Anda di halaman 1dari 13

PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM

MENUMBUHKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA SMP NEGERI 1 JENANGAN

Arif Rahman Hakim, M. Pd, Amalia Alfitrianingrum, Fadeli Ehsan Hanafi, Sahidin, Yerin Tri
Agustina

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

e-mail : arif@iainponorogo.ac.id , amaliaalfitria@gmail.com , fadeliehsanh@gmail.com ,


idinsahidin959@gmail.com , yerintina21@gmail.com

Abstrak

Globalisasi yang terjadi pada saat ini telah membawa masyarakat Indonesia
melupakan pendidikan karakter bangsa, terutama pada karakter religius. Padahal pendidikan
karakter religius merupakan suatu pondasi yang sangat penting serta perlu ditanamkan kepada
anak sejak dini. Oleh karena itu, SMP Negeri 1 Jenangan menerapkan pelaksanaan program
kegiatan keagamaan untuk menumbuhkan karakter religius siswanya. Adapun program
kegiatan keagamaan yang di laksanakan di SMP Negeri 1 Jenangan ialah sholat dhuha
berjamaah, shalat dhuhur berjamaah, kultum dhuhur, shalat tahiyyatul masjid sebelum
pembelajaran PAI, murattal juz ‘amma sebelum pembelajaran PAI, serta tahfidz Qur’an.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan kegamaan
di SMP Negeri 1 Jenangan serta dampaknya terhadap pembentukan karakter religius siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan sumber data
di peroleh melalui teknik wawancara, observasi dan penyebaran angket. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan keagamaan di SMP Negeri 1 Jenangan sudah
berjalan dengan efektif karena pelaksanaannya tidak di lakukan hanya satu kali melainkan
setiap hari. Dampak yang diberikan sangat luar biasa terhadap pembentukan karakter religius
siswa dibuktikan dari perolehan penyebaran angket dengan presentase 63% siswa pada
kategori sangat baik.

Kata kunci : kegiatan keagamaan, karakter religius

PENDAHULUAN

Di zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, pengaruh globalisasi terutama
pada bidang ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
berkembang dan mudah di akses oleh orang-orang mulai dari kalangan anak-anak sampai
orang dewasa sangat mempengaruhi tatanan hidup masyarakat, terutama generasi muda yang
akan menjadi penerus pergerakan bangsa. Pengaruh – pengaruh yang diakibatkan dari hal
tersebut banyak berdampak negatif terutama terhadap anak-anak remaja yaitu salah satunya
pada karakter, moral atau tingkah laku remaja yang semakin hari semakin terdegradasi.
Karena mereka para anak-anak remaja banyak mendapatkan informasi atau hal-hal yang
bersifat negatif dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi tersebut yang entah dari
mana sumbernya. Seperti contohnya tawuran antar pelajar yang sering terjadi akhir - akhir ini,
kasus bullying di sekolah-sekolah, dan perilaku - perilaku kriminal lainnya. Oleh sebab hal
itu, sudah menjadi tanggung jawab para pihak seperti halnya orang tua yang harus mendidik
anak-anaknya dengan baik, juga lingkungan sekolah yang harus memberikan pendidikan yang
maksimal kepada anak-anak remaja dan lingkungan masyarakat yang mendukung
pembentukan karakter anak yang baik.

Pendidikan merupakan media seperti sebuah senjata oleh masyarakat yang digunakan
untuk memberikan ilmu pengetahuan dan merubah konsep social budaya yang berindikasi
dalam hal-hal negatif kepada hal positif sehingga tercipta sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan memiliki peranan yang sangat krusial di tengah banyaknya dekadensi
moral yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah membuat undang-undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pada bab II pasal 3 yang memuat isi
tentang tujuan Pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Sehingga dalam hal membentuk perilaku dan tingkah laku anak, diperlukan adanya
Pendidikan karakter, barangkali berasal dari lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.

Dalam pembentukan karakter siswa yang berakhlak, bertaqwa, serta memiliki


pengetahuan yang luas guna mengembangkan potensi dan kemampuan pada diri siswa.
Pendidikan seharusnya tidak hanya memperhatikan peningkatan pada aspek pengetahuan atau
kognitif siswa saja, tetapi juga harus memperhatikan aspek sikap dan perilaku pada diri
individu siswa. Karena pada awal konsepnya pendidikan tidak hanya berperan untuk
mendidik siswa menjadi manusia yang berintelektual tinggi saja, tetapi juga membentuk
tingkah laku dan karakter siswanya menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Mengingat
pentingnyaMkarakter dalam diri siswa, maka pendidikan memiliki tanggung jawab yang
begitu besar untuk dapat membentukhkarakter siswa.

