Anda di halaman 1dari 54

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA


DI SMKN 1 GLAGAH BANYUWANGI

PROPOSAL TESIS

Diajukan kepada
Pascasarjana (S-2) Universitas Ibrahimy
guna menyusun Tesis

Dosen Pengampu
Dr. Wawan Juandi, M. Ag.

Disusun Oleh :

Khotimatuul Hasanah
NIM: 2021101017

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS IBRAHIMY
SUKOREJO SITUBONDO
2022
ABSTRAK

Hasanah, Khotimah. 2022. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Kegiatan
Ekstrakurikuler Keagamaan Dalam Membentuk Karakter Siswa Di SMKN 1 Glagah Banyuwangi.
Proposal Tesis. Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Universitas Ibrahimy
Sukerejo Situbondo. Pembimbing : Dr. Wawan Juandi, M. Ag

Kata Kunci:Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam, Karakter, Ekstrakulikuler.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh salah satu penerapan model pendidikan yang berupaya
untuk melakukan pengembangan pendidikan secara alami dan suatu bentuk alternatife pendidikan
yang menggunakan ekstrakulikuler untuk media dalam pembelajaran siswa dimana SMKN 1
Glagah Banyuwangi memiliki visi mewujudkan sekolah yang unggul berkarakter dan berbudaya
linghkungan. Dimana pendidikan karakter menjadi fokus perhatian utama oleh karena itu peran
pendidik sangatlah penting dalam membantu menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama
Islam pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam membentuk karakter siswa.
Fokus dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana bentuk nilai-nilai pendidikan agama Islam
pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam membentuk karakter siswa di SMKN 1 Glagah
Banyuwangi, 2) Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam yang
diinternalisasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan dalam membentuk karakter siswa
di SMKN 1 Glagah Banyuwangi, 3) Bagaimana implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan
agama Islam pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam membentuk karakter siswa di
SMKN 1 Glagah Banyuwangi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Lokasi
penelitian di SMKN 1 Glagah Banyuwangi dengan subjek peserta ektstrakulikuler keagaamaan
SMKN 1 Glagah Banyuwangi. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman wawancara dan pedoman obsevasi. Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan
beberapa tahap yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data
dapat dilihat dari Keterpercayaan meliputi trianggulasi, pembahasan teman sejawat. Keteralihan,
kebergantungan, dan kepastian.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat mendeskripsikan 1) Bentuk nilai-nilai
agama Islam dalam membentuk karakter siswa di SMKN 1 Glagah Banyuwangi yaitu, melalui
nilai Akhidah, nilai Syari’ah dan nilai Akhlak. 2) Proses internalisasi nilai-nilai agama Islam
terhadap membentuk karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMKN 1 Glagah
Banyuwangi dengan menggunakan beberapa tahapan yaitu, tahap pemberian pengetahuan dan
pemahaman, tahap pembiasaan, tahap keutuhan dan tahap evaluasi 3) Implikasi internalisasi nilai-
nilai pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter membantu siswa untuk lebih mudah
menghayati nilai-nilai agama Islam baik dari segi nilai syari’ah, akhidah, dan akhlak. Dikarenakan
selain siswa memperoleh ilmu pengetahuan tentang keagamaan melainkan mereka juga bisa
langsung mengaplikasikannya dengan melalui membiasakan diri dalam melakukan kegiatan
sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam.
A. Judul
INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI
SMKN 1 GLAGAH BANYUWANGI

B. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan sesuatu yang memiliki peran yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Sebab pendidikan merupakan suatu upaya setiap manusia untuk

mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya dan sebaik mungkin untuk menjalani

kehidupan dimasa mendatang.1 Sebagaimana yang sudah termuat dalam UU RI Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan pada BAB I Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi:

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik atau siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta memiliki
kemampuan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2

Pendidikan akan mendorong manusia untuk belajar aktif, mandiri, dan

memberdayakan semua potensi yang ada di dalam diri individu. Salah satunya yang

dapat dilakukan adalah belajar. Pada hakikatnya belajar adalah salah satu bentuk tingkah

laku peserta didik dalam usaha mengembangkan potensi dan usaha untuk mencapai

tujuan. Selain itu, belajar harus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat dari

siswa untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu usaha, perbuatan yang dilakukan

secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang

dimiliki.

1
Rusmaini, IlmuPendidikan, (Palembang: Grafika Telindo, 2014), hal. 1-2.
2
Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara,
2003), hal. 27.
4

Belajar merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan dan membutuhkan cara atau

prosedur yang efektif untuk meraih kesuksesan belajar.3

Krisis moral yang saat ini melanda generasi muda, acapkali menjadi apologi bagi

sebagian orang untuk memberikan kritik pedasnya terhadap institusi pendidikan. Hal

tersebut teramat wajar karena pendidikan sesungguhnya memiliki misi yang amat

mendasar yakni membentuk manusia seutuhnya dengan akhlak mulia sebagai salah satu

indikator utama, generasi bangsa dengan karatekter akhlak mulia merupakan salah satu

profil yang diharapkan dari praktek pendidikan nasional.4

Sedangkan karakter merupakan nilai-nilai perilaku mnusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang erwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, dan perbuatan berdasarkan

norma-norma agama, hukum, tata karma, adat istiadat dan estetika, karakter dimaknai

sebagai perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari dalam bersikap maupun

bertindak.5 Selain itu, pentingnya pendidikan karakter juga sesuai dengan ajaran Islam

terdapat dalam surat Luqman ayat 13 yang berbunyi:

ُ َ‫ك ل‬
‫ظ ْل ٌم َعظِ ْي ٌم‬ ‫هّٰلل‬ ُ ‫َوا ِْذ َقا َل لُ ْق ٰمنُ اِل ْبنِهٖ َوه َُو َيع‬
َ ْ‫ِظ ٗه ٰي ُب َنيَّ اَل ُت ْش ِركْ ِبا ِ ۗاِنَّ ال ِّشر‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu


ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".6

Ayat diatas menjelaskan bahwa luqman patut dijadikan teladan oleh siapapun dan

kapanpun. Sistematika nasihatnya yang dikemas dengan indah, tersusun dengan eratur

dan didukung oleh contoh dan budi pekerti yang amat mulia sehingga terhujam didalam
3
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 49.
4
Muhammad Isnaini, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Madrasah, dalam Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1,
Nomor 6, November 2013, hal. 445-450.
5
Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Jakarta: Balai Pustaka 1989), hal. 22.
6
Al-Quar’an dan Terjemahnya (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1999), hal. 654.
5

hati, ia memulai nasihatnya dengan tauhid (mengesakan Allah), kemudian menekankan

perlunya menghindari syirik, mempersekutukan Allah dsn menanamkan budi pekerti

yang mulia (akhlak mulia). Terlihat Luqman dalam melarang anaknya untuk

menghindari syirik/mempersekutukan Allah, sekaligus mengandung pengajaran tentang

wujud dan keesaan Allah.7

Pendidikan karakter mulai sering dibicarakan kembali pada dua dekade belakangan

ini. Hal ini terjadi seiring timbulnya kesadaran para pelaku dunia pendidikan tentang

perlunya pendidikan karakter untuk mencapai cita-cita pendidikan. Program pendidikan

yang bertumpu pada membentuk karkter ini berangkat dari keprihatinan atas kondisi

moral yang cenderung merosot belakangan ini, ditandai dengan banyaknya kenakalan

remaja, kejahatan kriminal, sampai kekejamaan terorisme. Membentuk karakter ini

didasarkan pada kebutuhan untuk menggunakan pengetahuan sebagai sarana agar

saling

7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Jil. 11,
hal. 127.
6

mengayomi bukan untuk menghantam sehingga dapat membangun lingkungan yang

harmonis.8

Indikator lain yang menunjukkan adanya gejala rusaknya karakter generasi bangsa

bisa dilihat dari praktek sopan santun siswa yang kini sudah mulai memudar, diantaranya

dapat dilihat dari cara berbicara sesama mereka, prilakunya terhadap guru dan orangtua,

baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sikap ramah terhadap guru ketika

bertemu dan penuh hormat terhadap orangtua pun tampaknya sudah menjadi sesuatu

yang sulit ditemukan di kalangan anak usia sekolah dewasa ini. Anak-anak usia sekolah

seringkali menggunakan bahasa yang jauh dari tatanan nilai budaya masyarakat. Bahasa

yang kerap digunakan tidak lagi menjadi ciri dari sebuah bangsa yang menjunjung tinggi

etika dan kelemah lembutan.9

Lingkungan keluarga, orang tua mempunyai peranan yang penting untuk

memperbaiki perilaku generasi penerus bangsa, khususnya putera-puteri mereka. Pada

lingkungan sosial masyarakat juga mempunyai andil pada pembinaan akhlak peserta

didik, sedangkan pada lingkungan sekolah semua komponen sekolah khususnya guru

sebagai pendidik mempunyai tugas untuk membina akhlak peserta didik, sedangkan

pada lingkungan sekolah semua komponen sekolah khususnya guru sebagai pendidik

mempunyai tugas untuk membina akhlak peserta didik.10

8
Maryam Musfiroh dan Adib Rifqi Setiyawan, Pendidikan Karakter: Akhlak, Adab, Moral dan Nilai, (Garut: Pesantren
Persatuan Islam Tarogong, Kudus, Alobatnic Research Society (ARS)), hal. 1.
9
Muhammad Isnaini, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Madrasah, dalam Jurnal Al-Ta’lim, Jiid 1,
Nomor 6 November 2013, hal. 445-450.
10
Asri Dwi Sari, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Nilai- Nilai Karakter Pada Peserta
Didik , dalam Jurnal Educatio, (Cirebon: IAIN Syekh Nurjati,2021), hal. 13
7

Dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang memiliki landasan akan pentingnya

nilai-nilai agama Islam, maka pendidikan itu akan memasukkan materi-materi

keagamaan dalam bentuk pengajaran di kelas maupun dalam bentuk pengajaran di luar

kelas berupa kegiatan ekstrakurikuler.11

Di dunia pendidikan, dikenal adanya dua kegiatan yang cukup elementer, yaitu

kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Yang pertama, kegiatan kurikuler

merupakan kegiatan pokok pendidikan yang di dalamnya terjadi proses belajar mengajar

antara peserta didik dan guru untuk mendalami materi-materi ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan tujuan pendidikan dan kemampuan yang hendak diperoleh sisw12a.

