Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN

KARAKTER PESERTA DIDIK

DI SDN KWAJON

Dr. Ju’subaidi, M.Ag., Wahyu Dani Saputra, Afifatur Rosyidah

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

E-mail: jusubaidi@gmail.com, dani.saputrax3@gmail.com,


afiffaturrosyidah@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) dalam meningkatkan karakter peserta didik menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Melalui analisis mendalam terhadap pengalaman dan pandangan peserta didik, penelitian
ini mengidentifikasi bagaimana pembelajaran Pal dapat mempengaruhi perkembangan karakter seperti
etika, moralitas, tanggung jawab, dan empati. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk merinci
pengalaman peserta didik dalam pembelajaran Pal dan bagaimana hal tersebut berkontribusi pada
perkembangan karakter mereka. Temuan dari penelitian ini dapat memberikan wawasan berharga bagi
pendidik dan pengambil kebijakan dalam merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dalam
membangun karakter peserta didik melalui pembelajaran PAI.

Kata Kunci: Katakter peserta didik, efektivitas pembelajaran, moralitas

Abstrac: This study aims to evaluate the effectiveness of learning Islamic Religious Education (PAI)
in improving the character of students using a qualitative research happroach. Through an in-depth
analysis of the experiences and views of students, this research identifies how learning Pal can
influence the development of characters such as ethics, morality, responsibility, and empathy.
Qualitative research methods are used to detail students’ experiences in learning Pal and how it
contributes to their character development. The findings from this study can provide valuable insights
for educators and policy makers in designing learning strategies that are more effective in building the
character of students through PAI learning.

Keywords: Student character, learning effectiveness, morality


PENDAHULUAN

Pendidikan karakter anak ini menjadi salah satu perhatian utama bagi
pendidik khusus nya PAI yang harus dilakukan dengan cara merumuskan langkah-
langkah dan teknis secara sistemik dan komperensif. Perhatian ini bukanlah suatu
yang berlebihan, karena dapat kita lihat bahwa minimnya karakter peserta didik
saat ini. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya berlangsung sedemikian rupa untuk
memberikan pendidikan karakter kepada peserta didik agar supaya dirinya bisa
menjadi individu yang berkarakter baik.

Undang- undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1ayat 1 menegaskan bahwa

“ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Berdasarkan undang-undang tersebut, setidaknya ada tiga hal yang perlu


diperhatikan: pertama : pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan
dengan penuh perencanaan yang matang serta penuh kesadaran. Kedua, peserta
didik merasa nyaman dalam berproses secara aktif, untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki, hal tersebut merupakan penekanan yang ada pada pendidikan. Ketiga,
target yang diinginkan setiap pendidikan yaitu memiliki lulusan yang berkualitas
dengan beberapa kecakapan yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.

Dalam kehidupan anak-anak, berbagai permasalahan yang dihadapi oleh


bangsa ini adalah semakin rusaknya etika moral anak dalam praktek kehidupannya,
baik di sekolah maupun ketika di rumah yang mengakibatkan timbulnya sejumlah
efek negatif yang meresahkan. Efek tersebut misalnya, semakin maraknya bulliying
serta kurangnya sopan santun yang terjadi dikalangan anak-anak.1

Kurang nya sopan santun serta degradasi moral yang terjadi saat ini menjadi
permasalahan yang harus di selesaikan mulai dari anak-anak. Olehkarena itu
1
Syafaat, Peranan Pendidikan Agama dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Press,
2008), hal.2
pendidikan karakter pada anak itu menjadi sangat penting untuk merubah sikap
dan karakter anak didik untuk menjadi yang lebih baik dan dapat
diimlementasikan dalam kehidupan, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi
yang positif kepada lingkungan kedepannya. Upaya lembaga pendidikan,
khususnya guru pendidikan agama islam akan berpengaruh positif terhadap
pembentukan karakter siswa, sehingga mereka menjadi manusia yang memiliki
karakter yang baik dan berkualitas. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan guru
pendidikan agama islam dalam mambentuk karakter peserta didiknya melalui:
pertama, mengkolaborasikan kegiatan belajar mengajar dikelas dengan nilai-nilai
pendidikan karakter pada mata pelajaran pendidikan agama islam kepada peserta
didiknya. Kedua, pembiasaan sholat duha, sholat berjamaah, mengadakan lomba
pidato keagamaan, dan mengadakan lomba tilawah al- qur’an. Ketiga, guru
pendidikan agama islam membentuk karakter peserta didik dengan menjadi modal
sebagai teladan yang baik bagi mereka.2

