Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Islam di Papua” tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Sejarah Nasional Indonesia 2”.
Makalah ini berisikan tentang, perkembangan agama Islam khususnya di Papua.
Dan diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan manfaat kepada kita
semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, April 2013

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3

1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

2.1 Keadaan Geografis Kepulauan Papua ................................................................. 5

2.2 Proses Masuknya Islam di Papua ....................................................................... 6

2.3 Bukti-Bukti Peninggalan Islam di Papua .......................................................... 11

2.4 Kerajaan-Kerajaan Pertuanan Islam di Papua ................................................... 13

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. ........................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah


kebudayaan Nusantara, di mana pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit
sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Se-zaman dengan itu, muncul jaman
baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalur perdagangan Nusantara.
Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di
tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di
kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat
besar pengaruhnya di tempat-tempat baru. Sebagai kerajaan tangguh masa itu,
kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi seluruh wilayah Nusantara, termasuk
Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan disebut-sebut dalam kitab
Negarakertagama, sebagai wilayah Yurisdiksinya.

Proses Islamisasi di Papua di lakukan melalui jalur perdagangan yang di


kembangkan oleh para pedagang – pedagang dari suku Bugis melalui Banda (
Maluku Tengah ) dan di teruskan oleh para pedagang Arab dari Ambon yang
melalui Seram Timur. Selain melalui jalur perdagangan, kedatangan Islam ke
Papua pun bisa terjadi melalui pembuangan orang – orang yang beragama Islam
oleh Belanda yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa. Karena
pada saat itu Islam telah berkembang pesat di Nusantara, dan daerah – daerah
tersebut telah di kuasai oleh kerajaan – kerajaan Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan geografis Kepulauan Papua?

2. Bagaimana proses masuknya Islam di Papua?

3. Apa saja bukti-bukti peninggalan Islam di Papua?

3
4. Jelaskan kerajaan Pertuanan Islam di Papua

a. Pertuanan Raja Wertuar

b. Pertuanan Raja Fatagar

c. Pertuanan Raja Komisi

d. Pertuanan Raja Namatota

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan tentang keadaan geografis kepulauan Papua

2. Menjelaskan proses masuknya Islam di Papua

3. Menjelaskan bukti-bukti peninggalan Islam di Papua

4. Menjelaskan kerajaan-kerajaan Islam di Papua

1.4 Manfaat

1. Dapat mengetahui keadaan geografis kepulauan Papua

2. Dapat mengetahui proses masuknya Islam di Papua

3. Dapat mengetahui bukti-bukti peninggalan Islam di Papua

4. Dapat mengetahui kerajaan-kerajaan Islam di Papua

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Geografis Kepulauan Papua

Pulau Papua memiliki luas sekitar 421.981 km2, pulau Papua berada di
ujung timur dari wilayah Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang
bernilai ekonomis dan strategis, dan telah mendorong bangsa – bangsa asing
untuk menguasai pulau Papua. Kabupaten Pucuk Jaya merupakan kota tertinggi di
pulau Papua, sedangkan kota yang terendah adalah kota Merauke. Sebagai daerah
tropis dan wilayah kepulauan, pulau Papua memiliki kelembaban udara relative
lebih tinggi berkisar antara 80-89% kondisi geografis yang bervariasi ini
mempengaruhi kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990
penduduk di pulau Papua berjumlah 1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi
sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2006.

5
Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang
panjang seiring dengan sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan
masyarakat Papua, termasuk pula dengan bahasa-bahasa local dalam memaknai
nama Papua.

Jika dilihat dari karakteristik budaya, mata pencaharian dan pola


kehidupannya, penduduk asli Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar,
yaitu Papua pegunungan atau pedalaman, dataran tinggi dan Papua dataran rendah
dan pesisir.

Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan


menyerap ke segala aspek kehidupan, mereka memiliki suatu pandangan dunia
yang integral yang erat kaitannya satu sama lain antar dunia yang material dan
spiritual, yang sekuler dan sacral dan keduannya berfungsi bersama-sama.

2.2 Proses Awal Masuknya Islam di Papua

Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di


Nusantara, sehingga Islam di Papua luput dari kajian para sejarahwan lokal
maupun asing, kedatangan Islam di tanah Papua juga masih terjadi silang
pendapat di antara pemerhati, peneliti maupun para keturunan raja-raja di Raja
Ampat-Sorong, fak-fak, kaimana dan teluk Bintuni-Manokwari, diantara mereka
saling mengklaim bahwa Islam lebih awal datang kedaerahnya yang hanya di
buktikan dengan tradisi lisan tanpa didukung dengan bukti-bukti tertulis maupun
bukti-bukti arkelogis.

Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua, setidaknya dapat digali


dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua,
terdapat 7 versi yaitu:

6
 Teori Papua

Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian
rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam di wilayah fakfak, kaimana,
manokwari dan raja ampat (sorong). Teori ini memandang Islam bukanlah berasal
dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh kerejaan ternate dan tidore
atau pedagang muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi.
Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh
Allah Swt. mereka juga mengatak bahwa agama Islam telah terdapat di Papua
bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa
dahulu tempat turunya nabi adam dan hawa berada di daratan Papua.

 Teori Aceh

Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah


kabupaten Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada
tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh Abdul
Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak. Penetapan tanggal
awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh
putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII
(H. Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun
(1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan
di belakang masjid kampong Rumbati pada tahun 1374 M.

 Teori Arab

Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah
Papua, yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang
sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri
Arab, yang di perkirakan terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai bukti
adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun atau di bangun sekitar
tahun 1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan

7
Seminar Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang
dilaksanakan di Fakfak tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa:

1. Islam dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI),
dan diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan
sekitarnya)

2. Agama Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).

 Teori Jawa

Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946,


menceritakan bahwa orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen
yang kemudian menikah dengan siti hawa farouk yakni seorang mublighat asal
Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama menjadi Bayajid,
diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah
keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan
yang pertama masuk Islam.

 Teori Banda

Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak


dikembagkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan ke
fakfak melalui seram timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama haweten
attamimi yang telah lama menetap di ambon. Microb juga mengatakan bahwa cara
atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka oleh dua orang mubaligh dari banda
yang bernama salahuddin dan jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan
dengan cara khitanan, tetapi dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika
orang yang disunat mati, kedua mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya
mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-
duyun masuk agama Islam.

8
 Teori Bacan

Kesultanan Bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam kesiratan


yang dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku kie raha
(empat kerajaan Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya ja’far
as-shadiq (1250 M), melalui keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan
syiar Islam ke Sulawesi, philipina, Kalimantan, nusa tenggara, Jawa dan Papua.

Menurut Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal
abiding yang memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua
serta pulau-pulau disebelah barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan
salawati. Kemudian sultan bacan meluaskan kekuasaannya sampai ke
semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun 1606 M, melalui
pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau –
pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun masyarakat pedalaman masih tetap
menganut animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam.

Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan
nama – nama tempat dan keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di
kepulauan raja ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam
di Papua adalah kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian
pada abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan raja
ampat itu.

 Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore)

Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa


pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I )
memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah
pulau Misool, raja ampat, maka sultan ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar
putra sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita
Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki
Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut

9
adalah kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan
kerajaan Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram,
Goram, dan lain – lain.

Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat pada
abad pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di
Maluku ( Bacan, Ternate dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan
tersebut merupakan jalur perdagangan rempah – rempah ( silk road ) di dunia.
Sebagaimana ditulis sumber – sumber barat, Tome pires yang pernah
mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang
tiba di tidore pada tahun 1521 M. mengatakan bahwa Islam telah berada di
Maluku dan raja yang pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara
tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan berita Antonio Galvao yang
pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di Ternate (1540-1545 M).
mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau 90 tahun
yang lalu.

proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan


atau kekuatan militer. Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan
berangsur-angsur melalui beberapa jalur, diantaranya jalur perdagangan,
perkawinan, pendirian lembaga pendidikan pesantren dan lain sebagainya, akan
tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi di nusantara ini melalui
jalur perdagangan, dan pada akhirnya melalui jalur damai perdagangan itulah,
Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu
penyebaran Islam masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-kota pelabuhan. Para
pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-
tempat baru itu.

10
Pola Penyebaran Islam

Antara kedatangan Islam, terbentuknya masyarakat Muslim, lebih-lebih


munculnya kerajaan-kerajaan Muslim, mengambil proses waktu berabad-abad.
Demikian pula proses tersebut melalui bermacam-macam cara. Secara garis besar
proses penyebaran Islam dapat melalui berbagai saluran seperti: perdagangan,
perkawinan, birokrasi pemerintahan, pendidikan, tasawuf, cabang-cabang
kesenian dan lain-lain.

Pola penyebaran Islam di Tanah Papua, juga melalui beberapa saluran antara lain
sebagai berikut:

1. Saluran Perdagangan

2. Saluran Sosial Kultural

3. Saluran Politik

4. Saluran Perkawinan

5. Saluran Pendidikan

2.3 Bukti-Bukti Peninggalan Islam di Papua

1. terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa
lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek,
Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo.

2. tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke
mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.

3. Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di
beberapa masjid kuno.

11
4. Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf
Arab. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang
terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang
ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab.
Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa,
merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa.

Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1912 dibawa oleh Syekh
Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi
kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota Teluk Patipi
saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon
khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan
manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah
Indonesia Timur.

5. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak
yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe. Pada
masa penjajahan, masjid ini bahkan pernah diterjang bom tentara Jepang. Hingga
kini, kejadian tersebut menyisakan lubang bekas peluru di pilar masjid. Menurut
Musa Heremba, penyebaran Islam di kokas tak lepas dari pengaruh Kekuasaan
Sultan Tidore di wilayah Papua. Pada abad XV, kesultanan Tidore mulai
mengenal Islam. Sultan Ciliaci adalah sultan pertama yang memeluk agama Islam.
Sejak itulah sedikit demi sedikit agama islammulai berkembang di daerah
kekuasaan Kesultanan Tidore termasuk kokas.

12
Masjid Patimburak

2.4 Kerajaan-Kerajaan Pertuanan Islam di Papua

1. Pertuanan Raja Wertuar

Menurut keterangan Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa Raja


pertama Wertuar adalah Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja Vijao
ini dari cahaya, sedang Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga
bernama Winey yang beristrikan Boko Kopao dari Namatoria. Dari susunan Raja-
raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja ketujuh yakni Lakate pada
tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan bahwa yang dilantik adalah Raja
Wertuar keenam, yakni Sanempe. Hubungan Lakate dengan Sanempe adalah
hubungan saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti mereka hidup
dalam satu zaman.
Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja tersebut, kedua sumber
tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik oleh Sultan Tidore yang
bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar Lama. Turut
hadir dalam peristiwa pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan Raja
Misool Abdul Majid. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa Raja Rumbati

13
adalah Raja Misool telah lebih dahulu masuk Islam.
Disebutkan juga bahwa kedua masa pemerintahan Raja Wertuar keenam dan
ketujuh untuk pertama kalinya dibangun Masjid pertama Wertuar terletak di
Patimburak pada tahun 1870. Tapi sebelum masjid itu dibangun sudah ada lebih
dahulu bangunan musholla sebagai tempat ibadah mereka ditempat yang berbeda.
Disisi lain, dilihat dari data silsilah menunjukkan bahwa raja Wertuar ketiga,
Waney, yang bertahta di daerah Kramamongga dimana dia beristrikan putri
Namatota yakni Boki Kopiyai. Mereka diperkirakan hidup pada tahun 1576-1643.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kedua kerajaan ini (Kerajaan Wertukar dan
kerajaan Namatota) sudah terjalin kerja sama sejak abad XIV, atau bahkan jauh
sebelumnya sekitar tahun 1506-1576, dimana raja Wertuar kedua hidup. Kerja
sama keduanya kemudian disepakati mempertemukan anak mereka dalam wadah
perkawinan.
2. Pertuanan Raja Fatagar
Keterangan yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas 1997,
menceritakan bahwa Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun 1724-
1814. Raja Tewal bertahta di daerah Tubir Seram, yang hijrah dari Rumbati
(daerah Was). Pada saat kerajaan Fatagar masih di Rumbati, disana Islam sudah
ada dan berkembang dengan ditemukannya puing-puing bekas reruntuhan masjid.
Itu berarti Islam sudah masuk di daerah Rumbati sebelum tahun 1724. Sementara
itu, berdasarkan keterangan Raja Rumbati ke 16, H. Ibrahim Bauw 1986, bahwa
Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui perang besar antara Armada
Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati. Silsilah
keluarga muslim terpandang di Papua, yakni dari keluarga H. Ibrahim Bauw
dibawah ini bisa pula menjadi pijakan sejak kapan Islam masuk ke tanah Papua.
Patmogari—Nawarissa—Ismail—Samali—Abu Bakar—Ismail Samali Bauw
(lahir tahun 1938 wafat 2002)
Abu Bakar Bauw, Raja Rumbati gugur dalam Perang Dunia II di Kokas,
Fakfak pada tahun 1944 dalam usia 52 tahun. Jika diambil rata-rata generasi
berselisih 40 tahun, maka moyang dari keluarga Bauw telah masuk Islam sekitar
1600, dan sudah barang tentu sebelum itu, Islam telah tumbuh disana. H. Ibrahim

14
Bauw, Raja Rumbati yang meninggal pada tanggal 24 Agustus 1994 dalam usia
80 tahun. Dalam catatan pribadinya menjelaskan bahwa agama Islam telah masuk
ke Semenanjung Onin Fakfak pada tahun 1502. Dalam catatan tersebut, H.
Ibrahim Bauw juga menjelaskan bahwa selain Imam Abd. Ghafar yang datang dan
tinggal, menetap dan meninggal dunia di Rumbati, sekitar 100 tahun sebelumnya
datang seorang mubalighah dari Bandanaria bernama Siti Mashita. Beliau datang
ke kampung Patipi, menetap dan menetap dan meninggal dunia di kampung
tersebut. Beberapa naskah serah terima kontrolir menyebutkan bahwa berdasarkan
pemberitaan pelaut bernama Louis Vaes de Torres tahun 1606, ketika itu singgah
di pesisir daerah Onin (daerah Kaimana sampai Namatota) telah melihat beberapa
pedagang Islam yang bermukim disana. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa
waktu masuknya Lauis Vaes De Torres, Islam sudah ada dan berkembang di
daerah Fakfak.

3. Pertuanan Raja Komisi


Seorang Putera Mahkota Raja Komisi bernama Hakim Achmad
Aituararauw .menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di Pulau Adi
pada tahun 1626 dengan nama Eraam Moon, yang diambil dari bahasa Adi Jaya
yang artinya “Tanah Haram”. Raja pertamanya bernama Woran. Namun jauh
sebelumnya pada abad ke XV (1460-1541) penguasa pertama di pulau Adi, Ade
Aria Way, telah menerima Islam yang dibawa oleh Syarif Muaz yang mendapat
gelar Syekh Jubah Biru, yang menyebarkan Islam di utara dan kawasan itu.
Namun sambutan positif lebih banyak diterima di pulau Adi dalam hal ini di
daerah kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk Islam Ade Aria Way berganti
nama menjadi Samai. Kemudian Samai mencatat bahwa pada tahun 1760 Ndovin
yang merupakan generasi kelima dari Samai mendirikan kerajaan Kaimana dan
bertahta di sana dengan gelar Rat Umis As Tuararauw yang kemudian dikenal
dengan nama Raja Komisi.

15
4. Pertuanan Raja Namatota.
Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama
yakni Ulan Tua, telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan
generasi kelima. Lamarora merupakan raja kedua kerajaan Namatota diperkirakan
hidup pada tahun 1778-1884. Raja Lamarora selanjutnya datang ke daerah Kokas
dan disana beliau telah menyebarkan agama Islam dan kawin dengan perempuan
bernama Kofiah Batta, selanjutnya pasangan ini merupakan cikal-bakal Raja-raja
Wertuar. Salah seorang Raja Wertual (Kokas) bernama M. Rumandeng al-Amin
Umar Sekar 1934, dengan gigih pernah menentang pemerintah Belanda dengan
tidak mau menyetor uang tambang minyak kepada mereka. Akibatnya dia
dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum kemudian dibebaskan.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara geografis tanah Papua memiliki kedekatan relasi etnik dan


kebudayaan dengan Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan
Maluku Tengah, Tenggara dan Selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki
kedekatan dengan Maluku Utara. Oleh karena itu, dalam membahas sejarah
masuknya Islam ke Fakfak kedua alur komunikasi dan relasi ini perlu ditelusuri
mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung Onim Fakfak maupun Raja
Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang perebutan
pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku
Utara (Kesultanan Ternate dan Tidore). Nampaknya historiografi Papua
memperlihatkan bahwa yang terakhir inilah (Kesultanan Tidore) yang lebih besar
dominasinya di pesisir pantai kepulauan Raja Ampat dan Semenajung Onim
Fakfak. Walaupun demikian tidak berarti bahwa Ternate tidak ada pengaruhnya,
justru yang kedua ini dalam banyak hal sangat berpengaruh.

Dengan adanya pengaruh kedua kesultanan Islam ini di Raja Ampat,


Sorong dan Fakfak, maka telah dapat diduga (dipastikan) bahwa Islam masuk ke
Raja Ampat dan Semenanjung Onim Fakfak serta sebagian besar wilayah pantai
selatan daerah Kepala Burung pada umumnya termasuk kaimana di dalamnya
adalah wilayah lingkup pengaruh kedua kesultanan itu

17
DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1999.

Wanggai, Toni Victor. Rekonstruksi Umat Islam Di Tanah Papua. Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat Depag RI, 2009.
http://lengkas.wordpress.com/2012/03/22/umat-islam-papua-dibawah-
kolonialisme-belanda/ (diakses tanggal 24 April 2013)

18

Anda mungkin juga menyukai