibn Musallam ibn Amara ibn Akima al-Leithi, Amr Bin Yahya Bin
Amara Al Mazni, Alaa bin Abdul Rahman bin Yaqub, Al-Fadayl bin Abi Abdullah,
Qhattan Bin Wahab, Katsir bin Zaid al-Aslami, Katsir Bin fardaqh, Muhammad bin
Abi Amamah bin Sahl bin Hanif, Muhammad Bin Abi Bakr Al Thaqafi, Muhammad
bin Zaid bin Muhajir bin Qhonhafd, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Rahman bin
Abi Sa'asah, Abi Al-Aswad Muhammad bin Abdul Rahman Bin Nofal, Abi Rijal
Muhammad bin Abdul Rahman al-Ansari, Muhammad bin Amara bin Amr ibn Hazm,
Muhammad bin Amr bin Halalah, Muhammad bin Muslim bin Shihab al-Zahri,
Mohammed bin al-Mankadir, Mohammed bin Yahya bin Habban, Al-Barama Bin
Sulaiman, Muslim bin Abi Maryam, Al-Masoor bin Rifa'at Al-Qurazi, Musa bin Abi
Tamim, Musa bin Aqba, Musa bin Misra Mawla Bani Al-Dalil, Abi Suhail Nafie Bin
Malik, Nafi’ Mawla Ibn umar, Naeem Bin Abdullah Al Majar, Hashim bin Hasyim bin
Atab bin Abi Waqas, Hisyam bin Erwa, Hilal ibn Abi Maimouna, Wahab bin Kisan,
Yahya Bin Saeed Al Ansari, Yazid Ben Roman, Yazid ibn Ziyad ibn Abi Ziad Mawla
Ibn Ayyash, Yazeed bin Abdullah bin Khasifah, Yazid bin Abdullah bin Qast, Yazid
bin Abdullah bin Haad, Yunus bin Yusuf bin Hamas, Abi Bakr bin 'Umar ibn' Abd al-
Rahman ibn 'Abd-Allaah ibn' Umar ibn al-Khattab, Abi Bakr ibn Nafi 'Mawla Ibn'
Umar, Abi Al-Zubayr Al-Makki, Abi Obeid, Abi Laila bin Abdullah bin Abdulrahman
bin Sahl Al Ansari, Aisha Binti Saad bin Abi Waqas.7

7
Ibid, Juz. 27 Hlm. 93-106
3) Murid-muridnya

Ibrahim bin Tahman, Ibrahim bin Abdullah bin Qurim Ansari, Ibrahim bin Omar bin
Abi Wazir, Abu Hudhafa Ahmed bin Ismail Al-Sakhmi, Abu Musab Ahmed bin Abi
Bakar al-Zahri, Ahmed bin Abdullah bin Yunus, Ishaq Bin Sulaiman Al-Razi, Ishaq
ibn Isa Ibn al-Tabaa, Ishaq ibn Muhammad al-Farwi, Ismail bin Abi Aweis, Ismail ibn
Aliah, Ismail bin Musa al-Fazzari, Ashheb bin Abdul Aziz, Bishr Bin umar Al Zahrani,
Jawiriya Bin Asma, Habib bin Abi Habib, Al-Hussein Bin Al-Walid Al-Nisabour,
Hammad bin Masada, Khalid bin Abdul Rahman Al-Khorasani, Khalid bin Mukhled
Al-Qatawani, Khalaf bin Hisyam Al-Bizar, Dawud bin Abdullah ibn Abi al-Karm al-
Jaafari, Duaib bin Ghamama al-shahami, Roh bin Abada, Za’far bin Suleiman, Zaid bin
Habab, Zaid bin Abi Zarqa, Zaid bin Yahya bin Ubaid Damascus, Said bin al-Hakam
ibn Abi Maryam, Said bin Daoud al-Zubari, Said ibn Amr ibn al - Zubayr ibn Amr ibn
Amr ibn al - Zubair Zubairi, Said bin Katheer bin Afir, Said bin Mansur, Sufian al-
Thawri, Sufian bin Aynah, Abu Qutaiba bin Qutaiba, Salma ibn al-Ayyar, Swaidi Ben
Said, syu’bah bin Hajjaj, Shoaib bin Harb, Abu Asim Al-Dahhak bin Mukhled,
Abdullah bin Idris, Abdullah bin Jarrah Al-Qahstani,, Abdullah bin Raja al-Makki,
Abdullah bin Abdul Wahab Al-Hajabi, Abdullah bin Al-Mubarak, Abdullah bin
Mohammed al-Nafili, Abdullah bin Musallamah al-Qanabi, Abdullah bin Nafie Al-
Zubairi, Abdullah bin Nafi'a Al-Sayegh, Abdullah bin Wahab, Abdullah bin Yusuf
Al-Tunisi, Abdul Aal bin Hammad Al-Narsi,Abu Mishir Abd Al-Aal Ibn Masher Al-
Ghassani, Abdul Rahman bin Amr Al-Awzaie, Abdul Rahman bin Ghazwan dikenal
sebagai bapak Nabi Nuh, Abdul Rahman bin Qasim Al Masri, Abdulrahman bin Mahdi,
Abdul Aziz bin Abdullah Al Owaisi, Abd al-Malik ibn 'Abd al-'Aziz ibn jarij, Abdul
Malik bin Abdul Aziz bin Al-Majshun, Utbah bin Abdullah al-Marozi, Utsman bin
Umar bin Fares, Uqbah bin khalid al-sukuni, Ali bin al-Ja’d, Abu Naim Al-Fadl bin
Dakeen, Qasim bin Yazeed al-Jarmi, Qutaiba bin Said Al-Balkhi, Kamil bin Talha Al-
Jahdari, Laith Ben Khalid Al Balkhi, Laith bin Saad, Mohammed bin Idris El Shafei,
Mohammed bin Khaled bin Othma, Muhammad bin Suleiman bin Abi Dawud Al-
Harani, Abu labid Muhammad Ghiyat Al-sarjasi, Muhammad bin Muslim bin Shihab
al-Zahri, Abu Ghassan Mohammed bin Yahya Al-Kanani, Musab bin Abdullah Al-
Zubairi, Mutraf bin Abdullah Al-lefti, Muawiyah bin Hisham Al-Qassar, Maali bin
Mansur Al-Razi, Maan bin Issa Al Qazzaz, Makki bin Ibrahim Al-Balkhi, Mansur bin
Abi Muzahim, Musa bin Ayn al-Jazari, Al - Nu'man bin Abdul Salam Al – Asbahani,
Hisham ibn ubaid Allah Al-Razi, Hisham Bin Ammar Damascuse, Waraqa’ bin umar
al-yashkari, Wakih bin Jarrah, Alwalid bin Muslim, Wahib bin Khalid, Yahya bin
Ibrahim bin Abi Qatayla, Yahya Ben Ayoub Al Masry, Yahya bin Zakaria ibn Abi
Zaida, Yahya bin Said al-Ansari, Yahya bin Saeed Al-Qattan, Yahya bin Abdullah bin
Bakir, Yahya bin Abi Omar Al-Adani, Yahya bin Qaza, Yahya bin Yahya Andalusia,
Yahya Bin Yahya Al-Nisabouri, Yazid bin Abdullah bin Haad, Yunus bin ubaid Allah
Al-Amiri, Abu Nabatah Yunus Bin Yahya Al Madani, Abu Ishaq Al-Fazzari, Abu
Amer Al – Akhdi, Abu Ali Al-Hanafi, Abu Al-Walid Al-Tayalsi.8

4) Wafatnya.
Malik bin Anas wafat pada tahun 179 hijriyah

3. Abu Zinad
1) Nama lengkap

Abdullah bin Said bin Abi Hind al-Fazzari Mawlahm, Abu Bakar al-Madani, Mawla
Bani Shamkh min Fazara9

2) Guru-gurunya.

Abi Amamah Asaad bin Sahl bin Hanif, Ismail bin Abi Hakim, Ismail bin Muhammad
bin Saad bin Abi Waqas, Bakir ibn al-Ashjaj, Tsaur Bin Zaid Al-Dayli, Harb Bin Qais,
Ziad ibn Abi Ziad Mawla Ibn Ayyash, Salim Abu Al-Nader, Said bin Musayyib, Said
bin Abi Hind, Said al-Maqbari, Mawla Abi Bakr bin Abdul Rahman, Suhail bin Abi
Saleh, Saleh bin Abi Saleh Al Samman, Saifi Mawla Abi Ayoub Al Ansari, Amir bin
Abdullah bin Zubayr, Abdul Rahman bin Harmaz Al-a’raj, Abdul Majid bin Suhail
bin Abdul Rahman bin Auf, Utsman bin Muhammad al-Ankhami, Amr Ibn Abi Amr
Molly Muttalib, Muhammad bin Ishaq ibn Yasar, Muhammad bin Abdullah bin Amr
bin Utsman bin Affan, Muhammad bin Amr bin Halalah, Nafi’ Mawla Ibn Umar, Abi
Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, Abi Ubeid Al-Mahjaji, Hajib Sulaiman bin
Abdul Malik.10

3) Murid-muridnya

8
Ibid, Juz. 27 Hlm. 107-110
9
Ibid, Juz. 15 Hlm. 37
10
Ibid, Juz. 15 Hlm. 38
Ismail bin Ja’far, Abu Dumra Anas bin Ayyad, Bakr bin Sadaqa, Abu Al-Aswad
Humaid bin Sweid Al-Basri, Sabiq Al-barbariy, Sulaiman bin Bilal, Safwan bin Issa,
Talha bin Yahya al-Zarqi, Abdullah bin Mubarak, Abdul Rahman bin Muhammad Al-
Mahrabi, Abdul Razzaq bin Hammam, Ali bin Arab, Amr ibn al-Harith al-Masri, Issa
bin Yunus, Al-Fadl ibn Musa al-Sinani, Fadil bin Sulaiman al-Nimeiri, Malik bin
Anas, Muhammad bin Jaafar Ghandar, Muhammad bin utsman, Al-Mughira bin Abdul
Rahman Al-Makhzoumi, Makki bin Ibrahim Al-Balkhi, Walid bin Jarrah, Yahya bin
Said Al Qattan, Yazid bin Abdullah bin Haad, Yusuf bin Houshib al – Shibani, Yusuf
bin Yaqub al-Daba'I, Abu Nabatah Yunus Bin Yahya Al Madani11