Istilah karakter dan kepribadian atau watak seorang anak sering digunakan
secara bergantian antara satu dengan yang lain. Kata watak yang artinya normatif,
dan watak ialah sebuah pengertian yang etis “character is personality evaluated and
personality is character devaluated” (watak adalah kepribadian anak dinilai, dan
kepribadian adalah watak yang dinilai). Jadi, karakter adalah suatu nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah SWT, anak-anak, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terujud dalam suatu
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama,
hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. 3

Pendidikan Agama Islam diselenggarakan di sekolah guna bertujuan untuk


menumbuh kembangkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia kepada siswa.
tujuan dan fungsi sebuah pendidikan agama islam di sekolah adalah sebagai
realisasi dari cita-cita ajaran islam, yang membawa misi kesejahteraan manusia
sebagai hamba Allah secara lahir dan batin, dunia dan akhirat. Pendidikan
Aama Islam merupan usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan
2
Nasrullah, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Siswa : dalam Jurnal
Ilmiah “Kreatif” Vol. XXI, No. 1, Januari 2015
3
Syahtrida kalsum, efektivitas pembelajaran nilai karakter sosial siswa dalam pembelajaran ,. UIN
sumatera utara,
terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajaran islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan
baik secara pribadi Mupun dalam bentuk kehidupan bermasyarakat. 4 Dengan
demikian, pendidikan Agama islam itu sangatlah penting di sekolah dalam
mewujudkan tujuan dan fungsi pendidikan dalam membentuk sebuah karakter
seorang siswa. Pendidikan islam diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah
yang akan dihadapi oleh semua umat manusia pada umumnya dan umat islam
pada khususnya dalam bingkai moralist yang baik. Mengembangkan kepribadian
peserta didik di sekolah dalam suatu persepektif dalam Pendidikan Agama
Islam(PAI). Kiranya memerlukan upaya pada Guru Pendidikan Agama Islam
(GPAI) yang mempunyai kompetensi dalam mengembangkan nilai-nilai karakter
dan moral di sekolah. GPAI harus mampu membentuk sebuah karakter bagi
peserta didik yang berakhlak mulia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
serta mampu mengamalkan nilai-nilai pada ajaran islam dalam kehidupan
sehari-hari. 5

Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dalam proses pembelajaran di kelas


dapat melakukan hal sebagai berikut : pertama, bertindak sebagai seorang
penyayang, model dan mentor yang memperlakukan siswa dengan sebuah kasih
sayang dan respek, memberikan suatu contoh yang baik, mendukung kebiasaan
yang bersifat sosial, dan memperbaiki jika ada yang salah. Kedua, menciptakan
suatu komunitas bermoral pada ruang kelas, membantu siswa untuk saling
menghormati dan menjaga satu sama lain, dan merasa dibagian kelompok tersebut.
Ketiga, berlatih memiliki kedisiplinan moral, menggunakan aturan-aturan sebagai
kesempatan untuk membantu menegakkan sebuah moral, kontrol terhadap diri
sendiri, sebuah generalisasi rasa hormat bagi orang lain. Keempat, menciptakan
sebuah lingkungan kelas yang demokratis, melibatkan siswa dalam pengambilan
keputusan dan berbagai tanggung jawab untuk menciptakan ruang kelas yang
baik, serta nyaman dalam belajar . kelima, guna mengajarkan nilai-nilai yang baik
dari kurikulum, saat menggunakan pelajaran akademik sebagai batu loncatan dalam
membahas permasalahan suatu etika. Keenam, dengan menggunakan pendekatan

