Anda di halaman 1dari 10

WUKUF DI ARAFAH DAN PERMASALAHANNYA

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah
FIQIH
Program Studi Pendidikan Agama Islam Semester III (Tiga)
Tahun Akademik 2021/2022

Dosen :
Drs. H. Mastuhi, M.M.Pd

Oleh :

1. Abdul Aziz NIM 21030802200141


2. Imam Saepul Badri NIM 21030802200121
3. Yusi Fitri Nurrani NIM 21030802200099

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala kasih-Nya juga yang telah
memberikan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Wukuf di Arafah dan Permasalahannya” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah curah kepada Suri Tauladan kita yakni Nabi
Muhammad SAW.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ilmu Alamiah Dasar. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada bapak Drs. H.
Mastuhi, M.M.Pd selaku dosen mata kuliah Fiqih

Dalam penulisan maalah ini, kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan juga
kekurangan yang disebabkan karena kelalaian dan kekurangan kami, baik yang berkenaan
dengan materi pembahasan maupun pada teknik pengetikan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan guna menjadi acuan agar kami bisa lebih baik lagi
dalam pembuatan makalah.

Bandung, Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PEDAHULUAN....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Wukuf......................................................................................................................5
B. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi selama wukuf di Arafah............................................7
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN.........................................................................................................................9
B. SARAN.....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10
BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah haji merupakan rukun islam yang ke lima , dimana terdapat rukun dan wajib
haji. Rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji. Jika tidak
dikerjakan, maka hajinya tidak sah. Sedangkan wajib haji adalah kegiatan yang harus
dilakukan pada saat ibadah haji, yang jika tidak dikerjakan, maka penunai haji harus
membayar dam (denda).
Rukun haji ada enam, yaitu ihram, wukuf di arafah, thawaf ifadhah, sa’i, tahallul dan
tertib. Adapun wajib haji ada lima, yaitu berihram di miqat, mabit di muzdalifah,
mabit di mina, melontar jumrah, dan thawaf wada’.
Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling mutlak, artinya wukuf di Arafah
sangat ketat dan mendebarkan oleh karena kesyakralannya dan oleh karena waktunya.
Maka dari itu, kami dari kelompok lima kan membahas sedikit-banyaknya perihal
Wukuf di Arafah dan permasalahannya.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Wukuf?


2. Apa saja permasalahan-permasalahan atau kesalahan-kesalahan selama Wukuf di
Arafah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Wukuf di Arafah
2. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan atau kesalahan-esalahan selama
wukuf di Arafah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wukuf
Kata Wukuf berasal dari bahasa Arab “Wuquf” dengan akar kata waqafa berarti
berhenti, yang dengan pesan moralnya mengajarkan manusia untuk sejenak
meninggalkan aktivitas dunianya selama beberapa jam, yakni berhenti dari kegiatan
apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri. Sedangkan kata Arafah berarti naik-
mengenali. Dari makna bahasa ini dapat diperoleh suatu hikmah, bahwa wukuf di
padang arafah, pada hakekatnya adalah suatu usaha dimana secara fisik, tubuh jemaah
haji berhenti di Padang Arafah lalu jiwa-spiritual mereka naik menemui Allah SWT.
Menurut bahasa Wukuf berarti berhenti. Menurut istilah, Wukuf adalah berdiam diri di
padang Arafah sejak mulai tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai
terbitnya fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah. Wukuf ini merupakan salah satu rukun haji
yang paling utama.
Rasulullah SAW bersabda : “Haji adalah (wukuf) di Arafah.” (H.R Bukhari dan
Muslim)
Pelaksanaan Wukuf di Padang Arafah menjadi miniatur Padang Mahsyar, dimana
seluruh umat manusia akan dibangkitkan kembali dari kematian pada saat Yaumil Hisab
nanti. Setelah dibangkitkan kembali manusia dikumpulkan di sebuah tempat bernama
Padang Mahsyar untu mempertanggungjawabkan semua amal perbuatan selama
hidupnya.
Wukuf adalah sebagai peringatan kepada manusia tentang kebenaran ilahi. Umat
muslim yang ibadah haji pasti akan melaksanakan ibadah wukuf di Padang Arafah yang
gersang dan panas, berkumpul bersama orang dari berbagai negara dan berdiam diri
untuk bersama-sama larut dalam dzikir dan doa.