4) Wafatnya.
Abu Zinad wafat pada tahun 144 hijriyah

4. Al-a’raj
1) Nama lengkap
Abdul Rahman bin Harmaz Al-a’raj, Abu Dawud Al-Madani, Mawla Rabia’h bin
Harits bin Abdul Muttalib.12
2) Guru-gurunya.
Usaid bin Rafie bin Khadij, Ashath bin Ishaq bin Saad bin Abi Waqas, Hamid bin Abdul
Rahman bin Auf, Al - Saib bin Yazid, Sulaiman bin 'Areeb, Sulaiman bin Yassar,
Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Ka'ab bin Malik, Abdullah bin Malik bin Bahina,
Abdul Rahman bin Abdul Qari, Abdul Rahman bin Abi Umrah Al – Ansari, Abdul
Malik bin al-Mughira bin Nofal, Ubaidillah bin Abi Rafie’, Ali bin Al Hussein bin Ali
bin Abi Thalib, Ameer Mawla Ibn Abbas, Katsir Bin Abbas, Muhammad bin Osama
bin Zaid, Abi Jaafar Mohammed bin Ali bin Al Hussein, Muhammad bin Muslimah
Ansari, Marwan bin al-Hakam, Muawiyah bin Abi Sufyan, Muawiyah bin Abdullah
bin Jaafar, Na’im Mawla Umm Salamah, Abi Said Al – Khadri, Abi Salamah bin Abdul
Rahman bin Auf, Abi 'Ubaydah ibn' Abd-Allaah ibn Zuma 'ibn al-Aswad, Abu
Hurairah, Da'abah bint al-Zubayr.13
3) Murid-muridnya

11
Ibid, Juz. 15 Hlm. 38-39
12
Ibid, Juz. 17 Hlm. 467
13
Ibid, Juz. 17 Hlm. 468-469
Usaid bin Yazid Al – Madani, Ayub Al-Sakhtiani, Jafar Bin Rabia’h, Hareth bin Abdul
Rahman bin Abi Zabab, Hassan bin Ali al-Hashimi Al-Noufali, Al-Hakam bin Muslim
Al-Salmi, Dawud ibn al-Husain, Rabia’h bin Abi Abdul Rahman, Zaid bin Aslam, Saad
bin Ibrahim bin Abdul Rahman bin Auf, Abu Shuja Saeed bin Yazid Al Qatbani,
Sulaiman Al – Amash, Saleh bin Kisan, Safwan bin Salim, Abdullah bin Hassan bin
Hassan bin Ali bin Abi Thalib, Abu Al-Zinad Abdullah bin Dzakawan, Abdullah bin
Saeed bin Abi Hind, Abdullah bin Ayyash ibn Abbas al-Qatabani, Abdullah bin al-Fadl
al-Hashemi, Abdullah bin Leheea, Abd Rabbih bin Said Al Ansari, Abdul Rahman bin
Albilmani, Ubaidullah bin Abi Jaafar, Utsman bin Hakim Ansari, Utsman bin
Muhammad Al-Anksa, Akrama bin Abdul Rahman Makhzoumi, Alqamah Bin Abi
Alqama, Omar bin Abi Bakar bin Abdul Rahman bin Harits bin Hisyam Makhzoumi,
Amr Ibn Abi Amr Mawla Al-Muttalib, Al Fadl Bin Al Fadl Al Madinah, Maherz Ben
Haroun, Muhammad bin Ishaq ibn Yasar, Muhammad bin Abdul Rahman bin Saad bin
Zerara, Muhammad bin Ajlan, Muhammad bin Amr bin Alqma, Muhammad bin
Muslim bin Shihab al-Zahri, Abu Zubair Muhammad bin Muslim Makki, Muhammad
bin Yahya bin Habban, Musa bin Aqabah, Harun Bin-Harun, Yahya bin Saeed Al
Ansari, Yahya bin Abi Katheer, Yaqub ibn Abi Salamah Al-Majshun.14
4) Wafatnya.
Al-A’raj wafat pada tahun 117 hijriyah

5. Abu Hurairah
1) Nama lengkap
Abu Hurairah Al Dawsi Yamani sahabat yang hafal hadits.15
2) Guru-gurunya.

Nabi SAW, Abi Bin Kaab, Usamah bin Zaid bin Harithsah, Basrah Bin Abi Basrah Al-
Ghafari, Umar bin al-Khattab, Al-Fadl bin Abbas, Ka’ab Al-Ahbar, Abi Bakr Al Siddiq,
Aishah Binti Abi bakr (istri Nabi saw)16