4
Ibid.
5
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 26
pembelajaran kooperatif dalam mengajarkan siswa dalam bersikap dan saling
membantu, serta bekerja sama. Mengembangkan suatu tanggung jawab secara
akademik dan suatu rasa hormat terhadap nilai-nilai belajar dan bekerja. Kedelapan,
dengan memberikan semangat pada peserta didik guna untuk merefleksikan
moral melalui membaca, menulis, berdiskusi, latihan membuat keputusan, dan
beragumen. Kesembilan, dengan mengajarkan mereka guna untuk mencari
resolusi dari sebuah konflik sehingga dengan adanya konflik para siswa dapat
memiliki kapasitas dan komitmen yang akan digunakan untuk memecahkan
masalah tanpa kekerasan.6

Pada kegiatan ini khususnya bagi siswa SDN Desa Kwajon terkhusus bagi
siswa kelas 6 untuk menerapkan kepedulian terhadap sosial siswa dengan
mengumpulkan seluruh anggota untuk mengumpulkan seragam yang lusuh guna
untuk diberikan kepada siswa lain yang sedang membutuhkannya. Demikian,
kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepeedulian sosial siswa.

Karakter sosial siswa berupa kepedulian sosial terhadap lingkungan


sekitar sekolah agar tetap bersih, asri dan indah dipandang. Maka di SD negeri
desa kwajon dilakukan program LISAMBIL (lihat sampah ambil). Dalam hal ini
siswa dapat diminta dan diingatkan untuk membuang sampah pada tempatnya,
memungut sampah jika sewaktu berjalan di lingkungan sekolah dan
membuangnya ke tempat sampah (ketempat yang sudah di tentukan\disediakan).
Pihak sekolah juga menyediakan tempat sampah organik dan non organik .

Selanjutnya SD Negeri desa kwajon merupakan salah satu yang


mendapatkan program sekolah adiwiyata di desa kwajon seharusnya
menerapkan prinsip-prinsip ajaran kepedulian terhadap sesama dan pada
lingkungan yang jelas salah satu upaya untuk mebentuk karakter yang baik
melalui pembelajaran PAI. Namun, apakah prinsip-prinsip itu telah berlangsung
dengan baik di SD Negeri 1 kwajon.

Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran yang dapat diterapkan


untuk membentuk karakter sosial seorang siswa di sekolah perlu dilakukan

6
Lickona, Thomas, Pendidikan Karakter : Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik,
(Bandung: Penerbit Nusa Media, 2013), hal. 106
sebuah kajian mendalam melalui sebuah penelitian. Hal ini didasarkan bahwa
pembelajaran PAI hanya 3 jam pelajaran dalam seminggu dirasa belum efektif,
sebagian siswa di kelas lebih terfokus pada pengembangan kemampuan
kognitif dan minim dalam pembentukan sikap (afektif), pembiasaan dan
pengamalan ajaran agama dalam kehidupan (psikomotor). Selain itu, indikasi
adanaya perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan kepribadian muslim
yang diharapkan memperkuat alasan penulis untuk menjadikan SD Negeri desa
kwajon sebagai obyek yang layak diteliti.

Oleh karena itu, peneliti mengajukan sebuah penelitian berbentuk


ARTIKEL yang berjudul “ Efektivitas Pembelajaran PAI untuk Meningkatkan
Karakter Peserta Didik di SD Negeri desa kwajon”.

METODE

Studi ini menggunakan metode kualitatif, Partisipan dalam penelitian ini


adalah kepala sekolah dan guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Kwajon. Adapun
langkah-langkah dalam penelitian kualitatif diantaranya sebagai berikut:

1. Desain penelitian: Desain penelitian mengembangkan kerangka penelitian


yang mencakup pertanyaan penelitian, tujuan, dan ruang lingkup
penelitian.
2. Pengumpulan data: Data dalam penelitian kualitatif ini dikumpulkan
melalui wawancara, observasi partisipan, study dokumen, atau rekaman
audio.
3. Analisis data: Proses analisis data kualitatif melibatkan penyusunan,
pengkodean, dan mengorganisasi data yang dikumpulkan