Kegiatan kurikuler ini berarti serangkaian proses dalam rangka menyelenggarakan

kurikulum pendidikan yang sedang diberlakukan atau dijalankan sebagai input

pendidikan. Kedua, kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar

kelas atau di luar jam pelajaran untuk menumbuh kembangkan sumber daya manusia

yang dimiliki siswa baik yang berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang

didapatkan siswa di dalam kelas maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing

siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui

kegiatan yang wajib maupun pilihan.13

Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari keseluruhan

pengembangan institusi sekolah. Berbeda dengan petunjuk pengaturan kegiatan

intrakurikuler yang secara jelas disiapkan dalam

11
Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), hal. 3.
12
Ibid.., hal. 3.
13
Ibid.., hal. 4.
8

perangkat kurikulum. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler lebih mengandalkan pada

inisiatif sekolah atau madrasah. Secara yuridis, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler

memiliki landasan hukum yang kuat, karena diatur dalam surat Keputusan Menteri

(Kepmen) yang harus dilaksanakan oleh sekolah dan madrasah. Salah satu Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional RI No. 125/U/2002 tentang Kalender Pendidikan dan

Jumlah Belajar Efektif di Sekolah. Pada bagian keputusan dijelaskan pada Lampiran

Keputusan Mendiknas Nomor 125/U/2002 Tanggal 31 juli 2002, yaitu:

“Liburan sekolah atau madrasah selama bulan Ramadhan diisi dan dimanfaatkan

untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang diarahkan pada peningkatan akhlak mulia,

pemahaman, pendalaman dan amaliah agama termasuk kegiatan ekstrakurikuler lainnya

yang bermuatan moral”.14

Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan adalah

kegiatan yang diselanggarakan dalam rangka memberikan arahan kepada siswa untuk

dapat mengamalkan ajaran agama yang diperolehnya melalui kegiatan belajar di kelas,

serta berbagai pendorong dalam membentuk karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai

agama Islam. Dengan kata lain tujuan dasar kegiatan ekstrakurikuler keagamaan adalah

membentuk manusia terpelajar dan bertaqwa kepada Allah. Jadi selain menjadi manusia

yang mempunyai ilmu pengetahuan, peserta didik juga diharapkan menjadi manusia

yang menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya.15

14
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: CV Alfabeta, 2004), hal. 211-212.
15
Depertrmen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikn Agama Islam,
(Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), hal. 9.
9

Jadi kegiatan ekstrakurikuer kegamaan bisa di laksanakan sebagai wadah untuk

internalisasi nilai-nilai agama Islam terhadap membentuk karakter, karena dengan

kegiatan ini selain siswa bisa mendapatkan pengetahuan tapi juga bisa mengalami

peristiwa secara langsung untuk menjadikan siswa lebih memahami situasi yang

dihadapinya sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam menjalankan

kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai- nilai agama Islam yang telah ditanamkan

dalam diri siswa.

Proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter

melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan memiliki suatu tujuan untuk menggali dan

mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dan juga pembinaan karakter yang sesuai

dengan norma-norma atau nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam ajaran agama Islam.

Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan juga dapat membantu dan meningkatkan

pengembangn diri siswa. Oleh karena itu, kagiatan ekstrakurikuler keagamaan

disesuaikan dengan minat dan hobi siswa. Ekstrakurikuler keagamaan juga dapat

membantu dan meningkatkan pengembangan wawasan siswa didik khususnya dalam

bidang pendidikan agama Islam.

Salah satu lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kegiatan ekstrakulkuler

keagamaan adalah Madrasah Tsanawiyah Darissulaimaniyyah Durenan Trenggalek.

Madrasah tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak lembaga pendidikan di

Trenggalek. Sekolah ini merupakan salah satu yang menerapkan model pendidikan yang

berupaya untuk melakukan pengembangan pendidikan secara alami dan suatu bentuk

alternatif pendidikan yang menggunakan ekstrakulikuler untuk media dalam

pembelajaran siswa.
10

SMKN 1 Glagah Banyuwangi menerpkan konsep pendidikan yang mencakup

ketaqwaan, logika dan kepemimpinan. Kegiatan ekstrakulikuer keagamaan yang

terdapat di sekolah ini antara lain sholawatan, khitabah, al-barzanji, tahlil, qira’ah dll. Di

sekolah ini, ada guru pembimbing dan mentor khusus di setiap kegiatan ekstrakulikuler,

sehingga proses penanaman nilai-nilai islami pada siswa dapat lebih luas serta dapat

mengembangkan karakter siswa yang bernuansa Islami.

Berdasarkan fenomena di atas, maka lembaga pendidikan memiliki peran yang

sangat besar dalam membentuk karakter anak. Salah satu lembaga pendidikan yang

memberikan perhatian besar dalam membentuk karakter anak adalah Madrasah, karena

Madrasah memiliki ciri khusus yang berbeda dari lembaga pendidikan umum, dimana

muatan-muatan nilai agama memiliki porsi yang cukup banyak dalam membentuk dan

mengembangkan karakter anak. Sangat menrik untuk di kaji dan dilakukan upaya

penyelidikan lanjut. Maka dari itu, peneliti ingin lebih melakukan penelitian secara

mendalam tentang proses dan implikasi dari internalisasi nilai-nilai agama Islam Di

SMKN 1 Glagah Banyuwangi. Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Internalisasi Nilai- Nilai Pendidikan Agama Islam

Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan Dalam Membentuk Karakter Siswa di

SMKN 1 Glagah Banyuwangi ”

C. Fokus Penelitian

Berangkat dari latar belakang diatas, maka fokus masalah yang ingin penulis ungkap

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk nilai-nilai pendidikan agama Islam pada kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan dalam membentuk karakter siswa di SMKN 1 Glagah Banyuwangi?

2. Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam yang


11

diinternalisasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan dalam membentuk

karakter siswa di SMKN 1 Glagah Banyuwangi?

3. Bagaimana implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam pada kegiatan

ekstrakurkuler keagamaan dalam membentuk karakter siswa di SMKN 1 Glagah

Banyuwangi?

D. Tujuan Penelitian

Berdsarkan fokus penelitian diatas, penelitian ini mempunyi tujuan yang hendak

dicapai, yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan bentuk nilai-nilai pendidikan agama Islam pada kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan dalam membentuk karakter siswa di SMKN 1 Glagah

Banyuwangi.

2. Untuk mendeskripsikan proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam yang

diinternalisasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan dalam membentuk

karakter siswa di SMKN 1 Glagah Banyuwangi.

3. Untuk mendeskripsikan internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam pada

kegiatan ekstrakurkuler keagamaan dalam membentuk karakter siswa di SMKN 1

Glagah Banyuwangi.

E. Kegunaan Penelitian

Banyak pihak yang dapat memanfaatkan dan memetik dari hasil penelitian ini, yakni:

1. Kegunaan Secara Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi studi-studi tentang

membentuk karakter dengan internalisasi nilai-nilai agama Islam di sekolah

melalui ektrakurikuler keagamaan. Dan diharapkan penelitian dapat menambah

wawasan keilmuan, khususnya khasanah pengetahuan pendidikan Islam, serta


12

sebagai bahan referensi atau ru-jukan, dan pustaka pada perpustakaan Institut Agama

Islam Negeri Tulungagung.

2. Kegunaan Secara Praktis

a. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru dalam

pembelajaran diluar kelas (ektrakurikuler).

b. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada

guru tentang internlisasi nilai-nili agam Islam dalam membentuk krakter melalui

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.

c. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian

mengenai masalah yang terjadi. Dan juga bisa digunakan untuk bahan masukan

atau referensi untuk penelitian selanjutnya.


13

d. Bagi sekolah, sebagai masukan tentang permasalahan yang sedang terjadi dan

usaha dalam menyelesaikan masalah.