3) Murid-muridnya

14
Ibid, Juz. 17 Hlm. 469-470

15
Ibid, Juz. 34 Hlm. 366-367
16
Ibid, Juz. 34 Hlm. 367
Ibrahim bin Ismail, Ibrahim bin Abdullah bin Haneen, Ibrahim bin Abdullah bin Qaraz,
Abdullah bin Ibrahim bin Qaraz al-Zahri, Ishaq Bin Abdullah Mawla Zafaida, Al-
Aswad Bin Hilal Al Maharabi, Al-Aghar bin sulaik, Al-Aghar Abu Muslim, Anas bin
Hakim al-Dabi, Anas bin Malik, A’ws ibn Khalid (BC) adalah putra Abi Aws, Bassar
bin Said, Bashir Ben Nehik, Bashir bin Ka'ab Al-Adawi, Ba'ja 'bin Abdullah bin Badr
al-Jahni, Bakir bin Fayrouz Al-Rahawi, Thabit bin Ayyadh Al-Ahnaf, Thabit bin Qais
Al Zarki, Thaurr Bei Afir Al Sedousi, Jabir bin Abdullah, Jabir ibn Ubaidah Al-Sya’ir,
Jafar bin Ayad, Jamhan Mawla al-Aslameen, Al-Jallas, Al-Harith bin Mukhlid Al-
Zarqi, Harets bin Qubaisah, Qubaisah ibn Harits, Harets Al-A’dzariy, Al-Hasan Al-
Basri, Husayn ibn al-Lajlaj, Khalid bin Al-Lajalaj, Qa’qa’a bin al-Lajlaj, Abu A’laa bin
Al-Lajalaj, Hussain ibn Musa’b, Hafs bin Asim bin Umar bin al-Khattab, Hafs ibn
Ubaid Allah ibn Anas ibn Malik, Al-Hakam Bin Maynaa, Abu Tahia Hakim bin Saad
Al-Kufi, Hamid bin Abdulrahman bin Auf, Hamid bin Abdul Rahman Al-Humairi,
Hamid bin Malik bin Khathim, Hanzalah bin Ali al-Aslami, Hayyan bin Bustam al-
Hadhli, Khalid bin Abdullah bin Hussein al-Dimashqi, Abu Hassan Khalid bin Ghalak,
Khubab Al Madani, Khairas Al-Hijri, Khaythamah ibn 'Abd al-Rahman ibn Abi Sabra
al-Kuffi, Thahil ibn Auf bin Shamakh al-Tahawi, Rabia’h Al-Jarashi, Rumaih al-
judamiy, Zarara Bin Aufi, Za’far ibn Sa`asah ibn Malik, Ziad bin Tsaweb, Abu Qais
Ziad Bin Rih Al Qaisi, Ziad bin Qais Al Madani, Ziad Al-Taiy, Zaid ibn Aslam, Zaid
bin Abi Attab, Salim bin Abi Al-Jad, Salim bin Abdullah bin Umar, Salim Abu Al-
Ghaith Mawla Ibn Mutaie, Salim Mawla Shadad bin Haad, Sahim Mawla Zahrah, Saad
bin Hisyam bin Amir Ansari, Saeed bin al-Harith al-Ansari, Said bin Abi Hassan Al-
Basri, Said bin Hayyan, Said bin Abi Said Al – Maqbari, Said bin Semaan Al Madani,
Said Bin Amr Bin Said Bin Al Aas Al Qarashi Umayyad, Said bin Marjanah, Said bin
Musayyib, Said bin Abi Hind, Abu Al-Habab Said Bin Yassar, Salman Al-Aghar,
Salamah bin Azraq, Salma Al-Leithi, Sulaiman bin Habib al-Muharbi, Sulaiman Bin
Sinan Al Madani, Sulaiman bin Yassar, Sinan bin Abi Sinan Al-Duali, Samir bin Nahar
al-Abadi, Shadad Abu Ammar Al-Damascusi, Shreikh bin Hanyeh Al Harthy, Shafi
Bin Mata Al-Asbhy Al-haritsi, Abu Wail Syaqiq Bin Salamah, Syahr Bin Husheb,
Saleh bin Dahl al-Bahali, Saleh bin Abi Saleh Mawla Amr ibn Harith, Saleh Bin
Nabhan Mawla Al Twaina, Saas'ah bin Malik, Suhaib Al-Atwari, Al-Dhahak bin
Sharhabil, Al-Dhahak bin Abdul Rahman bin Arzab,Dhamdham Bin Jaus Al-Hafani Al
Yamami, Tharik Bin Makhashin, Tawoos bin Kisan, Amir bin Saad bin Abi Waqas,
Amir bin Saad Al-Baghdadi, Amer Bin Sharahil Al Shaabi, Abbad bin Abi Said Al-
Maqbari, Abbas Al-Jashmi, Abdullah ibn Thalabah ibn Sa'ir al-'Uthra, Abu Al-Walid
Abdullah Bin Al-Harith Al-Basri, Abdullah bin Rafi Mawla Ummu Salamah, Abu
Salamah Abdullah bin Rafi Hadrami Mesir, Abdullah bin Rabah Al Ansari, Abdullah
bin Saad Mawla Aisha, Abdullah bin Abi Suleiman, Abdullah bin Shaikh, Abdullah bin
Damra Al-Sulawali, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar ibn al-Khattab, Abdullah
bin Abdul Rahman Bin Harith bin Saad Bin Abi Zabab Al Dawsi, Abdullah bin Atab
bin Masu’d, Abdullah bin Amr bin Abdul Qari, Abdullah bin Froukh Mawla Aisha,
Abdullah bin Yamin Al-Taifi, Abdul Hamid Ben Salem, Abd al-Rahman ibn Adam
Mawla Umm Birthan, Abdul Rahman bin Uthaina (hakim Basra), Abd al-Rahman bin
Harith bin Hisyam, Abd al-Rahman bin Hajira Al-Khulani, Abd al-Rahman bin Abi
Haddad al-Aslami, Abd al-Rahman bin Khalid bin Misara, Abd al-Rahman bin Saad
Mawla al-Aswad bin Sufyan, Abd al-Rahman bin Saad Al-kursi, Abd al-Rahman ibn
al-Samith, Abd al-Rahman bin Abdullah bin Kaab bin Malik, Abd al-Rahman bin Abi
Umrah Al Ansari, Abd al-Rahman bin Ghanem Al-Ashari, Abd al-Rahman bin Abi
Karima, Abd al-Rahman bin Mahran Mawla Abi Huraira, Abd al-Rahman Bin Abi Ya
Al-Baghali, Abd al-Rahman bin Harmaz Al-A'raj, Abd al-Rahman bin Yaqub
Mawla al-Harqa, Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam, Abdul Malik bin Abi Bakar
bin Abdul Rahman bin Harits bin Hisyam, Abdul Malik bin Yassar Mawla Maymunah
istri Nabi saw, Ubaidullah ibn Abi Rafie, Ubaidullah bin Abdullah bin Atab bin Masud,
Abu Yahya Obaidullah bin Abdullah bin Moheb Al-Taymi, Obaid Bin Haneen, Ubaid
Bin Salman Al-Tabaki, Ubaid bin Abi Ubaid Molly Abi Rahm, Ubaid bin Omair Leithi,
Ubaidah Bin Sufyan Al Hadrami, Utsman bin Abi Sauda Al-Shamy, Utsman bin
Shamas, Utsman bin Abdullah bin Moheb Al-Yamami, Ajlan Mawla Fatima Binti
Ataba Bin Rabia’h, Ajlan Moula Almashamel, Aarak Bin Malik, Urwa Bin Zubair,
Azra Bin Tamim, Atta bin Abi Rabah, Atta bin Abi Alqama bin Harith bin Nofal, Atta
bin Abi Muslim Kharasani, Atta Bin Mawla Ibn Abi Zabab, Atta bin Yazeed Al-Lethi,
Atta Bin Yassar, Atta Mawla Ibn Abi Ahmad, Atta Mawla atau anak-anak Jahniyah,
Atta Al-Zayyat, Akrama bin Khaled Makhzoumi, Akrama Mawla Ibn Abbas, Alqama
bin Bajala bin Zubargan, Ali bin Hussein bin Ali bin Abi Thalib, Ali bin Rabah al-
Lakhmi, Ali bin Shamakh al-Salami, Ammar bin Abi Ammar Mawla Bani Hashim,
Ammarah Amr ibn Akima Leithi, Umar bin al-Hakam ibn Thuban, Omar bin al-Hakam
bin Rafie al-Ansari, mar ibn Khaldah al-Zarki, Amr ibn Dinar, Amr bin Abi Sufyan bin
Aseed bin Jariyah al-Thaqafi, Amr Bin Sulayem Al Zarki, Amr Bin Asim Bin Sufyan
Bin Abdullah Al Thaqafi, Amr Bin Umair, Amr ibn Qahid bin Mataraf, Qahid bin
Matarif, Amr ibn Maimoun al-Audy Amir ibn al-Aswad al-A’nsi, Amir bin Haniy Al-
a’nsi, Anbasah bin Said bin Al-Aas, Auf bin Harith ibn al-Tafil, Ala’a bin Ziyad Al-
Adawi, Issa Bin Talha Bin Obaid Allah, Al-Qasim bin Mohammed bin Abi Bakar al-
Siddiq, Qubaisah Bin Du'ayb Al Khuzai’, Qusama ibn Zuhair Al-Mazni, Qaqaa’ bin
Hakim, Qais Bin Abi Hazim Al-Bagli, Katsir Bin Murrah Al-Hadrami, Ka’ab Al-
Madaniy, Kalib Bin Shihab Al-Jarmy, Kamil Bin Ziad Al-Nakhai, Kinanah Mawla
Safia, Malik bin Abi Amir Al-Asbahi, Mujahid bin Jabr al-Makki, Al-Muharrar Bin
Abi Huraira, Muhammad bin Ayas ibn al-Bakir al-Leithi, Muhammad bin Thabit,
Muhammad Bin Ziyad Al-Jumhaj, Muhammad Bin Sirin, Muhammad bin Sharhabil
Al-Abdri, Muhammad bin Abi Aisha Al Madani, Muhammad bin Abad bin Jaafar al-
Makhzoumi, Muhammad bin Abdul Rahman bin Thubban, Muhammad ibn Abd al-
Rahman, Muhammad bin Ammar bin Saad Al-Quraz, Muhammad ibn Amr ibn 'Ataa
al-'Amari, Muhammad bin Umair, Muhammad bin Qais bin Makrama Al-Qurashi,
Muhammad bin Kaab Al-Quraizi, Muhammad ibn Muslim ibn Shihab al-Zahri,
Muhammad bin Munkadir, Marwan bin al-Hakam bin Abi al-Aas al-Amawi, Mudhorib
Bin-Hazem Al-Tamimi, Muttalib ibn 'Abd Allah ibn Hanattab, Al-Mutawis, Abu al-
Matus, Walid Abu Al-Matus, Ma’bad Ibn Abdullah bin Hisham Al-Qurashi, Al-
Mughira bin Abi Barda Al-Abdri, Makhul Al-Syami, Al-Mundhir bin Malik al-Abadi,
Musa Bin Talha Bin Ubaid Allah Al Madani, Musa bin Wardan Al-Qurashi, Musa bin
Yassar al-Mutlabi Mawla Qais ibn Makramah, Maimun bin Mahran Aljazri, Maina’
Bin Abi Maina’ Mawla Abdul Rahman bin Auf, Nafi’ Bin Jubair Bin Muti’m, Nafi’
Bin Abbas Mawla Abi Qatada, Nafi’ Bin Abi Nafie El Bazzaz Mawla Abi Ahmed,
Nafi’ Mawla Abdullah bin Umar, Al-Nader bin Sufian Al-Duali, Naim bin Abdullah
Al-Majar, Hammam bin Munibah, Hilal bin Abi Hilal, Al-Haytsam ibn Abi Sinan,
Watsilah ibn al-Asqaa, Al-walid bin Rabah, Yahya bin Ja'dah ibn Habira al-
Makhzoumi, Abu Habab Yahya bin Abi Saleh, Yahya ibn al-Nader al-Ansari, Yahya
bin Yamir Al-Basri, Yazid Bin Al Asem, Yazid Bin Roman, Abu Alaa Yazeed bin
Abdullah bin al-Shakhir, Yazid bin Abdullah bin Qusit, Yazid bin Abdul Rahman Al
Oudi, Yazid Bin Harmaz, Yazid Mawla Munbaist, Ya’li bin Aqabah, Abu Maara bin
Ali Mourad Al Kufi, Yusuf bin Mahak, Abu Idris Al-Khulani, Abu Ishaq Mawla
Abdullah bin Harith bin Nofal, Abu Amama bin Sahl bin Hanif, Abu Ayub Al Maraghi,
Abu Bakr bin Sulaiman bin Abi Huthma, Abu Bakar bin Abdul Rahman bin Harits bin
Hisyam, Abu Tamimah Al Hjaimi, Abu Tsur Al-Azadi, Abu Jaafar al-Madani, Abu Al-
Jouzaa, Abu Hazim Al-Ashjae, Abu al-Hakam al-Bagli, Abu al-Hakam Mawla Bani
Layth, Abu Hamid Mawla Mashaif, Abu Hayyin al-Mu'azin, Abu Khalid Al-Bagli, Abu
Khaled Al-Walabi, Abu Khalid Mawla Al-Ja'dah ibn Habira, Abu Rafi’ Al-Saigh, Abu
Al Rabi’ Al Madani, Abu Rizin Al Asadi, Abu Zar'a Bin Amr Bin Jarir, Abu Zaid, Abu
al-Saib Mawla Hisyam bin Zahra, Abu Saad al-Khair al-Hamsi, Abu Said bin Abi Al-
Maali Sipil, Abu Said Al-Azmi Al-Shenayi, Abu Said Al-Maqbari, Abu Sa'id Mawla
Abdullah bin Amer bin Kariz, Abu Sufyan Mawla Ibn Abi Ahmad, Abu Salamah bin
Abdul Rahman, Abu al-Sallil al-Qaysi, Abu sahm, Abu al-Shatha al-Harbi, Abu Saleh
Al Ashari, Abu Saleh Al Hanafi, Abu Saleh Al Khozi, Abu Saleh Al-Samman, Abu
Saleh Mawla Dhaba’ah, Abu Al-Salat, Abu Al-Dahhak, Abu Al-A’liyah Al-Riyahi,
Abu Abdullah Al-Dawsi, Abu Abdullah Al-Qaraz, Abu Abdullah Al-Madani, Abu
Abdul Aziz, Abu Abd al-Malik Mawla Umm Miskin Bint A’sim bin Umar bin Al-
Khattab, Abu Ubeid Mawla Ibn Azhar, Abu Utsman Al-Teban, Abu Ustman Al-
Tanbaji, Abu Utsman Al Nahdi, Abu Utsman, Abu Alaqma Mawla Bani Hashim, Abu
Umar Al-Ghadani, Abu Ghatfan bin Tarif Al-Murri, Abu al-Girmi, Abu Kabbash Al-
Aisha, Abu Katheer Al-Suhaimi, Abu Al-Mutawakil Al-Naji, Abu Maddalah Mawla
Aisha, Abu Murah Mawla Aqil bin Abi Talib, Abu Maryam Al Ansari, Abu Mazah Al
Madani, Abu Mizard, Abu Al-Muhzim Al-Basri, Abu Maimunah Al Madani, Abu
Hashim Al Dawsi, Abu Al-Walid Mawla Amr Bin Harits, Abu Yahya Mawla Al-
Ja'dahah bin Habira, Abu Yahya, Abu Yunus Mawla Abi Huraira, Ibn Hasna al-Jahni,
Ibnu saylan, Ibn Mukharz Al-Shamy, Ibn al-Nasiri al-Nasri, Karima bint al-Hasas al-
Muzniyah, Ummu Dardaa’ Al-Sughra.17
4) Wafatnya.
Abu Huraira wafat pada tahun 57 hijriyah, ada yang mengatakan tahun 58 Hijriyah atau
59 Hijriyah.