Pendidikan karakter dalam situasi sekarang ini, cukup selaras dalam mengatasi moral
dan tingkah laku anak-anak remaja yang ada di Indonesia. Pendidikan karakter merupakan
sebuah usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk menginternalisasikan nilai-nilai moral
dan akhlak sehingga tercipta dalam implementasi sikap dan perilaku yang baik. Dalam
pendidikan karakter sendiri terdapat delapan belas nilai yaitu diantaranya nilai religius, kerja
keras, disiplin, bersahabat atau komunikatif, kreatif, mandiri, demokratis, memiliki rasa ingin
tahu, jujur, toleransi, semangat kebangsaan, cinta tanah air, cinta damai, gemar membaca,
menghargai prestasi, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab. Dari beberapa nilai
yang terkandung dalam Pendidikan karakter tersebut, karakter yang bernilai religius-lah yang
menjadi karakter utama yang harus ditanamkan dan dikembangkan sedini mungkin kepada
siswa. Dengan karakter religius tersebut, siswa diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan
ketentuan dan ketetapan syari’at agama. Dalam prosesnya, pembentukan karakter merupakan
tanggung jawab semua pihak, baik guru, orang tua, maupun masyarakat melalui pendidikan
formal disekolah ataupun pendidikan nonformal di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Melihat kondisi tersebut peneliti akan melakukan penelitian di salah satu sekolah yang
menerapkan berbagai program kegiatan keagamaan untuk menumbuhkan karakter religius
siswa, yaitu di SMP Negeri 1 Jenangan. Sekolah ini merupakan sekolah yang sangat familiar
di kalangan masyarakat sekitar Kecamatan Jenangan. Di sekolah ini menerapkan berbagai
cara dalam menumbuhkan karakter religius, salah satunya yaitu melalui kegiatan keagamaan
seperti sholat dhuhur dan sholat dhuha berjamaah, kultum setelah dhuhur, sholat tahiyatul
masjid sebelum pembelajaran, murotal Juz ‘Amma, serta tahfidz Qur’an. Dengan adanya
kegiatan keagamaan menjadi salah satu cara pembiasaan dalam menumbuhkan karakter
religius siswa. pembiasaan – pembiasaan tersebut akan bisa dengan cepat melekat pada diri
siswa karena sangat mudah diikuti.

Demikian, hal diatas sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh
Rahma Nurbaiti, Susiati Alwy dan Imam Taulabi dengan judul penelitian “Pembentukan
Karakter Religius Siswa Melalui Pembiasaan Aktivitas Keagamaan” dalam penelitian
tersebut, menunjukkan hasil penelitiannya yaitu peneliti menjelaskan tentang pembiasaan-
pembiasaan yang dilakukan di MIN 2 Bandar Kidul Kota Kediri melalui aktivitas keagamaan
untuk menumbuhkan karakter religius siswa, diantara aktivitas keagamaan yang diterapkan
adalah pembiasaan sholat dhuha, membaca asmaul husna, istighasah, dan pelaksanaan
kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam). Hal ini sama dengan penelitian yang peneliti
lakukan di SMP negeri 1 Jenangan ini. Perbedaannya pada pembahasan tentang dampak yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan keagamaan tersebut.

SMP Negeri 1 Jenangan merupakan sekolah umum yang tidak berkedok madrasah,
namun sangat memperhatikan karakter religius siswanya dengan mengadakan program
kegiatan keagamaan tersebut. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri karena belum tentu
dilakukan oleh sekolah lain. Program kegiatan keagamaan yang diterapkan di SMP Negeri 1
Jenangan menjadi pembeda antara sekolah umum lain sekitarnya. Sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Jenangan. Dari pemaparan konteks penelitian
diatas maka dalam hal ini peneliti melakukan penelitian dengan mengambil judul
“Pelaksanaan Program Kegiatan Keagamaan Dalam Menumbuhkan Karakter Religius
Siswa di SMP Negeri 1 Jenangan”.

METODE

Dalam kegiatan penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif
deskriptif. Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 1 Jenangan kabupaten Ponorogo.
Pengumpulan sumber data diperoleh melalui teknik wawancara dan observasi. Wawancara
dilakukan dengan guru PAI, wali kelas, dan beberapa siswa-siswi SMP Negeri 1 Jenangan
serta hasil dari observasi langsung di lingkungan sekolah. Dalam pengumpulan data agar
memperoleh informasi yang lebih rinci dan signifikan, peneliti melakukan wawancara bebas,
narasumber tidak menyadari sepenuhnya bahwa jawaban yang ia berikan dijadikan sebagai
sumber data penelitian. Sedangkan observasi dilakukan secara opsional ketika kegiatan
magang berlangsung dan menyebarkan angket. Sedangkan untuk teknik analisis data yang
diperoleh dilakukan penjabaran kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat kemudian
diambil beberapa kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kriteria terbentuknya karakter religius dapat diketahui ketika nilai-nilai keagamaan