F. Definisi Istilah

Untuk mempermudah pembahasan dan menghindari kesalah pahaman pengertian

dan atau kekeliruan terhadap pokok bahasan, maka sangat diperleukan penegasan istilah

yang berkaitan dengan judul penelitian mengenai “Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan

Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Keagamaan di Darissulaimaniyyah Durenan Trenggalek”. Penjelasannya sebagai

berikut:

1. Secara Konseptual

a. Internalisasi

Internalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,” internalisasi dapat

diartikan sebagai penghayatan, penguasaan secara mendalam yang berlangsung

melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan, penataran dan sebagainya”.16

Dengan demikian Internalisasi merupakan suatu proses dalam penanaman ke

dalam diri pribadi seseorang penguasaan secara mendalam akan nilai-nilai

religius yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan yang yang sasarannya

menyatu dalam kepribadian peserta didik , sehingga menjadi satu karakter atau

watak peserta didik.

b. Nilai-nilai agama Islam


Pada hakekatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran

tentang bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya didunia ini,

yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang

utuh tidak dapat dipisahkan. Jadi, pada dasarnya Islam merupakan suatu sistem,
16
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal.336.
14

satu paket, paket nilai yang saling terkait satu sama lain, membentuk apa yang

disebut teori-teori Islam baku.17

c. Karakter

Adalah sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor

kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budipekerti

yang menjadi cirri khas seseorang atau kelompok orang.18

d. Ekstrakurikuler keagamaan

Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan adalah berbagai kegiatan yang

diselenggarakan dalam rangka memberikan jalan bagi peserta didik untuk dapat

mengamalkan ajaran agama yang diperolehnya melalui kegiatan belajar di kelas

serta untuk mendorong membentuk pribadi mereka sesuai dengan nilai-nilai

agama.19

2. Secara Operasional

Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa maksud dari penelitian ini

yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana strategi guru Pembina ekstrakurikuler

keagamaan dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam upaya

membentuk karakter siswa di SMKN 1 Glagah Banyuwangi. Dan faktor pendukung

dan penghambatnya dalam upaya membentuk karakter siswa.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dibuat guna mempermudah penulisan di lapangan,

sehingga akan mendapat hasil akhir yang utuh dan sistematik dan menjadi bagian-

17
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Membentuk Pemikiran Dan Kepribadian Muslim ,( Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 92.
18
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Insan Cita Utama, 2010), hal.
11.
19
Departemen Agama, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam,
2005), hal. 4.
15

bagian yang saling terkait satu sama lain dan saling melengkapi. Secara garis besar

pembahasan dalam skripsi dibagi menjadi tiga bagian yaitu Bagian Awal, Bagian Inti,

Bangian Akhir.

Penlitian ini disusun menjadi enam bab, adapun sistematika pembahsannya adalah

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari: Konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan

penelitian, keguanaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari: Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam

Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan Dalam Membentuk Karakter Siswadi

SMKN 1 Glagah Banyuwangi , hambatan Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama

Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Keagamaan di SMKN 1 Glagah Banyuwangi, dampak Internalisasi Nilai-Nilai

Pendidikan Agama Islam Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan Dalam

Membentuk Karakter Siswadi SMKN 1 Glagah Banyuwangi

.
16

Bab III Metode penelitian, terdiri dari: Rancangan penelitian, Jenis penelitian,

Lokasi penelitian, kehadiran peneliti, Sumber Data, teknik pengumpulan data, analisis

data, pengecekan keabsahan temuan danTahap- tahap penelitian.

Bab IV hasil penelitian, membahas tentang: deskripsi data, temuan hasil penelitian

dan analisi data.

Bab V Pembahasan, berisi tentang hasil temuan dalam penelitian. Bab VI

penutup, membahas yaitu: kesimpulan dan saran.

H. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu
1) Tesis yang ditulis oleh: Slamet Wahyu Dwi Laksono, dengan judul:
“Penguatan Karakter Siswa Melalui Poembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Sultan Agung Desa Kasiyan Timur Kecamatan Puger
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2019/2020” (Tesis di Program Magister
Pendidikan Agama Islam IAIN Jember 2020). Adapun hasil dari penelitian
ini adalah deskripsi Penguatan Karakter Sisw Melalui Poembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Sultan Agung Desa Kasiyan Timur
Kecamatan Puger Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2019/2020
a) Persamaan
- Membahas Pendidikan Karakter
- Sama-sama pembelajaran Pendidikan Agama Islam

b) Perbedaan
Penelitian sekarang lebih fokus pada Pelaksanaan Pembelajaran
PAI dalam Membentuk karakter religius siswa yang ada di SMKN 1
Glagah Banyuwangi

2) Tesis yang ditulis oleh: Sholikah, dengan judul: “Pendidikan Karakter


Menurut K. H. Hasyim Asy‟Ari Dalam Kitab Adab Al-„Alim Wa Al-
Muta‟allim” (Tesis di Program Magister Pendidikan Agama Islam UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang 2012).20 Fokus penelitian ini yaitu mengenai
pendidikan karakter Menurut K. H. Hasyim Asy‟Ari dalam Kitab Adab Al-
17

„Alim Wa Al-Muta‟allim. Adapun hasil dari penelitian adalah Pendidikan


Karakter dalam kitab Adab Al-„Alim Wa Al-Muta‟allim dibagi menjadi
tiga bagian yaitu sikap mental atau karakter yang harus dimiliki siswa,
strategi yang digunakan dalam pengajaran, sedangkan relevansinya yaitu
tujuan, media, dan evaluasi pendidikan karakter di Indonesia.
Adapun persamaan dan perbedaan dari Penelitian ini dengan Penelitian yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Persamaan

- Pembentukan karakter manusia melalui pendidikan


- Strategi pembelajaran pendidikan karakter

b) Peerbedaan

Penelitian sekarang lebih fokus pada Pelaksanaan Pembelajaran


PAI dalam membentuk karakter religius siswa yang ada di SMKN 1
Glagah Banyuwangi, dengan menggunakan penelitian kualitatif.
3) Tesis yang ditulis oleh: Hery Nugroho, dengan judul: “Implementasi
Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 3 Semarang”, (Tesis di Program Magister Studi Islam
Konsentrasi Pendidikan Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Walisongo Semarang 2012)”.21 Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3
Semarang. Adapun hasil dari penelitian adalah Kebijakan pendidikan
karakter dalam PAI di SMA Negeri 3 Semarang melalui tiga cara, yakni mata
pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Pelaksanaan pendidikan
karakter dalam PAI di SMA Negeri 3 Semarang menggunakan dua cara,
yakni kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Evaluasi pelaksanaan
Pendidikan karakter dalam PAI meliputi: input (masukan), process (proses),
output (hasil), dan outcomes (dampak). Input pelaksanaan (siswa maupun
guru) termasuk baik.
Adapun persamaan dan perbedaan dari Penelitian ini dengan Penelitian yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Persamaan
18

Pembentukan karakter manusia melalui pendidikan di sekolah,


pelaksanaan pendidikan karakter dalam PAI
b) Perbedaan
Penelitian sekarang lebih fokus pada Pelaksanaan Pembelajaran
PAI dalam Membentuk karakter religius siswa yang ada di SMKN 1
Glagah Banyuwangi.
4) Tesis yang ditulis oleh Mohammad Johan, dengan judul: “Implementasi
Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren (Studi Kasus di Tarbiyatul
Mu‟allimien Al-Islamiyah (TMI) Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan
Sumenep)” (Tesis di Program Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang 2012).19 Fokus penelitian ini yaitu
mengenai implementasi pendidikan karakter dalam kegiatan kurukuler dan
ekstrakrikuler dalam kegiatan sehari-hari di pondok Al-Amin Sumenep.
Adapun hasil dari penelitian adalah implementasi pendidikan karakter
melalui mata pelajaran pesantren, kegiatan ekstrakurikuler dan kepesantrenan
di Pondok Al-Amin Sumenep.
a) Persamaan
- Pembentukan karakter melalui pendidikan
- Sama-sama pembelajaran Pendidikan Agama Islam
- Sama-sama berfokus kepada metode, strategi dan pendekatan pemebalajaran
untuk memotivasi siswa
b) Perbedaan
Saat ini lebih menekankan pada karater religius dan sikap peduli
sosial melalui pembelajaran PAI di SMKN 1 Glagah Banyuwangi.
5) Tesis yang ditulis oleh Fulan Puspita mahasiswi Pendidikan Agama Islam
UIN Sunan Kalijaga dengan judul “Pembentukan Karakter Siswa Berbasis
Pembiasaan dan Keteladanan (Studi Atas Madrasah Tsanawiyah Negeri
Yogyakarta I)”. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang
akan penulis lakukan yaitu sama-sama membahas tentang pembentukan
karakter, namun terdapat perbedaan juga dalam penelitian ini yaitu
penelitian ini lebih berfokus pada pembiasaan dan keteladaan di sekolah
19

sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih berfokus pada proses


pembentukan karakter peserta didik melalui kegiatan keagamaan.20
6) Tesis yang ditulis oleh Achmad Nizar Zulmy mahasiswa Pendidikan Agama
Islam UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Penguatan Budaya Sekolah
Dalam Membentuk Karakter Siswa di MAN Kota Surabaya dan SMA
Muhammadiyah 9 Surabaya”. Penelitian ini memiliki persamaan dengan
penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama membahas tentang
pembentukan karakter, namun terdapat perbedaan juga dalam penelitian ini
yaitu penelitian ini lebih berfokus pada penguatan budaya sekolah dalam
membentuk karakter siswa sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih
berfokus pada proses pembentukan karakter peserta didik melalui kegiatan
keagamaan .21
7) Tesis yang ditulis oleh Inda Yanti mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan judul
“Implementasi Full Day School Dalam Pembentukan Karakter Siswa (Studi
Kasus di SDN Ketawenggede dan SDI Surya Buana Kota Malang”.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan penulis
lakukan yaitu sama-sama membahas tentang pembentukan karakter peserta
didik, namun terdapat perbedaan juga dalam penelitian ini yaitu, penelitian
ini lebih berfokus pada program implementasi full day school dalam
membentuk karakter siswa, sedangkan yang penulis lakukan lebih berfokus
pada proses pembentukan karakter peserta didik melalui kegiatan
keagamaan.22
8) Tesis yang ditulis oleh Titin Sunarti mahasiswi Pendidikan Agama Islam di
Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten dengan
judul “Peran Guru dan Pola Asuh Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter
Siswa di SDIT Insantama Kota Serang”. Penelitian ini memiliki persamaan
dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama membahas
pembentukan karakter peserta didik namun terdapat perbedaan juga dalam
20
Fulan Puspita, “Pembentukan Karakter Siswa Berbasis Pembiasaan dan Keteladanan (Studi Atas Madrasah
Tsanawiyah Negeri Yogyakarta I)”, (Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015).
21
Achmad Nizar Zulmy, “Penguatan Budaya Sekolah Dalam Membentuk Karakter Siswa di MAN Kota Surabaya dan
SMA Muhammadiyah 9 Surabaya”. (Tesis UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019).
22
Ida Yanti, “Implementasi Full Day School Dalam Pembentukan Karakter Siswa (Studi Kasus di SDN Ketawenggede
dan SDI Surya Buana Kota Malang”. (Tesis, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018).
20

