0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
231 tayangan3 halaman
Paragraf pertama membahas tentang Socrates yang mempelajari manusia dengan bertanya kepada mereka tentang konsep-konsep seperti keindahan dan keberanian untuk mencari kebenaran. Paragraf kedua menjelaskan metode Socrates yaitu menggunakan induksi dan definisi untuk membuktikan bahwa pengetahuan universal ada. Paragraf ketiga membahas bahwa dengan definisi, Socrates dapat menyanggah relativisme kaum sofis dan membuat manus
Paragraf pertama membahas tentang Socrates yang mempelajari manusia dengan bertanya kepada mereka tentang konsep-konsep seperti keindahan dan keberanian untuk mencari kebenaran. Paragraf kedua menjelaskan metode Socrates yaitu menggunakan induksi dan definisi untuk membuktikan bahwa pengetahuan universal ada. Paragraf ketiga membahas bahwa dengan definisi, Socrates dapat menyanggah relativisme kaum sofis dan membuat manus
Paragraf pertama membahas tentang Socrates yang mempelajari manusia dengan bertanya kepada mereka tentang konsep-konsep seperti keindahan dan keberanian untuk mencari kebenaran. Paragraf kedua menjelaskan metode Socrates yaitu menggunakan induksi dan definisi untuk membuktikan bahwa pengetahuan universal ada. Paragraf ketiga membahas bahwa dengan definisi, Socrates dapat menyanggah relativisme kaum sofis dan membuat manus
A. Dunia Bayang-Bayang ( the story of the caveman)
Seseorang yang suka merenung pasti pernah memikirkan tentang makna
hidupnya, apa tujuan hidup itu.? Atau untuk apa aku peroleh ilmu pengetahuan.? Pada masa Yunani Kuno pertanyaan-pertanyaan seperti itu pernah ditanyakan oleh penduduk Yunani dan Socrates mencoba menjawabnya. Socrates mengajarkan bahwa kebajikan adalah hal yang paling berharga diantara semua yang dimiliki seseorang. Bahwa kebenaran terletak di luar bayang-bayang pengalaman kita sehari-hari. Tabiat Socrates tercermin dalam hal dunia bayang-bayang yang menyatakan : padang rumput dan pohon kayu tak memberi pelajaran apapun kepadaku. Manusia ada, ia memperhatikan yang baik dan buruk, yang terpuji dan tercela. Kemudian Socrates pergi ke tanah lapang, yang didapati di tanah lapang banyak orang berkumpul. Tidak lama ia ke pasar, ia bertanya kepada semua orang, menanyakan apa yang dibuatnya. Ia ingin mengetahui semua dari orang yang mengerjakannya. Ia bertanya kepada pelukis tentang apa yang dikatakan indah dia juga bertanya kepada prajurit apa yang dikatakan berani.? Kepada ahli politik ditanyakan, berbagai hal yang dipersoalkan. Dalam ilmu pengertahuan modern sekarang, dunia bayang-bayang (the story of the caveman), terutama dalam psikologi disebut abstrak thinking (berpikir abstrak) sebagai bentuk daya imajinasi seseorang untuk mendesain sebuah penemuan atau gagasan terhadap sesuatu. Dunia bayang-bayang atau berpikir abstrak diperlukan bagi manusia untuk mendefinisikan sesuatu hal demi kemajuan dan kesejahteraan kehidupan manusia dan dunia bayang-bayang sebagai landasan awal bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut PLATO dunia bayang-bayang bukanlah realitas sebenarnya. Yang merupakan realitas sebenarnya adalah idea. Idea merupakan sesuatu yang sungguh-sungguh ada:realitas.1
B. Metode Socratic: gnoti seeauton, maieutica-technic, dan dialektika
Sokrates tidak menghidangkan suatu ajaran sistematis. Tetapi itu tidak
berarti bahwa ia bertindak tidak berencana. Sumber-sumber yang memberi informasi mengenai ajarannya, semua setuju dalam mengatakan bahwa Sokrates mempergunakan suatu metode tertentu. Metode ini bersifat praktis dan dijalankan 1 Poedjawijatna,Pembimbing Kearah Alam Fisafat(Jakarta:Rineka Cipta,2005),33
dalam percakapan-percakapan. Sokrates tidak menyelidiki fakta-fakta, melainkan
ia menganalisis pendapat-pendapat atau tuturan-tuturan yang dikemukakan orang. Sokrates selalu memulai dengan menganggap jawaban pertama sebagai suatu hipotesis dan dengan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut ia menarik segala konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Dalam dialog-dialog yang dikarang Plato dalam masa mudanya sering terjadi bahwa percakapan berakhir tanpa hasil yang definitive. Plato sendiri mengatakan beberapa kali bahwa dialog-dialog itu berakhir dengan aporia (rasa bingung). Metode Sokrates tersebut biasa disebut dialektika, karena dialog atau percakapan mempunyai peranan hakiki di dalamnya. Dalam suatu kutipan yang terkenal dari dialog Theaitetos, Sokrates sendiri mengusulkan nama lain untuk menunjukkan metodenya, yaitu maieutike tekhne (seni kebidanan). Seperti ibunya adalah seorang bidan, katanya, demikian pun tugas Sokrates dapat dibandingkan dengan pekerjaan seorang bidan. Tetapi ia tidak menolong badan bersalin, melainkan ia membidani jiwa-jiwa. Di dalam traktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan mengenai metode Sokrates. Ada dua penemuan, katanya, yang menyangkut Sokrates, kedua-duanya berkenaan dengan dasar pengetahuan, yang pertama ialah ia menemukan istilah induksi dan yang kedua ia menemukan definisi. Dalam logikanya Aristoteles mempergunakan istilah induksi untuk mengacu ke proses pemikiran dimana akal budi manusia, dengan bertolak dari pengetahuan tentang hal-hal yang khusus, menyimpulkan pengetahuan yang umum. Dan memang itulah yang dilakukan oleh Sokrates. Penemuan kedua yang menurut Aristoteles berasal dari Sokrates ialah definisi, dan tentu saja ada hubungan yang erat dengan induksi tadi. Karena definisi ini diperoleh dengan jalan mengadakan induksi itu. Suatu definisi berusaha menentukan intisari atau hakikat suatu hal. Sokrates tidak mendefinisikan gambar-gambar matematis, melainkan sifat-sifat yang menyangkut tingkah laku manusia. Dengan definisi itu, Sokrates dapat membuktikan kepada orang Sofis bahwa pengetahuan yang umum ada, yaitu definisi itu. Jadi, orang Sofis tidak seluruhnya benar: yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus; yang khusus itulah yang kebenarannya relative. Dengan mengajukan definisi itu Sokrates telah dapat menghentikan laju dominasi relativisme kaum sofis yang menganggap bahwa adil tidaknya dan berani tidaknya suatu perbuatan tergantung pada manusia saja, karena manusia adalah ukuran untuk segala sesuatu. Dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan akidah agama mereka.