Setelah analisis data, peneliti menginterprestasikan temuan-temuan untuk


memahami makna dan implikasi dari data.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”
(menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang
berperilaku kurang baik maka biasanya dikatan sebagai orang memiliki
karakter buruk, sedangkan sebaliknya orang suka berperilaku baik biasanya
juga dikatakan orang yang berkarakter mulia. Jadi dapat diketahui bahwa
istilah karakter itu erat kaitanya dengan kepribadian yang ada di dalam diri
seseorang. Seseorang bisa dikatakan berkarakter apabila perilakunya sesuai
dengan kaidah moral. 7
Menurut psikologi yang di maksud dengan karakter ialah watak
perangai sifat dasar yang khas satu sifat atau kualitas yang tetap terus
menerus dan kekal sehingga dapat dijadikan suatu ciri untuk
mengidentifikasi kepribadian seseorang.8
Sedangkan menurut terminologi Islam, kata karakter disamakan
dengan khuluk yaitu bentuk tunggal dari akhlak yang merupakan kondisi
batiniyah dan lahiriah manusia. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa yang
berarti perangai, tabiat, adat istiadat. Menurut pendekatan etimologi kata
akhlak berasal dari bahasa arab yang bentuk mufradnya adalah khuluqun yang
menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat.
Kalimat tersebut mengandung berbagai segi persesuaian dengan perkataan
khalqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang
artinya pencipta, dan makhluk yang artinya yang diciptakan.9
Karakter adalah kualitas atau sifat unik yang menggambarkan
kepribadian, tindakan, dan perilaku seseorang atau entitas dalam konteks
tertentu. Karakter dapat tercermin melalui kata, perbuatan, nilai, dan interaksi
dengan orang lain dalam cerita atau kehidupan nyata.
B. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran PAI dalam
Membentuk Karakter Peserta Didik di Tingkat Sekolah Dasar
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi peserta didik khususnya
sekolah dasar diantaranya yaitu:
a. Kemampuan guru PAI dalam menyampaikan materi dengan cara
yang menarik, relevan, dan sesuai dengan pemahaman siswa akan
sejauh mana karakter dapat dibentuk.

7
Zuhaedi, “Desain Pendidikan Karakter”, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012, Cet.2) hal. 12
8
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia Group, 2012, Cet.9) hal. 510
9
Ibid. Hal. 65
b. Pemilihan konten pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangan anak-anak sekolah dasar akan membantu mereka
mengerti konsep-konsep agama dan nilai-nilai karakter.
c. Menggunakan metode pembelajaran yang menarik sehingga
memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran yang di
sampaikan contohnya seperti praktik shalat, wudhu, dan lain
sebagainya.
d. Guru sebagai teladan dalam perilaku dan nilai-nilai karakter akan
memberikan contoh langsung kepada siswa tentang bagaimana
menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mengaitkan pembelajaran PAI dengan kegiatan sehari-hari siswa.
f. Kolaborasi antara sekolah dan orang tua dalam memfasilitasi
penerapan nilai-nilai karakter di rumah dan sekolah akan
memperkuat karakter siswa.
g. Lingkungan sekolah yang mendukung akan sangat mempengaruhi
perkembangan karakter pada peserta didik.
h. Pemanfaatan teknologi dapat membantu proses pembelajaran PAI
lebih menarik dan memudahkan peserta didik memahami konsep
agama dan karakter,
i. Keterlibatan lembaga keagamaan yang ada di dalam masyarakat
untuk berkontribusi dalam pembelajaran PAI sehingga dapat
memberikan prespektif yang lebih luas tentang nilai-nilai agama dan
karakter.
C. Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
Meningkatkan Karakter Peserta Didik di Tingkat Pendidikan Sekolah
Dasar
Keefektifan berasal dari kata dasar efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata efektif memiliki arti ada efek, pengaruh atau akibat, selain itu
kata efektif juga bisa diartikan dengan sesuatu yang membawa hasil atau
berhasil guna.10 Sedangkan menurut istilah adalah pengukuran arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.