penelitian ini yaitu penelitian ini lebih berfokus pada pola asuh guru dan
orang tua dalam membentuk karakter peserta didik, sedangkan yang penulis
lakukan lebih berfokus pada proses pembentukan karakter peserta didik
melalui kegiatan keagamaan.23
9) Tesis yang ditulis oleh Mulyadi mahasiswa Konsentrasi Pendidikan Islam
UIN Syarif Hidayatullah dengan judul “Pembentukan Karakter Siswa
Melalui Madrasah Diniyah Sebagai Pelengkap Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Dasar” penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang
akan penulis lakukan yaitu sama-sama membahas tentang pembentukan
karakter, namun terdapat perbedaan juga dalam penelitian ini yaitu penelitian
ini lebih berfokus pada pembentukan karakter melalui madrasah diniyah
sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih berfokus pada proses
pembentukan karakter peserta didik melalui kegiatan keagamaan.24
10) Tesis Nasruddin mahasiswa Pendidikan Agama Islam Berbasis Teknologi
Informasi di IAIN Parepare dengan judul “ Pembentukan Karakter Melalui
Kegiatan Ekstrakuriuler Halaqah Film di Pondok Pesantren Nurul Azhar
Talawe Kabupaten Sidenreng Rappang” penelitian ini memiliki persamaan
dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama membahas
tentang pembentukan karakter, namun terdapat perbedaan juga dalam
penelitian ini yaitu penelitian ini lebih berfokus pada pembentukan karakter
melalui ekstrakurikuler Halaqah film sedangkan penelitian yang penulis
lakukan lebih berfokus pada proses pembentukan karakter peserta didik
melalui kegiatan keagamaan25
2. Kajian Teori

a. Pengertian Internalisasi

Secara epistemologi, internalisasi menunjukkan suatu proses.

Dalam kaidah bahasa Indonesia akhiran-sasi mempunyai definisi

23
Titin Sunarti, “Peran Guru dan Pola Asuh Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Siswa di SDIT Insantama Kota
Serang”. (Tesis, IAIN Serang, 2016).
24
Mulyadi, “Pembentukan Karakter Siswa Melalui Madrasah Diniyah Sebagai Pelengkap Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Dasar”. (Tesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).
25
Nasruddin, “Pembentukan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakuriuler Halaqah Film di Pondok Pesantren Nurul
Azhar Talawe Kabupaten Sidenreng Rappang”. (Tesis IAIN Parepare, 2020).
21

proses. Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai

peenghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang

berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya.1

Dalam bahasa Inggris, internalized berarti to incorporate in

one self. Jadi internalisasi berarti proses menanamkan dan

menumbuhkembangkan suatu nilai atau budaya menjadi

bagian dari (self) orang yang bersangkutan. Penanaman dan

perkembangan nilai tersebut dilakukan melalui berbagai didaktif

metodik pendidikan dan pengajaran. Seperti pendidikan, pengarahan,

indoktrinasi, brainwashing, dan lain sebagainya.2 Dalam proses

internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik dalam

pendidikan karakter mencakup tiga tahap, yaitu:

b. Transformasi nilai

Tahap ini guru sekedar menginformasikan nilai- nilai yang baik

dan merubah pola pikir anak yang semula kurang baik menjadi lebih

baik. Tranfrmasi nilai, yaitu tahap pendidikan karakter dengan cara

komunikasi dua arah, atau komunkasi yang dilakukan peserta didik

dengan guru. Jadi seorang guru tidak hanya memberikan informasi

semata juga memberikan contoh dalam kehidupn sehari-hari dan peserta

didik diminta juga memberikan contoh dan respons yaitu menerima

ataupun mengamalkannya.

Transisternalisasi, bahwa tahap ini lebih ke transaksi.

Penampilan guru di hadapan peserta didik bukan lagi sosok fisiknya


22

melainkan sikap mental (kepribadiannya), sisw merespon kepada guru

bukan gerakan/ penampilan fisiknya, melainkan sikap mental dan

kepribadiannya yang masing-masing terlibat aktif.26

Tahap-tahap tersebut merupakan semacam metode agar

memberikan kemuahan bagi pendidik dalam penanaman nilai-nilai ke

peserta didik. Secara umum internalisasi akan berjalan mengalir dalam

aktivitas lembaga pendidikan, baik pada KBM maupun kegiatan yang

telah dijadwalkan sekolah. Maka, sebaiknya pendidik

mempertimbangkan dan mempersiapkan dengan matang untuk

melakukan internalisasi sesuai tahap-tahapan, dengan tujuan nilai-nilai

yang hendak diinternalisasikan mudah diterima peserta didik.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses

internalisasi nilai secara teori dapat dilakukan dengan tiga tahapan

yakni; tahapan pertama disebut dengan transformasi, pada tahapan ini

internalisasi nilai dilakukan dengan cara penyampaian materi fisik

melalui pengajaran di kelas, ceramah-ceramah singkat agar para siswa

mengetahui nilai-nilai yang pro dan kontra dengan ajaran agama Islam

dan nilai budaya yang luhur. Tahapan ini dapat juga disebut dengan

proses pemahaman atau menumbuhkan tingkat afektif siswa mengenai

nilai-nilai agama Islam. 27

Tahapan kedua disebut transaksi, yaitu internalisasi nilai

dilakukan dengan komunikasi timbal balik yakni informasi nilai yang

26
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya, Citra Media, 1996), hal, 153.
27
Muhammad Munif, Strategi Internalisasi Nilai-Nilai PAI Dalam Membentuk Karakter Siswa,
Edureligia Vol. 01, No. 01, 2017, hal. 1-12.
23

didapat dan dipahami siswa melalui contoh amalan yang dilakukan

guru, sehingga para siswa juga dapat merespon nilai yang sama.

Dengan kata lain tahapan ini adalah fase penghayatan yang bermuara

pada peningkatan kognitif siswa mengenai nilai-nilai agama Islam.

Tahapan ketiga adalah transinternalisasi yakni pada tahap ini

bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap

mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian

yang berperan secara aktif. Adapun langkah-langkah mengajarkan nilai-

nilai dalam membangun pendidikan karakater menurut Thomas Lickona

terdapat tiga komponen yaitu moral knowing (pengetahuan tentang

moral), moral feeling (perasaan tentang moral) dan moral action

(perbuatan bermoral). Ketiga komponen tensebut dapat dijadikan

rujukan implementatif dalam proses dan tahapan pendidikan karakater

di sekolah28

Sedangkan internalisasi yang dihubungkn dengan agama

islam dapat diartikan sebagai proses memasukkan nilai-nilai agam

Islam secara penuh ke dalam hati, sehingga ruh dan jiwa bergerak

berdasarkan ajaran agama.

Internalisasi nilai agama terjadi melalui pemahaman ajaran

agama secara utuh, dan diteruskan dengan kesadaran akan pentingnya

agama Islam, serta ditemukanya posibilitas untuk merealisasikannya

dalam kehidupan nyata. Tidak hanya terbatas pada mata pelajaran

agama islam tetapi juga bisa melalui kegiatan-kegiatan agama yang ada

28
Ibid.,
24

di sekolah.29

c. Pengertian Nilai

Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti

bagi kehidupan manusia.30 Khususnya mengenai kebaikan dan tindak

kebaikan suatu hal, nili artinya sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau

berguna bagi manusia.31

Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan

benda konkrit, bukan fakt, tidak hanya persoalan benar dan salah yang

menuntut pembuktian empiric, melainkan sosial penghayatan yang

dikehendaki, disenangi, dan tidak disenangi.32

Adapun pengertian nilai menurut pendapat beberapa para ahli

antara lain:

Milton Rekeach dan James Bank, berpendapat nilai adalah sutu tipe

kepercayaan yjang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan

dalam mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau

memiliki dan dipercayai.33 Chabib Thoha bependapat nilai merupakan

sifat yang melekat pada suatu (sistem kepercayaan) yang telah

berhubungan dengan subjek yang member arti (manusia yang

menyakni). Jadi nilai adalah suatu yng bermanfaat dan berguna bagi

manusia sebagai acuan tingah laku.34

d. Pengertian Pendidikan Agama Islam

a) Definisi Penidikan
29
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar,( Surabaya:Citra Media, 1996), hal. 153.
30
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 61.
31
W.J.S. Purwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 677.
32
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), hal. 98.
33
H. Una Kartawisastra, Strategi Klrifikasi Nilai, (Jakarta: P3G Depdikbud, 1980), hal. 1.
34
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, hal. 61.
25