sudah tertanam dalam diri siswa, seperti halnya memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT serta memiliki kepribadian dan karakter yang baik kepada semua makhluk ciptaan
Allah SWT. Berdasarkan kriteria tersebut, maka pelaksanaan program kegiatan keagamaan di
SMP Negeri 1 Jenangan dapat dikatakan berjalan dengan efektif karena program keagamaan
ini dilaksanakan secara rutin baik ketika kegiatan pembelajaran berlangsung maupun diluar
kegiatan pembelajaran. Program kegiatan keagamaan di SMP Negeri 1 Jenangan diharapkan
dapat menjadi kebiasaan siswa-siswi dalam menerapkannya tidak hanya di lingkungan
sekolah melainkan di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat juga. Dengan
demikian, kegiatan keagamaan ini akan menjadi budaya religius di sekolah dan kehidupan
sehari-hari sehingga terbentuk karakter religius pada masing-masing individu siswa.
Hasil wawancara dengan salah satu guru keagamaan Bapak Drs. Mulyadi di SMP
Negeri 1 Jenangan terdapat beberapa program kegiatan keagamaan yang diterapkan di SMP
Negeri 1 Jenangan, yaitu pertama, Pembiasaan Sholat Dhuha Berjamaah. Selain shalat fardhu
yang wajib dilaksanakan dan tidak boleh ditinggalkan, beberapa sholat sunah yang telah
disunatkan oleh Nabi Muhammad S.A.W juga banyak diantaranya ialah sholat dhuha. Shalat
Sunnah Dhuha merupakan shalat sunnah dengan banyak sekali keistimewaan. Pada umumnya
melakukan shalat Dhuha sebagai jalan untuk memohon ampunan dari Allah Swt, mencari
ketenangan hidup dan memohon agar dilapangkan rezeki seseorang. Yang namanya rezeki
tidaklah selau berupa materi atau harta, Ilmu yang beranfaat, amal shalih dan segala yang
membuat tegaknya agama, rezeki berupa jodoh jadi intinya akan mendapat rezeki dalam
bentuk apapun bagi orang yang selalu mengamalkan shalat Dhuha.
Menurut Adiba A. Soebachman yang dimaksud waktu Dhuha adalah waktu ketika
matahari mulai naik sepenggalah, yaitu kurang lebih tujuh hasta sejak terbitnya matahari, dan
batasannya sekitar pukul tujuh pagi hingga menjelang waktu Dhuhur. Sedangkan menurut
Syafi’i Abdullah waktu untuk melaksanakan shalat Dhuha adalah dimulai saat matahari sudah
naik kira-kira sepenggalah, atau kira-kira 7 hasta dan berakhir disaat matahari lingsir, akan
tetapi disunahkannya melaksanakan di waktu yang agak akhir yaitu di saat matahari agak
tinggi dan panas agak terik. Setelah mengetahui pengertian waktu dhuha, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang
dikerjakan pada pagi hari ketika matahari sudah naik, kurang lebih tingginya sekitar tujuh
hasta atau pukul 07.00 sampai dengan waktu menjelang Dhuhur, supaya memastikan tidak
masuk waktu dhuhur dilaksanakan sebelum jam 11.00 siang.
Pembiasaan shalat dhuha ini merupakan salah satu program keagamaan yang ada di
SMP Negeri 1 Jenangan yang mana program ini bertujuan untuk membiasakan siswa untuk
melaksanakan shalat sunnah disamping ibadah shalat wajib karena shalat sunnah ini salah
satunya yang ditekankan oleh Rasulullah SAW. Dalam pelaksanaannya shalat dhuha
dilakukan pada hari selasa jam 7 pagi dan sebelum pembelajaran PAI dimulai. Kegiatan shalat
dhuha dilakukan secara berjamaah dengan harapan siswa memiliki kebiasaan hidup dengan
mengutamakan kepentingan bersama, dan untuk menjalin komunikasi dan silaturahmi yang
baik antar siswa.
Kedua, ada program kegiatan keagamaan yaitu pembiasaan Sholat Dhuhur Berjamaah.
Sholat merupakan rukun islam yang kedua setelah syahadat. Sholat ialah aspek yang vital
sendiri bagin muslim untuk beribadah kepada Allah. Karena sholat merupakan sarana muslim
mensucikan dirinya, mengingat tuhannya (allah) dan berdoa. Dalam syariat islam sholat telah
digariskan sebagai tiangnya agama dan barang siapa meninggalkan sholat ia sama aja telah
merobohkan agamanaya.1 Perkara sholat sangat banayak macamnya yang telah tersyariatkan
dalam agama islam. Yang wajib dilaksanakan dan tidak boleh ditinggalkann ialah sholat
fardhlu lima waktu, subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya’. Melaksanakan shalat berjamaah
hukumnya sunnah muakad, artinya sunnah yang dianjurkan. Melaksanakan shalat berjamaah
lebih utama dibandingkan shalat sendirian atau munfarid. Shalat selain bermakna ibadah, juga