10
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 204
Efektivitas merupakan suatu usaha dalam mencapai suatu sasaran
yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai
dengan rencana, baik dalam penggunaan data atau berusaha melalui
efektivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik guna untuk
memperoleh hasil yang diinginkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Sedangkan efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu
proses interaksi siswa antar siswa maupun siswa antar guru dalam situasi
edukatif untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.11
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan efektivitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam meningkatkan karakter peserta didik di
tingkat pendidikan sekolah dasar dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya yaitu:
a. Pengembangan moral dan etika
Pembelajaran PAI dapat memberikan dasar moral dan etika
yang kuat kepada peserta didik. Materi yang diajarkan dalam PAI
sering kali berfokus pada nilai-nilai seperti kejujuran, kasih sayang,
kerja sama, dan toleransi, yang dapat membantu membentuk
karakter yang baik.
b. Kedisiplinan
Pembelajaran PAI sering kali melibatkan rutinitas ibadah seperti
shalat, puasa, dan membaca Al-Qur’an. Hal ini dapat membantu
mengembangkan kedisiplinan pada anak. Contohnya ketika puasa
di sekolah memberikan buku pondok ramadhan guna untuk
melihat keaktifan peserta didik serta kedisiplinannya dalam
menjalankan ibadah selama ramadhan.
c. Kesadaran sosial
Pendidikan Agama Islam juga dapat membantu
meningkatkan kesadaran sosial peserta didik. Melalui cerita-cerita
dan ajaran-ajaran agama, peserta didik dapat lebih peka terhadap
kebutuhan dan penderitaan orang lain, serta menjadi lebih peduli
terhadap lingkungan sekitarnya. Seperti menolong teman yang
11
Afifatur Rohmawati, Efektivitas Pembelajaran : dalam Jurnal Pendidikan Usia Dini, (Jakarta : dan
Penerbit Universitas Negri Jakarta), No. 9/Edisi 1, April 2015. Hal. 17
terjatuh, membuang sampah pada tempatnya, dan membantu
teman yang kesulitan.
d. Tanggung jawab dan empati
Materi dalam pembelajaran PAI sering kali menekankan
pentingnya tanggung jawab terhadap tindakan dan keputusan
yang di ambil. Seperti ketepatan waktu pengumpulan tugas dan
lain sebagainya.
e. Pemberdayaan diri
Peserta didik dapat merasa lebih diberdayakan secara pribadi
melalui pemahaman dan praktik keagamaan. Seperti praktik shalat,
adzan, dan wudhu yang diadakan di sekolah.
D. Peran Guru serta Metode Pembelajaran dalam Mendukung Penanaman
Nilai-nilai Karakter melalui Pembelajaran PAI
Peran Guru Pendidikan Agama Islam sangatlah besar dalam
pembentukan karakter peserta didik. Dalam konteks pencapaian tujuan
pendidikan karakter, guru PAI menjadi salah satu ujung tombak keberhasilan
serta karakter siswa tersebut, karena guru pendidikan agama islam sebagai
sosok yang digugu dan ditiru, mempunyai peran yang penting dalam aplikasi
pembentukan karakter di sekolah. sebagai seorang pendidik khususnya
pendidikan agama islam menjadi sosok pigur dan patokanbagi terbentuknya
karakter peserta didik.12
Peran guru PAI dalam mendukung penanaman nilai-nilai karakter
dalam pembelajaran agama sangatlah banyak dintaranya guru PAI harus
mampu menjadi teladan, memfasilitasi diskusi etis, memberikan pembinaan
moral, dan mengintegrasikan nilai-nilai dalam setiap pelajaran. Selain itu
guru PAI juga bertugas untuk memberikan pemahaman yang mendalam
mengenai ajaran agama islam, sehingga peserta didik dapat
mengaplikasikannya di dalam kehidupanya baik di lingkuan sekolah maupun
di lingkungan masyarakat dengan benar dan beretika.
Adapun metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam mendukung
penanaman nilai-nilai karakter tersebut diantaranya seperti, pendekatan cerita
12
Nur’asiyah, Peran guru PAI dalam Pembentukan Karakter Siswa : dalam Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan (Karawang : Penerbit Universitas Singaperbangsa), Vol. 6, No. 2, Juli 2021, hal. 214
yang di dalamnya menggunakan kisah-kisah islami atau sejarah para tokoh
agama untuk menggambarkan nilai-nilai karakter dalam konteks nyata. Ini
dapat menjadi bahan materi supaya lebih menarik sehingga mudah dipahami
oleh siswa.
E. Penanaman Karakter Sopan Santun di SDN Kwajon
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan di SDN Kwajon, terdapat
masalah yang mungkin cukup serius, yaitu karakter sopan santun peserta
didik terhadap guru yang kurang baik, dapat di ketahui dengan perlakuan
mereka yang suka berteriak di depan kantor guru dan menganggap guru
seperti teman sebayanya. Hal tersebut mengakibatkan rusaknya moral
generasi muda kedepanya, sehingga penanaman karakter dan pembenahan
sikap terhadap peserta didik sangat di perlukan di SDN Kwajon, baik melalui
materi yang disampaikan oleh guru serta contoh teladan bagi peserta didik itu
sendiri.
Terdapat banyak pengaruh yang mengakibatkan merosotnya karakter
sopan santun peserta didik di SDN Kwajon, diantaranya yaitu faktor
lingkungan, perkembangan IPTEK, pergaulan, serta kurangnya pengawasan
dari orang tua. Oleh karena itu dalam proses penanaman karakter persta
didik di SDN Kwajon ini selain melalui pembelajaran PAI oleh guru kami
sebagai peserta KPM di desa tersebut juga memberikan Contoh sopan santun
kepada mereka seperti berbicara pelan dan sopan kepada guru, bersalaman
ketika bertemu guru, pembiasaan tertib dalam beribadah, dan praktik
keagamaan lainya. Dengan melakukan hal tersebut secara tidak langsung
akan di tirukan dan menjadi kebiasaan peserta didik karena mereka yang
selalu menyambut kedatangan peserta KPM di sekolah mereka.