Pendidikan adalah usaha meningkatkan iri dalam segala

aspeknya. Definisi ini mencakup kegiatan pendidikan yang

melibatkan guru maupun, yang juga mencakup pendiikan formal,

maupun non formal serta informal. Segi yang dibina dalam dfinisi

ini adalah seluruh aspek kepribaian.35

Pendidikan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam

Undang- Undang Sistem Pendidikan (UUSPN) No 20 tahun

2003penidikan merupakan usaha sadar dan terencana melalui pross

pembelajaran agarpeserta didik dapat aktif, dapat mengembangkan

potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribdian, kecerdasan, akhlak mulia, dan

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.36

Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama

peran dan fungsinya sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa

yng berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai instrumen transfer

nilai. Fungsi pertama menyiratkan bahwa pendidikan memiliki

peran artikulasi dalam membekali seseorang atau kelompok orang

dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan, yang

berfungsi sebagai alat untuk menjalani hidup yang penuh dinamika,

kompetisi dan perubahan. Fungsi kedua menyiratkan peran dan

fungsi pendidikan sebagai instrumen transformasi nilai-nilai lihur

dari satu generasi ke genersi berikutnya. Kedua fungsi tersebut


35
Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 6.
36
Rois Mahfudin, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Erlangga, 2011), hal. 148.
26

secara eksplisit menandai bahwa pendidikan mengandung makna

bagi pengembangan sains dan teknologi serta pengembngan etika,

moral dan nilai-nilai spiritual kepada msyarakat agar tumbuh dan

berkembang menjadi warga Negara yang memiliki kepribadian yang

utuh sesuai dengan fitrahnya, warga Negara yang berada dan

bermartabat, tarampil, demokratis, dan memiliki keunggulan

kompetitif (competitive adventage).37

e. Definisi Pendidikan Agama Islam

Para ahli mengemukakan berbagai teori tentang pengertian

agama. Ada yang berpendapat bahwa agama diambil dari bahasa

Snsekerta, yaitu suku “a” yang berarti “tidak” dan “gama” yang

berarti “kacau” jadi manakala suku kata „a‟ dan „gama‟ maka

memunyai arti tidak kacau, tidak kocar kacir, teratur.38

Agama dalam bahasa arab adalah al-Dien dan al-milah. Kata

al- din sendiri mengandung berbagai arti. Dalam Al-Qur‟an kata al-

Dien mempunyai banyak arti diantaranya adalah balasan, taat,

tunduk, patuh, undang-undang/hukum, menguasai, agama ibadah,

keyakinan.39 Dalam surat Al-Imron ayat 19 Al-Dien sebagai

agama, sebagai berikut:

Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah


hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al
Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat
hisab-Nya.40
37
Ibid, hal. 148.
38
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat Dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1983),
39
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 13.
40
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Asy Syifa, 1999), hal. 78.
27

Secara istilah Islam berarti suatu nama bagi agama yang

ajaran ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui rosul.

Atau lebih tegas Islam adalah ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan

kepada Masyarakat melalui nabi Muhammad SAW sebagai rosul.

Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukn hanya

mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan

manusia.41

Jadi semua nilai yang terdapat dalam ajaran agama Islam dan

merupakan nilai-nilai keagamaan (Islam), karena ajaran Islam tidak

semata-mata mengandung aspek teologis tetapi juga mencakup dan

mengatur seluruh aspek kehidupan. Nilai-nilai tersebut ditemukan

enam jenis materi pelajaran, yaitu: (1) Tauhid/aqidah, (2) Fiqih/

Syariah, (3) Quran, (4) Hadits, (5) Akhlak, (6) Tarikh/ Sejarah

Islam. Setiap materi memiliki nilai-nilai masing-masing, baik nilai

Uluhiyah maupun nilai Insaniayah.

1. Nilai Ilahi, yaitu nilai yang dititahkan Tuhan melalui para Rasul-

Nya yang berbentuk taqwa, iman, adil yang diabadikan dalam

wahyu ilahi. Alqur‟an dan As-Sunnah merupakan sumber nilai

Ilahi, sehingga bersifat statis dan kebenarannya mutlak.

2. Nilai Insani atau duniawi yaitu nilai yang tumbuh atau

kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban

manusia.42
41
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentuka Pemikiran Dan Kepribdian Muslim, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 92.
42
Nurul Jempa, Nilai-Nilai Agama Islam, Pedagogik Vol. 1 No. 2, Maret 2018: hal. 101-
112.
28

Mengkaji Nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam sangat luas, karena

nilai-nilai Islam menyangkut berbagai aspek dan membutuhkan telaah yang luas.

Pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam ajaran Islam untuk mengetahui nilai-

nilai agama Islam mencakup tiga aspek sebagai berikut:

a. Nilai Akhidah

Nilai akidah memiliki peranan yang sangat penting dalam ajaran

Islam, sehingga penempatanya berada di posisi yang utama. Akidah secara

etimologis berarti yang terikat atau perjanjian yang teguh, dan kuat,

tertanam dalam hati yang paling dalam. Secara etimologis berarti

credo, creed yaitu sebuah keyakinan hidup dalam arti khas, yaitu

pengingkaran yang bertolak dari hati. Dengan demikian, akidah adalah

urusan yang wajib diyakini kebenaranya oleh hati, menentramkan jiwa,

dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan.

b. Nilai Syari‟ah

Syari‟ah menurut bahasa berarti tempat jalannya air, atau secara

maknawi syari‟ah artinya sebuah jalan hidup yang ditentukan oleh Allah

sebagai panduan dalam menjalankan kehidupan dunia dan Akhirat.

Syari‟ah merupakan sebuah panduan yang diberikan oleh Allah SWT

berdasarkan sumber utama yang berupa Al-Qur‟an dan As- Sunnah serta

sumber yang berasal dari akal manusia dalam ijtihad para ulama atau para

sarjana Islam.43

Kata syari‟ah menurut pengertian hukum Islam adalah hukum-

hukum atau aturan yang diciptakan Allah untuk semua hamba- hambaNya

agar diamalkan demi mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.


43
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, hal. 139.
29

c. Nilai Akhlak

Dalam agama Islam, akhlak atau perilaku seseorang muslim

seseorang dapat memberikan suatu gambaran akan pemahamanya terhadap

agama Islam. nilai-nilai akhlak sangatlah penting untuk diketahui dan

diaktualisasikan oleh seseorang muslim atau seseorang ketika dalam

proses pembinaan dan membentuk karakter yang tercermin sebagi muslim

yang sejati. Secara etimologi, pengertian akhlak berasal dari bahasa arab

yang berarti budi pekerti, tabi‟at, perangai, tingkah laku buatan, ciptaan.44

Lebih jelasnya pendidikan agama Islam adalah upaya sadar

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan

tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungan engan

kerukuran umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Zakiyah Daradjat mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah

suatu usaha untuk membina dan mengasah peserta didik agar senantiasa

dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati

tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjdikan Islam

sebagai pandangan hidup. Tayar Yusuf, mengartikan pendidikan agama

Islam sebagai suatu bentuk usha sadar generasi tua untuk mengalihkan

pengalamannya, pengetahuan, kecakapan dan ketrmpilan kepada genersi

muda agar kelak menjadi manusia yang bertakwa pada Allah SWT.

Sedangkan Ahmad Tafsir menjelaskan bahwasannya pendidikan agama

Islam adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh satu orang ke orang lain

dengan harapan seseorang tersebut bisa berkembang secara maksimal


44
Ibid, hal. 139.
30

sesuai dengan ajaran agama Islam.45

f. Membentuk Karakter

Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata „karakter‟ dirtikan sebagai

tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dengan yang lainnya.46 Hal serupa juga diungkapkan oleh Fajri,

karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seorang dari yang lain, tabiat, watak yang menjadi ciri khas

seseorang.47 Sedangkan menurut Griek dalam buku Zubaedi

mengemukakan bahwa karakter dapat didefinisikan sebagai panduan dari

pada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda

yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.48

Suyanto dan Masnur Muslich menyatakan dalam pengertian yang

lebih luas bahwa karakter adalah cara berfikir dan berperilaku seseorang

yang menjadi ciri khas dari tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,

baik dalam keluarga, masyarakat dan Negara.49

Sri esthi wuryani dalam bukunya yang berjudul Psikologi

Pendidikan mengemukakan bahwa karakter atau watak seseorang dengan

orang lainpun tidak akan sama meskipun mereka dilahirkan sebagai orang

yang sama atau kembar, situasi yang dialami oleh seseorang dengan

orang lain akan selalu mempengaruhi kehidupan serta cara dalam

45
Abdul Majid dan Dian Andiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2004, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hal. 130.
46
Pusat Bahasa Depertemen Pendiikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1991),
hal. 693.
47
Fajri, Pendidikan Karakter, (Jakarta: AS-Prima Pustaka, 2012), hal. 63.
48
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Dunia Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2012), hal. 9.
49
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011). hal. 70.
31

membentuk karakter jiwa serta wataknya.50 Karakter dalam dimensi islam

dapat dimaknai sebagai akhlak. Akhlak mendapatkan tempat tertinggi

dalam Al-Qur‟an serta merupakan penghargaan tertinggi yang di

anugrahkan Allah kepada Rasul-Nya. Berkaitan dengan hal ini Allah

SWT berfirman dalam beberapa ayat yang diturunkan kepada Rasul-Nya,

antara lain:

Firman Allah dalam surat l-Ahzab ayat 21


Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.51

Adapun Sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai

luhur universal, yaitu:

g. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya

h. Kemaandirian dan tanggung jawab

i. Kejujuran/amanah, diplomatis

j. Hormat dan santun

k. Dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong/kerjasama

l. Percaya diri dan pekerja keras

m. Kepemimpinan dan keadilan

n. Baik an rendah hati

o. Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.52

Berikut ini dikemukakan 18 Nilai karakter versi kemendiknas

antara lain:53

50
Sri Esthi Wuryani, Psikologi Pendidikan, (Jakarta Grasindo, 2002), hal. 203.
51
Departemen Agama RI, Al-Hidayah al-Qur’an tafsir per kata tajwid kode angka,
(Tangerang: Kalim), hal. 421.
52
Thomas Lickona, Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility, (New York:
Bantam Book, 1992), hal. 22.
53
Kemendiknas, Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa ( Jakarta :Puskur, 2010),
32

Tabel 2.1

Nilai Karakter Menurut Kemendiknas

No Nilai Krakater Makna Nilai Karakter

1 Religius Yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami

dan melaksanakan ajaran agama (aliran

kepercayaan) lain, serta hidup rukun

dan berdampingan.