memiliki hikmah yang tersebar ke banyak aspek. Salah satunya adalah aspek akhlak, terutama
akhlak sosial.
Sholat berjama’ah yang khususnya dilakukan disekolah memiliki rangkaian yang lebih
kompleks, yaitu dimulai dari rangkaian mengantri wudhu, merapikan shaf, menaati imam,
tidak mengganggu makmum lain meski teman sendiri, hingga berdo’a bersama setelah sholat.
Hal ini memberi siswa pelajaran tentang sportifitas, kesabaran, ketaatan, dan kebersamaan.
Sholat berjama’ah yang dilakukan di masjid akan mempertemukan seorang remaja dengan
orang-orang shaleh, hal tersebut sedikit banyaknya akan mempengaruhi keshalehannya juga.
Hikmah-hikmah dari shalat berjamaah tersebut tidak bisa serta merta meresap apalagi menjadi
karakter siswa, apabila dilakukan hanya sekali dua kali. Maka dari itu, ia harus dibiasakan,
dilaksanakan setiap waktu, agar ada pelajaran yang mengendap ke dalam dirinya, seperti
lumut di dinding pipa, yang tumbuh karena seringnya pipa tersebut dilewati oleh air.
Membiasakan sholat berjamaah memang bukanlah hal yang mudah, namun ketika seorang
remaja mau melangkahkan kaki untuk berjama’ah saja, itu sudah merupakan sebuah
pencapaian, karena sang anak berarti telah memiliki benih-benih karakter yang baik.
Dalam hal ini, kegiatan Shalat dhuhur berjamaah sudah diterapkan dan dibiasakan di
SMP Negeri 1 Jenangan oleh para warga sekolah sebagai wadah dalam menumbuhkan
karakter siswa. Tujuan diadakannya kegiatan ini untuk membiasakan siswa dalam melakukan
shalat setiap harinya, walaupun disekolah hanya membiasakan shalat dhuhur berjamaah
dengan harapan mereka dapat terbiasa dalam melaksanakan shalat wajib lainnya. Pelaksanaan
1
Adrian Yudabangsa, “Pengembangan Kesadaran Keberagamaan Dan Pembentukan Karakter Siswa
Melalui Pembiasaan Shalat Dhuha", Attractive : Innovative Education Journal 2, no. 1 (2020).
https://www.attractivejournal.com/index.php/aj/.
shalat dhuhur berjama’ah di SMP N 1 Jenangan dilaksanakan setelah jam pelajaran 5-6 pada
pukul 12.00 yang di ikuti oleh seluruh siswa dari kelas VII hingga kelas IX. Ketika waktu
dhuhur tiba jam pelajaran dihentikan. Pelaksanaannya sama seperti pada umumnya di masjid
sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan dan dipantau sendiri oleh guru keagamaan dengan terjun
langsung ke masjid untuk mendampingi siswa dalam melaksanakan shalat dhuhur.
Ketiga, Setelah pelaksanaan sholat dhuhur berjamaah terdapat kegiatan selanjutnya
yaitu Kultum atau Ceramah. Menurut Moh. Ali Aziz, kultum adalah metode ceramah kepada
banyak orang dan kemudian di sampaikan secara langsung dan dalam waktu singkat, artinya
tidak memakan waktu lama. Kultum pada umumnya digunakan sebagai sebuah kegiatan
untuk membahas sedikit permasalaha keagamaan atau kultum hanya sekedar untuk dijadikan
pengingat agar orang-orang tidak lalai dalam menjalankan syariat agama atau dalam hal
kebaikan.2 Sedangkan menurut pendapat Munsyi, menjelaskan bahwa kultum adalah salah
satu metode yang diterapkan bertujuan untuk menyampaikan petunjuk, keterangan, pengertian
dan penjelasan tentang suatu problem didepan banyak orang.3
Kultum merupakan kepanjanganhdari kuliah tujuh menit, dikatakan demikian karena
kultum merupakanksebuah senihuntuk menyampaikan sesuatu kepadajbanyak orang dengan
durasi waktu yang sangat singkat yakni kurang lebih tujuh menit. Kultum merupakan suatu
kegiatan penyebarluasan ajaran agama Islam atau penyampaian ajaran-ajaran keagamaan yang
dilaksanakan dengan dibatasi waktu yang singkat. Kultum juga bisa diartikan yaitu
menyampaikan ceramah atau nasihat yang baik kepada orang lain dengan waktu yang singkat,
tetapi memiliki makna yang dalam. Dengan demikian, kultum juga bisa disebut dengan
ceramah singkat. Ceramah sendiri juga memiliki definisi tersendiri, yakni salah satu metode
yang digunakan untuk menyampaikan sebuah materi atau ilmu dakwah, atau biasanya tentang
ajaran-ajaran Islam.4 Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa kultum atau juga
bisa disebut dengan ceramah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
menyampaikan sebuah materi atau ilmu terutama berkaitan dengan Islam, akan tetapi dengan
durasi waktu singkat.