Adapun pelaksaanaannya yaitu :


Wukuf dilakukan setelah khutbah dan shalat Jama' Qashar taqdim Dzuhur dan Ashar.
Wukuf dilakukan dalam suasana tenang dan tawadhu kepada Allah. Wukuf dapat
dilaksanakan dengan berjamaah atau diri sendiri. Selama wukuf perbanyaklah Dzikir,
Istighfar, shalawat dan Do'a. sesuai dengan Sunnah rasulullah SAW.
Berikut adalah beberapa Sunnah-Sunnah Ketika Wukuf Di Arafah Dan Ketika
Meninggalkannya :
1. Wuquf (Berdiam diri) di bagian bebatuan.
Bagi jamaah haji, boleh melakukan wuquf di bagian mana saja di Kawasan
Arafah, hanya saja disunnahkan agar berdiam diri di hamparan bebatuan dibagian
bawah jabal Rahmah, yaitu sebuah bukit yang terdapat di Kawasan Arafah.Hal ini
berdasarkan hadits dari Jabir radhiyallahu anhu, “..sehingga ketika beliau sampai
di Arafah, beliau lalu meletakkan perut untanya di bebatuan, dan menjadikan jalan
umum tempat orang-orang berlalu Lalang di hadapannya..”
Imam An Nawawi berkata, ‘Inilah tempat yang disunnahkan. Adapun keyakinan
sebagian orang yang tiak mengerti dengan mengharuskan menaiki jabal Rahmah
tersebut dan mengatakan bahwa yang tidak menaikinya maka hajinya tidak sah,
adalah keyakinan yang sangat keliru.’
2. Menghadap kiblat dan mengangkat tangan seraya berdoa
Sesuai dengan hadits Jabir radhiyallahu anhu, “dan beliau menghadap kiblat…”
dan Nabi shallallahu alaihi was sallam, bersabda :
“Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah, dan sebaik-baik apa yang aku ucapkan
dan para Nabi sebelumku adalah, ‘Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah,
lahul mulku walahul handu,wahua alaa kulli syai’in qadiir’ (Tiada sesembahan
kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, semua kerajaan dan pujian hanyalah
milik-Nya, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu)’.” (hasan. HR. At-
Tirmidzi no. 3585, Ibnu Abi Syaibah 1/369)
Terdapat beberapa macam doa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam pada waktu wukuf, namun menurut para ulama, riwayat lain memiliki
kelemahan dalam sisi sanad sehingga tidak boleh diamalkan.
3. Mengucapkan Talbiyah
Hal ini berdasarkan keterangan hadits dari Sa’id bin Jubair, dia berkata, “Ketika
kami berada bersama Ibnu Abbas, dia berkata kepadaku, ‘Wahai Sa’id, mengapa
aku tidak mendengar suara talbiyah dari orang-orang?’ Aku menjawab, ‘Mereka
takut kepada Mu’awiyah.’ Sa’id berkata, ‘Maka Ibnu Abbas keluar dari kemahnya
dan berseru, ‘Labbaik allaahumma labbaik..’ sungguh mereka telah meninggalkan
Sunnah hanya karena kebencian kepada Ali radhiyallahu anhu.” (shahih. HR. Al-
Hakim 1/464-465, Al Baihaqi 5/103)
4. Hendaknya tidak berpuasa
Pada saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang berada di tempat
wukufnya di Arafah, orang-orang meragukan apakah beliau berpuasa atau tidak.
Maka, salah seorang istri beliau, Maimunah radhiyallahu ‘anha memberi
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam segelas susu, dan beliau meminumnya,
sementara orang-orang menyaksikannya. HR. Bukhari no. 1989, Muslim no.
1124)
5. Bertolak dengan tenang dari Arafah setelah terbenamnya matahari
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tatkala beranjak dari Arafah setelah
terbenamnya matahari, kemudian bersabda :
“Wahai manusia, hendaknya kalian dalam keadaan tenang, karena kebaikan
(ketaatan) bukan dengan ketergesa-gesaan.” (HR. Bukhari no. 1671, Muslim no.
1218, An-Nasa’i 5/257)
Tetapi boleh juga apabila mendapati keluasan jalan, hendanya sedikit bergegas,
hal ini juga pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang
disebutkan dalam sebuah riwayat lainnya, ‘Beliau berjalan dengan tenang, dan
ketika mendapatkan keluasan jalan, maka beliau sedikit mempercepat jalannya.”
(HR. Bukhari no. 1666, Muslim no. 1286)
6. Berjalan menuju Muzdalifah dengan senantiasa bertalbiyah
Nabi shallallahu alaihi wa sallam terus bertalbiyah hingga melempar jumrah
Aqabah. (HR. Bukhari no. 1544, Muslim)
Imam An Nawawi dalam hal menanggapi hadits ini, ia berkata, ‘Hadits ini
merupakan dalil bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam terus bertalbiyah
hingga waktu melempar jumrah pada siang hari Nahr.’

B. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi selama wukuf di Arafah


1. Wukuf di luar wilayah Arafah. Saat melakukan patroli, para dai dari Kementrian
Agama Arab Saudi masih banyak menemukan jamaah haji yang melakukan wukuf
di luar Arafah. Padahal kesalahan ini jika tidak diluruskan mengakibatkan haji kita
tidak sah.
2. Keluar dari Arafah sebelum matahari terbenam. Wukuf adalah rukun haji,
sedangkan melakukan wukuf hingga matahari terbenam adalah salah satu
kewajiban haji. Jika jamaah haji sudah keluar dari Arafah sebelum matahari
terbenam dan tidak kembali lagi, maka ia telah meninggalkan salah satu kewajiban
haji dan harus membayar dam dengan meyembelih seekor kambing.
3. Menyibukkan diri dengan naik Jabal Rahmat ,  berjalan-jalan, atau menuliskan
prasasti di sana. Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak
mendaki gunung ini saat wukuf.  Jadi barang siapa mendaki gunung dan
meyakininya sebagai ibadah, maka itu adalah bid’ah. Jika menaikinya sebagai
refreshing, maka hukumnya boleh, tetapi ada hal lain yang lebih baik dilakukan di
kesempatan yang belum tentu terulang ini.
4. Menghadap ke Jabal Rahmat saat dzikir dan doa dan membelakangi kiblat. Yang
sesuai dengan sunnah adalah menghadap ke kiblat saat berdoa,
Saat wukuf, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap Jabal Rahmat, tapi
pada saat yang sama beliau juga menghadap kiblat. Beliau menjadikan Jabal
Rahmat dan Ka’bah di arah depan beliau. Jika keduanya tidak bisa digabungkan,
maka yang diutamakan adalah menghadap kiblat, bukan gunung.
5. Tidak mengoptimalkan dzikir dan doa, tapi malah banyak ngobrol dan bercanda.
Hal ini sangat disayangkan, mengingat keistimewaan hari Arafah dan singkatnya
waktu wukuf. Saat Anda menempati tempat wukuf Anda, ingatlah bahwa ada
jutaan umat Islam yang menginginkan tempat itu, namun mereka tidak bisa
mendapatkannya karena tidak memiliki biaya, tidak memiliki kondisi fisik yang
memungkinkan, atau sebab lain. Dan Andalah yang dipilih Allâh, maka jangan
sia-siakan kesempatan emas ini dengan obrolan dan canda tawa!
6. Menyibukkan diri dengan berfoto ria selama di Arafah. Terlepas dari perselisihan
para Ulama dalam masalah hukum foto makhluk bernyawa, foto-foto ini bisa
menjadi pintu masuk setan untuk menjerumuskan ke dalam kubangan riya’
(beramal agar dilihat dan dipuji orang lain) yang membuat ibadah haji Anda sia-
sia. Sebisa mungkin  tutuplah ibadah mulia ini dari pandangan manusia, sehingga
hanya Allâh yang tahu, karena hanya dari-Nyalah kita mengharap pahala. Baca
Juga  Sebuah Renungan Ayat Tentang Haji