2 Jujur Sikap dan perilaku yang mencerminkan

kesatuan antara pengetahuan,perkataan dan

perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan

yang benar dan melakuakan yang benar)

sehingga menjadikan orang yang bersangkutan

sebagai pribadi yang dapat

dipercaya.

3 Toleransi Yakni sikap dan perilaku yang mencerninkan

penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran

kepercayaan,suku adat, bahasa ,ras, etnis,

pendapat, dan halhal lain yang berbedadengan

hal. 23.
33

dirinya secara sadar dan terbuka,serta dapat

hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.

4 Disiplin Yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten

terhadap segala bentuk peraturan,atau tata tertib

yang berlaku.

5 Kerja keras Yakni perilaku yang menunjukkan upaya

secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik

darah )

6 Kreatif Yakni sikap dan berprilaku yang mencerminkan

inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan

masalah ,sehingga selalu menemukan cara-cara

yang lebih baik dari

sebelunnya.

7 Mandiri Yakni sikap dan perilaku yang tidak bergantung

pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai

tugas maupun persoalan.Akan tetapi,hal ini

bukan berarti tidak boleh kerja sama secara

kolaboratif,melainkan tidak boleh

melemparkan tugas dan tanggung jawab

kepada orang lain.

8 Demokratis Yakni sikap dan perilaku yang

mencerminkanpersamaan hak dan kewajiban

secara adil danmerata antara dirinya dengan

orang lain.

9 Rasa ingin tahu Yakni cara berfikir, sikap dan perilaku yang
34

mencerminkan pensaran dan keingin tahuan

terhadap segala hal yang dilihat ,di dengar dan

di pelajari secara lebih mendalam.

10 Semangat kebngsaan Yakni sikap dan tindakan yang menempatkan

atau nasionalisme kepentingan Bangsa dan Negara di atas

kepentingan pribadi ,individu atau golongan.

11 Cinta tanah air Yakni sikap dan perilaku yang

mencerminkanrasa bangga,setia,peduli,dan

penghargaan yang tinggi terhadap bahasa

,budaya,ekonomi dan lain sebagainya sehingga

tidak mudah menerima tawaran bangsa lain

yang dapat merugikan

12 Menghargai prestasi Yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain

serta mengakui kekurangan diri sendiri tanpa

mengurangi semangat berprestasi lebih

tinggi.

13 Komunikatif dan Yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap

senang bersahabat atau orang lain melalui komunkasi yang santu

pro aktif sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif

dengan baik.

14 Cinta damai Yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan

suasana damai,aman , tenang, dan nyaman atas

kehadiran dirinya dalam komunitas msyarakat

tertentu.
35

15 Gemar membaca Yakni kebisaan dengan tanpa paksan untuk

menyediakan waktu secara khusus guna

membaca berbagai informasi,baik

buku,jurnal,koran,dan lain sebagainya

Sehingga

16 Peduli lingkungan Yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya

menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17 Peduli sosial Yakni sikap dan perbuatan yang

mencerminkan kepedulian terhadap orang lain

maupun masyarakat yang membetuhkannya.

18 Tanggung jawab Yakni sikap dan perilaku seseorang dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik

yang berkiatan dengan diri sendiri ,sosial,

masyrakat ,bangsa ,negara maupaun agama.

Ada beberapa proses dalam membentuk karakter baik agar pendidikan karakter yang

berjalan sesuai dengan sasaran, yaitu:

a. Menggunakan Pemahaman

Pemahaman yang diberikan dapat dilakukan dengan cara menginformasikan

tentang hakikat dan nilai-nilai kebaikan dari materi yang disampaikan. Proses

pemahaman harus berjalan secara terus menerus agar penerima pesan dapat tertarik.
36

b. Menggunakan Pembiasaan

Pembiasaan berfungsi sebagai penguat terhadap obyek yang telah masuk

dalam hati penerima pesan. Proses pembiasaan menekankan pada pengalaman

langsung dan berfungsi sebagai perekat antara tindakan karakter dan diri seseorang.

c. Menggunakan Keteladanan

Keteladanan merupakan pendukung terbentuknya karakter baik. Keteladanan

dapat lebih diterima apabila dicontohkan dari orang terdekat. Misal guru menjadi

contoh yang baik bagi murid- muridnya atau orang tua menjadi contoh yang baik

bagi anak- anaknya.

Ketiga proses diatas boleh terpisahkan karena yang satu akan memperkuat

proses yang lain. Membentuk karakter hanya menggunakan proses pemahaman tanpa

pembiasaan dan keteladanan akan bersifat verbalisitik dan teoritik. Sedangkan proses

pembiasaan tanpa pembiasaan hanya akan menjadikan manusia berbuat tanpa

memahami makna.54

e. Ekstrakurikuler Keagamaan

1. Pengertian Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler pada dasarnya bersal dari tiga rangkaian kata,

yaitu kata kegiatan, ekstra, dan kurikuler. Menurut bahasa kata ekstra

mempunyai arti tambahan diluar resmi, sedangkan kata kurikuler mempunyai

arti bersangkutan dengan kurikulum, sehingga kegiatan ekstrakurikuler dapat

diartikan sebagai tambahan diluar yang bersangkutan dengan kurikulum.55

54
Abudullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992), hal.162.
55
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai ustaka, 1998) hal. 223.
37

Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik

di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan

kurikulum dan dilakukan dibawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk

mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik

yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum.56

Sedangkan pengertian kegiatan ekstrakurikuler menurut Dewa Ketut

Sukardi, adalah:

Bahwa ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh para


siswa diluar jam pelajaran biasa, termasuk pada saat liburan sekolah,
yang bertujuan untuk memberikan pengkayaan keadaan peserta didik
dalam artian memperluas pengetahuan peserta didik dengan cara
mengaitkan pelajaran yang satu dengan lainnya.57

Ekstrakurikuler juga bisa diartikan segala kegiatan yang dilakukan di

luar jam biasa dan waktu libur sekolah yang dilakukan baik di sekolah

maupun diluar sekolah, dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa,

mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan

minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.58

2. Fungsi Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi

pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.

a. Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi

untuk perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat,

pengembangan potensi, pemberian kesempatan untuk membentuk

karakter dan pelatihan kepemimpinan.

b. Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk

56
PERMENDIKBUD No 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, hal. 1.
57
Ketut Dewa Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah, (Jakarta: Galia Indonesia 1987), hal. 243.
58
Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.164.
38

mengembangkan kemampuan dan rasa tanggungjawab sosial peserta

didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktek

ketrampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial.

c. Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam

suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga

menunjang proses peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat

menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih

menarik bagi peserta didik.

d. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi

untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui

pengembangan kapasitas.

3. Tujuan Ekstrakurikuler

Adapun tujuan dari kegiatan ekstraiurikuler di satuan pendidikan adalah:

a. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan

kognitif, efektif, dan psikomotor peserta didik.

b. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan

minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju

pembinaan manusia seutuhnya.

Sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal sangat penting dan

strategis dalam pembinaan peserta didik, baik melalui proses belajar

mengajar maupun melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Dengan memperhatikan kondisi sekolah dan masyarakat yang umumnya

masih dalam taraf perkembangan, maka upaya pembinaan kepeserta


39

didikan perlu diselenggarakan untuk menunjang perwujudan sekolah

sebagai Wawasan Wiyatamandala. Upaya untuk mewujudkan Wawasan

Wiyatamandala antara lain dengan menciptakan sekolah sebagai

masyarakat belajar, pembinaan Organisasi Peserta didik Intra Sekolah

(OSIS), kegiatan kurikuler, ko- kurikuler, dan ekstra- kurikuler, serta

menciptakan suatu kondisi untuk mengasah kemampan dan ketangguhan

yakni memiliki tingkat keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan

kekeluargaan yang mantap.59

4. Ekstrakurikuler Keagamaan

Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan adalah berbagai kegiatan yang

diselenggarakan diluar jam pelajaran dalam rangka memberikan arahan

kepada peserta didik untuk dapat mengamalkan ajaran agama yang

diperolehya melalui kegiatan belajar dikelas , serta untuk mendorong

membentuk tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Dengan

tujuan dasarnya adalah membentuk manusia terpelajar dan bertaqwa kepada

Allah.