2
Ahmad Izzan, Nopi Oktaviani, “Evektivitas Kegiatan Kuliah Tujuh Menit (Kultum) dalam
Membentuk Kepercayaan Diri Siswa kelas V di SDIT Assalam Garut Kota”, Jurnal MASAGI, Vol. 01, no. 01,
2022, 4.
3
Octaviani, Furaida, Untari, “Penanaman Pendidikan Karakter Nilai Religius dalam Program Kegiatan
Budaya Sekolah”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan, vol. 4, no. 11, November 2019,
1553.
4
Siti Hawa, Syarifah, Muhammad, “Pembinaan Akhlak Peserta Didik Melalui Kegiatan Kultum
(Kuliah Tujuh Menit) di SD Negeri 17 Pangkalpinang”, Sustainable: Jurnal Kajian Mutu Pendidikan, vol. 4, no.
2, 2021, 81.
Dalam dunia Pendidikan, kultum atau ceramah sendiri digunakan salah satunya
sebagai metode dalam menyampaikan ilmu kepada peserta didik atau proses transfer ilmu
yang dilakukan oleh seorang guru kepada siswa-siswinya. Sama halnya dengan yang
dilakukan oleh SMP Negeri 1 Jenangan, dimana dalam program kegiatan kultum atau
ceramah ini juga bertujuan salah satunya untuk menanamkan nilai-nilai atau karakter religious
pada para siswa, sehingga memiliki karakter yang baik dan dapat dibiasakan tidak hanya di
sekolah tapi juga dilingkungan luar seperti rumah dan masyarakat.
Pelaksanaan program kegiatan Kultum atau Ceramah di SMP Negeri 1 Jenangan
dilakukan setiap hari mulai dari hari senin sampai dengan hari sabtu kecuali hari jum’at.
Kultum dilaksanakan setelah menyelesaikan sholat dhuhur berjamaah yang dipimpin oleh
salah satu guru PAI di SMP Negeri 1 Jenangan tersebut dan dilakukan secara bergantian oleh
para guru PAI setiap harinya. Kultum yang disampaikan oleh para guru PAI tidak serta merta
hanya berkaitan dengan informasi keagamaan saja, akan tetapi membahas mengenai
permasalahan yang baru-baru terjadi yang berdampak pada kemerosotan moral siswa-siswi
sehingga kegiatan ceramah dapat menjadi pencegah hal-hal tersebut. Disini guru akan
memberikan penjelasan dan pemahaman kepada peserta didik bahwa tindakan-tindakan
tersebut merupakan hal yang buruk dan berdampak dosa. Kegiatan kultum ini beralokasi
waktu kurang lebih 15-20 menit sampai bel tanda masuk pada jam berikutnya berbunyi.
Keempat, program kegiatan keagamaan yang dilakukan pada saat pembelajaran PAI
yaitu Pembiasaan Shalat Tahiyatul Masjid. Selain kegiatan shalat dhuha berjamaah, SMP
Negeri 1 Jenangan juga mengadakan pembiasaan shalat sunnah tahiyatul masjid. Shalat
tahiyatul masjid merupakan sholat sunnah dua rakaat yang dilakukan oleh jamaah ketika
memasuki masjid sebagai tanda penghormatan, yang dikerjakan baik pada waktu siang hari
ataupun malam hari.5 Shalat tahiyatul masjid dikerjakan baik di masjid jami’ atau masjid yang
digunakan untuk shalat jum’at maupun di masjid ghairu jami’ atau masjid yang tidak
digunakan untuk shalat jum’at (mushola).6
Sholat tahiyatul masjid menjadi pembiasaan siswa ketika terdapat jadwal
pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) di kelasnya yang di ampu oleh bapak Drs. H.
Ahmad Khairuddin, MA. dan bapak Drs. Mulyadi pada setiap jenjang kelas mulai dari kelas
VII sampai kelas IX. Hal ini, bertujuan untuk mengajarkan kepada para siswa dan siswi SMP
Negeri 1 Jenangan bahwasannya masjid bukan hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja,
tetapi juga dapat digunakan sebagai tempat untuk belajar atau mencari ilmu seperti pada

