Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Islam doa merupakan senjata yang utama bagi kaum muslimin.
Doa juga merupakan sarana untuk lebih dekat dengan sang pencipta yaitu Allah
swt. Doa juga merupakan sarana untuk meminta kepada dzat yang maha Pemurah
lagi maha Pengasih. Oleh sebab itu agar doa kita agar dapat segera di ijabah oleh
Allah, kaum Muslimin sering menggunakan tawasul dan hadharah dalam berdoa.
Hal tersebut bertujuan agar doa yang kita minta dapat dikabulkan oleh Allah,
dengan perantaraan para kekasih Allah. Dalam hal ini tawasul dan hadharah sering
menjadi bahan perdebatan di kalangan kaum Muslimin, oleh sebab itu dalam
makalah ini, kami bermaksud sedikit menjelaskan tentang tawasul dan hadharah,
agar supaya kita dapat lebih paham terhadap makna dari tawasul dan hadharah
tersebut dan dari itu kita dapat menyimpulkan sendiri bagaimana hukum tawasul
dan hadharah dalam Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadhoroh
Hadhoroh adalah bahasa Arab yang artinya hadir atau datang. Sedangkan
pengembangan kata hadhoroh tersebut menjadi laqob tadzim sehingga terbentuk
kata hadhorotun yang artinya yang mulia atau yang terhormat.
Dari pengertian tersebut sebagaimana kita bisa mendengarkan kata:
(illa hadrotin nabiyil mustofa dst)
Berarti mempersembahkan kepada yang mulia atua yang terhormat nama
yang disebut setelahnya.
Lafadh hadhoroh tersebut biasa digunakan pada saat kita akan melakukan
doa atau mendoakan orang yang sudah meninggal, tahlilan dan lain sebagainya.
B. Pengertian Tawasul
Tawasul adalah mengambil sarana/wasilah agar doa atau ibadahnya dapat
lebih diterima dan dikabulkan. Al-wasilah menurut bahasa berarti segala hal yang
dapat menyampaikan dan mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah
wasaa-il (an-nihayah fil gharibil hadiit wal atsar: v/185 Ibnul Atsir). Sedang
menurut istilah syariat, al-wasilah yang diperintahkan dalam al-Quran adalah
segala hal yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah Taala, yaitu berupa
amal ketaatan yang disyariatkan. (Tafsir Ath-Thabari IV/567 dan Tafsir Ibnu
Katsir III/103).

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya,
supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah: 35)
Mengenai ayat diatas Ibnu Abbas ra berkata, Makna wasilah dalam ayat
tersebut adalah al-qurbah (peribadatan yang dapat mendekatkan diri kepada
Allah)
Demikian pula yang diriwayatkan dari Mujahid, Ibnu Waidl, al-Hasan,
Abdullah bin Katsir, as-Suddi, Ibnu Zaid dan yang lainnya. Qatadah berkata
tentang makna ayat tersebut, Mendekatlah kepada Allah dengan mentaati-Nya
dan mengerjakan amalan yang diridhoi-Nya (Tafsir Ibnu Jarir ath-Thabari IV/567
dan Tafsir Ibnu Katsir III/103)
C. Dalil-Dalil Tentang Tawassul
1. Dalil dari Al-Quran
Allah swt berfirman dalam surat al-Maidah: 35.



Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya,
supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah: 35)

2. Dalil dari Hadits


a. Tawasul kepada nabi Muhammad saw sebelum lahir

Sebagaimana nabi Adab as pernah melakukan tawasul kepada nabi


Muhammad saw. Imam Hakim Annisabur meriwayatkan dari Umar berkata,
bahwa Nabi bersabda:
Rasulullah saw berbada: Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia
berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku meminta-Mu melalui Muhammad
agar Kau ampuni diriku, lalu Allah berfirman: Wahai Adam, darimana
engkau tahu Muhammad padahal belum aku jadikan? Adam menjawab: Ya
Tuhanku ketika Engkau menciptakan diriku dengan tangan-Mu dan Engkau
hembuskan ke dalamku sebagian dari Ruh-Mu, maka aku angkat kepalaku
dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis Laailaah illallaah
muhammadun rasulullah maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan
mencantumkan sesuatu kepada nama-Mu kecuali nama makhluk yang paling
Engkau cintai. Allah menjawab: Benar Adam, sesungguhnya ia adalah
makhluk yang paling Aku cintai, berdoalah dengan melaluinya maka Aku
telah mengampunyimu dan andaikan tidak ada Muhammad maka tidaklah aku
menciptakanmu
b. Tawasul kepada nabi Muhammad saw dalam masa hidupnya
Diriwayatkan oleh Imam Hakim:
Dari Utsman bin Hunaif: Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang
kepada Rasulullah saw berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai
orang yang menuntunku dan aku merasa berat Rasulullah berkata
Ambillah air wudhu, lalu beliau berwudhu dan sholat dua rakaat, dan
berkata: Bacalah doa (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu

dan menghadap kepada-Mu melalui nabi-Mu yang penuh kasih saying, wahai
Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta tuhanmu
melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan
berilah aku syafaat. Utsman berkata: Demi Allah kami belum lagi bubar
dan belum juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali
dengan segar bugar. (Hadits Riwayat Hakim di Mustadrak)
c. Tawasul kepada nabi Muhammad saw setelah meninggal
Diriwayatkan oleh Imam Addarimi:
Dari Aus bin Abdullah: Suatuu hari kota Madinah mengalami kemarau
panjng lalu datanglah penduduk Madinah ke Aisyah (Janda Rasulullah saw)
mengadu tentang kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata: Lihatlah kubur
Nabi Muhammad saw lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang
menutupinya dan langit terlihat langsung maka merekapun melakukan itu
kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun
gemuk maka disebutlah itu tahun gemuk (HR. Imam Darimi)
Diriwayatkan oelh Imam Bukhari:
Dari Anas bin Malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau
panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu
Abbas berkata: Ya Tuhanku sesungguhnya kami bertawasul (berperantara)
kepadamu melalui Nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawasul
dengan paman nabi kami maka turunkanllah hujan kepada, lalu turunlah
hujan.
d. Nabi Muhammad saw melakukan tawasul

Dari Abi Said al-Khudri; Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa keluar


dari rumahnya untuk melaksanakan shalat, lalu ia berdoa (artinya) Ya Allah
sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan
melalui langkahku ini, bahwa aku tidak untuk kejelekan, untuk kekerasan,
untuk riya dan sombong, aku keluar karena takut murka-Mu dank arena
mencari ridha-Mu, maka aku meminta-Mu agar Kau selamatkan dari neraka,
agar Kau ampuni dosaku sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali
diri-Mu, maka Allah akan menerimanya dan seribu malaikat ampunan
untuknya (HR. Ibnu Majad, dll)
D. Pandangan Para Ulama Tentang Tawasul
1. Pandangan Ulama Madzhab
Pada suatu hari ketika kholifah Abbasiah al-Mansur datang ke Madinah
dan bertemu dengan Imam Malik, maka beliau bertanya: Kalau aku berziarah ke
kubur nabi, apakah menghadap kubur atau qiblat? Imam Malik menjawab:
Bagaimana engkau palingkan wajahmu dari (Rasulullah) padahal ia perantaramu
dan perantara bapakmu Adam kepada Allah, sebaiknya menghadaplah kepadanya
dan mintalah syafaat maka Allah akan memberimu syafaat (Al-Syifa karangan
Qadli Iyad al-Maliki juz: 2 hal: 32)

2. Pandangan Ibnu Taimiyah


Syekh Ibnu Taimiyah dalam sebagian kitabnya memperbolehkan tawassul
kepada Nabi Muhammad saw tanpa membedakan apakah beliau masih hidup atau

sudah meninggal. Beliau berkata: Dengan demikian, diperbolehkan tasawul


kepada Nabi Muhamamd saw dalam doa.
3. Pandangan Imam Syaukani
Beliau mengatakan bahwa tawasul kepada nabi Muhamad saw ataupun
kepada yang lain (orang sholeh), baik pada masa hidupnya maupun setelah
meninggal adalah merupakan ijma para shahabat.
E. Tawasul yang Disyariatkan
Berdasarkan penjelasan tentang pengetian tawasul di atas, dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya setiap ketaatan dan sikap merendahkan diri di
hadapan Allah dapat dijadikan sebagai bentuk tawassul. Namun di sama ada
beberapa amal khusus yang disebutkan dalam dalil untuk dijadikan sebagai bentuk
bertawasul kepada Allah, diantaranya:
1. Melalui asmaul husna
2. Membaca sholawat
3. Memilih waktu dan tempat mustajab
-