7. Merokok. Kebiasaan buruk ini sayang sekali masih kadang dilakukan jamaah haji
saat menjalankan rukun terpenting ibadah haji.
8. Menghibur diri atau mencari  kekhusyu’an dengan alunan musik.
9. Bersolek. Agama kita melarang wanita bersolek saat keluar rumah. Larangan ini
menjadi lebih tegas jika dilakukan saat menjalankan ibadah haji dan berada di
tanah suci.  Demikian pula dengan dua kesalahan yang sebelumnya.  Jika kita
melakukannya, masihkah kita berharap haji mabrur, sedangkan syaratnya adalah
meninggalkan kefasikan dan maksiat selama menjalankan ibadah ini.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut bahasa Wukuf berarti berhenti. Menurut istilah, Wukuf adalah berdiam diri di
padang Arafah sejak mulai tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai
terbitnya fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah. Wukuf dilakukan setelah khutbah dan shalat
Jama' Qashar taqdim Dzuhur dan Ashar. Wukuf dilakukan dalam suasana tenang dan
tawadhu kepada Allah. Wukuf dapat dilaksanakan dengan berjamaah atau diri sendiri.
Selama wukuf perbanyaklah Dzikir, Istighfar, shalawat dan Do'a. sesuai dengan Sunnah
rasulullah SAW. Adapun kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama wukuf di padang
Arafah adalah Wukuf di luar wilayah Arafah. Menyibukkan diri dengan naik Jabal
Rahmat, berjalan-jalan, atau menuliskan prasasti di sana. Menghadap ke Jabal Rahmat
saat dzikir dan doa dan membelakangi kiblat. Tidak mengoptimalkan dzikir dan doa, tapi
malah banyak ngobrol dan bercanda. Menyibukkan diri dengan berfoto ria selama di
Arafah. Merokok. Menghibur diri atau mencari  kekhusyu’an dengan alunan musik dan
Bersolek.

B. SARAN
Alangkah lebih baiknya lagi jika kita mencari materi atau ilmu dengan sebanyak-
banyaknya, bukan hanya yang diberikan dari pemakalah agar wawasan kita semakin
meluas.
DAFTAR PUSTAKA

Saadah, Arini. 2020. “Wukuf Adalah Puncak Ibadah Haji Umat Islam : Definisi, Waktu,
Amalan dan Doa. https://m.dream.co.id/your-story/wukuf-adalah-puncak-ibadah-haji-umat-
islam-definisi-waktu-amalan-doa-200821y.html Diakses pada Oktober 2021

https://umma.id/channel/umrah--hajj/post/sunnah-sunnah-ketika-wukuf-di-arafah-dan-ketika-
meninggalkannya-272247

Burhanuddin, Anas. “Kesalahan-Kesalahan Jmaah Haji Selama Di Arafah”.


https://almanhaj.or.id/9639-kesalahan-kesalahan-jamaah-selama-di-arafah.html. Diakses pada
Oktober 2021

Prod. Dr. H. Mardan, M.Ag. 2020. “Wukuf di Padang Arafah”. https://uin-


alauddin.ac.id/tulisan/detail/WUKUF-DI-PADANG-ARAFAH. Diakses pada Oktober 2021

https://iainpt.ac.id/wukuf-arafah-ushul-dan-hikmahnya/

Anda mungkin juga menyukai