5
Syaifurrahman El-Fati, Panduan Shalat Praktis & Lengkap, (Jakarta : Kawah Media, 2015), 162
6
Ibid, 246
zaman Rasulullah SAW dahulu. Mengenai syarat dan rukun shalat tahiyatul masjid sama
dengan syarat dan rukun shalat fardhu, karena kaifat-nya sama, yang membedakan yaitu pada
niat dan hukum fardhu atau sunnahnya. Adapun jumlah rakaatnya adalah dua rakaat.7
Kelima, Selain pembiasaan kegiatan sholat Tahiyatul Masjid, ada juga kegiatan yang
dilaksanakan ketika pembelajaran PAI yaitu pembiasaan Membaca Juz ‘Amma. Al – Qur’an
ialah kitab suci agama Islam yang didalamnya memuat kalam Allah SWT sebagai petunjuk
dan bimbingan bagi umat manusia dalam kehidupan baik individual maupun bermasyarakat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. 8
orang
yang membaca Al – Qur’an serta pandai dalam membacanya akan memperoleh pahala yang
besar serta dibersamai para malaikat yang mulia. Banyak ayat di dalam Al – Qur’an yang
memerintahkan umat Islam untuk membacanya, salah satunya yaitu:
Yang Artinya : “sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya ( di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, Apabila kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya itu”. Q. S Al – Qiyamah :17-18. Mengingat pada saat ini tradisi
membaca Al – Qur’an semakin berkurang, maka beberapa lembaga mulai berupaya
meningkatkan kualitas pembelajaran Al – Qur’an pada siswanya. Dalam hal ini SMP Negeri 1
Jenangan mengadakan program pembiasaan membaca Juz ‘amma sebelum pembelajaran PAI
dimulai. Juz ‘amma merupakan bagian dari juz dalam Al –Qur’an. Pembiasaan membaca juz
‘amma merupakan salah satu pembiasaan atau budaya keagamaan yang telah diterapkan di
SMP Negeri 1 Jenangan, hal ini bertujuan salah satunya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran Al – Qur’an pada siswa.
Pembiasaan membaca juz ‘amma ini dilaksanakan setelah mengerjakan sholat sunnah
tahiyatul masjid yang mana dalam pelaksanaannya dilakukan secara bersama-sama dalam satu
atau dua kelas sekaligus di masjid tersebut. Dua kelas tersebut adalah kelas yang di ampu
salah satunya oleh bapak Drs. Mulyadi dan satu kelas yang lain diampu oleh bapak Drs. H.
Ahmad Khairuddin, MA. Pembacaan juz ‘amma dipimpin oleh salah satu dari guru PAI
tersebut, secara bergantian setiap pertemuannya seperti contohnya pada hari senin dipimpin
oleh bapak Drs. Mulyadi dan pada hari selasa oleh bapak Drs. H. Ahmad Khairuddin, MA.
Surah yang biasa dibaca adalah mulai dari Al-Qur’an jus 30 yaitu surat An-Naba’ sampai
berakhir pada satu atau dua halaman. Guru dan para siswa membaca surat-surat pendek
tersebut secara bersama-sama selama kurang lebih 10 menit. Pembiasaan membaca juz