17
Ibid, Juz. 34 Hlm. 367-377
D. ANALISIS PARSIAL.
1. ANALISIS SANAD.
1) Uji ketaqti’an sanad.

Pada tataran empirisnya, uji kethiqahan periwayat seperti yang telah dikemukakan
terdahulu dilakukan dengan cara menelusuri biografi masing-masing periwayat yang ada dalam
sanad kedalam kitab-kitab biografi periwayat, untuk mengetahui komentar ulama al-jarh wa
al-ta’dil tentang ke-a’dil-an dan ke-dhabit-an mereka.18

Untuk memastikan apakah data yang diambi ini obyektif, maka data kualitas periwayat
minimal diambil dari tiga kitab biografi dari pengarang yang berbeda, Kemudian setelah itu
data tersebut diambil dan dianalisis untuk diambil kesimpulan. Penyajian data-data tentang al-
jarh wa al-ta’dil nya para periwayat dalam sanad hadis yang diteliti dan analisisnya dapat
disebutkan sebagai berikut :

a. Abdullah bin yusuf


a) Dalam kitab: Al-Thiqat juz 7 halaman 634 yang ditulis oleh: Ibn Hibban 19 , beliau
memasukan Abdullah bin yusuf kedalam periwayat yang Thiqah.
b) Dalam kitab: Tadzkirah al-Huffadz Juz 1 halaman 296 yang ditulis oleh: al-dhahabi20.
Ibn mu’in mengatakan ‫ رثبت َعناس‬, Bukhari berkata ‫ رثبت َعشُُُاٌلين‬, Abu khatim berkata
‫ ثقة‬, selainya mengatakan َ‫كان ورعا فاضال نيم‬
c) Dalam kitab: Taqrib al-Tahdzib Juz 1 halaman 559 yang ditulis oleh: Ibn hajar
21
mengatakan, ‫ثقة ٌتقن ٌن رثبت َعناس فِّ َعموطأ‬.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa: periwayat Abdullah bin yusuf
merupakan periwayat yang Thiqat.

b. Malik bin Anas

18
Damanhuri. Hadits-hadits al-fitrah dalam penelitian simultan. Sidoarjo:Dwiputra pustaka jaya. 2016. Hml.
172.
19
Ibn Hibban, Al-Thiqat, (t. tp: Dar al-Fikr,1975), Juz 7 Hlm. 634. CD shofware Maktabah shamilah, isdar Al-
Thani
20
al-dhahabi, Tadzkirah al-Huffadz, (t. tp: Dar al-Fikr,1975), Juz 1, Hlm. 296. CD shofware Maktabah
shamilah, isdar Al-Thani
21
Ibn hajar, : Taqrib al-Tahdzib, (Suriyah: Dar al-Rashid,1986), Juz 1 Hlm 559. CD shofware Maktabah
shamilah, isdar Al-Thani
a) Dalam kitab: Tadhzib Al-Asma’ Juz 1 Halaman 559 yang ditulis oleh: Al-Nawawi22,
ibn hanbal, Ibn Mu’in, ibn Madiyni mengatakan ‫رثُُبُُُت رصُُُُُُُُ ُُُاب َعُُدهُُم‬, Abu hatim
mengatakan ‫ثقة‬.
b) Dalam kitab Tazhib al-kamal, Juz 29 halaman 291 yang ditulis oleh: Al-Mizzi23, Abu
hatim dan Al-Nasai’ memasukkan malik bin anas kedalam perawi yang Thiqah.
c) Dalam kitab: Al-Thiqat juz 7 halaman 459 yang ditulis oleh: Ibn Hibban, mengatakan
‫روخ ٌن َاتقى َعمجاخ ٌن َعفقهاء باعمدينة ورعمض عمن عيس بثقة فِّ َع ديث وعم يكن يمو إال ٌا صُُُُُُح وال‬
‫ي دث إال عن ثقة ٌع َعفقه وَعدين وَعفضل وَعنسن‬.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa periwayat Anas bin malik merupakan
periwayat yang Thiqah.

c. Abu zinad.
a) Dalam kitab: Al-Thiqah li al-A’jali, Juz 2 halaman 31 yang ditulis oleh Al-A’jali
memasukan abu zinad kedalam periwayat Thiqah.
b) Dalam kitab: Taqrib al-Tahdzib Juz 1 halaman 512 yang ditulis oleh: Ibn hajar 24 ,
mengatakan ‫صدوق‬.
c) Dalam kitab Tazhib al-kamal, Juz 29 halaman 39 yang ditulis oleh: Al-Mizzi25, ahmad
bin hanbal mengatakan ‫ثقة ثقة‬, selain ahmad bin hanbal mengatakan ‫ثقة ٌأٌون‬.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa: periwayat Abu zinad merupakan
periwayat yang Thiqah.

d. Al-A’raj
a) Dalam kitab: Al-Thiqah li al-A’jali, Juz 2 halaman 89 yang ditulis oleh Al-A’jali,
memasukan Al-a’raj kedalam periwayat yang Thiqah.
b) Dalam kitab: Taqrib al-Tahdzib Juz 1 halaman 603 yang ditulis oleh: Ibn hajar 26 ,
mengatakan ‫ثقة ثبت‬.
c) Dalam kitab: Tadhzib Al-Asma’ Juz 1 Halaman 432 yang ditulis oleh: Al-Nawawi27,
Ibn said berkata ‫كان ثقةَ كثيم َع ديث‬.

22
Al-Nawawi, Tadhzib Al-Asma’, Juz 1 Hlm.559. CD shofware Maktabah shamilah, isdar Al-Thani
23
Al-mizzi, tahdhib al-kamal, (Beirut: Muassasah al-risalah,1980), Juz 29, Hlm. 291. CD shofware Maktabah
shamilah, isdar Al-Awal
24
Ibn hajar, : Taqrib al-Tahdzib……, Juz 1 Hlm 512.
25
Al-mizzi, tahdhib al-kamal……….., Juz 29, Hlm. 39
26
Ibn hajar, : Taqrib al-Tahdzib……, Juz 1 Hlm 603.
27
Al-Nawawi, Tadhzib Al-Asma’…….., Juz 1 Hlm.432
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa: periwayat Al-A’raj merupakan
periwayat yang Thiqah.

e. Abu Huraira

Abu Huraira merupakan sahabat nabi yang tidak perlu diragukan lagi kethiqahannya.28

2) Uji persambungan sanad.

Pada tataran empirisnya uji persambungan sanad dilakukan dengan cara menganalisis
redaksi periwayatan yang digunakan oleh para periwayat didalam meriwayatkan hadits.
Penyajian dan analisis data persambungan sanad dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Al-Bukhari mengatakan ‫ َح َدثَّنَا عبد َّللا بن يوسُُُا‬Redaksi ini oleh muhadditsin digunakan
dalam periwayatan hadis dalam bentuk sima’ ,yaitu pembacaan hadis oleh guru kepada
murid. Dengan demikian berarti ada pertemuan antara Al-Bukhari dengan gurunya
yaitu : Abdullah bin yusuf: Muttasil.
b. Abdullah bin yusuf mengatakan ْ‫ َاخَب ر َ ْنبَ َماَا ٌَا ِعن‬Redaksi ini oleh muhadditsin digunakan
dalam periwayatan hadis dalam bentuk al-Qira’ah, yaitu pembacaan hadis oleh guru
kepada murid. Dengan demikian berarti ada pertemuan antara Abdullah bin yusuf
dengan gurunya yaitu: Malik bin anas Muttasil.
ِ ِّ‫ ع َْن ر َ ِب‬Periwayatan Malik ini memang menggunakan
c. Malik bin anas mengatakan ِ ‫َعد َاا‬
redaksi ‘an ( ‫)عنننن‬, tetapi ‘an’anahnya tidak ada indikasi menunjukkan adanya
keterputusan sanad, bahkan dapat dinyatakan bahwa sanadnya adalah : muttasil, karena
: (a) Malik adalah periwayat yang thiqah, (b) Dia termasuk periwayat mudallis tingkat
1, akan tetapi Hadits nya masih bisa dipakai hujjah29, dan (c) Dimungkinkan ada atau
pernah bertemu antara Malik dengan gurunya : Abi al-Zinad. Dalam biografinya dia
mengatakan pernah berguru kepada Abi Al-Zinad, dan dalam biografi Abi al-Zinad ,
Malik disebutkan sebagai muridnya dalam pembelajaran hadis.
d. Abi Zinad mengatakan ِ‫ع َِن َألَع َْمج‬, Periwayatan Abi zinad ini memang menggunakan
redaksi ‘an ( ‫)عنننن‬, tetapi ‘an’anahnya tidak ada indikasi menunjukkan adanya
keterputusan sanad, bahkan dapat dinyatakan bahwa sanadnya adalah : muttasil, karena

28
Damanhuri. Hadits-hadits al-fitrah dalam penelitian simultan. Sidoarjo:Dwiputra pustaka jaya. 2016. Hml.
175.
29
Ibid, hlm 118
: (a) Abi zinad adalah periwayat yang thiqah, (b) Dia tidak termasuk periwayat
mudallis, dan (c) Dimungkinkan ada atau pernah bertemu antara Abi zinad dengan
gurunya : Al-A’raj. Dalam biografinya dia mengatakan pernah berguru kepada Al-A’raj
, dan dalam biografi Al-A’raj, Abi Zinad disebutkan sebagai muridnya dalam
pembelajaran hadis.
e. Al-A’raj mengatakan َ‫ع َْن رَ ِبِّ ه َُمي َْمة‬, Periwayatan Al-A’raj ini memang menggunakan
redaksi ‘an ( ‫)عنننن‬, tetapi ‘an’anahnya tidak ada indikasi menunjukkan adanya
keterputusan sanad, bahkan dapat dinyatakan bahwa sanadnya adalah : muttasil, karena
: (a) Al-A’raj adalah periwayat yang thiqah, (b) Dia tidak termasuk periwayat mudallis,
dan (c) Dimungkinkan ada atau pernah bertemu antara Abi zinad dengan gurunya : Abu
Huraira. Dalam biografinya dia mengatakan pernah berguru kepada Abu Huraira , dan
dalam biografi Abu Huraira, Al-A’raj disebutkan sebagai muridnya dalam
pembelajaran hadis.

