SKRIPSI
OLEH:
DYAH AYU INDRASWARI
NPM. 21701011065
1
ABSTRAK
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan berguna bagi diri
manusia, tidak ada seorang pun yang dilahirkan di dunia ini tiba-tiba langsung pandai
manusia menuju ke arah yang lebih baik dan sempurna. Tujuan pendidikan secara
umum adalah mewujudkan perubahan positif yang diterapkan pada peserta didik
setelah menjalani proses pendidikan maupun pada kehidupan masyarakat dan alam
suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada
anak-anak. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru
Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 pada pasal 3, tujuan pendidikan Nasional yaiti
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, amndiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(Samani & Haryanto, 2011: 26). Namun saat ini pendidkan khususnya pendidikan
saat ini mengalami kemrosotan, masa remaja sering dikenal sebagai masa peralihan
anak-anak ke masa dewasa yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami
percobaan dan pemberontakan. Pada masa ini, seorang anak yang baru mengalami
pubertas, seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga,
pertemanannya. Selain itu, kemajuan teknologi tidak luput dari kejahatan, seperti
terhadap yang lebih tua hal inilah yang melatarbelakangi munculnya pendidikan
temannya bisa juga dipengaruhi terhadap pembentukan karakternya, jika dia terbiasa
agama maka karakter yang religius lambat laun akan terbentuk dalam dirinya karena
seiring dengan rajinnya dia mengikuti kegiatan yang bersifat keagamaan tersebut
terbiasa dengan lingkungan yang tidak baik dan akrab dengan sikap yang tidak terpuji
keras. Sikap demikian terbentuk karena dalam masa remaja, teman dan lingkungan,
menjadi suatu yang terpengaruh bagi kepribadian kepribadian remaja, proses meniru
dan mengikuti sikap teman yang tidak baik akan cepat terjadi pada tentang usia ini
karena mereka sedang mencari jati dirinya, hal ini tentunya tidak kita harapkan dari
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah penanaman nilai karakter kepada warga sekola meliputi
nilai-nilai tersebut, baik dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
budi pekerti yang membedakan seorang dengan yang lain, karakter bukan bawaan
sejak kecil, tidak dating dengan sendirinya, tidak bisa diwariskan dan tidak bisa
diukur akan tetapi harus dibentuk, ditumbuh kembangkan dan dibangun secara sadar.
unsur yang mutlak dalam nasional dan character building”. Hal ini diperkuat dengan
karena itu landasan dari pendidikan karakter adalah tidak lain haruslah agama. (Majid
menjadi pedoman dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai serta
bermartabat, serta menjadi suatu yang sangat penting dimiliki oleh setiap individu
(religiusitas). Kata religius berasal dari kata religi yang akar katanya adalah religure
yang artinya mengikat. Dari sini dapat diartikan bahwa agama meiliki aturan-aturan
yang mengikat yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya. Ajaran agama berfungsi
untuk mengikat dan menyatukan seseorang atau kelompok orang dalam berhubungan
dengan Tuhannya. Semua manusia dan aalam semesta. Religius dapat diaplikasikan
dalam berbagai sisi kehidupan, baik yang menyangkut perilaku ritual ataupun ibadah,
maupun aktifitas lain, dalam bentuk kehidupan yang diwarnai dalam nuansa agama,
baik yang tampak yang dapat dilihat dengan mata atau yang tidak tampak yang terjadi
Oleh karena itu dalam mengaplikasikan karakter religius yang baik atau
tercapainya suatu karakter atau akhlak yang baik. Cara yang dilakukan untuk
membebntuk suatu akhlak bisa dilakukan dengan du acara yaitu metode langsung dan
tidak langusng. Adapun metode tidak langsung yaitu dilakukan dengan suatu
pembiasaan yang mana dari pembiasaan tersebut akan tertanam suatu kebiasaan yang
baik.
aspek kehidupan kepada agama. Karakter religius sangatlah penting. Hal itu merujuk
Tuhan Yang Maha Esa dengan konsekuensi melaksanakan segala ajaran agamanya.