7
Ibid, 246
8
Juli Amaliya Nasucha & Rina, “Implementasi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membentuk
Karakter Religius Siswa”, Jurnal Pendidikan Islam Vol 03 No. 2 (Desember 2021) : 17
‘amma sebelum memulai proses pembelajaran PAI ini juga bertujuan salah satunya untuk
melancarkan bacaan Al-Qur’an para siswa dan juga menguatkan hafalan-hafalan surat pendek
mereka.
Keenam, terdapat program kegiatan keagamaan yang menarik yang diterapkan di SMP
Negeri 1 Jenangan ini, yaitu Kegiatan Tahfidz Al-Qur’an. Kenapa dikatakan menarik, karena
jarang sekali ada sekolah umum negeri yang menerapkan kegiatan tersebut. Al – Qur’an
diturunkan oleh Allah SWT untuk diimani, dipelajari, dibaca, direnungkan, diamalkan serta
dijadikan sebagai petunjuk dalam kehidupan. Kitab suci yang merupakan sumber utama dan
pertama umat Islam, Al – Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai salah satu nikmat yang luar biasa bagi alam semsesta. Salah satu keistimewaan dari
membaca Al-Qur’an ialah Allah SWT akan memberikan pahala yang berlipat ganda bagi
yang membacanya, baik bagi orang-orang yang tidak mengetahui artinya atau bagi orang-
orang yang tidak bisa menulis huruf arabnya. Selain itu, Allah SWT juga akan memberikan
pahala bagi orang-orang yang menghafal huruf demi huruf Al-Qur’an oleh orang tua, dewasa,
remaja, maupun anak-anak.
Salah satu bentuk implementasinya, SMP Negeri 1 Jenangan mengadakan program
kegiatan Tahfidz Qur’an. Kegiatan tahfidz Al-Qur’an menjadi sebuah pembiasaan atau
budaya di SMP Negeri 1 Jenangan. Pelaksanaan kegiatan tahfidz Al-Qur’an ini diikuti oleh
seluruh siswa-siswi mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Para guru yang diamanahi
untuk mengajar pada saat kegiatan tahfidz Al-Qur’an ini mengambil para ustadz dan ustadzah
dari salah satu pondok pesantren yang ada di daerah Kecamatan Jenangan tersebut. Hal ini,
bertujuan agar proses kegiatan tahfidz Al-Qur’an tersebut berjalan secara efektif dan efisien
karena pada proses kegiatannya diampu oleh orang yang sudah berpengalaman untuk
mengajar tahfidz Al-Qur’an. Jadwal pelaksanaan kegiatan tahfidz Al-Qur’an ini dilakukan
pada hari Jum’at dan Sabtu. Untuk hari jum’at dilaksanakan oleh seluruh siswa-siswi kelas
VII saja dan untuk hari Sabtu, dilaksanakan oleh seluruh siswa-siswi kelas VIII dan IX.
Pelaksanaan kegiatan tahfidz Al-Qur’an dibagi ke dalam beberapa kelas, dimana
pemilihan kelasnya sesuai dengan urutan kemampuan membaca Al-Qur’an dan hafalan para
siswa. Kegiatan tahfidz Al-Qur’an ini dibagi kedalam tiga kelas, yaitu yang pertama, bagi
para siswa yang masih belum lancar dalam membaca Al-Qur’an, disini para ustadz ataupun
ustadzah mengajarkan para siswa bagaimana cara membaca huruf-huruf hijaiyah yang baik
dan benar agar dapat membaca secara lancar. Kedua, bagi para siswa yang sudah lancar
membaca, mereka akan di perintahkan untuk membaca surat-surat pendek terlebih dahulu dan
ustadz atau ustadzah menyimak dan membenarkan bacaan para siswa yang kurang tepat. Dan
yang ketiga, bagi para siswa yang memiliki potensi atau kemampuan untuk mengahafal Al-
Qur’an, pada kelas ini berisi para siswa yang memiliki kemampuan untuk menghafal Al-
Qur’an dengan baik. Dari ketiga kelas tersebut, dibagi lagi menjadi beberapa kelas yang
dikoordinasi oleh satu ustadz atau ustadzah. Hal ini, bertujuan agar dalam proses
pembelajarannya berlangsung secara kondusif. Dan dalam satu kelasnya ustadz atau ustadzah
tersebut dapat mengajar kurang lebih 30 siswa. Alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan
tahfidz Al-Qur’an ini kurang lebih 2 x 40 menit dalam satu pertemuan.

Dampak Pelaksanaan Program Kegiatan Keagamaan Terhadap Karakter Religius


Siswa-Siswi Smp Negeri 1 Jenangan

No Interval Kategori Frekuensi Presentase


1. 91 – 100 Sangat baik 110 63%
2. 81 – 90 Baik 41 24%
3. 71 – 80 Cukup baik 16 9%
4. <61 – 70 Kurang baik 7 4%
Jumlah keseluruhan siswa 174 100%
Tabel hasil penyebaran angket dampak pelaksanaan program kegiatan keagamaan

Berdasarkan data dari penyebaran angket pada tabel diatas, peneliti memperoleh hasil
pelaksanaan kegiatan keagamaan pada kategori sangat baik dengan skor 91 – 100 sebanyak
110 siswa dengan presentase 63%, sedangkan pada kategori baik dengan skor 81 – 90
sebanyak 41 siswa dengan presentase 24%, sementara pada kategori cukup baik dengan skor
71 – 80 sebanyak 16 siswa dengan presentase 9% dan pada kategori kurang baik dengan skor
<61 – 70 sebanyak 7 siswa dengan presentase 4%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan program kegiatan keagamaan berdampak luar biasa terhadap
pembentukan karakter religius siswa di SMP Negeri 1 Jenangan. Dengan diadakannya
program kegiatan keagamaan ini dapat menumbuhkan karakter religius siswa dalam kondisi
saat ini. Pelaksanaan program keagamaan di SMP Negeri 1 Jenangan ini cukup baik dari segi
teknis pelaksanaannya, pengelolaannya, hingga dampak yang dirasakan. Hal ini perlu
dipertahankan sehingga tujuan dari pendidikan nasional mudah tercapai.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian berupa wawancara dan observasi serta pembahasan
diatas, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut.
Dalam merealisasikan tujuannya yaitu untuk menumbuhkan dan mengembangkan
karakter religious siswa di SMP Negeri 1 Jenangan agar memiliki keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT serta berkepribadian dan karakter yang baik kepada semua makhluk
ciptaan Allah SWT, pihak sekolah mengadakan program-program kegiatan keagamaan,
diantaranya yaitu pembiasaan sholat dhuha dan dhuhur berjamaah, ceramah atau kultum
setelah sholat dhuhur, pembiasaan sholat tahiyatul masjid sebelum pembelajaran PAI,
pembiasaan membaca juz ‘amma atau surat-surat pendek dan kegiatan tahfidz Al-Qur’an.

Dari penerapan program-program kegiatan keagamaan di SMP Negeri 1 Jenangan,


berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada para siswa, timbul dampak
yang sangat baik dalam menumbuhkan karakter religious para siswa. Dimana dari 174 siswa
yang menjadi sampel dalam penelitian, terdapat 110 siswa yang memperoleh dampak sangat
baik dari pelaksanaan program kegiatan keagamaan tersebut, yang bisa dipersentasekan
menjadi 63% dari 100%. Oleh karena itu, dari pelaksanaan program kegiatan keagamaan yang
diterapkan oleh SMP Negeri 1 Jenangan dalam menumbuhkan karakter religious siswa sudah
bisa dikatakan berhasil karena hampir separuh lebih siswa mendapatkan kategori sangat baik
dalam data persentase diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahsanulkhaq, Moh.(2019). “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik melalui Metode


Pembiasaan”. Jurnal Prakarsa Pedagogia. Vol. 2 No. 1

El-Fati, Syaifurrahman. (2015). Panduan Shalat Praktis dan Lengkap. (Jakarta: Kawah
Media).
Fahmi, Muhammad Nahdi & Sofyan Susanto. (2018). “Implementasi Pembiasaan Pendidikan
Islam dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar”. Pedagogia: Jurnal
Pendidikan. vol. 7. no. 2. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v7i2.1592.
Hawa, Siti dkk. (2021). “Pembinaan Akhlak Peserta Didik Melalui Kegiatan Kultum (Kuliah
Tujuh Menit) di SD Negeri 17 Pangkalpinang”. Sustainable: Jurnal Kajian Mutu
Pendidikan. Vol. 4. No. 2.
Izzan, Ahmad dan Nopi Oktaviani. (2022). “Evektivitas Kegiatan Kuliah Tujuh Menit
(Kultum) dalam Membentuk Kepercayaan Diri Siswa Kelas V di SDIT Assalam Garut
Kota”. Jurnal MASAGI. Vol. 01. No. 01.
Khoiruddin, M. Arif & Dina Dahniary Sholekah. (2019). “Implementasi Pendidikan Agama
Islam dalam Membentuk Karakter Religius Siswa”. Pedagogik: Jurnal Pendidikan.
vol. 06. no. 01. https://doi.org/10.33650/pjp.v6i1.576.
Nasucha, Juli Amaliya dan Rina. (2021). “Implementasi Pendidikan Agama Islam (PAI)
dalam Membentuk Karakter Religius Siswa”. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 03. No.
2.
Nurbaiti, Rahma. Susiati Alwy & Imam Taulabi. (2020). “Pembentukan Karakter Religius
Siswa Melalui Pembiasaan Aktivitas Keagamaan”. el-Bidayah: Journal Of Islamic
Elementary Education. vol. 2. no. 1. https://doi.org/10.33367/jiee.v2i1.995.
Octaviani, Furaida dan Untari. (2019). “Penanaman Pendidikan Karakter Nilai Religius dalam
Program Kegiatan Budaya Sekolah”. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan
Pengembangan. Vol. 4. No. 11.
Yudabangsa, Adrian. (2020). “Pengembangan Kesadaran Keberagaman dan Pembentukan
Karakter Siswa melalui Pembiasaan Sholat Dhuha”. Attractive: Innovative Education
Journal. Vol. 2. No. 1. https://www.attractivejournal.com/index.php/aj/.

Anda mungkin juga menyukai