3) Kesimpulan penelitian sanad.

Setelah disajikan dianalisa data-data yang berhubungan dengan kethiqahan para periwayat
yang ada dalam sanad hadis yang diteliti, dan data-data persambungan sanadnya, maka
disimpulkan sebagai berikut :

1. Semua periwayat yang ada dalam sanad hadis yang berjumlah : 5 periwayat, seluruhnya
berkualitas: Thiqah
2. Semua periwayat masing-masing bertemu dengan periwayat yang berstatus sebagai
gurunya, dengan demikian sanadnya Muttasil.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadis yang diteliti sanadnya berkualitas : Sahih
al-isnad.

2. Analisis matan.
1) Menguji Shadh-tidaknya

Pada tataran empirisnya sebagaimana dijelaskan dimuka, uji shadh-tidaknya matan hadits
dilakukan dengan mengkonfirmasi teks atau makna hadits yang diteliti dengan dalil-dalil naqli,
baik berupa ayat-ayat al-Qur’an atau dengan hadits-hadits satu tema yang kualitas sanadnya
lebih tinggi.30

Hadits siwak yang dirakhrij oleh al-Bukhari, jika dikonfirmasikan dengan al-Qur’an, maka
dapat dinyatakan sebagai berikut: Sejauh yang peneliti ketahui, hadits siwak tersebut maknanya
tidak ada yang bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur’an manapun. Bahkan hadits ini selaras
maknanya dengan ayat al-Qur’an, yaitu : Q.S. al-Taubah : 108 sebagai berikut:

‫علَى َعت َّ ْق ٰو ٌِ ْن َ َ َّو ِخ يَ ْوم َ َ َحق َ َ ْن تَقُ ْو َم فِ ْي ِه ۗ فِ ْي ِه ِر َجا ْخ ي ِ ب ْونَ َ َ ْن‬


َ ‫س‬ ْ ‫َال تَقُ ْم فِ ْي ِه ََبَدًَ ۗ عَ َم‬
ِ ُ َ ‫سُُُُ ِ ْد‬
َ ُُُُ‫س‬
َّ ‫َّللاُ يُ ِ ب َ ْع ُم‬
(108) َ‫ط ِه ِم ْين‬ ٰ ‫يَّت َ َط َّه ُم ْوَ ۗ َو‬
Artinya: janganlah engkau salat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh, masjid yang
didirikan atas takwa, sejak hari pertama lebih pantas engkau melaksanakan salat didalamnya.
Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersikan diri. Allah menyukai orang-orang yang
bersih. (QS. Al-Taubah : 108)31

Meski ayat ini tidak secara langsung menyatakan tentang siwak, tetapi ayat ini
menunjukkan bahwa Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri. Siwak adalah
sallah satu cara untuk membersihkan diri. Dalam konteks fiqh, pembahasan siwak ini
dimasukkan kedalam bab tharah karena siwak termasuk hal yang disunnahkan sebelum
berwudlu dan shalat. Melihat dari teks hadits siwak ini, hukum bersiwak tidaklah wajib
mengingat beban yang berat untuk melakukan siwak tersebut. Sementara perintah yang
berindikasi Sunnah sangat jelas dalam hadits ini.

Jika hadits siwak jalur Abu Huraira yang ditakhrij oleh al-Bukhari dihadapkan dengan
hadits siwak dari jalur lain dengan redaksi yang berbeda-beda seperti dari imam muslim, imam
abu dawud, imam nasa’i, dan lain-lain. Menurut peneliti hadits-hadits tersebut tidak ada yang
bertentangan, bahkan malah mendukung, menguatkan, melengkapi, dan menyempurnakan.

Dari sajian dan analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa matan hadits siwak yang
diriwayatkan oleh Abu Huraira yang ditakhrij oleh al-Bukhari terbebas dari Shudhud.

30
Damanhuri, hadits al-fitrah………., Hlm. 125.
31
Kementrian agama RI, al-Qur’an dan terjemahnya, 295
2) Menguji mu’allal(cacat)-tidaknya matan Hadits.

Pada tataran emirisnya, uji mu’allal (cacat) – tidaknya matan hadits, dilakukan dengan
mengkonfirmasi hadits yang diteliti dengan dalil aqli. Al-Adlabi menjelaskan cangkupannya
yang meliputi: kontradiksi dengan akal, indera, sejarah dan tidak menyerupai perkataan nabi.32

Sejauh yang peneliti ketahui, bahwa makna matan hadits siwak tidak bertentangan dengan
dalil aqli, baikk dari segi akal sehat, indera, maupun sejarahnya. Hal ini dapat dibuktikan
dengan paparan sebagai berikut; Matn hadis ini secara logika bisa diterima. Dalam sejarahnya,
Rasulullah juga selalu mengamalkannya serta mendorong dan menganjurkan umatnya untuk
melakukannnya. Kalau kita perhatikan sangat menunjukkan cirri-ciri kenabian. Rasululah
sangat berambisi untuk tidak memberatkan umatnya, karena takut mereka tidak mampu
melakukan perintah yang berat. Oleh karena beliau menyayangi umatnya, maka beliau tidak
mewajibkan bersiwak walaupun sebenarnya banyak sekali manfaatnya seperti menghilangkan
bau mulut dan mengaharumkannya. Itulah kiranya bukti beliau sebagai rahmatan li al-
‘alamin. Dan sangat masuk akal sabda beliau berbunyi seperti itu. Dengan demikian berarti
bahwa hadits yang diriwayatkan oleh abu Huraira yang ditakhrij oleh al-Bukhari, terbebas dari
illat.

3) Penyimpulan uji matan.

Setelah dilakukan analisis terhadap matan hadits riwayat abu Huraira yang ditakhrij oleh
al-Bukhari, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Matan hadits tersebut ternyata tidak shadh, karena tidak bertentangan dengan dalil
naqli, baik al-Qur’an maupun hadits yang kualitas sanadnya lebih tinggi.
b. Matan hadits tersebut juga tidak terkena illat, karena tidak bertentangan dengan dalil
aqli, baik dengan akal sehat, indera, sejarah, maupun ilmu pengetahuan.

Dengan demikian dapat disimpulkan matan hadits tersebut, berkualitas sahih al-matni.

3. Kesimpulan penelitian hadits secara parsial.

32
Damanhuri, hadits-hadits al-Fitrah……….., hlm. 130.
Setelah disajikan dan dianalisa data-data yang berhubungan dengan kethiqahan para
periwayat yang ada dalam sanad hadits yang diteliti, dan data-data persambungan sanadnya
serta matan riwayat abu Huraira yang ditakhrij oleh al-Bukhari, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:

a. Semua periwayat yang ada dalam sanad hadis yang berjumlah : 5 periwayat, seluruhnya
berkualitas: Thiqah
b. Semua periwayat masing-masing bertemu dengan periwayat yang berstatus sebagai
gurunya, dengan demikian sanadnya Muttasil.
c. Matan hadits tersebut ternyata tidak shadh, karena tidak bertentangan dengan dalil
naqli, baik al-Qur’an maupun hadits yang kualitas sanadnya lebih tinggi.
d. Matan hadits tersebut juga tidak terkena illat, karena tidak bertentangan dengan dalil
aqli, baik dengan akal sehat, indera, sejarah, maupun ilmu pengetahuan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadits riwayat abu Huraira yang ditakhrij oleh
al-Bukhari tersebut, berkualitas sahih lidhatih.
E. ANALISIS SIMULTAN.

1. Hadits Tawabi’
Hadits siwak riwayat Abu Huraira ini, ternyata memiliki 5 hadits tabi’, yaitu sebagai
berikut:
a. Redaksi hadits tawabi’
a) Hadits utama yang ditakhrij oleh al-Bukhari:

َّ َِّ ُُُُُُ‫َعداَا َِ ع َِن َألَع َْمجَِ ع َْن ر َ ِبِّ ُه َم ْي َمةَ َر ِض‬


ُ‫َّللا‬ ِ ِّ‫اَ َاخَب ر َ ْنبَ َماَا ٌَا ِعنْ َ ع َْن ر َ ِب‬ ُ ُ‫َّللاِ ْبنُ ي‬
َ ُُُُُُ‫وس‬ َ ‫َح َّدث َ َنا‬
َّ ‫ع ْب ُد‬
‫َك‬ ِ ‫اس َأل َ ٌَ ْمت ُ ُه ْم ِب‬
ِ ‫اعس َو‬ ِ َّ‫ع َلى َعن‬ َ ‫ع َلى ر ُ ٌَّتِِّ ر َ ْو‬
َ ‫ق‬ ُ َ ‫سلَّ َم َاخَب « َع ْوالَ ر َ ْن ر‬
َّ ‫ش‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو َخ‬ ُ ‫ع ْنهُب رَنَّ َر‬ َ
33
)‫صالَة» (روَه َعبخاري‬
َ ‫ٌَ َع ك ُِل‬

Artinya: Telah bercerita kepada kami abdulloh bin yusuf, dia berkata bahwasannya malik
bercerita kepadaku dari abi zinad dari a’roj dari abu hurairoh RA, sesungguhnya rasululloh
SAW telah bersabda: “Andai kata bersiwak itu tidak memberatkan bagi umatku niscaya akan
aku perintahkan mereka untuk bersiwak disetiap akan melaksanakan sholat ” (HR. Bukhori)

b) Hadits yang ditakhrij oleh al-Dharami:

‫رنبماا ٌ مد بن رحمد ثنا سُُفيان عن ربِّ َعداا عن َألعمج عن ربِّ هميمة عن َعنبِّ صُُلى هللا عليه و‬
34
)ٌَِّ‫سلم اخ ب عوال َن رشق على رٌتِّ ألٌمتهم به عند كل صالة (روَه َعدَر‬

Artinya: Muhammad bin ahmad mengkabarkan kepada kami, sufyan menceritakan kepada
kami, dari abu zinad, dari al-a’raj, dari abu Huraira, Nabi SAW bersabda: “Andai kata bersiwak
itu tidak memberatkan bagi umatku niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak
disetiap akan melaksanakan sholat ”(HR. Al-Dharami)

c) Hadits yang ditakhrij oleh Muslim:

ِّ‫َعد َاا ِ ع َْن َْألَع َْمجِ ع َْن ر َ ِب‬ ِ ِّ‫سُُُُُُ ْف َيانُ ع َْن ر َ ِب‬
ُ ‫سُُُُُُ ِويد َوع َْم ْمو َع َّنا ِ ُد َو ُر َهي ُْم ْبنُ َح ْمب َاعُوَ َح َّدث َ َنا‬ َ ُ‫َح َّدث َ َنا ُت َ ْي َبةُ ْبن‬
‫علَى ر ُ ٌَّتِِّ َأل َ ٌَ ْمت ُ ُه ْم‬
َ ‫ث ُر َهيْم‬ِ ‫علَى َ ْع ُم ْؤ ٌِنِينَ َوفِِّ َحدِي‬ ُ َ ‫سُُُُلَّ َم َا َخ عَ ْو َال ر َ ْن ر‬
َ َّ‫شُُُُق‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ ِِّ‫ه َُمي َْمةَ ع َْن َعنَّب‬
َّ ‫صُُُُلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬
35
َ ‫َك ِع ْن َد ك ُِل‬
)‫ص َالة(روَه ٌسلم‬ ِ ‫ِباعس َِو‬

Artinya: Qutaibah bin sa’id, Amr al-nafidz, zhuhair ibn harb bercerita kepada kami, mereka
mengatakan bercerita kepada kami sufyan, dari abu zinad, dari al-a’raj, dari abu Huraira, Nabi

33
Al-Bukhari, al-jami’ al-sahih al-musnad min……………………., juz 2, 4,
34
Abdurrahman al-dharami, musnad al-imam al-dharami , juz 1, 184
35
Muslim ibn al-hajjaj, al-jami’ al-sahih al-musamma sahih muslim, juz 2, 59
SAW bersabda: “Andai kata bersiwak itu tidak memberatkan bagi orang-orang mu’min, di
dalam hadits zhuhair bagi umatku niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak
disetiap akan melaksanakan sholat ” (HR. Muslim).

d) Hadits yang ditakhrij oleh al-Nasa’i:

‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫َعداَا ِ ع َْن َْألَع َْمجِ ع َْن ر َ ِبِّ ُه َمي َْمةَ رَنَّ َر‬
َّ ‫سو َخ‬ ِ ِّ‫س ِويد ع َْن ٌَا ِعن ع َْن ر َ ِب‬ َ ُ‫ر َ ْن َب َماَا ُت َ ْي َبةُ ْبن‬
36
)‫ص َالة(روَه َعنساءي‬ ِ ‫علَى ر ُ ٌَّ ِتِّ َأل َ ٌَ ْمت ُ ُه ْم ِباعس َِو‬
َ ‫َك ِع ْن َد ك ُِل‬ َ ‫ق‬ ُ َ ‫سلَّ َم َا َخ عَ ْو َال ر َ ْن ر‬
َّ ‫ش‬ َ ‫َو‬

Artinya: Qutaibah ibn sa’id bercerita kepada kami, dari malik, dari abu zinad, dari al-a’raj, dari
abu Huraira, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Andai kata bersiwak itu tidak
memberatkan bagi umatku niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak disetiap akan
melaksanakan sholat ” (HR. Al-Nasa’i)

e) Hadits yang ditakhrij oleh Ibn Majah:

ِِّ‫س ُ ِوي ِد ب ِْن رَب‬ َ ‫ع َم َم ع َْن‬


ُ ‫َّللاِ ب ِْن‬َّ ‫ع َب ْي ِد‬ُ ‫َّللاِ ْبنُ اُ َميْم ع َْن‬ َ ‫س ُا ٌَةَ َو‬
َّ ‫ع ْب ُد‬ َ ُ ‫ش ُ ْي َبةَ َح َّدثَنَا رَبُو ر‬
َ ِّ‫َح َّدث َ َنا رَبُو َبك ِْم ْبنُ ر َ ِب‬
‫ع َلى ر ُ ٌَّ ِتِّ َأل َ ٌَ ْمت ُ ُه ْم‬ َّ ُ‫ع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َع ْو َال ر َ ْن ر َ ش‬
َ ‫ق‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫َس ِويد َ ْع َم ْقبُ ِمي ِ ع َْن ر َ ِبِّ ُه َمي َْمةَ َا َخ َا َخ َر ُسو ُخ‬
َ ِ‫َّللا‬
37
َ ‫َك ِع ْن َد ك ُِل‬
)‫ص َالة(روَه َبن ٌاجه‬ ِ ‫ِباعس َِو‬

Artinya: Abu bakar ibn abi syaibah bercerita kepada kami, Abu utsamah dan abdullah ibn
numair bercerita kepada kami, dari Ubaidillah ibn umar, dari sa’id ibn abi sa’id al-maqhburi,
dari abu Huraira, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Andai kata bersiwak itu tidak
memberatkan bagi umatku niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak disetiap akan
melaksanakan sholat ” (HR. Ibn Majah)

f) Hadits yang ditakhrij oleh Malik:

‫سُُُلَّ َم َا َخ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صُُُلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫َعداَا ِ ع َْن َْأل َع َْمجِ ع َْن ر َبِِّ ُه َمي َْمةَ رَنَّ َر‬
َّ ‫سُُُو َخ‬ ِ ِِّ‫و َح َّدثَنِِّ ع َْن ٌَا ِعن ع َْن رَب‬
38
)‫َك(روَه ٌاعن‬ ِ ‫علَى ر ُ ٌَّتِِّ َأل َ ٌَ ْمت ُ ُه ْم بِاعس َِو‬
َ ‫ق‬ ُ َ ‫عَ ْو َال ر َ ْن ر‬
َّ ‫ش‬

Artinya: bercerita kepada kami, dari malik, dari abi zinad dari a’roj dari abu hurairoh RA,
sesungguhnya rasulullah SAW telah bersabda: “Andai kata tidak memberatkan bagi umatku
niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak” (HR. Malik)

36
Al-Nasai’, sunan al-Nasai’, Juz 1, 15
37
Ibn majah abu Abdullah Muhammad ibn yazid, sunan ibn majah, Juz 1, 339
38
Malik ibn anas, al-muwatta’, Juz 2, 89.
b. Bagan hadits tawabi’

Abu Huraira

Sai’d ibn abu said Al-a”raj

Ubaidillah ibn umar Abu zinad

Abdullah ibn numair Abu Utsamah malik sufyan

Abu bakar ibn syaibah

Ibn majah

Abdullah ibn yusuf Qutaibah zuhair ibn harb Amr al-Nafdz Muhammad
ibn ahmad

Bukhari Nasa’I Muslim

Al-Dharami

c. Analisis tawabi’

Ditinjau dari segi sanadnya, hadits riwayat Abu Huraira yang ditakhrij oleh al-Bukhari,
Memupunyai Tabi’ qasir sebanyak 5 hadits: 2 (dua) tabi’ qasir pada periwayat yang bernama
: Al-A’raj dan Abu zinad.

Periwayat yang mendampingi Al-A’rajsebagai murid Abu Huraira, adalah Sa’id ibn abi
sa’id al-maqbury. Karena al_A’raj periwayat yang berkualitas thiqah, maka kehadiran
periwayat pendampingnya, tidak bisa mengangkat dan meningkatkan kualitas mutaba’nya
yang sudah berkualitas sahih.

Begitu juga, redaksi periwayatan yang digunakan periwayat adalah Sa’id ibn abi sa’id al-
maqbury tersebut, semuanya menggunakan redaksi ‘an ( ‫ (عن‬. karena al-A’raj menggunakan
redaksi ‘an dengan ‘an’anah yang muttasil, maka periwayat Sa’id ibn abi sa’id al-maqbury
redaksinya muttasil, tetapi tidak bisa mengangkat menjadi muttasil al-sanad, karena sudah
muttasil.

Periwayat yang seangkatan dengan Abu zinad tetapi beda gurunya adalah Ubaidillah ibn
Umar. Karena Abu zinad periwayat yang berkualitas thiqah dan redaksi ‘an’anahnya adalah
muttasil, maka kehadiran periwayat pendampingnya, tidak bisa mengangkat dan meningkatkan
kualitas mutaba’nya yang sudah berkualitas sahih.

Begitu juga, tiga periwayat yang dseangkatan dengan malik ibn anas, satu periwayat dari
guru yang sama, yaitu : sufyan, dan dua periwayat dari guru yang berbeda yaitu : Abu utsamah
dan Abdullah ibn numair. Karena malik periwayat yang berkualitas thiqah dan redaksi
‘an’anahnya adalah muttasil, maka kehadiran tiga periwayat pendampingnya, tidak bisa
mengangkat dan meningkatkan kualitas mutaba’nya yang sudah berkualitas sahih.

Begitu juga, lima periwayat yang seangkatan dengan Abdullah ibn yusuf, satu periwayat
dari guru yang sama, yaitu : Qutaibah ibn sai’d, dan empat periwayat dari guru berbeda, yaitu
: zuhair ibn harb, Amr al-Nafdz, Muhammad ibn ahmad, dan Abu bakar ibn syaibah. Karena
Abdullah ibn yusuf periwayat yang berkualitas thiqah dan redaksinya menggunakan:
haddathana yang berstatus muttasil, maka kehadiran lima periwayat pendampingnya, tidak
bisa mengangkat dan meningkatkan kualitas mutaba’nya yang sudah berkualitas sahih.

f. Kesimpulan tawabi’

Setelah dilakukan analisis terhadap pengaruh hadits tawabi’ terhadap hadits muttaba’ yang
diriwayatkan abu Huraira yang ditakhrij oleh al-Bukhari, maka dapat disimpulkan, dari lima
hadits tawabi’nya tidak bisa meningkatkan kualitas hadits muttaba’nya. Dengan demikian
berarti hadits tabi’nya tidak berpengaruh pada peningkatan kualitas hadits mutabba’nya, yaitu
sahih lizhdatih.
2. Hadits Shawahid.
a. Redaksi Hadits Syawahid

Selain riwayat jalur abu huraira, hadits tentang siwak ini, juga diriwayatkan dari jalur
sahabat lain, yaitu : sahabat zaid ibn khalid al-juhhani, tamam ibn abbas, dan ibn abbas. Hadits
tersebut dengan seluruh jalur sanadnya sebagai berikut :

a) Hadits utama riwayat abu huraira yang ditakhrij oleh al-Bukhari:

َّ َِّ ُُُُُُ‫َعداَا َِ ع َِن َألَع َْمجَِ ع َْن رَبِِّ ُه َم ْي َمةَ َر ِض‬


ُ‫َّللا‬ ِ ِِّ‫اَ َاخَب ر َ ْنبَ َماَا ٌَا ِعنْ َ ع َْن رَب‬ ُ ُ‫َّللاِ ْبنُ ي‬
َ ُُُُُُ‫وس‬ َ ‫َح َّدث َ َنا‬
َّ ‫ع ْب ُد‬
‫َك‬ ِ ِ‫اس َأل َ ٌَ ْمت ُ ُه ْم ب‬
ِ ‫اعس َو‬ ِ َّ‫علَى َعن‬َ ‫علَى ر ُ ٌَّتِِّ ر َ ْو‬
َ ‫ق‬ ُ َ ‫سلَّ َم َاخَب «عَ ْوالَ ر َ ْن ر‬
َّ ‫ش‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو َخ‬ ُ ‫ع ْنهُب رَنَّ َر‬ َ
39
)‫صالَة» (روَه َعبخاري‬
َ ‫ٌَ َع ك ُِل‬

Artinya: Telah bercerita kepada kami abdulloh bin yusuf, dia berkata bahwasannya malik
bercerita kepadaku dari abi zinad dari a’roj dari abu hurairoh RA, sesungguhnya rasululloh
SAW telah bersabda: “Andai kata bersiwak itu tidak memberatkan bagi umatku niscaya akan
aku perintahkan mereka untuk bersiwak disetiap akan melaksanakan sholat ” (HR. Bukhori)

b) Hadits riwayat zaid ibn khalid yang ditakhrij oleh abu dawud:

ِ ِّ‫سُُُ َقَ ع َْن ٌُ َ َّم ِد ب ِْن إِب َْمَ ِهي َم َعت َّ ْي ِم‬ ْ ِ‫س َح َّدثَنَا ٌُ َ َّم ُد ْبنُ إ‬َ ُ‫يسُُُى ْبنُ يُوا‬ َ ‫وسُُُى ر َ ْنبَ َماَا ِع‬ َ ٌُ ُ‫َح َّدثَنَا إِب َْمَ ِهي ُم ْبن‬
‫سلَّ َم يَقُو ُخ‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو َخ‬ ُ ‫س ِموْتُ َر‬ َ ‫َعمحْ َم ِن ع َْن َر ْي ِد ب ِْن َنا ِعد َ ْع ُ َهنِِّ ِ َا َخ‬ َّ ‫ع ْب ِد‬َ ‫سلَ َمةَ ب ِْن‬َ ِِّ‫ع َْن رَب‬
40
) ‫ص َالة(روَه ربو َو‬ ِ ‫علَى ر ُ ٌَّتِِّ َأل َ ٌَ ْمت ُ ُه ْم بِاعس َِو‬
َ ‫َك ِع ْن َد ك ُِل‬ َ ‫ق‬ ُ َ ‫عَ ْو َال ر َ ْن ر‬
َّ ‫ش‬

Artinya: Ibrahim ibn musa bercerita kepada kami, Isa ibn yunus memberi kabar kepada kami,
Muhammad ibn ishaq, dari Muhammad ibn Ibrahim al-taymiy, dari abu utsamah ibn
Abdurrahman, dari zaid ibn khalid al-juhanniy berkata, saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda : “Andai kata bersiwak itu tidak memberatkan bagi umatku niscaya akan aku
perintahkan mereka untuk bersiwak disetiap akan melaksanakan sholat ” (HR. Abu Dawud)

c) Hadits riwayat ibn abbas yang ditakhrij oleh al-Baihaqi:

ُ‫سُُُُُ ْخت َ َو ْي ِهَ ثنا يَ ِدي ُد ْبنُ َ ْع َه ْيث َ ِمَ ثنا إِب َْمَ ِهي ُم ْبن‬
َ ‫ع ِلِّ ْبنُ ٌُ َ َّم ِد ب ِْن‬ َ ِِّ‫ظَ َاخَب َح َّدثَن‬ َ ‫َو َح َّدثَنَا رَبُو‬
ُ ِ‫ع ْب ِد هللاِ َ ْع َ اف‬
‫عبَّاسَ َاخَب َا َخ‬ َ ‫ُُُُ ْي َق ِلَ ع َِن َب ِْن ت َ َّمامَ ع َِن َب ِْن‬،‫َع‬ َّ ِّ‫ع ِل‬ َ ِّ‫سُُُُ ْفيَانَ َ ع َْن ر َ ِب‬
ُ ‫شُُُُ َ ِوَِّ ع َْن‬ ْ َ ‫ر َ ِبِّ َعلَّ ْيثَِ ثنا َْأل‬

39
Al-Bukhari, al-jami’ al-sahih al-musnad min……………………., juz 2, 4,
40
Abu dawud, sunan abu dawud, juz 1, 69 http://www.al-islam.com
‫علَي ِْه ُم‬ ْ ‫علَى ر ُ ٌَّتِِّ عَفَ َم‬
َ ُ‫ضُُُت‬ َ ‫ق‬ ُ َ ‫سُُُلَّ َمب ٌَا ِعِّ ر َ َرَ ُك ْم تَأْتُواِِّ ُ ْل ً اَ عَ ْو َال ر َ ْن ر‬
َّ ُُُ‫ش‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صُُُلَّى هللا‬
َ ِ‫سُُُو ُخ هللا‬
ُ ‫َر‬
41
)ِّ‫ َكذََ َر َوَهُ َعث َّ ْو ِري(روَه َعبيهق‬. ‫علَي ِْه ُم َ ْع ُوضُو ُء‬ َ ‫ض‬ َ ‫َعس َِوَكَ َك َما فُ ِم‬

Artinya : Abu Abdullah ibn hafidz bercerita kepada kami, beliau berkata: bercerita kepada
kami ali ibn Muhammad ibn sakhtawih, bercerita kepada kami yazid ibn al-haytham, bercerita
kepada kami Ibrahim ibn abi al-laith, bercerita kepada kami al-asyjai’, dari sufyan, dari abi ali
al-shayqal, dari ibn tamam, dari ibn abbas berkata: rasulullah Saw bersabda : “Aku berpendapat
bahwa gigi kalian akan bersih dari kerak kuning ketika bersiwak, Andai kata bersiwak itu tidak
memberatkan bagi umatku niscaya akan aku wajibkan mereka untuk bersiwak seperti halnya
aku wajibkan atas kalian berwudlu. ” (HR. Al-Baihaqi)

d) Hadits riwayat tamam ibn abbas yang ditakhrij oleh Ahmad:


ُ‫َعد َّرَ ِ َا َخ َح َّدثَنِِّ َج ْوفَ ُم ْبن‬
َّ ِّ‫ع ِل‬ َ ِّ‫سُُُُ ْفيَانُ ع َْن ر َ ِب‬ ُ ‫ع َم َم رَبُو َ ْع ُم ْنذ ِِر َا َخ َح َّدث َ َنا‬ ْ ‫َح َّدثَنَا ِإ‬
ُ ُ‫سُُُُ َما ِعي ُل ْبن‬
‫سلَّ َم ر َ ْو رُتِ َِّ فَقَا َخ ٌَا ِعِّ ر َ َرَ ُك ْم تَأْتُواِِّ ُ ْل ً ا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ َِّّ ‫عبَّاس ع َْن ر َ ِبي ِه َا َخ رَت َ ْوَ َعنَّ ِب‬
َ ‫ت َ َّم ِام ب ِْن‬
ُ ‫علَي ِْه ْم َ ْع ُو‬
‫ضُُُو َء(روَه‬ ْ ‫َعسُُُ َوَكَ َك َما فَ َم‬
َ ُ‫ضُُُت‬ ِ ‫علَي ِْه ْم‬ ْ ‫علَى ر ُ ٌَّتِِّ عَفَ َم‬
َ ُ‫ضُُُت‬ َ ‫ق‬ ُ َ ‫َسُُُتَاكُوَ عَ ْو َال ر َ ْن ر‬
َّ ُُُ‫ش‬ ْ
42
)‫رحمد‬

Artinya: ismai’l ibn umar abu mundzir bercerita kepada kami, sufyan bercerita kepada kami,
dari abi ali al-dzaradi, beliau berkata telah bercerita kepada kami ja’far ibn tamam ibn abbas,
dari ayahnya (tamam ibn abbas), berkata : kami datang kepada Nabi SAW atau didatangi, maka
beliau bersabda : “Aku berpendapat bahwa gigi kalian akan bersih dari kerak kuning ketika
bersiwak, Andai kata bersiwak itu tidak memberatkan bagi umatku niscaya akan aku wajibkan
mereka untuk bersiwak seperti halnya aku wajibkan atas kalian berwudlu. ” (HR. Ahmad).

41
Abu bakar al-Baihaqi, al-sunan al-kubra li al-baihaqqi, (Beirut: dar al-kutub al-ilmiyah), juz 1, 59.
42
Ahmad ibn mumammad ibn hanbal, musnad ahmad, juz 4, 267, http://www.al-islam.com.
b. Bagan sanad shawahid.

Rasulullah SAW

Abu Hurairah zaid ibn khalid Abdullah ibn abbas tamam ibn abbas

Al-A’raj Abu salamah abdullah ibn tamam ja’far ibn tamam

Abu zinad Muhammad ibn Ibrahim Abu ali al-shayqal abi ali al-dzaradi

Malik ibn anas Muhammad ibn ishaq al-asyjai’ sufyan

Abdullah ibn yusuf ‘Isa ibn yunus Ibrahim ibn abi al-laith isma’il ibn umar

Al-Bukhari Ibrahim ibn musa yazid ibn al-haitham Ahmad

Abu dawud Ali ibn Muhammad

Abu Abdullah ibn hafidz

Al-Baihaqi

c. Kesimpulan shawahid.

Hadits riwayat abu Hurairah tersebut, setelah diteliti (dilakukan penelitian dan analisis)
secara parsial (satu jalur sanad), maka diperoleh hasil bahwa hadits btersebut sahih ldhatih.
Kemudian selanjutnya hadits tersebut diteliti (dilakukan penelitian) secara simultan (multi
sahabat), ternyata hadits siwal tersebut juga diriwayatkan oleh 3 sahabat yang berbeda, yaitu :
sahabat zaid ibn khalid al-juhhani, tamam ibn abbas, dan ibn abbas. Jadi hadits siwak ini
diriwayatkan oleh 4 orang sahabat. Dengan demikian secara kuantitas hadits siwak tersebut,
meningkat menjadi berderajat mashhur (ahad - mashhur), karena diriwayatkan oleh 4 orang
sahabat.