KESIMPULAN

Dari pemaparan yang ada di atas dapat kita ketahui bahwa studi
tentang efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam menunjukkan bahwa
pengajaran yang tepat dan terstruktur dalam mata pembelajaran ini memiliki potensi
besar untuk meningkatkan karakter peserta didik. Pembelajaran PAI dapat
membantu membentuk nilai nilai moral, eika, dan sikap positif dalam diri siswa,
seperti kejujuran, toleransi, dan rasa empati. Namun, keberhasilan dalam
meningkatkan karakter peserta didik tidak hanya bergantung pada mata pelajaran
itu sendiri, tetapi juga pada pendekatan pengajaran, kompetensi guru, serta
dukungan keluarga dan lingkungan sekolah. Dengan pendekatan yang holistik dan
dukungan yang tepat, pembelajaran PAI dapat berperan penting dalam membentuk
karakter yang kuat pada calon generasi muda. Dan yang paling penting dengan
usaha tersebut di harapkan mampu memperbaiki generasi bangsa yang akan datang
dan sesuai dengan dasar agama islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu
harapan kami akan terlahurnya guru-guru yang mumpuni sehingga mampu
mencetak dan menjadi teladan yang baik bagi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Afifatur Rohmawati, Efektivitas Pembelajaran : dalam Jurnal Pendidikan Usia Dini, (Jakarta : dan
Penerbit Universitas Negri Jakarta), No. 9/Edisi 1, April 2015. Hal. 17

Hasan Alwi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter : Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan
Baik, Bandung: Penerbit Nusa Media

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,Bandung: Remaja Rosdakarya

Nasrullah, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Siswa : dalam Jurnal
Ilmiah “Kreatif” Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

Nur’asiyah, Peran guru PAI dalam Pembentukan Karakter Siswa : dalam Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan (Karawang : Penerbit Universitas Singaperbangsa), Vol. 6, No. 2, Juli 2021

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia Group, 2012, Cet.9

Syafaat, Peranan Pendidikan Agama dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Press,
2008), hal.

Syahtrida kalsum, efektivitas pembelajaran nilai karakter sosial siswa dalam pembelajaran ,. UIN
sumatera utara,

Zuhaedi, “Desain Pendidikan Karakter”, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012, Cet.2)

Anda mungkin juga menyukai