Waktu antara adzan dan iqamah

Di akhir shalat fardhu sebelum salam

Satu waktu di hari jumat setelah Ashar

4. Meminta orang shaleh yang masih hidup untuk mendoakannya


Namun ada beberapa hal yang perlu untuk diingat terkait dengan meminta
orang lain agar mendoakannya:
-

Hendaknya tidak dijadikan kebiasaan

Doa yang diminta bukan murni masalah dunia dan untuk kepentingan
pribadinya

5. Amal shaleh
Tawasul yang disyariatkan dapat dikelompokkan menjadi tiga:
a. Tawasul dengan memuji Allah sambil menyebut asmaul husna
b. Tawasul dengan meminta ornag shaleh yang masih hidup untuk
mendoakannya
c. Tawasul dengan amal shaleh. Membaca shalawat, memilih waktu yang
mustajab dan semacamnya tercakup dalam amal shaleh
F. Tawasul yang Terlarang
Tawasul yang terlarang adalah menggunakan sarana untuk mendekatkan
diri kepada Allah dengan sesuatu yang tidak dijelaskan oleh syariat. Tawasul
yang terlarang dapat dikelompokkan menjadi dua macam:
1. Bertawasul dengan sesuatu yang tidak dijelaskan oleh syariat
Diantara bentuk tawasul semacam ini adalah tawasul yang dilakukan sebagian
kaum muslimin pada saat membaca shalawat Badr. Dalam shalawat iini
terdapat kalimat , yang artinya: Kami bertawasul dengan sang pemberi
petunjuk Rasulullah dan setiap orang yang berjihad di jalan Allah, yaitu
pasukan perang badar
2. Tawasul dengan ruh orang shaleh, jin dan malaikat
Tawasul jenis kedua ini adalah model tawaasul yang dilakukan oleh ornagorang musyrik jahiliyah. Mereka meng-agung-kan berhala, kuburan, petilasan

orang-orang shaleh karena mereka yakin bahwa ruh orang shaleh tersebut
akan menyampaikan doanya kepada Allah taala. Bahkan bentuk tawasul
semacam ini merupakan bentuk kemusyrikan yang terjadi pada kaumnya nabi
Nuh as. Sebagaimana keterangan Ibnu Abbas ra ketika menjelaskan awal
terjadinya kesyirikan di saat beliau menafsirkan surat al-Baqarah ayat 213.
Ibnu Abbas mengatakan, Jarak antara Adam dan Nuh ada 10 abad. Semua
manusia berada di atas syariat yang benar (syariat tauhid). Kemudian mereka
berselisih (dalam aqidah). Akhirnya Allah mengutus para Nabi sebagai
pemberi peringatan.

BAB III
KESIMPULAN

Hadhoroh adalah bahasa Arab yang artinya hadir atau datang. Sedangkan
pengembangan kata hadhoroh tersebut menjadi laqob tadzim sehingga terbentuk
kata hadhorotun yang artinya yang mulia atau yang terhormat.
Tawasul adalah mengambil sarana/wasilah agar doa atau ibadahnya dapat
lebih diterima dan dikabulkan.
Tawasul yang disyariatkan dapat dikelompokkan menjadi tiga:
a. Tawasul dengan memuji Allah sambil menyebut asmaul husna
b. Tawasul dengan meminta ornag shaleh yang masih hidup untuk
mendoakannya
c. Tawasul dengan amal shaleh. Membaca shalawat, memilih waktu yang
mustajab dan semacamnya tercakup dalam amal shaleh
Tawasul yang terlarang dapat dikelompokkan menjadi dua macam:
1. Bertawasul dengan sesuatu yang tidak dijelaskan oleh syariat
2. Tawasul dengan ruh orang shaleh, jin dan malaikat
Agama tidak melarang kita umat Islam untuk bertawasul, malah kita dianjurkan
untuk melakukannya.

10

DAFTAR PUSTAKA

Khoiruon Nahdliyin, Ahlussunah Wal Jamaah. LKPSM. Yogyakarta. 1999


Muhammad Tolhah Hasan, Ahlussunah Waljamaah dalam Persepsi dan Trandisi
NU. Lantabora Press. Jakarta. 2006

11

Anda mungkin juga menyukai