Hadits siwak tersebut secara kualitas, berkualitas sahih. Karena memiliki 3 hadits shahid,
kualitas hadits tersebut seharusnya meningkat. Tetapi karena hadits tersebut sudah berkualitas
sahih, maka tidak bisa meningkat lagi, karena tidak ada lagi tingkatan yang lebih tinggi dari
kualitas sahih.

3. Kesimpulan analisa simultan.

Hasil penelitian secara parsial (satu jalur sanad), menyimpulkan bahwa hadits riwayat abu
Hurairah yang ditakhrij oleh al-Bukhari tersebut, adalah berkualitas sahih lidhatih.

Penelitian terhadap tawabi’nya, menemukan bahwa hadits tersebut mempunyai 5 hadits


tawabi’. Tetapi karena kualitas hadits tersebut sudah berkualitas sahih. Keberadaan hadits
tawabi’nya tidak bisa meningkatkan kualitasnya.

Penelitian terhadap hadits shawahidnya, menemukan bahwa hadits tersebut memiliki 3


shawahidnya. Dengan demikian berarti hadits tersebut derajatnya meningkat menjadi ahad –
mashhur (hadits mashhur), tetapi kualitasnya tidak meningkat dan berkualitas sahih.

Jadi kesimpulannya adalah bahwa siwak yang ditakhrij oleh al-Bukhari berkualitas : sahih
mashhur (sahih secara kualitas, mashhur secara kuantitas).
F. FIQH AL-HADITS.

1. Ma’anil mufradat.

Dalam beberapa matan hadits diatas, ada beberapa kata pokok (kunci) yang perlu diberi
arti/ terjemahannya. Kata-kata tersebut antara lain sebagai berikut:

a. ‫ أشق‬: memberatkan.
b. ‫ ق ْلح‬: kerak kuning di gigi
c. ‫السِّواك‬: bersiwak (menggosok gigi)
d. ‫أمت ْي‬: umatku (Muhammad)
e. ‫أمر‬: perintahkan

Begitu juga, dalam beberapa matan diatas terdapat perbedaan redaksi dari hadits-hadits
tawabi’ dan shawahidnya. Perbedaan itu tidak begitu berpengaruh dengan inti dari semua
kandungan hadits tersebut. Redaksi tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Lafal ‫ مع‬diganti dengan ‫عند‬.


b. Lafal ‫ كل‬dihilangkan.
c. Lafal ‫ على أمتي‬dihilangkan dan diganti dengan ‫على المؤمني‬.
d. Lafal ‫ ألمرتهم‬diganti dengan ‫ألمرهم‬.
e. Membuang lafal ‫ بالسواك‬diganti lafal ‫ به‬setelah kata ‫ ألمرتهم‬.
f. Lafal ‫ مع ك ِّل صالة‬diganti ‫كما فرض عليْهم ْالوضوء‬.

2. Kandungan makna hadits.

Beberapa hadits siwak yang diriwayatkan oleh abu Huraira, ibn abbas, tamam ibn abbas,
zaid ibn khalid sebagaimana tersebut diatas, menunjukan tentang keutamaan bersiwak, yaitu :
dengan Rasulullah SAW memiliki angan-angan untuk mewajibkan siwak seperti halnya
wajibnya wudlu sebelum melaksanakan shalat. Karena Rasulullah melihat dalam siwak ini
banyak sekali kemanfaatan didalamnya. Salah satu keutamaan bersiwak diantaranya seperti
yang diutarakan Rasulullah dalam hadits dari siti ‘Aisyah RA :

43
‫ب‬
ِ ‫لم‬ ُ ‫َا َخ َر‬
َ ‫س ْو ُخ هللاِ صلى هللا عليه و سلم ب َعس َِوَكُ ٌُ َط ِه َمةْ ِع ْلفَ ِم َو ٌُ ْم‬
َّ ‫ضاةْ ِع‬

43
Abdurrahman al-dharami, musnad al-imam al-dharami , juz 1, 184
Artinya: Rasulullah SAW bersabda : “ siwak itu mensucikan mulut, dan mendapatkan ridho
dari tuhan ” (HR. Al-Dharami).

Hadits siwak yang satu ini menunjukan faidah dari bersiwak itu sendiri. Selain
mendapatkan manfaat di dunia yang berupa sucinya mulut, juga mendapatkan manfaat di
akhirat yang berupa mendapat ridho dari Allah SWT. Oleh karena itu, anjuran untuk bersiwak
ini sangat besar manfaatnya baik di dunia maupun di akhirat.

Namun dengan banyaknya manfaat ini tidak serta merta membuat siwak ini diwajibkan.
Sebab di dalam siwak ini juga banyak pantangan beratnya, seperti halnya alat untuk bersiwak
sendiri. Jika disamakan dengan zaman Rasulullah, alat bersiwak ini berupa kayu yang disebut
kayu araak. Tentu sulit untuk mencari kayu yang seperti itu pada masanya. Meskipun di zaman
sekarang telah diganti dengan pasta gigi dan sikat gigi, tetap saja itu juga sulit bagi orang zaman
sekarang karena jika setiap akan melaksanakan shalat harus bersiwak dengan sikat gigi, maka
waktu yang diperlukan untuk berwudlu akan semakin lama dan bisa jadi memundurkan waktu
shalat dari awal waktunya.

Oleh karena itu, menurut peneliti keputusan Rasulullah dengan tidak mewajibkan siwak
adalah keputusan yang sangat tepat. Beliau selain memikirkan dilema kehidupan zaman dulu,
beliau juga berfikir untuk umatnya di masa yang akan datang. Andaikata Rasulullah
mewajibkannya, pastinya umatnya juga akan merasakan kesulitan dalam menjalankan ibadah.

Hal ini selaras dengan hadits riwayat Abu Huraira yang ditakhrij oleh al-Bukhari:

َّ ‫َس ُت َ ِوينُوَ ِبا ْعغَد َْو ِة َو‬


‫َعم ْو َح ِة‬ ِ ‫س ُ ِد ُوَ َو َ ِاربُوَ َورَب‬
ْ ‫ْش ُ ُموَ َو‬ َ ‫َعدينَ ر َ َح ْد إِ َّال‬
َ َ‫بلَبَهُ ف‬ ِ َّ ‫شُ ا‬َُ ُ‫س ُ ْم َوعَ ْن ي‬ْ ُ‫َعدينَ ي‬
ِ َّ‫إِن‬
44
‫َوش َِّْء ٌِ ْن َعد ْع َ ِة‬

“Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah seseorang berlebih-lebihan dalam urusan
agama melainkan agama akan mengalahkannya, maka tepatkanlah, dekatkanlah, dan
bergembiralah, minta bantuanlah dengan (melaksanakan ketaatan) di waktu pagi, sore, dan
sebagian malam hari” (HR. Bukhari)

Dalam hadits ini jelas disebutkan bahwa beragama itu mudah, jika ada kesulitan dalam
beragama maka agamalah yang akan memberikan kemudahan atau keringanan. Jika bersiwak
ini memberatkan bagi umat Rasulullah, maka siwak ini pula tidak diwajibkan meskipun banyak
memiliki kemanfaatan.

44
Al-Bukhari, al-jami’ al-sahih al-musnad min……………………., juz 1, 69,
3. Kesimpulan makna hadits.

Dari semua uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa islam sebagaimana yang dituturkan
Rasulullah SAW adalah agama yang mudah dan tidak memberatkan bagi pengikutnya. Jika ada
persoalan agama yang memberatkan pengikutnya, maka agamalah yang mempermudah
persoalan tersebut. Seperti halnya siwak, Rasulullah sudah memprediksi bahwa siwak ini jika
diwajibkan kepada umatnya, maka akan timbul masyaqoh bagi umatnya. Maka dengan rasa
kasih sayangnya rasulullah kepada umatnya beliau tidak mewajibkan siwak tersebut. Meskipun
didalam bersiwak ini banyak manfaat yang sangat besar bagi yang melakukannya, baik
kemanfaatan di dunia dan di akhirat.
G. REFRENSI

Al-Bukhari, al-jami’ al-sahih al-musnad min hadits Rasul Allah SAW Wa sunanihi Wa ayyamihi, CD
shofware Maktabah shamilah, isdar Al-Thalith.

Abdurrahman al-dharami, musnad al-imam al-dharami.

Muslim ibn al-hajjaj, al-jami’ al-sahih al-musamma sahih muslim.

Al-Nasai’, sunan al-Nasai’, http://www.al-islam.com

Ibn majah abu Abdullah Muhammad ibn yazid, sunan ibn majah, http://www.al-islam.com

Malik ibn anas, al-muwatta’. http://www.al-islam.com

Abu dawud, sunan abu dawud, http://www.al-islam.com

Abu bakar al-Baihaqi, al-sunan al-kubra li al-baihaqqi, (Beirut: dar al-kutub al-ilmiyah)

Ahmad ibn mumammad ibn hanbal, musnad ahmad, http://www.al-islam.com.

Al-mizzi, tahdhib al-kamal, (Beirut: Muassasah al-risalah,1980). CD shofware Maktabah shamilah,


isdar Al-Thalith.

Ibn Hibban, Al-Thiqat, (t. tp: Dar al-Fikr,1975). CD shofware Maktabah shamilah, isdar Al-Thani

al-dhahabi, Tadzkirah al-Huffadz, (t. tp: Dar al-Fikr,1975). CD shofware Maktabah shamilah, isdar Al-
Thani

Ibn hajar, : Taqrib al-Tahdzib, (Suriyah: Dar al-Rashid,1986). CD shofware Maktabah shamilah, isdar
Al-Thani

Al-Nawawi, Tadhzib Al-Asma’,. CD shofware Maktabah shamilah, isdar Al-Thani

Kementrian agama RI, al-Qur’an dan terjemahnya,

Damanhuri. Hadits-hadits al-fitrah dalam penelitian simultan. Sidoarjo:Dwiputra pustaka jaya. 2016..

Ismail Syuhudi, Kaedah Kesahihan Sanad Jakarta : Bulan bintang, 1988 ,

Anda mungkin juga menyukai