Ekstrakurikuler keagamaan menurut DEPAG yaitu “untuk

meningkatkan pemahaman terhadap agama sehingga mampu mengamalkan

dirinya sejalan dengan norma-norma agama dan maampu mengamalkan

dalam perkembangan, teknologi dan budaya”.60

Dengan kata lain, kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ialah bentuk

kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran yang bertujuan membentuk

59
Nunu Ahmad An-Nahidl, Pendidikan Agama di Indonesia; Gagasan dan Realitas, (Jakarta: Puslitbang
Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2010), hal. 108.
60
Departemen Agam a RI, 2005, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam).
40

manusia terpelajar dan bertakwa kepada Allah. Jadi, selain menjadi manusia

yang berilmu pengetahuan, peserta didik juga menjadi manusia yang mampu

menjalankan perintah-perintah agama islam.

Fungsi ektrakurikuler keagamaan yang ada disekolah yaitu dengan

peningkatan pemahaman siswa terhadap agama dan menumbuhkan akhlak

yang mencerminkan kepribadian yang islami sehingga mampu mengamalkan

apa yang telah diterimanya selaras dengan norma- norma agama yang ada.

Menjadikan peserta didik mandiri, sensitive dan aktif dalam melihat persoaln-

persoalan sosial-agama sehingga mampu memecahkan masalah yang

dihadapinya.

5. Kerangka Konseptual

Pengertian paradigma adalah pedoman yang menajadi dasar bagi para

saintis dan peneliti di dalam mencari fakta-fakta melalui kegiatan penelitian

yang dilakukannya.61

Memudahkan memahami isi/konten dalam penelitian ini, maka penulis

membuat kerangka konseptual dari judul “Internalisasi Nilai- Nilai

Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Melalui

Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan Di SMKN 1 Glagah Banyuwangi”

sebagai berikut:

61
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hal. 146.
41
42

Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama


Islam

Bentuk internalisasi nilai Proses internalisasi nilai Implikasi internalisai nilai


Islam Islam Islam

Tujuan:
1. Mendeskripsikan bentuk nilai-nilai agama Islam dalam membentuk karakter
siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.
2. Mendeskripsikan proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
yang diinternalisasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler Keagamaan dalam
membentuk karakter siswa.
3. Mendeskripsikan implikasi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
dalam membentuk karakter siswa melalui kegiatan ektrakurikuler
keagamaan.

TEMUAN PENELITIAN

I. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian


deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan Penelitian deskriptif yaitu
memberi kan gambaran deskriptif dari hasil Penelitian yang telah dirancang
secara sistematis, aktual dan faktual tentang fakta yang terjadi di lapangan serta
fenomena yang diteliti. Sedangkan subjek penelitian ini adalah guru dan siswa
kelas XII SMKN 1 Glagah Banyuwangi serta beberapa warga terkait sekolah
SMKN 1 Glagah Banyuwangi
Sumber yang didapatkan dalam Penelitian ini ialah berdasarkan studi
literatur yang berkaitan dengan masalah, fenomena, dan ide yang terjadi
43

dilapangan. Teknik pengumpulan data yaitu kajian Pustaka dan analisis data
secara kuanlitatif dari sumber-sumber yang diperoleh melalui Penelitian yang
dilaksanakan, dan juga melakukan penilaian terhadap ide dan masalah yang
diteliti atau dibahas.
2. Lokasi Penelitian

Penetapan lokasi Penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam


Penelitian kualitatif, karena dengan ditetapkannya lokasi Penelitian berarti objek
dan tujuan sudah ditetapkan sehingga mempermudah penulis dalam melakukan
Penelitian. Lokasi ini bisa di wilayah tertentu atau suatu lembaga tertentu. Sesuai
dengan konteks dalam Penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMKN 1 Glagah
Banyuwangi, Jln. Kawah Ijen, Desa Bnjarsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur. Penulis memiliki alasan memilih lokasi Penelitian di
SMKN 1 Glagah Banyuwangi karena terdapat keberhasilan lembaga dalam
meningkatkan kualitas sekolah pada tingkat local maupun nasional. Selain itu
juga, SMKN 1 Glagah Banyuwangi telah mengikuti proses akreditasi untuk
menjamin mutu pendidikan. SMKN 1 Glagah Banyuwangi sudah ditetapkan
sebagai sekolah yang terakreditasi Baik.
3. Kehadiran Peneliti

Kedudukan penulis dalam Penelitian ini sebagai instrumen kunci (key


instrument). Penulis sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis
penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil Penelitian. Oleh karena itu,
agar penulis dapat melakukan peran semua itu secara maksimal dan tidak
mendapat hambatan, maka harus menginformasikan kehadirannya di lapangan
kepada subyek terteliti. Apakah penulis hadir secara terang- terangan
menginformasikan perannya sebagai penulis atau secara tersembunyi, dalam arti
perannya sebagai penulis tidak diinformasikan kepada subyek terteliti.62 Pada
Penelitian ini, penulis sebagai fasilitator sekaligus observator partisipan, artinya
posisi penulis mengamati dengan terlibat langsung pada proses-proses rehabilitasi
dan segala macam aktivitas yang ada dilokasi Penelitian
4. Subjek Penelitian

Bagian ini menjelaskan data dan sumber data. Sumber data adalah subyek
dari mana data diperoleh. Dengan tujuan untuk membantu mengetahui apa yang
62
Tim Penyusun, pedoman Penulisan Karya Ilmiah pascasarjana IAIN Jember, ( Jember: IAIN Jember
Press 2018), 23
44

terjadi di lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa pandangan partisipan


yang berada dilatar Penelitian, dan seperti apa peristiwa atau aktivitas yang terjadi
di latar Penelitian. Subjek yang dijadikan informan yang terlibat dan mengetahui
permasalahan diantaranya:
a. Kepala Sekolah

b. Guru

c. Kepala Perpus

d. Waka Kurikulum

e. Siswa

5. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah gejala-gejala sebagaimana adanya


berupa perkataan, perilaku dan pendapat dari pihak yang terkait dalam objek
penelitiannya. Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata (data
verbal) dan tindakan (non verbal) selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumentasi dan lain-lain.84 Dalam penelitian ini sumber data dikelompokan
menjadi dua bagian, data primer dan data sekunder.
2) Sumber data primer yang diperoleh dari bentuk kata-kata atau lisan (verbal)
dan prilaku subjek (informan) berkaitan dengan proses pembentukan karakter
peserta didik melalui kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Satu Atap
Miftahul Ulum Al-Khairiyah Tempurejo Kabupaten Jember.
a) Peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian, peneliti mendatangi langsung
informan yang telah ditentukan sebagai subjek penelitian untuk
mendapatkan data terkait tahapan moral knowing, moral feeling, moral
action pada pembentukan karakter peserta didik melalui kegiatan
keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Satu Atap Miftahul Ulum Al-
Khairiyah Tempurejo Kabupaten Jember.
b) Kegiatan-kegiatan observasi dalam tahapan moral knowing, moral
feeling, moral action pada pembentukan karakter peserta didik melalui
kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Satu Atap Miftahul Ulum
Al-Khairiyah Tempurejo Kabupaten Jember yang peneliti dapatkan
melalui observasi lapangan.
45

Sumber data sekunder yang diperoleh dari dokumentasi dapat digunakan


sebagai pelengkap data primer terkait proses pembentukan karakter
peserta didik melalui kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Satu
Atap Miftahul Ulum Al-Khairiyah Tempurejo Kabupaten Jember.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik untuk mendapatkan data, metode yang digunakan oleh penulis


dalam pengumpulan data dilapangan adalah:
a. Observasi

Observasi merupakan salah satu alat penting untuk pengumpulan data


dalam Penelitian kualitatif. Observasi berarti memperhatikan fenomena di
lapangan melalui kelima indra penulis. Berdasarkan fokus Penelitian ini, hal
yang penting diperhatikan dalam observasi partisipan adalah mengamati: (1)
apa yang dilakukan orang di lokasi Penelitian, (2) mendengarkan apa yang
mereka katakan dan turut serta dalam aktivitas mereka. Penulis menggunakan
metode ini untuk mengamati secara langsung di lapangan hal-hal yang
berkaitan dengan fokus Penelitian.
Penulis dalam Penelitian ini menggunakan jenis observasi berperan
serta (participan observation), yaitu penulis terlibat aktif dalam kegiatan
sehari-hari orang yang akan di teliti. Sambil meneliti, penulis ikut melakukan
kegiatan dan merasakan suka duka sumber data.
b. Wawancara

Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur.