Dengan tertanamnya karakter religius dalam jiwa setiap insan, maka akan selalu taat
dan patuh dengan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Akan tetapi pada
Karakter religius harus ditanamkan sejak dini kepada anak. Dalam proses
pembentukan karakter religius, anak tidak akan berlangsung dengan sendirinya. Akan
tetapi melalui proses tersebut dipengaruhi oleh kerluarga, lingkungan sekolah dan
dilakukan berulang-ulang, hari demi hari yang lambat laun akan tertanam dan
perilaku yang menyimpang. Seperti contoh yang sederhana, akhir-akhir ini ramai
dilakukan oleh para siswa. Contek mencontek juga tidak saja dilakukan oleh siswa
SD tetapi juga dilakukan di sekolah-sekolah tingkat atas seperti SMP, SMA dan
rupanya masih di ulang kembali ketika para lulusan itu telah menduduki posisi-posisi
Suprayogo,2013:12)
kurangnya karakter religius peserta didik, penulis terpanggil untuk mencari solusi
ataupun jawaban dari permasalahan yang terjadi kemrosotan moral. Terjadinya krisis
moral pada dunia pendidikan peserta didik tidak dapat dipungkiri merupakan hasil
dari pendidikan karakter oleh pendidik. Oleh karena, selain peranan pendidikan
religius disekolah. Karakter religius sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi
perubahan era globaliasasi dan degradasi moral. Dalam hal ini siswa diharapakan
mampu memiliki dan berperilaku dengan ukuran baik dan buruk yang didasarkan
memerlukan strategi yang tepat dan cermat agar nilai-nilai religius dapat terwujud
dijadikan sebagai wadah bagi para siswa untuk diikuti agar siswa memiliki fondasi
sikap yang kuat sesuai ajaran islam (akhlakul karimah). Menurut Darajat (2003:25)
tertanamnya jiwa agama pada seseorang dan tidak terlaksananya pendidikan agama
Oleh karena itu untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas penting sekali
dalam membangun karakter yang baik dalam diri anak, penting sekali pendidikan
dengan bertujuan agar para siswa mempunyai dasar agama yang juga bekal untuk
hal-hal tersebut maka dapat diupayakan dengan adanya suatu tindakan yang
dilaksanakan dalam rangka tercapainya suatu karakter atau akhlak yang baik. Cara
yang dilakukan untuk membentuk suatu akhlak bisa dilakukan dengan du acara yaitu
metode langsung dan tidak langusng. Adapun metode tidak langsung yaitu dilakukan
dengan suatu pembiasaan yang mana dari pembiasaan tersebut akan tertanam suatu
Peneliti lebih tertarik melakukan penelitian terkait karakter religius siswa dan
karakter religius maka terdapat perbedaan antara sekolah negeri dan sekolah yang
pengamatan peneliti, siswa yang berasal dari sekolah lembaga keagamaan sebagian
besar menujukkan tanda-tanda memiliki karakter religius yang baik. Hal tersebut bisa
dilihat dari proses yang terdapat di dalamnya seperti mata pelajaran agama yang
diajarkan lebih banyak dan lebih luas serta kegiatan keagamaan yang dilaksanakan
lebih banyak. Hal tersebut berbeda dengan sekolah yang tidak berasal dari lembaga
keagamaan seperti sekolah umum dan sekolah negeri. Hal itu bisa dilihat dari
terbatasnya mata pelajaran agama yang diajarkan serta terbatasnya waktu dalam
setiap kali tatap muka. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler keagamaan masih sedikit
dan terbatas. Diperlukan upaya yang lebih besar agar dapat membenahi perilaku dan
sekolah ini terdapat berbagai macam latar belakang siswa. Letak wilayah sekolah
berada di pertengahan kota dan desa menyebabkan berbagai macam faktor terkait
karakter yang dimiliki oleh siswa terutama dalam karakter religius. Selain itu sekolah
ini banyak mendapatkan banyak kuota siswa baru yang berasal dari keluargatidak
mampu. Selain itu terdapat berbagai macam gambaran latar belakang siswa yakni
terdapat siswa yang masih lengkap memiliki orangtua dan ada pula yang tidak
lengkap dan bahkan sudah tidak memiliki orangtua sama. Selain itu terdapat berbagai
macam gambaran latar belakang siswa yakni terdapat siswa yang masih lengkap
memiliki orangtua dan ada pula yang tidak lengkap dan bahkan sudah tidak memiliki
orangtua sama sekali seperti faktor perceraian, meninggal dunia, bekerja di luar kota
Terutama ketika hendak akan melaksanakan shalat berjama’ah. Selain itu masalah
yang timbul adalah adab siswa terhadap guru yang masih perlu diperbaiki. Hal
dalam hal kedisiplinan sebagian siswa masih perlu ditingkatkan lagi. Apalagi di usia
yang masih dalam jenjang SMA Selain itu pertikaian antar remaja sekolah juga tidak
bisa dihindari. Oleh karena itu pendidik harus memberi bimbingan terhadap mereka
agar tidak terpengaruh oleh lingkungan diluar sekolah yang tidak baik. Oleh karena
dijadwalkan oleh waka bidang keagamaan, shalat wajib dhuhur berjama’ah yang
melibatkan semua warga sekolah, menghafal juz amma yang telah terprogram
yang lain yang dilakukan dalam upaya pembentukan karakter religius siswa adalah
dengan mengadakan program bakti sosial berbagi yaitu setiap hari minggu para guru,
karyawan dan siswa yang memiliki rizki lebih dapat menyediakan berbagai macam
makanan dan minuman untuk dibagikan kepada siswa yang membutuhkan. Selain
Islam seperti perayaan maulid Nabi Muhammad saw, isra’ mi’raj, perayaan tahun
baru hijriyah dan penyembelihan hewan qurban serta pembagian daging qurban untuk
Berangkat dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian ini berupaya fokus dalam kajian pembentukan karakter
religius siswa melalui kegiatan keagamaan di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan Nilai
karakter dalam hal ini perlu dikaitkan dengan religius atau keagamaan sehingga
dalam hal ini pembahasan yang menjadi kajian utama adalah pembentukan karakter
religius
B. Fokus Penelitian
Pekalongan.
C. Tujuan Penelitian
berikut:
Pekalongan.
D. Kegunaan Peneitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
b. Bagi Siswa
mempunyai bekal pengetahuan agama untuk masa depan yang akan datang.
c. Bagi Peneliti
merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana strata satu di
d. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi penting dan
penafsiran yang salah dan untuk mengetahui data yang valid mengenai judul
mendefinisikan dan ditegaskan dalam suatu pengertian yang terkandung dalam judul
2001: 135). Sedangkan karakter religius adalah kata religius berasal dari kata
melaksanakan segala perintah agama dan menjauhi apa yang dilarang oleh
proses menanamkan dan menumbuh kembangkan untuk nilai-nilai agama Islam dari
diri siswa dalam sikap sopan santun, keberagaman agar sesuai dengan perintah agama
ajaran agama yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist. Dari sinilah seseorang yang
SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan berupa melaksanakan sholat dhuhur dan
sholat dhuha berjama’ah, membaca doa sebelum pelajaran dan sesudah pelajaran
adalah wujud pengamalan dari ajaran agama yang berlandaskan Al-Qur’an dan
Hadist. Dari sinilah seseorang yang beragama dapat mengamalkan serta menyebarkan
agama yang tentunya dapat membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat. Kegiatan
keagamaan yang terdapat di SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan berupa berupa
kegiatan harian melaksanakan sholat dhuhur dan sholat dhuha berjama’ah, membaca
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan data yang dilakukan data yang dilakukan oleh
peneliti maka peneliti dapat mengambil kesimpulan yang mana akan dijelaskan
sebagai berikut:
Pekalongan
baik pada saat kegiatan pembelajaran maupun diluar jam pelajaran dengan
diterapkan oleh sekolah merupakan bagian dari tahap yang pertama yaitu
Adapun pada tahap pembiasaan, para siswa diberikan pemahaman oleh guru
sehingga menjadi contoh bagi siswa. Hal tersebut merupakan bagian dari
1
2
siswa karakter telah berjalan dengan baik sesuai dengan program yang telah
peringatan hari besar Islam dan Istighosah. Nilai-nilai karakter religius yang
orang lain dan memposisikan diri sebagai siswa yang sopan dan santun.
Asy’ari Pekalongan
yang cukup baik dengan jajarannya serta mendukung dan antusias dalam
yang baik serta melibatkan para alumni pada beberapa kegiatan keagamaan
tertentu sehingga terjalin hubungan yang baik antara alumni dengan para
siswa.
a. Masih ada sebagian siswa yang tidak tertib dan sengaja tidak mengikuti
an seperti do’a pagi bersama, sholat dhuha dan lain sebagainya. Kemudian
muadzin, jadwal untuk sholat dhuha sebagian anak ada yang lalai dalam
sholat dhuha.
B. Saran
1. Untuk Sekolah
disediakan sekolah.
c. Meningkatkan kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua atau wali
murid, salah satunya dengan home visit, agar tidak terjadi pertentangan
dilakukan di sekolah.
3. Untuk siswa agar lebih tertib mengikuti kegiatan keagamaan yang ada
Abdul Majid, Dian Andayani, 2012, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung:
PT remaja Rosdakarya
Abdul Majid dan Dian Andayani, (2005), Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: PT.
RemajaRosdakarya
Azra, Azyumardi. (2003). Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Tim ICCE UIN.
Abdullah, Mas Udik. (2005). Meledakkan IESQ dengan Langkah Takwa dan
Tawakal. Jakarta :Zikrul Hakim.
Abdullah, Mas Udik. (2005). Meledakkan IESQ dengan Langkah Takwa dan
Tawakal. Jakarta :Zikrul Hakim.
1
2
Hariandi, Ahmad dan YandaIrawan. “Peran Guru dalam Penanaman Nilai Karakter
Religius di Lingkungan Sekolah pada Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal
Gentala Pendidikan Dasar 1, no. 1 (2016) - 4 Januari 2019 -
https://doi.org/10.22437/gentala.vlil.7097.
Keputusan Menteri Agama RI No. 165 tahun (2014); tentang Pedoman Kurikulum
Madrasah 2013 Mata Kemendiknas.2010. Pengembangan Pendidikan
Budaya dan KarakterBangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Nasiruddin. (2009). Cerdas Ala Rasulullah: Metode Rasulullah Mencetak Anak Ber-
IQ Tinggi. Yogyakarta: A+ Books
Roqib,Moh ..( 2009) Ilmu Pendidikan Islam. Pt. Lkis Printing Cemerlang.
Yogyakarta
Siyoto, Sandu., & Sodik, Ali. (2015). Dasar Metodelogi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.