Artinya penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan
leluasa, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.63 Dengan teknik ini, diharapkan wawancara berlangsung luwes,
arahnya bisa lebih terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah
pihak, sehingga diperoleh informasi yang lebih banyak. Metode wawancara
kualitatif menggunakan panduan wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan
untuk diajukan kepada informan.64

63
Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: cv.Alfabeta 2016), 68
64
Ibid, hal. 78.
46

Wawancara adalah percakapan yang diarahkan pada suatu masalah


tertentu, ini merupakan proses Tanya jawab percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.
Wawancara dapat dilakukan terstruktur maupun tidak terstruktur, dan
dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telepon.
1) Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
penulis atau pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan
wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrumen Penelitian
berupa pertanyaan tertulis yang alternatif jawabanya pun telah
dipersiapkan.
2) Wawancara semi struktur dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila di
bandingkan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara ini untuk
menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak diajak wawancara
diminta pendapat dan ide-idenya
3) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas diterima
penulis tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman
wawancara ini yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan
yang ditanyakan.
c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam Penelitian ini meliputi berbagai hal yang terkait


dengan gerakan literasi dan kegiatan di dalamnya. Data yang diperoleh melalui
studi dokumentasi ini, sebagai berikut: Foto proses pembelajaran, foto
kegiatan Guru interaksi dengan siswa.
7. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoeh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
47

diri sendiri maupun orang lain. Proses analisis data pada kualitatif dilakukan
secara berkesinambungan yaitu sejak sebelum memasuki lapangan, memasuki
lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan.65 Dan metode pada
Penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis,
prinsip angka, atau metode statistik.
Analisis data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah analisis data
model Miles, Hubberman and Saldana. Aktivitas dalam analisis data yaitu data
condensation, data display, and conclusion drawing/verification.66 Berikut
penjelasannya:
a. Data Condensation

Data condensation refers to the process of selecting, focusing,


simplifying, abstracting, and/or transforming the data that appear in the full
corpus (body) of written-up field notes, interview
transcripts,documents, and other empirical materials.67
Pada tahap ini seluruh data yang telah terkumpul dilakukan proses
pemilihan, penyederhanaan, pemfokusan, dan perubahan terhadap data yang
muncul sehingga lebih mudah dipahami dan dimengerti juga mudah
diklasifikasikan data tersebut. Keseluruhan data yang telah dikumpulkan
kemudian dicari, dan dipilih pada langkah kondensasi ini guna menemukan
data yang terkait dengan fokus Penelitian. Selanjutnya data yang sudah
dipilih, disederhanakan dan difokuskan menjadi bagian-bagian yang lebih
mudah untuk dilakukan analisis selanjutnya.
b. Data Display

Generically, a display is an organized, compressed assembly of


information that allows conclusion drawing and action.68
Setelah data terkondensasi, pada tahap ini keseluruhan data-data
tersebut disajikan. Data-data terkait pokok bahasan dapat mulai diidentifikasi
dan terdekteksi keterkaitannya sehingga memungkinkan ditarik kesimpulan.
Sehingga penulis mengetahui apa yang telah terjadi dan langkah yang
selanjutnya perlu dilakukan. Penulis menyajikan data yang telah diperoleh

65
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kualitatif, ( Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi 2019), 81
66
Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, Johnny Saldana, Qualitative Data Analysis: A
67
Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, Johnny Saldana, Qualitative Data Analysis: A Methods
Sourcebook (London: SAGE, 2014), 12.
68
Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, Johnny Saldana, Qualitative Data Analysis: A
48

melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi dalam bentuk uraian


kalimat yang tersusun dalam sebuah paragraf.
c. Conclusion drawing/verification

The third stream of analysis activity is conclusion drawing and


verification. From the start of data collection, the qualitative analyst
interprets what things mean by noting patterns, explanation, causal
flows, and propositions. “Final” conclusions may not appear until data
collection is over, depending on the size of the corpus of field notes, the
coding, storage, and retrieval methods used; the sophistication of the
researcher; and any necessary deadlines to be met.69
8. Keabsahan Data

Dalam tesis ini keabsahan datanya menggunakan kredibilitas data.


Kredibilitas data atau kepercayaan data dimaksudkan untuk membuktikan data
yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan dunia nyata yang terjadi dengan
sebenarnya. Untuk mencapai nilai kredibilitas data ada beberapa teknik yaitu:
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam Penelitian, triangulasi
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member check.
Dalam Penelitian ini, penulis menggunaan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik dan metode. Triangulasi sumber ialah untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui berbagai sumber.
9. Tahapan-Tahapan Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan tentang rencana Penelitian yang akan
dilakukan pada saat di lapangan, sehingga dalam melaksanakan Penelitian, perlu
memiliki rambu-rambu yang harus dilaksanakan secara bertahap. Menurut
Moleong tahap penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pra lapangan, tahap
pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Penelitian ini akan dibagi ke dalam
tiga tahap yaitu tahap pra lapangan, tahap Penelitian lapangan dan tahap analisis
data.
Tahap-tahap Penelitian memudahkan penulis untuk menyusun rancangan
Penelitian yang termasuk perencanaan kegiatan, pelaksanaan Penelitian
pengumpulan data, analisis data untuk Penelitian laporan yang terdiri dari:
69
Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012), 125.
49

1. Tahap Pra-Lapangan.
a. Menyusun rencana Penelitian
b. Menentukan subjek Penelitian
c. Memilih lapangan Penelitian
d. Menyusun perizinan
e. Memilih informan
f. Menyiapkan perlengkapan Penelitian
2. Tahap Pekerjaan Lapangan.
a. Memahami latar belakang Penelitian
b. Memasuki lapangan Penelitian
c. Mengumpulkan data
3. Tahap Pasca Pelaksanaan
a. Menganalisis data yang diperolah
b. Mengurus perizinan selesai Penelitian
c. Menyajikan data dalam bentuk laporan
d. Merevisi laporan yang telah disempurnakan
4. Tahap Analisis Data
Setelah data di lapangan terkumpul maka langkah selanjutnya yaitu
tahap analisis data, pada tahap ini aktifitas yang akan dilakukan adalah:
a. Data yang sudah terkumpul dianalisis secara keseluruhan dan
dideskripsikan dalam bentuk teks
b. Menyusun, penarikan, dan memberikan kesimpulan data yang sudah terkumpul.
50

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1982. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Bandung:


PT. Angkasa.

Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentuka


Pemikiran Dan Kepribdian Muslim, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Al-Quar’an dan Terjemahnya. 1999. Semarang: CV. Asy Syifa’.

Amsyari, Fuad Amsyari. 1995. Islam Kaffa Tantangan Sosial dan Aplikasinya di
Indonesia, Jakarta: Gema Insan Press.

An-Nahidl , Nunu Ahmad, 2010. Pendidikan Agama di Indonesia; Gagasan dan


Realitas, Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

Anshari, Endang Saifuddin. 1983. Ilmu Filsafat Dan Agama, Surabaya: Bina
Ilmu.

Arifin, Zainal . 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,


Bandung: Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta:Rineka Cipta.

Bungin Burhan.(Ed). 2001. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Darmdi, Hamid. 2011. MatodologiPenddikan, Bandung: Alfabeta.

Departemen Agama RI, Al-Hidayah al-Qur’an tafsir per kata tajwid kode angka.
Tangerang: Kalim.
51

112
113

Departemen Agama RI. 2005. Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan


Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

DEPDIKBUD. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Eka Prihatin,2011. Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta.

Fajri. 2012. Pendidikan Karakter. Jakarta: AS-Prima Pustaka.

Hajar, Ibnu. 2001. Dasar-dasar Metodologi Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta:


Raja Grafindo Persada.

Ibrahim, Nana Sujana. 1989 . Penelitian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru.

Isna, Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka


Utama.

Jempa, Nurul, 2018. Nilai-Nilai Agama Islam, Pedagogik Vol. 1 No. 2.

Kahmad, Dadang. 2002. Sosiologi Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kartawisastra, H. Una. 1980. Strategi Klrifikasi Nilai, Jakarta: P3G Depdikbud.

Kemendiknas, 2010. Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Jakarta


:Puskur.

Khoiriyah, Isnatul. 2015, Skripsi, pengaruh Ekstrakurikuler SIE Kerohanian


Islam (SKI) Terhadap Akhlak Siswa-Siswi Di SMAN 1 Durenan
Trenggalek Tahun Ajaran 2014/2015, Tulungagung: Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung.

Lickona, Thomas. 1992. Educating For Character: How Our School Can Teach
Respect and Responsibility, New York: Bantam Book.

Mahfudin, Rois, 2011. Al-Islam Pendidikan Agama Islam. Erlangga.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2010. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif
Islam, Bandung: Insan Cita Utama.
114

Meleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Muchlas Samani & Hariyanto. 1989. Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Jakarta: Balai Pustaka.

Muhaimin dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar, Surabaya, Citra Media.

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: CV


Alfabeta.

Munif, Muhammad. 2017, Strategi Internalisasi Nilai-Nilai PAI Dalam


Membentuk Karakter Siswa, Edureligia Vol. 01, No. 01.

Muslich , Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis


Multidimensional, Jakarta: Bumi Aksara.

Musthofa, Chabib. Menelaah Kasus Lia Eden, sunan-ampel.ac.id, diakses 2 Juni


2020.

Muzammil, Alfi Nikmtul, Skripsi. 2009. Implementasi Budaya Religius Dalam


Membentuk Karakter SiswaDi MTsN 2 Trenggalek, Tulungagung: Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung.

PERMENDIKBUD No 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.

Pusat Bahasa Depertemen Pendiikan Nasional. 1991. Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan


Kebudayaan, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Rusmaini. 2014. IlmuPendidikan. Palembang: Grafika Telindo.

Sahlan, Asmaun. 2012. Religiusitas Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Maliki


Press.
115

Septian, Alif Wahyu, Skripsi. 2018. Pengaruh Kegiatan Ektrakurikuler Keagamaan


Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam DI
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ngunut, Tulungagung: Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung.

Shaleh, Abdul Rachman. 2005. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa : Visi, Misi,dan
Aksi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta:
Lentera Hati.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D, Bandung: Alfabeta. Thoha, M. Chabib . 1996. Kapita Selekta Pendidikan
Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tafsir , Ahmad. 1992. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Trianto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Ulwan, Abudullah Nashih. 1992. Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar,
Bandung: Remaja Rosdakarya.

W.J.S. Purwadaminta. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Wahyuni, Sri Esthi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta Grasindo.

Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Dunia
Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai